Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Plasenta previa
Disusun oleh:
Ria Afriyanti
1410029047
Pembimbing:
dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perdarahan Obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah
anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat. Hal ini disebut juga dengan
Perdarahan antepartum yaitu perdarahan yang berasal dari traktus genital terjadi setelah
kehamilan 28 minggu,.Penyebabnya dapat berasal dari plasenta dan luar plasenta.Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan
yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
berbahaya. Pada kasus perdarahan antepartum, pikirkan kemungkinan yang lebih berbahaya lebih
dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan prognosis
terburuk atau terberat, dan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat segera.1,4
kelainan dari plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan antepartum yang meliputi plasenta
previa, solusio plasenta dan vasa previa. Oleh sebab itu, keadaan ini perlu diantisipasi dini
sebelum perdarahan sampai pada tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.1
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal). Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi,
dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka
kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi. 1,2,8,10.
Penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang
mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu tanpa
riwayat trauma. Sering disertai kelainan janin atau pada kehamilan lanjut bagaian bawah janin
tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang diatas panggul1,2,3.
Wanita hamil yang dicurigai menderita plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat tanpa dilakukan pemeriksaan dalam karena hal tersebut akan memprovokasi perdarahan
yang berlangsung semakin banyak1,
2
.BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari , 4 maret 2016 pukul 10.00 WITA di ruang
Mawar VK RSUD Abdul Wahab SJahranie Samarinda.
2.1. Identitas
Identitas pasien:
Nama
: Ny. S
Umur
: 29 Tahun
Agama`
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Suku
: Jawa
Alamat
Masuk Rumah Sakit : Hari kamis, 03 maret 2016 pukul 03.00 wita
Identitas suami:
Nama
: Tn. QA
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Suku
: Jawa
Alamat
Riwayat Menstruasi:
-
No
Tempat
Umur
Partus
Partus
Kehamilan
Bidan
1
penolong
Tahun
2010
praktek
Penyulit
Jenis
JK / BB
Persalinan
bidan
Aterm
Spontan
2016
Anak
Sekarang
swasta
2
Keadaan
Laki-laki/
3800 gram
hidup
Hamil ini
Riwayat Perkawinan:
-
Kontrasepsi:
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan selama 4 tahun (tahun
2011)
2.3 Pemeriksaan fisik:
1.
Berat badan
2.
Keadaan Umum
: sakit sedang
3.
Kesadaran
4.
Tanda vital:
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu
5.
: 120/80 mmHg
:88 x/menit
: 20 x/menit
: 36,5C
Status generalis:
Kepala
Mata
: normochepali
: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
5
Jantung
Paru
Abdomen
- Inspeksi
cembung,
tampak
linea
nigra
Perkusi
Auskultasi
: Atas
sikatriks (+).
Palpasi
: Teraba soefl, uterus membesar 3 jari diatas
umbilicus Hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
: Timpani,
: Bising usus (+), kesan normal
: akral hangat, edem (-/-)
Bawah
7. Status Obstetri
Inspeksi : Perut membesar arah memanjang, linea nigra hiperpigmentasi,
striae albicans (+), sikatriks (+). Labia Mayor dan Minor tampak normal.
Vulva dan vagina kesan normal, tampak perdarahan keluar dari introitus
vagina
Pemeriksaan Palpasi
TFU : 29 cm
Leopold I
: bokong
Leopold II
: punggung kanan
Leopold III
: kepala
Leopold IV
03 Maret 2016
Hb
10,1 mg/dl
Hct
31,6%
Leu
9.800 L
Trombosit
299.000 L
BT
CT
GDS
110 mg/dl
Ureum
20,0 mg/dl
Kreatinin
0,6 mg/dl
HbsAg
NR
112
NR
2.6 Penatalaksanaan :
2.7 Follow Up
Follow up pasien di ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab Syahrani Samarinda
4/3/2016
Perawatan Hari pertama
06.45 wita
pemeriksaan fisik
KU : sakit sedang
Keluhan : keluar perdarahan dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu.
