Fase pembentukan plak, etiologi ada berapa, bedanya apa, faktor etiologi sekunder itu apa aja?
DIAGNOSA
Dasar penentuan diagnosis Inflammatory Gingival Enlargement adalah pada pemeriksaan intraoral
terlihat pembesaran pada interdental papila gigi 11 dan 21. Kemudian warnanya adalah merah pucat,
kontur membulat, kehilangan stippling, dan pitting test positif. Pitting adalah cekungan kecil berbatas
jelas pada permukaan gingiva yang timbul sehingga mendadakan adanya odema pada gingiva.
IGE dapat terjadi secara lokalis maupun generalis. Dikatakan general apabila melibatkan >30% area.
Terkadang IGE muncul sebagai tonjolan mirip tumor.
Terdapat berbagai jenis pembesaran gingiva yang tergantung dari etiologi dan patogenesisnya.
Etiologi yg menyebabkan inflammatory gingival enlargement adalah paparan bakteri plak dalam
jangka waktu yang lama. Perkembangan IGE biasanya lamba dan tidak menyebabkan rasa sakit.
Inflammatory gingival enlargement bersifat kronis karena pada proses patogenesis plak
membutuhkan waktu yang lama untuk mempengaruhi inflamasi pada gingiva. Etiologi sekunder dari
IGE adalah OH buruk, dimana skor plak pasien adalah 52% (dan menurut interpretasi Plaque Control
Record oleh O’leary >10% = buruk). Selain itu tidak ada riwayat infeksi bakteri ke jaringan gingiva
yang diakibatkan oleh trauma, seperti mulu sikat gigi, atau makanan yg menusuk ke gusi. Faktor
sekunder lainnya adalah abnormalitas anatomi, dan restorasi buruk, serta pemakaian alat ortondontik.
Derajat pembesaran gingiva nya adalah derajat 1 karena hanya melibatkan interdental papila.
PATOGENESIS
Akumulasi plak yang banyak merupakan salah satu faktor penyebab bertambah besarnya ukuran
gingiva. Gingival enlargement dapat disebabkan karena inflamasi gingiva, fibrous tissue overgrowth,
atau kombinasi keduanya (combined gingival enlargement).
PEMBENTUKAN PLAK
Konsistensi: kenyal >> lunak atau keras (karena spacenya diisi oleh fibroblast
yang akan mensintesis kolagen). Tergantung system imunnya normal/berlebih
o Destruksi > repair = edematous, lunak
o Destruksi = repair kenyal normal seimbang
o Destruksi (kerusakan) < repair (penyembuhan) = fibrotic / keras. Adanya
respon tubuh yang lebih tinggi dari pada destruksi bakteri sehingga
menyebabkan tingginya jaringan fibrotic
Warna: normal coral pink yang dihasilkan dari vaskularisasi jaringan dan
modifikasi epitel
o Kemerahan = vaskularisasi +, vasodilatasi pembuluh darah (terdapat
destruksi kolagen yang menyebabkan adanya ruag kosong antar jaringan
ikat sehingga vaskularisasi atau pembentukan pembuluh darah baru akan
meningkat.
o Merah pucat = vaskularisasi – (proses fibrosis menyebabkan serabut
kolagen pada matriks jaringan ikat berlebih sehingga pembentukan
pembuluh darah baru menurun karena tidak ada ruang antar jaringan ikat
vaskularisasi menurun).
o Merah kebiruan = dinding pembuluh darah memadat dan menebal >>
aliran vena terganggu >> aliran darah lambat >> ekstravasasi (migrasi sel
dari sirkulasi darah menuju ke jaringan) >> eritrosit migrasi ke jaringan
ikat + lisisnya Hb di jaringat ikat >> pigmen jadi gelap (gingiva merah
kebiruan) >> anoxemia (kekurangan oksigen pada jaringan)
Pada gingivitis kronis, yang terjadi 2 hingga 3 minggu setelah dimulainya
penumpukan plak, pembuluh darah menjadi membengkak dan tersumbat,
aliran balik vena terganggu, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya
adalah anoksemia (kekurangan oksigen) gingiva terlokalisasi, yang
menyebabkan warna agak kebiruan pada bagian gingiva yang memerah.
Ekstravasasi eritrosit ke dalam jaringan ikat dan pemecahan hemoglobin
menjadi bisa juga memperdalam warna gingiva yang mengalami radang
kronis
Advanced Lesion 21 hari setelah akumulasi plak
Desktruksi kolagen parah, terjadi 2 mekanisme:
1) Enzim kolagenase yang disekresi oleh sel seperti fibroblast, makrofag, PMN, yang
disebut matriks metalloproteinase (MMPs), enzim ini mendegradasi kolagen dan
matriks makromolekul menjadi protein kecil. Enzim lain: tripsin like enzim,
protease, fibronectin degradation enzyme
2) Fibroblast memfagosit serabut kolagen dengan memperluas proses sitoplasmik
(yaitu perpanjangan sitoplasma sel fibroblast pada ligament periodontal dan
sementum; RO pelebaran LPD) pada ligament dan sementum serta degradasi
kolagen dan fibrin matriks sementum.
o Kemudian terjadi kehilangan kolagen
o Sel JE berproliferasi ke arah apical sepanjang permukaan akar gigi untuk
mencari nutrisi dan perlekatan baru
o Pada koronal JE apabila terjadi peningkatan PMN > 60% JE kehilangan sifat
kohesif (jaringan ikat dan gigi berkurang kesatuannya) dan JE terlepas dari
permukaan akar
o JE bergeser/bergerak/bermigrasi ke arah apikal
TERAPI
Penatalaksanaan kasus dilakukan sesuai dengan prosedur perawatan kasus periodontal. Terapi
periodontal terdiri dari preliminary phase, fase 1, 2, 3, dan 4.5
Preliminary phase merupakan perawatan emergensi, mengarah pada perawatan yang dibutuhkan
secepatnya.
