Anda di halaman 1dari 5

Fixed Drug Eruption

FDE adalah salah satu diagnosis reaksi hipersensitivitas tipe 4 yang bermanifestasi di
mukokutan terutama bibir, wajah, tangan, kaki dan genital dalam bentuk makulopapular
oval atau bulat, merah atau kecoklatan, berbatas jelas.

FDE adalah erupsi alergi obat yang bila berulang akan timbul pada tempat yang sama
sehingga dikatakan “fixed. Biasanya muncul 1-2 minggu (di sumber lain 30 menit-8 jam)
setelah eksposur alergen pertama kali, namun apabila terpapar obat yang sama bisa muncul
lebih cepat.

Dx ditegakan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pengulangan kemunculan lesi


ditempat yang sama dengan 2 tahun yang lalu, serta pasien mengonsumsi antibiotik
ciproflaxin, dimana antibiotik merupakan salah satu obat yang paling sering menyebabkan
FDE.

Tapi FDE tidak berbahaya dan bisa sembuh apabila bapak menghentikan konsumsi
ciproflaxin dan mungkin berkonsultasi dengan dokter umum untuk penggantian
antibiotiknya. Hanya warna merah kecoklatan di bendolannya itu akan butuh waktu cukup
lama untuk kembali normal. Kemudian saya resepkan salep hidrokortison. Cara
pemakaiannya dioleskan tipis seujung jari pada bendolan sebanyak 2 kali sehari. 1 minggu
lagi silakan bapak datang kembali kesini lagi untuk kontrol.

Kemudian saya juga memberikan konsul untuk Dokter yang menangani tipes Bapak agar
bisa mengganti penggunaan antibiotiknya.
Patogenesis pasti dari FDE tidak diketahui

Mekanisme hipersensitivitas tipe IV: alergen penetrasi membentuk kompleks hapten


protein dikenali APC komplek hapten peptida dipresentasikan molekul MHC
dikenali sel T CD4 sbg antigen asing sensitisasi aktivasi sel T CD8 menyebabkan
kerusakan sel  pembentukan sel T memori presentasi antigen thd sel T memori pada
dermis pelepasan sitokinin (IL-17 dan IFN-gamma)  menstimulasi keratinosit
epidermis untuk melepaskan IL-1,IL-6, TNF-a, kemokin  sitokin dan kemokin
meningkatkan respon inflamasi dgn menginduksi migrasi monosit dan makrofag ke daerah
luka, dan produksi sel T lebih banyak

pelepasan sitokin tissue injury

Sel-sel mast disekitar lokasi FDE bisa mudah diaktifkan setelah terpapar obat. kemudian sel
intraepidermal CD8+T aktif dan berperan dalam kerusakan jaringan. Sel mast berkontribusi
pada aktivasi sel CD8+T melalui induksi molekl ashesi sel pada keratinosit. Lesi berkembang,
keratnosit dibunuh langsung oleh sel CD8+T dan melepaskan sejumlah sitokin, seperti
INFƔ.Sitokin dimediasi secara tidak spesifik merekrut CD4, CD8T dan neutrofil ke lokasi
jaringan spesifik tanpa pengakuan antigen segolongan mereka. Kemudian kerusakan
jaringan meningkat sehingga memberikan kontribusi ke perkembangan akhir FDE.

*hapten: molekul yang menimbulkan respon imun ketika melekat pada pembawa besar,
seperti protein.

- Keterlibatan sel limfosit T CD8+ mungkin berperan dalam hipersensitivitas yang dimediasi
oleh sel tersebut - Diperkirakan bahwa reseptor sel limfosit T-αβ dan sel limfosit T CD8+ di
epidermis, yang bertanggung jawab atas kerusakan pada epidermis (sitotoksik) sehingga
dihasilkan interferon-γ dan berinteraksi dengan sel inflamasi lainnya.

- Sel limfosit T ini dapat tetap berada di epidermis selama bertahun-tahun dan diaktifkan
kembali setelah paparan baru terhadap obat yang sama, berpotensi melalui peningkatan
regulasi tumor necrosis factor-ɲ-dependent dari ekspresi adhesi molekul-1 interseluler pada
keratinosit.

Mekanisme FDE secara garis besar diklasifikasikan menjadi tipe A (dapat diperkirakan) dan
tipe B (tidak dapat diperkirakan). Tipe A pada umumnya terkait dengan bagian obat yang
memberikan efek farmakologi maupun toksik sehingga dapat diperkirakan dan dapat timbul
pada siapapun.

Tipe B cenderung tidak dapat diperkirakan sebelumnya, tidak berhubungan dengan sifat
farmakologis obat, reaksinya cenderung lebih berat tetapi kejadiannya relatif jarang, timbul
pada individu yang memiliki faktor predisposisi, dan merupakan reaksi idiosinkrasi (tidak
dapat dijelaskan) yang dapat dipengaruhi oleh faktor imunologis dan genetik. Sebagian
besar erupsi obat (75-80%) disebabkan oleh tipe A.

Mekanisme erupsi obat karena proses imunologis menurut Gell-Coombs disebabkan


perubahan mekanisme imun sehingga timbul gejala klinis, dibagi menjadi 4 tipe yaitu tipe I
(dimediasi oleh IgE), tipe II (reaksi sitotoksik), tipe III (kompleks imun), dan tipe IV (reaksi
tipe lambat).