HPHT : ?/6/2015
TP : ?/3/2016
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg,
N:88 x/menit kuat angkat
RR : 20 x/menit,
T: 36,5C
Pemeriksaan obstetric
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan
normal, tampak perdarahan keluar dari introitus vagina
TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 136 kali/menit
HIS : -
07.00
Lapor dr.Sp.OG :
Drip duvadillan 2 ampul dalam RL dengan kecepatan 16 tpm
Injeksi Kalnex 3 x 500 mg
Observasi KU, TTV, DJJ, his dan perdarahan
Rencana USG besok tanggal 4 maret 2016
04/3/2016
Perawatan Hari kedua
07.30
KU : Sakit sedang
S: keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik & Obstetri :
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
8
11.30
Lapor dr. Sp OG
Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 12 tpm
Injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
Observasi KU, TTV, DJJ, his dan perdarahan
05/3/2016
Perawatan Hari ketiga
07.30
KU : Sakit sedang
S: keluar darah flek-flek dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik & Obstetri :
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg,
N:80 x/menit
RR : 20 x/menit,
T: 36,5C
Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan
HIS : -
13.00
Lapor dr. Sp OG
Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 12 tpm
Injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
Perdarahan berkurang pindah ruang nifas
Follow Up Perawatan Pasien di Ruang Nifas ( Mawar ) RSUD Abdul Wahab Syahrani
Samarinda
06 Maret 2016
Perawatan hari ke empat
08.43
KU : Sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Keluhan : perdarahan berkurang, gerak janin (+)
Tanda tanda vital
Tekanan Darah
= 130/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
= 36,8 oC.
- Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal,
07 Maret 2016
Perawatan hari ke lima
08.43
KU : Sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Keluhan : (-)
Tanda tanda vital
Tekanan Darah
= 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
= 36,8 oC.
- Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal,
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
perdarahan
yang
berasal
dari
traktus
genital
terjadi
setelah
kehamilan
28
Kelainan plasenta, yaitu plasenta previa, solutio plasenta (abruption plasenta), dan Vasa
Previa.(60%)
12
Bukan dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan
serviks dan vagina serta trauma.(40%)
C. Penanganan
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi
darah dan operasi. Berikut ini langkah penangan awal perdarahan antepartum 1Memberikan
oksigen dengan nasal kanul atau masker. Kemudian Memberikan infus ringer laktat atau larutan
garam fisiologis serta memeriksakan Hb dan golongan darah. Jika perlu dipasang 2 jalur IV line
bila keadaan hemodinamik tidak stabil. Transfuse diberikan bila Hb < 10 g/dl. Bersamaan dengan
langkah tersebut perlu dipantau secara ketat tanda-tanda vital ibu dan pemantau kesejahteraan
janin, dianjutkan dengan kardiotokografi guna lebih akurat memantau keadaan janin. Selain itu
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, seperti dengan USG dan
MRI. pemeriksaan darah lengkap termasuk pemeriksaan gangguan mekanisme pembekuan darah
perlu dilakukan. Pada perdarahan antepartum tidak dilakukan pemeriksaan vagina toucher namun
hanya pemeriksaan inspekulo sampai diagnosis plasenta previa di tegakkan.1,5
B. Epidemiologi
13
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada
usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah
yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil dengan
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetri yang memungkinkan
dekteksi lebih dini maka insiden plasenta previa dapat lebih tinggi 1,2,8,10.
C. Faktor Resiko
Penyebab blastokista berimplantasididaerah segmen bawah Rahim masih belum diketahui secara
pasti,. Mungkin hal ini dapat terjadi secara kebetulan atau dengan latar belakang lain. Teori lain
adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atropi. Faktor resiko terjadinya plasenta previa yang dapat dipandang berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atropi di endometrium yaitu paritas tinggi, usia lanjut, cacat Rahim
misalnya bekas bedah sesar, kerokan, dan miomektomi.1,2,9
Pada perempuan perokok insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia
akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertropi
sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bias menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah Rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum1,10,11,12
D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Hal
ini terjadi karena plasenta yang berimplantasi dibawah segmen Rahim akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang bersal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus plasenta1,9,.
Darah yang keluar berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus
uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
14
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama
dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena
itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai1,3,6.
Perdarahan dapat terjadi mulai dari kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari 50 % kasus
perdarahan mulai terjadi pada usia kehamilan 34 minggu ke atas. Karena tempat perdarahan
terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahanmudah mengalir ke luar Rahim dan
tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan thromboplastin ke dalam sirkulasi maternal, sehingga koagulopati sangat jarang
terjadi pada plasenta previa1,3,6.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah Rahim yang tipis mudah diinvasi
oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus,
sehingga lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta bahkan plasenta prekreta yang
pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan rectum yang bersamaan dengan
terjadinya plasenta previa. Segmen bawah Rahim dan serviks yang rapuh mudah robek karena
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian
perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa yaitu ketika kala III karena plasenta sukar
dilepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah plasenta lepas karena segmen bawah
Rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik1,3,6.
E. Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina
tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan
dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat
perdarahan berulang biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.
Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak
dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada perut
ibu saat dilakukan palpasi. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang1,2,13
15
F. Klasifikasi
Berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu.1,2,11,14,15
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internus.
Plasenta previa parsialis adalah placenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
16
Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap letak plasenta normal..
