GINGIVITIS
Gambar 4-2b gingivitis dengan inflamasi lebih luas dan kehilangan kolagen 1.
Enamel 2. Gingival junctional epitelium dengan proliferasi ke dalam jaringan
dibawahnya – neutrofil bermigrasi melalui epitelium 3. Area infiltrasi dengan sel
inflamasi terutama neutrofil dan limfosit dengan kehilangan kolagen dan 4.
Jaringan ikat gingiva
Perubahan Epitel
Lamina basal yang memisahkan jaringan ikat dari epitelium sulcular dan epitel
junctional menunjukkan area inflamasi yang dapat diamati dengan mikroskop
elektron (Gambar 4-3). Perubahan ini termasuk duplikasi, gangguan, dan
kerusakan yang luas. Fragmen lamina basal yang terlepas juga dapat terlihat pada
jaringan ikat dibawahnya.9
Inflamasi paling ringan didominasi oleh neutrofil dan limfosit T, sedangkan pada
gingivitis dengan perkembangan menjadi periodontitis didominasi oleh limfosit B,
yang bertransformasi ke dalam sel plasma.1,14-16 Pada lesi advanced, terlihat
penyebaran sel inflamasi yang melibatkan daerah gingiva yang lebih luas.
Gambar 4-3. Struktur epitel laminan basalis di area gingivitis (1) membran sel
junctional sel epitel basalis (2) hemidesmosom (3) lamina densa (4) duplikasi dari
lamina densa
Sel-sel efektor inflamasi bermigrasi dari sirkulasi perifer dan berakumulasi pada
jaringan periodontal, seperti yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopis.
Mekanisme ini pertama kali dipicu oleh adhesi sel efektor inflamasi melalui
dinding pembuluh pada jaringan target. Adhesi dimediasi oleh molekul adhesi
yang tampak pada permukaan sel endotel dan pada permukaan leukosit. Setelah
adhesi ke endotel, leukosit menembus dinding pembuluh darah dan bermigrasi ke
dalam jaringan. Sebagai contoh, migrasi neutrofil dikenal sebagai respon
kemotaksis terhadap bakteri. Kemotaksis adalah gerakan sel yang sebagai respons
terhadap chemoattractant (bahan yang menimbulkan rangsangan berupa kimia).
Setelah migrasi kemotaksis, neutrofil mengenali mikroorganisme dalam sulkus
gingiva, mengikatnya, dan memfagositosisnya.17
Kerusakan Jaringan
Pertahanan pertama yang berhasil melibatkan berbagai proses. Jika satu atau lebih
dari proses tidak memadai karena faktor genetik atau acquired defisiensi host,
mekanisme pertahanan buruk, atau karena kolonisasi mikroba maka kerusakan
jaringan dapat terjadi dan berlanjut. Hal tersebut sering menyebabkan terjadinya
periodontitis. Kemampuan kemotaksis dan fagositosis yang menurun telah
dilaporkan pada pasien dengan periodontitis agresif terlokalisasi (local aggressive
periodontitis). Namun, beberapa bakteri periodontal, seperti Actinobacilus
actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, dan Fusobacterium
nucleatum, dapat merusak fungsi pelindung neutrofil dengan menghambat proses
fagositosis, produksi superoksida dismutase, dan leukositotoksisitas langsung. 18
Tidak ada bukti resorpsi tulang alveolar pada lesi gingivitis. Jaringan ikat pada
subsulcular mengalami lisis kolagen, yang dalam 4 hari penelitian induksi
gingivitis pada anjing, terdapat sebanyak 70% fraksi kolagen yang mengalami
lisis. 7,19 Jumlah fibroblas dalam area inflamasi berkurang, dan filroblas yang
masih berada di area tersebut rusak mengalami penurunan kapasitas sintesis
kolagen. 20,21 Proliferasi dan edema vaskular juga terjadi.
Kehilangan kolagen bisa terjadi secara total di area yang sangat inflamasi pada
lesi gingivitis kronis, hal ini juga terjadi karena dimediasi oleh molekul signal
inflamasi yang diproduksi oleh sel-sel inflamasi dan oleh enzim protease yang
dilepaskan oleh neutrofil, makrofag, dan fibroblast pada daerah tersebut.
Kemudia terjadi degradasi kolagen pada jaringan periodontal. Degradasi kolagen
terjadi melalui fagositosis dan pencernaan/digestion intraseluler secara enzimatis
oleh makrofag, 22 fibroblas gingiva juga telah terbukti memiliki kemampuan
denaturasi kolagen. Selanjutnya, perbaikan jaringan terus-menerus setelah terjadi
degradasi dan sintesis jaringan ikat periodontal mencapai keseimbangan, hal ini
bergantung pada integritas jaringan. Penurunan regulasi sel atau penurunan
kapasitas sintesis kolagen oleh fibroblast juga dapat mengakibatkan hilangnya
jaringan ikat.
Telah dibuktikan bahwa hilangnya kolagen gingiva akibat peradangan tidak hanya
ditandai oleh proporsi konstan dari kolagen tipe I dan tipe Il tetapi juga dengan
peningkatan yang nyata dalam kandungan relatif kolagen tipe V. 23 Hal ini
mungkin mencerminkan perbedaan respon dari fibroblast pada gingiva selama
inflamasi.