Fase 1 terapi inisial diarahkan untuk mengeliminasi faktor etiologi penyakit gingiva dan periodontal,
berupa kontrol plak. Apabila perawatan pada fase ini berhasil dilakukan dengan baik, maka akan
dapat menghentikan penyakit dental maupun periodontal. Fase 2 yaitu surgical phase dan fase 3 yaitu
restorative phase.
Fase 2 dan 3 bertujuan untuk pengobatan dan meningkatkan kondisi jaringan periodontal, termasuk
regenerasi gingiva dan tulang, pemasangan implant dan pembuatan restorasi gigi. Gingival
enlargement dapat disebabkan karena inflamasi gingiva, fibrous tissue overgrowth, atau kombinasi
keduanya (combined gingival enlargement). Gingival enlargement dengan fibrosis tidak bisa hanya
ditangani dengan kontrol plak, tetapi membutuhkan pembedahan berupa gingivektomi dan
gingivoplasti.
Fase 4 yaitu maintenance phase bertujuan untuk mempertahankan keberhasilan perawatan yang
diperoleh dari fase sebelumnya, serta mencegah kerusakan dan kekambuhan penyakit periodontal.
Pemberian obat kumur yang mengandung Chlorhexidine Gluconate selama perawatan berperan dalam
peningkatan permeabilitas membran sel bakteri, penggumpalan sitoplasma makromolekul sel bakteri
dan mengurangi daya lekat bakteri pada jaringan mulut. OHI yang baik dapat mencegah pertumbuhan
plak gigi. Kemungkinan rekurensi dapat terjadi bila pasien tidak dapat merawat oral hygiene dengan
baik dan benar. Jika terjadi rekurensi maka tahapan perawatan dilakukan dari awal yaitu tindakan
untuk mengeliminasi faktor etiologi dengan cara scaling dan root planing.
GINGIVEKTOMI
Rencana perawatan gingivektomi dipilih. Sebenarnya apabila terapi fase 1 berupa kontrol plak
berhasil maka terapi bedah tidak perlu dilakukan, akan tetapi pada pasien diketahui bahwa meskipun
perawatan scaling sudah pernah dilakukan, tetapi pembesaran gingiva masih terjadi sehingga perlu
dilakukan terapi fase 2. Hasil penyembuhan terlihat baik pada area bedah yang terjadi selama 3-4
minggu.
PERIODONTITIS KRONIS
“penyakit akibat infeksi yang menyebabkan inflamasi pada jaringan pendukung gigi,
kehilangan perlekatan yg progresif, dan resorbsi tulang.”
Karakteristik: (1) plak (2) inflamasi periodontal; pembengkakan gingiva, BOP (3)
Kehilangan perlekatan (4) kehilangan tulang alveolar
Diagnosa: periodontitis kronis lokalis di gigi 25, 26, 27, 34, 35, 36, 37, 45, 46
Etiologi: biofilm mikroba pada plak
Faktor sekunder:
Lokal: kontak prematur 26-36, 27-37, kalkulus (permukaan kasarnya bersifat plaque retentive
yang meningkatkan akumulasi bakteri plak), anatomi gigi (permukaan akar yang
bergelombang atau terdapat konkavitas, furkasi)
Sistemik:: gangguan metabolisme (diabetes melitus terutama jika tidak terkontrol), HIV,
osteoporosis, stress, penyakit kardiovaskular
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan level CAL dan deteksi inflamasi pada margin
gingiva. Agresif dan kronis periodontitis sulit dibedakan, namun dapat terlihat dari tingkat
perkembangan penyakit, usia, resistensi terhadap terapi antiinflamasi dan keberadaan faktor
sekunder lokal. Karena perkembangan penyakit yg lambat, periodontitis kronis biasanya baru
terjadi saat pasien berusia 30 tahun-an atau lebih walaupun perjalanan penyakitnya sudah
dimulai sejak dewasa muda. Setiap area rm tidak memiliki kecepatan perkembangan
periodontitis yg sama, beberapa lebih cepat, seperti pada area interproksimal yang biasanya
juga terdapat lebih banyak plak atau area yg lebih sulit terjangkau kontrol plak, seperti area
furkasi, tepian overhanging restoration, dan gigi malposisi.
Gambaran klinis:
Gambaran RO:
Pelebaran LPD gigi
Diskontinuitas lamina dura
Kehilangan alveolar crest
Resporbsi tulang alveolar
Horizontal line pada beberapa gigi
PATOGENESIS
SIMPTOM
Perkembangan penyakit berlangsung lambat dan tidak menimbulkan rasa sakit sehingga
biasanya pasien tidak menyadarinya. Pada pasien dengan tingkat keparahan severe, dimana
terdapat advace CAL dan bone loss, mobilitas gigi, dan bisa juga kehilangan gigi, dapat
dirasakan rasa sakit tumpul terlokalisasi atau menyebar ke area rm mulut yg lain, atau bahkan
kepala.