G. Diagnosis
Sifat perdarahan
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak, akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya sudah dilakukan pemeriksaan dalam. Pada
kehamilan 20 minggu dapat terjadi perdarahan karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmensegmen uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh
pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
17
diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar.1,2,3,4,16
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu, tanpa rasa nyeri, tanpa
alasan, berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya, terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan
hematokrit. 1,2,3
Pemeriksaan luar
a. Inspeksi1,2,3
-
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku
b. Palpasi1,2,3
-
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel
c. Auskultasi1,2,3
-
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3
18
Pemeriksaan Laboraturium
Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang dapat menegakkan diagnosis
plasenta precia.
Pemeriksaan darah seperti hb, hematocrit dan lain sebagainya untuk mengetahui apakah terjadi
anemi atau tidak akibat kehilangan darah14.
dengan bagian terbawah janin . perlahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba
jaringan plasenta.
mengetahui klasifikasi plasenta. pemeriksaan ini dilakukan jika usg tidak tersedia dan umur
kehamilan > 37 minggu. Jika plasenta letak parsialis atau marginalis dan perdarahan yang terjadi
tidak banyak maka dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi drip oksitosin untuk mempercepat
persalinan. Jika plasenta previa totali atau perdarahan banyak langsung dilanjutkan seksio sesarea.
Oleh karena itu Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila
wanita tersebut sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk
pembedahan seksio sesarea segera (double set up examination), karena pemeriksaan serviks
yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat1,2,3,17.
H. Terapi
Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5,16
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam batas
normal
- Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24 jam untuk
menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan presentasi
janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg selama
1 bulan.
- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
20
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam untuk
mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
-Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Terapi Aktif (tindakan segera)
Rencanakan terminasi kehamilan jika: 1,3,5,16
Janin matur
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali)
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Untuk pasien dengan perdarahan aktif dan gangguan hemodinamik, tindakan segera yang
Resusitasi cairan dengan saline atau ringer laktat, 2 jalur, jarum besar
(16G, 18G)
21
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan
4 cm atau lebih
Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa partialis,
plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan caracara yang ada.
Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakantindakan yang ada
22
I. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infuse cairan telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah
melahirkan dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisansi program
keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian, banyak
komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi
kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesaria.
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu
dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.Sekarang
penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal
jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi,
emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%,
terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan
(tindakan).14
J. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, diantaranya adalah 1,2,6,16:
1. Pergerakan segmen bawah uterus terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak sehingga perdarahan yang terjadi
tidak dapat dicegah mengakibatkan pasien menjadi anemia sampai syok.
2. karena segmen bawah Rahim ini tipis maka jaringan trofoblas palasenta mudah menginvasi
menerobos kedalam myometrium bahkan sampai perimetrium dan menyebabkan terjadinya
plasenta akreta bahkan sampai plasentra inkreta atau plasenta prekreta. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta kareta terjadi 10-35
% pada pasien seksio sesarea 1 kali. Dan naik menjadi 60-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah Rahim yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah
sangat berpotensial untuk robek. Oleh karena itu harus hati-hati pada semua tindakan manual
pada tempat ini misalnya waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah Rahim
23
ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Jika terjadi
perdarahan yang tidak terkendali maka dapat dilakukan penjahitan segmen bawah Rahim,
ligase ateri uterine, ligase ateri ovarika, pemasangan tampon atau ligase arteri hipogastrika.
Namun jika tindakan-tindakan tersebut tidak berhasil maka harus dilakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering terjadi pada tindakan terminasi kehamilan yang
belum aterm pada plasenta previa.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaoprkan dalam kepustakaan selain masa rawatan
yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solesio plasenta, seksio sesaria, kelainan letak
janin, perdarahan pasca persalinan, dan disseminated intravascular coagulation.
BAB IV
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini mengulas tentang seorang wanita Ny.SN usia 34 tahun, datang ke IGD tanggal
20 Januari 2016
pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis akhir P3104A1 + plasenta previa totalis.
4.1 Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan informasi sebagai berikut yaitu pasien seorang
wanita usia 34 tahun, datang berobat ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan keluar
dari jalan lahir sejak 1 minggu hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluar darah dari jalan
lahir berupa flek-flek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang keluar semakin banyak,yaitu
sekitar 6-8 pembalut wanita dalam 1 hari. Darah yang keluar berupa darah yang berwarna merah
segar sampai kehitaman dan kadang disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah sakit karena keluhan yang sama dua kali yaitu pada
24
kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan. namun darah yang keluar saat itu tidak sebanyak darah yang
keluar saat ini. Saat usia kehamilan 6 bulan pasien di USG hasilnya adalah ari-ari berada dibagian
bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir. Pasien memiliki riwayat obstetri P3A1 dengan
riwayat operasi section sesaria 6 tahun yang lalu karena letak bayi sungsang dan kuretase 2 tahun
yang lalu karena hamil anggur. setelah 13 tahun menikah, berhubungan seksual aktif, dan pernah
menggunakan kontrasepsi jenis suntik 1 bulan selama 1 bulan.