Pembentukan Jaringan
Pembentukan serat kolagen baru kadang-kadang merupakan reaksi histologis
predominan terhadap reaksi inflamasi, terutama diarea/zona perbatasan.3 Hal ini
merupakan salah satu karakteristik respon dari fibroblas. Perubahan yang dapat
diamati secara mikroskopis pada jaringan ikat gingiva melalui variabilitas
aktivitas sel inflamasi, perubahan ini utamanya dimediasi oleh sitokin dan growth
factor/faktor pertumbuhan. Mediator ini dilepaskan oleh sel-sel yang terlibat
sebagai akibat dari eksaserbasi inflamasi yang bergantian dengan periode/waktu
ketenangan.
PERIODONTITIS
Pembentukan Poket
Ciri yang paling khas yang membedakan periodontitis dan gingivitis adalah
hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang yang ditandai dengan pembentukan
poket akibat migrasi apikal dari epitel junctional. Sebagai akibat dari migrasi
apikal ini, epitel junctional menjadi melekat pada sementum akar, dan dinding
luar poket ditutupi oleh epitel, yang disebut poket epitelium (Gambar 4-4a dan 4-
4b). Tahap awal/inisial periodontitis mudah dideteksi melalui mikroskop tetapi
sangat sulit untuk diketahui secara klinis. Kehilangan perlekatan dapat diukur
dengan probe periodontal, tetapi probing lebih sulit mengetahui adanya
kehilangan perlekatan dibandingkan dengan mikroskop.
Pembentukan poket antara epitel dan permukaan akar memungkinkan retensi lebih
lanjut dari bakteri,24 dan oksidasi reduksi yang rendah (potensi redoks)
mendukung kolonisasi patogen periodontal yang sebagian besar merupakan
mikroba anaerob.2 Epitelium poket, yang diinvasi oleh neutrofil menunjukkan
penebalan dan proliferasi rete pegs yang tidak teratur/ireguler, dan tampak
mikroulserasi pada epitel.25-27 Hal ini memfasilitasi masuknya bakteri dan
produknya kedalam jaringan ikat dan meningkatkan terjadinya aktivitas destruktif.
Namun, harus ditekankan bahwa meskipun tidak ada ulserasi, epitel junctional
bersifat permeabel. Oleh karena itu, epitel junctional sendiri dapat menyediakan
jalur masuknya stimulus noxius/berbahaya dan pentingnya ulserasi sebagai
prasyarat dalam patogenesis meningkatnya aktivitas penyakit masih
diperdebatkan.2
Attachment Loss/ hilangnya ikatan
Reaksi Inflamasi
Pada inflamasi periodontal, sementum pada permukaan akar lebih tahan terhadap
resorpsi daripada tulang. Hal ini mungkin disebabkan karena penurunan proses
metabolik berpengaruh besar pada tulang yang bervaskularisasi dibandingkan
dengan sementum yang memiliki ciri nonvaskularisasi. Sementum juga memiliki
kandungan fluorida yang lebih tinggi dibanding tulang, yang memberikan
ketahanan yang lebih besar terhadap pelarutan asam yang dihasilkan oleh sel-sel
yang menyebabkan resorpsi.38
Kategori Periodontitis
Tidak ada perbedaan histologis utama dalam berbagai kategori periodontitis
(kecuali untuk penyakit acute necrotizing periodontitis). Namun, eksaserbasi lokal
dapat menyebabkan lesi akut dengan pembentukan abses. Abses tersebut
menunjukkan akumulasi neutrofil, bakteri, dan lesi nekrotik.
Periodontitis Agresif
Juga, intiltrasi sel plasma tampak lebih masif pada periodontitis agresif
dibandingkan pada periodontitis kronis,42 dan terdapat lebih banyak sel plasma
yang mengalami degenerasi. 43
Temuan histologis pada acute necrotizing gingivitis dan periodontitis berbeda dari
yang ada pada bentuk gingivitis dan periodontitis umumnya. Bentuk acute
necrotizing ditandai dengan ulserasi, dengan nekrosis permukaan yang melibatkan
epitel dan jaringan ikat yang dangkal. Secara klinis, nekrosis ini bisa tampak
berwarna kuning muda hingga abu-abu. Pada tingkat ultrastruktural, lesi nekrotik
menunjukkan empat lapisan.44 Zona bakteri superfisial biasanya mengandung
bakteri dengan berbagai bentuk dan ukuran, termasuk spirochetes. Kemudian pada
daerah dibawahnya terdapat zona kaya neutrofil (neutrofil rich zone), dengan
leukosit didominasi oleh neutrofil, serta bakteri, termasuk spirochetes. Lapisan
selanjutnya terdapat zona nekrotik, dengan sel-sel nekrotik bercampur dengan
bakteri, termasuk spirochetes dan fusobacteria. Pada zona paling apikal dari lesi
nekrotik, jaringan utuh diinvasi oleh spirochetes. Jaringan ikat menunjukkan
proliferasi pembuluh darah dan vasodilatasi, serta inflamasi aktif dengan infiltrasi
neutrofil padat yang mengandung makrofag. Lebih dalam di jaringan, proses
inflamasi menunjukkan adanya sel plasma.
Acknowledgments
Foto disiapkan oleh Leise haard. Department of Oral Medicine and Oral Surry ,
Rumah Sakit Liniverity of Coperhagen. Sekte-sekte logika milik Dr lesper Reibel
dan Dr Finn Pratorius, Depart rsent of Cral Pathology, dan Dr Soren Schou
Depariment of Oral and Maxillofacial Surgery. Sekolah Kedokteran Gigi,
Universitas Kopenhagen. Pengadilan ilustrasi struktural cf Dr Lis Andersen,
Departemen Patologi Mulut, Sekolah Kedokteran Gigi, Liniversity Copenhagen.
Ilustrasi skema oleh Dr Finn Htolm-Pelersen, Coperhagen, Denmark.