Anda di halaman 1dari 4

2.

Sistem kerja drg


Dalam pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi harus
didasarkan pada konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. Dalam konsep
Four Handed Dentistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja menjadi
Static Zone, Assisten’s Zone, Transfer Zone, dan Operator’s Zone. Zona-zona ini
menjadi pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi.
Dalam konsep Four Handed Dentistry, konsep pembagian zona kerja di
sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept, bila kepala pasien sebagai pusat
dan jam 12 terletak lurus pasien, maka;
a. Arah jam 11 sampai jam 2 disebut zona statik (Static Zone). Static Zone adalah
daerah tanpa pergerakan dan tidak boleh terlihat oleh pasien, zona ini untuk
menempatkan meja instrumen bergerak (mobile cabinet) yang berisi instrumen
dan alat yang dapat membuat takut pasien.
b. Arah jam 2 sampai jam 4 ialah daerah kerja dari asisten dokter (Assistant’s
Zone). Assistant’s Zone adalah tempat Perawat Gigi bekerja pada Dental Unit
dilengkapi dnegan semprotan air/angin, suction, serta light cure unit.
c. Arah jam 4 sampai jam 8 disebut zona pertukaran alat (Transfer Zone).
Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan yang dipertukarkan antara
tangan dokter gigi dan perawat gigi,
d. Dan jam 8 sampai jam 11 yaitu sebagai tempat pergerakan dokter gigi
(Operator Zone) (Nusanti, 2000) .

3. MSDs
WHO menyatakan bahwa gangguan muskuloskeletal disebabkan oleh
kontribusi dari berbagai faktor risiko yang juga dapat memperberat gangguan ini.
Faktor risiko tersebut antara lain:
a. Faktor biomekanik
Faktor biomekanik adalah hal-hal yang berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal diantaranya dapat berasal dari pajanan ergonomi berupa postur
janggal, gerakan statis dan berulang, durasi (singkat <1 jam/hari, sedang 1-2
jam/hari, dan lama > 2 jam/hari), pajanan fisik seperti suhu dan getaran.
b. Faktor psikososial
Faktor psikososial berupa gerakan kerja yang monoton, tuntutan performa kerja
yang tinggi, dan kurangnya kontrol kerja.
c. Faktor individu
Faktor individu berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal berupa:
1) Jenis kelamin
Pada semua kelompok pekerjaan, angka prevalensi masalah
muskuloskeletal lebih besar pada perempuan dibandingkan pada laki-
laki. Dominasi tertinggi pada wanita ditemukan untuk pinggul dan
pergelangan tangan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisiologis
kekuatan otot pada perempuan yang berkisar 2/3 kekuatan otot dari pria.
2) Umur
Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai usia 20-29 tahun,
lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan otot akan menurun hingga
20%. Berdasarkan faktor terebut dan dikombinasikan dengan sikap yang
tidak ergonomis akan menyebabkan terjadinya MSDs.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pada individu yang overweight ataupun obesitas ditemukan terdapat
kerusakan pada sistem muskuloskeletal yang yang bermanifestasi sebagai
nyeri dan discomfort. Hal ini dinyatakan dalam penelitian Alley dan
Chang (2007) bahwa terdapat peningkatan kerusakan fungsional dan
disabilitas pada populasi obesitas.
4) Status merokok
Kebiasaan merokok menjadi faktor risiko MSDs, karena nikotin pada
rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain
itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral
pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan
atau kerusakan pada tulang.
5) Kebiasaan olah raga
Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko
terjadinya keluhan otot.
6) Masa kerja
Masa kerja merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya MSDs, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan
kekuatan kerja yang tinggi. Selain itu, semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpapar faktor risiko maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami keluhan musculoskeletal disorders. 28 pada suhu
dingin dalam waktu yang lama. Gejala yang timbul biasanya seperti
kesemutan, perasaan terbakar, dan baal pada tangan dan jari khususnya
jari telunjuk dan jari tengah (Mayasari dan Saftarina, 2016).

4. Keselamatan Kerja
Pekerjaan dokter gigi memiliki 3 tahapan yakni menyiapkan alat,
melakukan tindakan, dan mengembalikan alat. Disetiap tahapan pekerjaan
memiliki bahaya. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya pada pekerjaan dokter
gigi, terdapat 3 tahapan pekerjaan dan keseluruhannya memiliki 12 potensi
bahaya dan 8 risiko, seperti tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Dokter Gigi Tahun 2017


Sumber: The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 2019

DAFTAR PUSTAKA

Nusanti, D. 2000. Dental Surgeon Assistant. Dental Horison, Volume 2, Nomor 7:


Hal 31-33.
Mayasari, D. Saftarina, F. 2016. Ergonomi sebagai Upaya Pencegahan
Musculoskeletal Disorders pada Pekerja. JK Unila, Volume 1, Nomor 2.
Sawitri, M. R., Mulyono. 2019. Analisis risiko pada pekerjaan dokter gigi di
kabupaten dan kota Probolinggo. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health, Vol. 8, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai