Anda di halaman 1dari 32

Lab / SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Plasenta previa

Disusun oleh:
Ria Afriyanti
1410029047

Pembimbing:
dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perdarahan Obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah

anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat. Hal ini disebut juga dengan
Perdarahan antepartum yaitu perdarahan yang berasal dari traktus genital terjadi setelah
kehamilan 28 minggu,.Penyebabnya dapat berasal dari plasenta dan luar plasenta.Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan
yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
berbahaya. Pada kasus perdarahan antepartum, pikirkan kemungkinan yang lebih berbahaya lebih
dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan prognosis
terburuk atau terberat, dan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat segera.1,4
kelainan dari plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan antepartum yang meliputi plasenta
previa, solusio plasenta dan vasa previa. Oleh sebab itu, keadaan ini perlu diantisipasi dini
sebelum perdarahan sampai pada tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.1
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal). Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi,
dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka
kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi. 1,2,8,10.
Penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang
mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu tanpa
riwayat trauma. Sering disertai kelainan janin atau pada kehamilan lanjut bagaian bawah janin
tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang diatas panggul1,2,3.
Wanita hamil yang dicurigai menderita plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat tanpa dilakukan pemeriksaan dalam karena hal tersebut akan memprovokasi perdarahan
yang berlangsung semakin banyak1,
2

.BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari , 4 maret 2016 pukul 10.00 WITA di ruang
Mawar VK RSUD Abdul Wahab SJahranie Samarinda.
2.1. Identitas
Identitas pasien:
Nama

: Ny. S

Umur

: 29 Tahun

Agama`

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Mandala, Lempake

Masuk Rumah Sakit : Hari kamis, 03 maret 2016 pukul 03.00 wita

Identitas suami:
Nama

: Tn. QA

Umur

: 30 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Swasta

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Mandala, Lempake

2.2 Keluhan utama

: Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

: Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari


sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluar darah dari jalan lahir
berupa flek-flek namun terakhir darah yang keluar semakin
banyak,yaitu sekitar 6-8 pembalut wanita dalam 1 hari. Darah
yang keluar berupa darah yang berwarna merah segar sampai
kehitaman dan kadang disertai gumpalan-gumpalan darah
berwarna hitam.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit satu kali bulan
februari dengan HAP yaitu selama empat hari, namun darah yang
keluar saat itu tidak sebanyak darah yang keluar saat ini.
Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD AWS. Tidak ada air-air
yang keluar dari jalan lahir. Riwayat berhubungan dengan suami 4
minggu yang lalu. Trauma (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

: Pasien tidak sedang / memiliki riwayat penyakit hipertensi,


diabetes mellitus, hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan
penyakit lain yang kronis, serta penyakit serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang sedang / memiliki riwayat

penyakit hipertensi, diabetes mellitus, hepatitis, jantung, ginjal,


asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, dan riwayat kista atau
tumor lainnya.

Riwayat Menstruasi:
-

Menarche usia 12 tahun

Siklus teratur setiap 28 hari

Lama haid 7 hari

Banyak haid : 2-3 kali ganti pembalut per hari

Hari Pertama Haid Terakhir : ?/6/2015

Taksiran persalinan :?/3/2016


4

No

Tempat

Umur

Partus

Partus

Kehamilan

Bidan
1

penolong

Tahun

2010

praktek

Penyulit

Jenis

JK / BB

Persalinan
bidan

Aterm

Spontan

2016

Anak
Sekarang

swasta
2

Keadaan

Laki-laki/
3800 gram

hidup

Hamil ini

Siklus haid teratur setiap bulan

Riwayat Perkawinan:
-

Kawin sebanyak 1 kali


Kawin usia 22 tahun
lama menikah dengan suami sekarang : 8 tahun.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Kontrasepsi:
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan selama 4 tahun (tahun
2011)
2.3 Pemeriksaan fisik:
1.

Berat badan

: 65 kg, tinggi badan 153 cm

2.

Keadaan Umum

: sakit sedang

3.

Kesadaran

: Komposmentis, GCS : E4V5M6

4.

Tanda vital:

Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

5.

: 120/80 mmHg
:88 x/menit
: 20 x/menit
: 36,5C
Status generalis:

Kepala
Mata

: normochepali
: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
5

Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan


Leher
: Pembesaran KGB (-)
Thorax
-

Jantung

: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
- Inspeksi

cembung,

tampak

linea

nigra

hiperpigmentasi, tampak striae albicans dan tampak


6. Ekstremitas

Perkusi
Auskultasi
: Atas

sikatriks (+).
Palpasi
: Teraba soefl, uterus membesar 3 jari diatas
umbilicus Hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
: Timpani,
: Bising usus (+), kesan normal
: akral hangat, edem (-/-)

Bawah

: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella (+/+)

7. Status Obstetri
Inspeksi : Perut membesar arah memanjang, linea nigra hiperpigmentasi,
striae albicans (+), sikatriks (+). Labia Mayor dan Minor tampak normal.
Vulva dan vagina kesan normal, tampak perdarahan keluar dari introitus
vagina
Pemeriksaan Palpasi
TFU : 29 cm
Leopold I

: bokong

Leopold II

: punggung kanan

Leopold III

: kepala

Leopold IV

:belum masuk PAP

Vaginal toucher : tidak dilakukan


Denyut jantung janin : 136 kali/menit
HIS : -

2.4 Pemeriksaan Tambahan:


Laboratorium Darah
Jenis
Pemeriksaan

03 Maret 2016

Hb

10,1 mg/dl

Hct

31,6%

Leu

9.800 L

Trombosit

299.000 L

BT

CT

GDS

110 mg/dl

Ureum

20,0 mg/dl

Kreatinin

0,6 mg/dl

HbsAg

NR

112

NR

2.5 Diagnosis kerja:


G2P1A0 gravid 34-36 minggu dengan HAP + Susp Plasenta Previa

2.6 Penatalaksanaan :

Drip duvadillan 2 ampul dalam RL dengan kecepatan 16 tpm


Injeksi Kalnex 3 x 500 mg
Masuk ruang mawar VK

2.7 Follow Up
Follow up pasien di ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab Syahrani Samarinda

4/3/2016
Perawatan Hari pertama
06.45 wita

Menerima pasien baru dari IGD dan melakukan anamnesis dan


7

pemeriksaan fisik
KU : sakit sedang
Keluhan : keluar perdarahan dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu.
HPHT : ?/6/2015
TP : ?/3/2016

Pemeriksaan Fisik:

Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg,
N:88 x/menit kuat angkat
RR : 20 x/menit,
T: 36,5C
Pemeriksaan obstetric
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan
normal, tampak perdarahan keluar dari introitus vagina
TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 136 kali/menit
HIS : -

A: G2P1A0 gravid 34-36 minggu dengan HAP + Susp Plasenta Previa

07.00

Lapor dr.Sp.OG :
Drip duvadillan 2 ampul dalam RL dengan kecepatan 16 tpm
Injeksi Kalnex 3 x 500 mg
Observasi KU, TTV, DJJ, his dan perdarahan
Rencana USG besok tanggal 4 maret 2016

04/3/2016
Perawatan Hari kedua
07.30

KU : Sakit sedang
S: keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik & Obstetri :
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
8

TD: 120/80 mmHg,


N:89 x/menit
RR : 20 x/menit,
T: 36,5C
Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan

normal, tampak perdarahan keluar dari introitus vagina


TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 134 kali/menit
HIS : Pemeriksaan USG :
Plasenta letak rendah
Usia kehamilan 34 35 minggu
Berat janin 2700 gram

A: G2P1A0 gravid 34-35 minggu + Plasenta Previa Letak Rendah

11.30

Lapor dr. Sp OG
Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 12 tpm
Injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
Observasi KU, TTV, DJJ, his dan perdarahan

05/3/2016
Perawatan Hari ketiga
07.30

KU : Sakit sedang
S: keluar darah flek-flek dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik & Obstetri :
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg,
N:80 x/menit
RR : 20 x/menit,
T: 36,5C
Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan

normal, tampak perdarahan keluar dari introitus vagina


TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 134 kali/menit
9

HIS : -

A: G2P1A0 gravid 34-35 minggu + Plasenta Previa Letak Rendah

13.00

Lapor dr. Sp OG
Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 12 tpm
Injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
Perdarahan berkurang pindah ruang nifas

Follow Up Perawatan Pasien di Ruang Nifas ( Mawar ) RSUD Abdul Wahab Syahrani
Samarinda
06 Maret 2016
Perawatan hari ke empat
08.43

KU : Sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Keluhan : perdarahan berkurang, gerak janin (+)
Tanda tanda vital
Tekanan Darah

= 130/80 mmHg

Nadi

= 82 kali per menit, reguler, kuat angkat.

Pernafasan

= 20 kali per menit

Suhu

= 36,8 oC.

- Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal,

tampak sedikit perdarahan keluar dari introitus vagina


TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 143 kali/menit
His (+)

A: G2P1A0 gravid 34-35 minggu + Plasenta Previa Letak Rendah


P: Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 12 tpm
Injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
Obsevasi DJJ, dan Perdarahan.
10

07 Maret 2016
Perawatan hari ke lima
08.43

KU : Sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Keluhan : (-)
Tanda tanda vital
Tekanan Darah

= 120/70 mmHg

Nadi

= 82 kali per menit, reguler, kuat angkat.

Pernafasan

= 20 kali per menit

Suhu

= 36,8 oC.

- Pemeriksaan Obstetri :
Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal,

tidak tampak perdarahan keluar dari introitus vagina


TFU : 29 cm
Denyut jantung janin : 132 kali/menit
His (+)

A: G2P1A0 gravid 34-35 minggu + Plasenta Previa Letak Rendah


P: Dupadillan tab 3 x 1
Asam traneksamat tab 3 x 1
Boleh pulang.

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. PERDARAHAN ANTEPARTUM


A. Definisi
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian.Perdarahan antepartum
adalah

perdarahan

yang

berasal

dari

traktus

genital

terjadi

setelah

kehamilan

28

minggu1,4,.Perdarahan antepartum diperkirakan terjadi pada 2-5% kehamilan. Perdarahan obstetrik


yang terjadi pada trimester 3 dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir umumnya adalah
perdarahan yang berat dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat dapat mendatangkan syok
yang fatal. 1,3
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks
biasanya tidak berbahaya. Pada kasus perdarahan antepartum, pikirkan kemungkinan yang lebih
berbahaya lebih dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan
prognosis terburuk atau terberat, dan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat segera.1,3
B. Klasifikasi
Perdarahan antepartum dapat diklasifikan berdasarkan sumbernya, yaitu :1,3,

Kelainan plasenta, yaitu plasenta previa, solutio plasenta (abruption plasenta), dan Vasa
Previa.(60%)
12

Bukan dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan
serviks dan vagina serta trauma.(40%)

C. Penanganan
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi
darah dan operasi. Berikut ini langkah penangan awal perdarahan antepartum 1Memberikan
oksigen dengan nasal kanul atau masker. Kemudian Memberikan infus ringer laktat atau larutan
garam fisiologis serta memeriksakan Hb dan golongan darah. Jika perlu dipasang 2 jalur IV line
bila keadaan hemodinamik tidak stabil. Transfuse diberikan bila Hb < 10 g/dl. Bersamaan dengan
langkah tersebut perlu dipantau secara ketat tanda-tanda vital ibu dan pemantau kesejahteraan
janin, dianjutkan dengan kardiotokografi guna lebih akurat memantau keadaan janin. Selain itu
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, seperti dengan USG dan
MRI. pemeriksaan darah lengkap termasuk pemeriksaan gangguan mekanisme pembekuan darah
perlu dilakukan. Pada perdarahan antepartum tidak dilakukan pemeriksaan vagina toucher namun
hanya pemeriksaan inspekulo sampai diagnosis plasenta previa di tegakkan.1,5

3.2. PLASENTA PREVIA


A. Pengertian
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internal). Pada keadaan normal plasenta terletak diatas uterus1,2,3,5,6, 7

B. Epidemiologi
13

Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada
usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah
yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil dengan
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetri yang memungkinkan
dekteksi lebih dini maka insiden plasenta previa dapat lebih tinggi 1,2,8,10.

C. Faktor Resiko
Penyebab blastokista berimplantasididaerah segmen bawah Rahim masih belum diketahui secara
pasti,. Mungkin hal ini dapat terjadi secara kebetulan atau dengan latar belakang lain. Teori lain
adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atropi. Faktor resiko terjadinya plasenta previa yang dapat dipandang berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atropi di endometrium yaitu paritas tinggi, usia lanjut, cacat Rahim
misalnya bekas bedah sesar, kerokan, dan miomektomi.1,2,9
Pada perempuan perokok insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia
akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertropi
sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bias menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah Rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum1,10,11,12

D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Hal
ini terjadi karena plasenta yang berimplantasi dibawah segmen Rahim akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang bersal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus plasenta1,9,.
Darah yang keluar berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus
uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
14

otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama
dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena
itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai1,3,6.
Perdarahan dapat terjadi mulai dari kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari 50 % kasus
perdarahan mulai terjadi pada usia kehamilan 34 minggu ke atas. Karena tempat perdarahan
terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahanmudah mengalir ke luar Rahim dan
tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan thromboplastin ke dalam sirkulasi maternal, sehingga koagulopati sangat jarang
terjadi pada plasenta previa1,3,6.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah Rahim yang tipis mudah diinvasi
oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus,
sehingga lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta bahkan plasenta prekreta yang
pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan rectum yang bersamaan dengan
terjadinya plasenta previa. Segmen bawah Rahim dan serviks yang rapuh mudah robek karena
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian
perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa yaitu ketika kala III karena plasenta sukar
dilepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah plasenta lepas karena segmen bawah
Rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik1,3,6.

E. Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina
tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan
dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat
perdarahan berulang biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.
Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak
dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang pada perut
ibu saat dilakukan palpasi. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang1,2,13
15

F. Klasifikasi
Berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu.1,2,11,14,15
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internus.

Plasenta previa parsialis adalah placenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.

Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.

16

Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap letak plasenta normal..

G. Diagnosis
Sifat perdarahan
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak, akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya sudah dilakukan pemeriksaan dalam. Pada
kehamilan 20 minggu dapat terjadi perdarahan karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmensegmen uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh
pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
17

diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar.1,2,3,4,16
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :

Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu, tanpa rasa nyeri, tanpa
alasan, berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya, terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan
hematokrit. 1,2,3

Pemeriksaan luar
a. Inspeksi1,2,3
-

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku

Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis.

b. Palpasi1,2,3
-

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel

c. Auskultasi1,2,3
-

Denyut jantung janin biasanya normal

Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3
18

Pemeriksaan Laboraturium
Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang dapat menegakkan diagnosis

plasenta precia.

Pemeriksaan darah seperti hb, hematocrit dan lain sebagainya untuk mengetahui apakah terjadi
anemi atau tidak akibat kehilangan darah14.

Pemeriksaan letak plasenta tidak langsung


Pemeriksaan ultrasonografi merupakan cara yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis
definitive karena dapat menentukkan letak plasenta secara tepat dan menentukkan keadaan
ostium uteri internum apakah tertutup oleh plasenta atau tidak serta tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi ibu dan janin. Pemeriksaan USG rutin pada kehamilan 18-20 minggu
dengan plasenta letak-rendah tidak dianjurkan, kecuali terjadi perdarahan berulang.
Pemeriksaan USG rutin untuk kehamilan dengan plasenta previa partial atau total dianjurkan
setelah 32 minggu, walaupun saat itu tidak terjadi perdarahan1,2,7,15,17.

USG yang menunjukkan adanya plasenta previa totalis


P = plasenta ; F = janin ; AF = cairan amnion ; B = Kandung kemih ; Cx = Cervix

Pemeriksaan letak plasenta secara langsung


Diagnosis plasenta previa dahulunya jarang ditegakkan melalui pemeriksaan klinis,
kecuali dengan pemeriksaan dalam yaitu 2 jari tangan pemeriksa dimasukkan lewat vagina
kemudia meraba forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak bantalan antara jari
19

dengan bagian terbawah janin . perlahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba
jaringan plasenta.

Kemudian jari digerakkan mengikuti seluruh pembukaan serviks untuk

mengetahui klasifikasi plasenta. pemeriksaan ini dilakukan jika usg tidak tersedia dan umur
kehamilan > 37 minggu. Jika plasenta letak parsialis atau marginalis dan perdarahan yang terjadi
tidak banyak maka dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi drip oksitosin untuk mempercepat
persalinan. Jika plasenta previa totali atau perdarahan banyak langsung dilanjutkan seksio sesarea.
Oleh karena itu Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila
wanita tersebut sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk
pembedahan seksio sesarea segera (double set up examination), karena pemeriksaan serviks
yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat1,2,3,17.

H. Terapi
Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5,16

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam batas
normal

Janin masih hidup

- Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24 jam untuk
menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan presentasi
janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg selama
1 bulan.
- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
20

- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam untuk
mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
-Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Terapi Aktif (tindakan segera)
Rencanakan terminasi kehamilan jika: 1,3,5,16

Janin matur

Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali)

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Untuk pasien dengan perdarahan aktif dan gangguan hemodinamik, tindakan segera yang

harus dilakukan adalah terminasi kehamilan dan penggantian cairan tubuh.


Selama persiapan proses terminasi kehamilan, dilakukan: 1,3,5

Resusitasi cairan dengan saline atau ringer laktat, 2 jalur, jarum besar
(16G, 18G)

Persiapkan 4 labu darah yang sesuai golongan darah pasien

Observasi keadaan janin

Berikan O2 murni untuk semua pasien dengan hipotensi (konsumsi O2


pada kehamilan meningkat hingga 20% dan janin sangat rentan terhadap hipoksia)

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa


Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
1,3,5,16

Jenis plasenta previa

Perdarahan: banyak, atau sedikit tapi berulang-ulang

21

Keadaan umum ibu hamil

Keadaan janin: hidup, gawat janin, atau meninggal

Pembukaan jalan lahir

Paritas atau jumlah anak hidup

Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan factor-faktor diatas, ada 2 pilihan persalinan, yaitu: 1,3,5,6


Persalinan pervaginam; bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan
berhenti.
Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi
pada plasenta previa: 1,5,

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan
4 cm atau lebih

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah meninggal.

Seksio sesaria; bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan


demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahnnya,
dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila
dilangsungkan persalinan pervaginam. 1,5,16
Indikasi seksio caesaria pada plasenta previa: 1,

Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa partialis,
plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan caracara yang ada.

Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakantindakan yang ada

Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

22

I. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infuse cairan telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah
melahirkan dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisansi program
keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian, banyak
komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi
kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesaria.
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu
dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.Sekarang
penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal
jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi,
emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%,
terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan
(tindakan).14

J. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, diantaranya adalah 1,2,6,16:
1. Pergerakan segmen bawah uterus terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak sehingga perdarahan yang terjadi
tidak dapat dicegah mengakibatkan pasien menjadi anemia sampai syok.
2. karena segmen bawah Rahim ini tipis maka jaringan trofoblas palasenta mudah menginvasi
menerobos kedalam myometrium bahkan sampai perimetrium dan menyebabkan terjadinya
plasenta akreta bahkan sampai plasentra inkreta atau plasenta prekreta. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta kareta terjadi 10-35
% pada pasien seksio sesarea 1 kali. Dan naik menjadi 60-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah Rahim yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah
sangat berpotensial untuk robek. Oleh karena itu harus hati-hati pada semua tindakan manual
pada tempat ini misalnya waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah Rahim
23

ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Jika terjadi
perdarahan yang tidak terkendali maka dapat dilakukan penjahitan segmen bawah Rahim,
ligase ateri uterine, ligase ateri ovarika, pemasangan tampon atau ligase arteri hipogastrika.
Namun jika tindakan-tindakan tersebut tidak berhasil maka harus dilakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering terjadi pada tindakan terminasi kehamilan yang
belum aterm pada plasenta previa.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaoprkan dalam kepustakaan selain masa rawatan
yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solesio plasenta, seksio sesaria, kelainan letak
janin, perdarahan pasca persalinan, dan disseminated intravascular coagulation.

BAB IV
PEMBAHASAN

Laporan kasus ini mengulas tentang seorang wanita Ny.SN usia 34 tahun, datang ke IGD tanggal
20 Januari 2016

pukul 22.40 wita. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis akhir P3104A1 + plasenta previa totalis.

4.1 Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan informasi sebagai berikut yaitu pasien seorang
wanita usia 34 tahun, datang berobat ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan keluar
dari jalan lahir sejak 1 minggu hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluar darah dari jalan
lahir berupa flek-flek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang keluar semakin banyak,yaitu
sekitar 6-8 pembalut wanita dalam 1 hari. Darah yang keluar berupa darah yang berwarna merah
segar sampai kehitaman dan kadang disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah sakit karena keluhan yang sama dua kali yaitu pada
24

kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan. namun darah yang keluar saat itu tidak sebanyak darah yang
keluar saat ini. Saat usia kehamilan 6 bulan pasien di USG hasilnya adalah ari-ari berada dibagian
bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir. Pasien memiliki riwayat obstetri P3A1 dengan
riwayat operasi section sesaria 6 tahun yang lalu karena letak bayi sungsang dan kuretase 2 tahun
yang lalu karena hamil anggur. setelah 13 tahun menikah, berhubungan seksual aktif, dan pernah
menggunakan kontrasepsi jenis suntik 1 bulan selama 1 bulan.
Menurut teori, Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan
sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
dan miomektomi juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Gambaran klinis yang
menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai
dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali
terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang
biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.

4.2 Pemeriksaan Fisik dan Obstetri


Pada pasien ini dilakukan peeriksaan fisik dan Obstetri. DIdapatkan tanda vital dalam batas
normal dengan BB 55 kg dan TB 140 cm. Kemudian dari pemeriksaan abdomen dan obstetric
ditemukan antara lain:
A. Pemeriksaan Abdomen
-

Inspeksi: cembung,

tampak linea nigra hiperpigmentasi, tampak striae

albicans dan tampak sikatriks (+).


Palpasi: Teraba soefl, uterus membesar 3 jari diatas umbiliku.

pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)


Perkusi : Timpani,
Auskultasi : Bising usus (+), kesan normal

Hepar:

B. Pemeriksaan Obstetri :
1.

Inspeksi
Perut membesar arah memanjang, linea nigra hiperpigmentasi, striae albicans (+), sikatriks
(+). Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal, tampak
perdarahan keluar dari introitus vagina
25

2.

Pemeriksaan Palpasi

Leopold I

: TFU : 25 cm, bokong

Leopold II

: punggung kanan

Leopold III

: kepala

Leopold IV

:belum masuk PAP

3.
4.
5.

Vaginal toucher : tidak dilakukan


Denyut jantung janin : 126 kali/menit
HIS : 1 x dalam 10 menit durasi 15 detik

Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada plasenta previa di dapatkan :


Pemeriksaan luar
d. Inspeksi1,2,3
-

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku

Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis.

e. Palpasi1,2,3
-

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel

f. Auskultasi1,2,3
-

Denyut jantung janin biasanya normal

Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3

26

Pemeriksaan letak plasenta secara langsung


Diagnosis plasenta previa dahulunya jarang ditegakkan melalui pemeriksaan klinis,
kecuali dengan pemeriksaan dalam yaitu 2 jari tangan pemeriksa dimasukkan lewat vagina
kemudia meraba forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak bantalan antara jari
dengan bagian terbawah janin . perlahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba
jaringan plasenta.

Kemudian jari digerakkan mengikuti seluruh pembukaan serviks untuk

mengetahui klasifikasi plasenta. pemeriksaan ini dilakukan jika usg tidak tersedia dan umur
kehamilan > 37 minggu. Jika plasenta letak parsialis atau marginalis dan perdarahan yang terjadi
tidak banyak maka dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi drip oksitosin untuk mempercepat
persalinan. Jika plasenta previa totali atau perdarahan banyak langsung dilanjutkan seksio sesarea.
Oleh karena itu Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila
wanita tersebut sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk
pembedahan seksio sesarea segera (double set up examination), karena pemeriksaan serviks
yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat 1,2,3

4.3 Diagnosis
Pasien ini telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan obstetri, serta pemeriksaan penunjang
berupa USG dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan USG pada kehamilan 3 bulan
menunjukkan hasil normal sedangkan, pemeriksaan USG pada usia kehamilan 6 bulan
menunjukkan plasenta berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir.
Berdasarkan teori, USG dapat membantu menegakkan diagnosis Plasenta Previa. Pemeriksaan
ultrasonografi merupakan cara yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis definitive karena
dapat menentukkan letak plasenta secara tepat dan menentukkan keadaan ostium uteri internum
apakah tertutup oleh plasenta atau tidak serta tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan
janin . Pemeriksaan USG rutin pada kehamilan 18-20 minggu dengan plasenta letak-rendah tidak
dianjurkan, kecuali terjadi perdarahan berulang. Pemeriksaan USG rutin untuk kehamilan dengan
plasenta previa partial atau total dianjurkan setelah 32 minggu, walaupun saat itu tidak terjadi
perdarahan

4.4 Penatalaksanaan
27

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan Seksio Sesarea Selanjutnya dilakukan MOW.
Berdasarkan teori, pada penatalaksanaan Plasenta Previa dibagi menjadi dua yaitu terapi
ekspetatif dan terapi aktif. Terapi ekspektatif bertujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan
upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam batas
normal

Janin masih hidup

Terapi ekspektatif berupa :


Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24 jam untuk
menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan presentasi
janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg selama
1 bulan.
Terapi aktif merupakan terminasi kehamilan, Rencanakan terminasi kehamilan jika: 1,3,5

Janin matur

Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali)

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

, ada 2 pilihan persalinan, yaitu: 1,3,5,6


Persalinan pervaginam; bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan
berhenti.
28

Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi
pada plasenta previa: 1,3,5,

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan
4 cm atau lebih

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah meninggal.

Seksio sesaria; bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan


demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahnnya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang
rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam. 1,3,5
Indikasi seksio caesaria pada plasenta previa: 1,3
Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa partialis,
plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan caracara yang ada.
Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan yang ada
Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

29

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien NY.SN usia 34 tahun yang datang ke IGD RS A.W
Sjahranie Samarinda dengan keluhan utama keluar darah dari jalan lahir sejak satu minggu lalu.
Awalnya keluar darah dari jalan lahir berupa flek-flek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang
keluar semakin banyak, Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah sakit karena keluhan yang
sama dua kali yaitu pada kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan. Saat usia kehamilan 6 bulan pasien
di USG hasilnya adalah ari-ari berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan lahir. Pasien
memiliki riwayat obstetri P3A1 dengan riwayat operasi section sesaria pada anak ketiga dan
kuretase 2 tahun yang lalu karena hamil anggur. setelah 13 tahun menikah, berhubungan seksual
aktif, dan pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik 1 bulan selama 1 bulan. Pemeriksaan fisik
abdomen dan obsteri menunjukkan adanya pembesaran uterus, dengan tinggi fundus 25 cm, janin
letak kepala dan belum masuk PAP. Denyut jantung janin 126 kali/per menit. Setelah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis sebagai
G5P3A1 gravid 27-28 minggu + perdarahan antepartum et causa plasenta previa + riwayat operasi
SC anak ketiga, sedangkan diagnosis post operatif nya yaitu : P3104A1 + plasenta previa totalis
30

Secara umum, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai
teori yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Perdarahan Dalam Kehamilan Lanjur. Ilmu


Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006
2. Hanafiah, T. Plasenta Previa. Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. www.library.usu.ac.id. 2004
3. Australia, Goverment of south.Antepartum haemorrhage or bleeding in the second half of
pregnancy. 1, Australia : South Australian Maternal & Neonatal Clinical Network, 2013, Vol.
1. 1-17
4. Thomson, AJ and Ramsay, JE Antepartum Haemorrhage.. 1, London : Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, 2015, Vol. 63. 1-23.
5. Saifuddin A.B, Adriansz G, Wiknjosastro, H, Waspodo D. Perdarahan kehamilan lanjut dan
persalinan. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo, Jakarta, 2006
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Baloom SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom KD,
willliams obstetrics. 22 nd ed. McGraw Hill, 2005, 819-23;

7. Zarbo, G, et al., et al. A case Report of Asymtomatic Placenta Previa : Diagnosis and
Management., Beirut : Clinical Medicine Research, 2013, Vol. 2. 1-5.
31

8. Goel, A Incidence of Placenta Previa in Previous cesarean section.. 2, India : International


Journal of Medical Science Research and Practice, 2014, Vol. 1. 36-39.
9. Rome, T Placenta Previa.. 8, s.l. : Journal Obstet Gynaecol Can, 2014, Vol. 36.
10. Deljm, Josip &Iliji, Marcela. Obstetric Risk Factors Associated with Placenta Previa
Development: Case-Control Study. Tuzovic,. 6, Croatia : Croatia Medical Journal, 2013, Vol.
44. 728-733.
11. Bashir, Adeela , Jadoon, Humaira Naz & Abbasi, Aziz-un-Nisa Frequency Of Placenta Previa
In Women With History Of Previous Caesarean And Normal Vaginal Deliveries. . 3, Pakistan :
J Ayub Med Coll Abbottabad, 2012, Vol. 24. 151-153.
12. Cande V., Savitz, David A. & Luther, Edwin R.Maternal Cigarette Smoking as a Risk Factor
for Placental Abruption, Placenta Previa, and Uterine Bleeding in Pregnancy. . 9, USA :
American Journal of Epidemiology, 1996, Vol. 144. 881-889.
13. Kainer, Franz & Hasbargen, Uwe .Emergencies Associated With Pregnancy and
Delivery:Peripartum Hemorrhage. 37, Germany : Deutsches rzteblatt International, 2008,
Vol. 105. 629-638.
14. Norwitz, E & Schorge, John O.Obstetrics And Gynecology AT A Glance. USA : Blackwell
Science, 2001. 114-115.
15. Reece, E. Albert &Hobbins, John C. .Clinical Obstetrics The Fetus & Mother. Dallas :
Blackwell Publishing, 2007. 44-45.
16. Pernoll, ML.Benson & Pernolls Handbook Of Obstetrics & Gynecology. USA : McGraw-Hill
Companies., 2001. 335-340.
17. Oppenheimer, L.Diagnosis and Management of Placenta Previa. 3, USA : Obstet Gynaecol
Can, 2007, Vol. 29. 261-266.

32

Anda mungkin juga menyukai