1) Reaksi hipersensitivitas tipe I dapat timbul sebagai urtikaria akut, angioedema,


asma, kolik abdomen, diare.
2) Reaksi hipersensitivitas tipe II pada kulit jarang terjadi, dapat timbul sebagai drug-
induced pemphigus, druginduced bullous pemphigoid, dan drug-induced IgA linier. 3)
3) Reaksi hipersensitivitas tipe III timbul sebagai vaskulitis, fenomena Arthus, serum
sickness.
4) Reaksi hipersensitivitas tipe IV, dibagi menjadi 4 subtipe tergantung dari aktivasi
monosit, eosinofil, sel T, dan neutrofil, timbul sebagai erupsi makulopapular,
dermatitis kontak, acute generalized exanthematous pustulosis (AGEP), fixed drug
eruption (FDE), eritema m .l9ultiforme, drug reaction with eosinophilia and
systemic symptom (DRESS), Steven-Johnson syndrome 5,8,9 (SJS), dan toxic
epidermal necrolysis (TEN)

Medikasi:

- Menghentikan/mengganti penggunaan antibiotik (ciproflaxin)


- Antihistamin golongan kedua (Loratadine/Fexofenadine/Cetirizine/Levocetirizine)
karena efek mengantuk yang dihasilkan lebih minimal daripada golongan pertama
(Chlorpheniramine/Phenergan/Brompheniramine/Dimehydrinate/Doxylamine).
Selain itu antihistamin golongan pertama dapat menyebabkan kecemasan,
pandangan buram, penurunan fokus, retensi urin, dan konstipasi.
- Merk dagang: alerhis (14.500/4 tab)

- Lesi kering dapat diberi krim kortikosteroid; hidrokortison 1% digunakan 1 kali sehari
selama 7 hari
- Lesi hiperpigmentasi akan hilang sendiri dalam jangka waktu tertentu
- Tidak dilakukan drug patch test karena sudah diketahui dari anamnesis pasien hanya
mengonsumsi antibioatik ciproflaxin
- Jika lesi basah dikompres secara terbuka untuk mengeringkan eksudat 2-3 hari
pertama dengan larutan NaCl

Cara memilih resep:

Kortikosteroid topikal
Cara kerja:

Cara kerja KT:

Jejas akan memberi dampak pada membran sel. Fosfolipid pada membran sel akan
menghasilkan enzim fosfolipase yang akan menghasilkan asam arakidonat. Asam
arakidonat yang akan memicu respon mediator inflamasi melalui 2 jalur,
lipoksigenase (COX 1) dan siklooksigenase (COX2). Kalau antiinflamasi non steroid
hanya memblok jalur siklooksigenase (PGE, PG, Bradikinin). Sedangkan anti
inflamasi kortikosteroid memblok kedua jalur (leukotrien; produk alergi).

Kortikosteroid memblok terbentuknya asam arkidonat sehingga tidak terbentuk


COX 1 dan COX 2. Sehingga tidak terbentuk sel2 inflamasi; PG bradikinin leukotrin,
menghambat fosfolipase, menekan IL-1a, menghambat kemotaksis neutrofil, dan
menekan pengeluaran sitokin. PG sebagai kunci untuk vasodilatasi. KT juga
menyebabkan vasokonstriksi dan efek ini sejalan dengan daya antiinflamasi.

Lipoksignase/COX1: anti alergi

Siklooksigenase/COX2: anti inflamasi

KT digunakan untuk mengobati inflamasi kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi.
Hidrokortison merupakan obat golongan kortikosteroid yang bekerja dengan
menurunkan respon sistem imun tubuh, sehingga gejala dan keluhan, termasuk
pembengkakan bisa berkurang.
Untuk wajah, penggunaan kortikosteroid tidak boleh lebih kuat dari hidrokortison
1%. Selain itu, FDE pada bibir tidak termasuk lesi kulit yang sulit diatasi seperti
diskoid kronis lupus erithematosus, lichen simplex chronicus, dan palmoplantar
pustulosis. (untuk kulit kepala boleh menggunakan yang lebih kuat, seperti
betametason atau fluosinoid);
kortikosteroid lemah jarang menyebabkan efek samping: penipisan kulit, jerawat,
dermatitis perioral, depigmentasi ringan, hipertrikosis, takifilaksis (penurunan
respons efek vasokonstriksi.
Penggunaan kortikosteroid topikal tidak boleh lebih dari 7 hari karena dapat
meninggalkan bekas yang tidak hilang.

Bentuk: krim larut air hidrokortison digunakan untuk lesi yang lembab dan eksudatif.
Losion digunakan untuk aplikasi minimal daerah yang luas. Salep umumnya dipilih
untuk lesi yang kering.
Lit par dol = dioleskan pada bagian yang sakit
Antihistamin tersedia dalam bentuk nasal spray, tetes mata, dan tablet.
Histamin dilepaskan ketika tubuh mendeteksi alergen. Histamin berperan dalam
meningkatkan vasodilatasi dan permeabilitias pembuluh darah. Histamin akan
berikatan dengan reseptornya yang ada di sel untuk menjalankan fungsinya.
Reseptor histamin tersebar luas seperti disepanjang sistem saraf tepi, sumsum
tulang belakang, timus, otot polos, sehingga histamin berperan dalam vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Selain itu juga sebagai sinyal kemotaksis
eosinofil.
Saat dilepaskan, pembuluh darah akan membesar dan kulit akan tampak
membengkak. Kemudian dapat menyebabkan reaksi alergi seperti gatal, bersin, dan
ruam.
Antihistamin bekerja dengan memblok reseptor histamin.
Antihistamin bekerja dengan dengan memblokir reseptor histamin. Histamin umum
dilepaskan, saat tubuh mendeteksi hal yang berbahaya seperti infeksi virus. Saat
dilepaskan, pembuluh darah akan membesar, dan kulit akan tampak membengkak.

Anda mungkin juga menyukai