Menurut teori, Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan
sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
dan miomektomi juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Gambaran klinis yang
menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai
dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali
terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang
biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.
Inspeksi: cembung,
Hepar:
B. Pemeriksaan Obstetri :
1.
Inspeksi
Perut membesar arah memanjang, linea nigra hiperpigmentasi, striae albicans (+), sikatriks
(+). Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal, tampak
perdarahan keluar dari introitus vagina
25
2.
Pemeriksaan Palpasi
Leopold I
Leopold II
: punggung kanan
Leopold III
: kepala
Leopold IV
3.
4.
5.
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku
e. Palpasi1,2,3
-
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel
f. Auskultasi1,2,3
-
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3
26
mengetahui klasifikasi plasenta. pemeriksaan ini dilakukan jika usg tidak tersedia dan umur
kehamilan > 37 minggu. Jika plasenta letak parsialis atau marginalis dan perdarahan yang terjadi
tidak banyak maka dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi drip oksitosin untuk mempercepat
persalinan. Jika plasenta previa totali atau perdarahan banyak langsung dilanjutkan seksio sesarea.
Oleh karena itu Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila
wanita tersebut sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk
pembedahan seksio sesarea segera (double set up examination), karena pemeriksaan serviks
yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat 1,2,3
4.3 Diagnosis
Pasien ini telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan obstetri, serta pemeriksaan penunjang
berupa USG dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan USG pada kehamilan 3 bulan
menunjukkan hasil normal sedangkan, pemeriksaan USG pada usia kehamilan 6 bulan
menunjukkan plasenta berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir.
Berdasarkan teori, USG dapat membantu menegakkan diagnosis Plasenta Previa. Pemeriksaan
ultrasonografi merupakan cara yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis definitive karena
dapat menentukkan letak plasenta secara tepat dan menentukkan keadaan ostium uteri internum
apakah tertutup oleh plasenta atau tidak serta tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan
janin . Pemeriksaan USG rutin pada kehamilan 18-20 minggu dengan plasenta letak-rendah tidak
dianjurkan, kecuali terjadi perdarahan berulang. Pemeriksaan USG rutin untuk kehamilan dengan
plasenta previa partial atau total dianjurkan setelah 32 minggu, walaupun saat itu tidak terjadi
perdarahan
4.4 Penatalaksanaan
27
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan Seksio Sesarea Selanjutnya dilakukan MOW.
Berdasarkan teori, pada penatalaksanaan Plasenta Previa dibagi menjadi dua yaitu terapi
ekspetatif dan terapi aktif. Terapi ekspektatif bertujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan
upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam batas
normal
Janin matur
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali)
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi
pada plasenta previa: 1,3,5,
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan
4 cm atau lebih
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien NY.SN usia 34 tahun yang datang ke IGD RS A.W
Sjahranie Samarinda dengan keluhan utama keluar darah dari jalan lahir sejak satu minggu lalu.
Awalnya keluar darah dari jalan lahir berupa flek-flek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang
keluar semakin banyak, Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah sakit karena keluhan yang
sama dua kali yaitu pada kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan. Saat usia kehamilan 6 bulan pasien
di USG hasilnya adalah ari-ari berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir. Pasien
memiliki riwayat obstetri P3A1 dengan riwayat operasi section sesaria pada anak ketiga dan
kuretase 2 tahun yang lalu karena hamil anggur. setelah 13 tahun menikah, berhubungan seksual
aktif, dan pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik 1 bulan selama 1 bulan. Pemeriksaan fisik
abdomen dan obsteri menunjukkan adanya pembesaran uterus, dengan tinggi fundus 25 cm, janin
letak kepala dan belum masuk PAP. Denyut jantung janin 126 kali/per menit. Setelah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis sebagai
G5P3A1 gravid 27-28 minggu + perdarahan antepartum et causa plasenta previa + riwayat operasi
SC anak ketiga, sedangkan diagnosis post operatif nya yaitu : P3104A1 + plasenta previa totalis
30
Secara umum, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai
teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
7. Zarbo, G, et al., et al. A case Report of Asymtomatic Placenta Previa : Diagnosis and
Management., Beirut : Clinical Medicine Research, 2013, Vol. 2. 1-5.
31
32