Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pendahuluan
Pada bab berikut ini penulis akan menjelaskan tinjauan pustaka yang terdiri

dari poros, spline, roda gigi beserta jenis-jenisnya, serta pelumasan.


2.2

Pengertian Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan


utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.2.1

Macam-macam Poros

Poros yang digunakan untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut


pembebanannya sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk
atau sprocket, rantai, dan lain-lain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Jenis poros ini merupakan Poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur,
kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban
puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain-lain.
2.2.2

Hal-hal penting dalam Perencanaan Poros


4

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut perlu diperhatikan :


a.

Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan. Juga ada poros
yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau
turbin. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur
pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup
kuat untuk menahan beban-beban diatas.

b.

Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak
telitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin
dan kotak roda gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya
juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan
dilayani poros tersebut.

c.

Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kritis, hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika
mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritisnya.

d.

Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastis) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian
pula untuk poros poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin
yang sering terhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi.

e.

Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya menggunakan bahan dari baja batang yang
ditarik, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan

dari ingot yang di kill (baja yang dioksidasikan dengan ferro silicon dan di
cor; kadar karbon terjamin) lihat table 1.1 hal 3. (JIS G 3123). Untuk lebih
jelasnya gambar poros dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1. Poros Dengan berbagai ukuran


( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )
Tabel 2.1 : Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinisi
dingin untuk poros.
Standar dan macam

Baja karbon
kontruksi mesin
(JIS G 4501)

Batang baja
yang di finis dingin

Kekuatan tarik

Lambang

Perlakuanpanas

S30C

Penormalan

S35C

Penormalan

52

S40C

Penormalan

55

S45C

Penormalan

58

S50C

Penormalan

62

S55C

Penormalan
-

66
53

S35C-D
S45C-D
S55C-D

(kg/ mm2)
48

Keterangan

Ditarik dingin,

60

digerinda, dibubut,

72

atau gabungan antara

( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )

hal-hal tersebut

Tabel 2.2 : Baja paduan untuk poros


Standar dan macam

Kekuatan tarik

Lambang

Perlakuanpanas

SNC 2

Baja khrom nikel

SNC 3

95

(JIS G 4502)

SNC 21

Pengerasan kulit

80

SNC 22

,,

100

SNMC 1
SNMC 2
Baja khrom nikel
(JIS G 4502)

SNMC 7
SNMC 8
SNMC 22
SNMC 23
SNMC 25
SCr 3

Baja khrom nikel


(JIS G 4502)

SCr 4
SCr 5
SCr 21
SCr 22
SCM 2
SCM 3

Baja khrom nikel


(JIS G 4502)

SCM 4
SCM 5
SCM 21
SCM 22
SCM 23

Pengerasan kulit
,,
,,
Pengerasan kulit
,,

85
95
100
105
90
100
120
90
95
100
80
85

85

95

100

105

Pengerasan kulit

85

,,

95

,,

100

( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )

Tabel 2.4 Diameter poros

(kg/ mm2)
85

10
11

4,5

*11,2
12

*12,5

*5,6

14
(15)
16
(17)
18
19
20
22

6
*6,3

*22,4
24
25

40

28
30
*31,5
32

45

35
*35,5

55
56

38

60

7
*7,1
8
9

42

48
50

63
65
70
71
75
80
85
90
95

100
(105)
110
*112
120
125
130
140
150
160
170
180
190
200
220

*224
240
250
260
280
300
*315
320
340

400

*355
360
380

560

420
440
450
460
480
500
530

600
630

Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih


dari
bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana
akan
dipasang bantalan gelinding.
( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )
2.3

Spline ( pasak bintang )


Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-

bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dan lain-lain, momen
diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. Fungsi yang sama dengan
pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan gerigi yang mempunyai gigi luar
pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan saling
terkait yang satu dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar-besar, sedangkan
pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi kecil pula.
2.3.1

Rumus Analisa Perhitungan Pasak

1. Alur pasak (b)


ds
4

b =
2. Tinggi pasak (h)

ds
8

3. Fillet pasak (c)

h
b

4. Ukuran pasak
bxhxc
5. Tegangan geser (g)
T

ds 3

16

5,1 T
ds3

6. Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami


faktor konsentrasi tegangan dari poros :
ta x Sf 2

2.3.2

> x kt x cb

Macam-Macam Pasak

Dalam pembahasan ini hanya akan diuraikan tentang jenis-jenis pasak


dimana pasak pada umumnya dapat digolongkan beberapa macam antara lain :
1. Pasak pelana.
2. Pasak rata.
3. Pasak benam.
4. Pasak singgung.
Adapun pasak yang umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam

10

prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping tersebut
ada juga jenis pasak yang lain yaitu : pasak tembereng dan pasak jarum.
Gambar 2.2 dibawah ini menunjukkan gambar sebuah poros yang terdapat
pasak.

Gambar 2.2. Gambar poros dengan pasak

2.3.1

Tata cara perancangan pasak.

Pasak benam belum mempunyai bentuk penampang segi empat dimana


terdapat banyak bentuk prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala
untuk memudahkan pencabutan. Adapun hal-hal yang perlu untuk diperhatikan
dalam perencanaan pasak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kemiringan pada pasak tirus umumnya 1/100.
b. Bahan v yang umum digunakan mempunyai kekuatan tarik b = 60
kg/mm2 lebih kuat dari pada poros.
c. Momen poros/momen rencana T (kg mm).
d. Tegangan geser k (kg/mm2).
e. Gaya keliling F (kg).
f. Kedalaman alur pasak (t2).
g. Tekanan permukaan Pa (kg).

11

Tabel 2.5 Dimensi ukuran spline

( Sumber : httpriniftpub.lecture.ub.ac.idfiles201211Pasak-dan-Spline.pdf )
2.4

Transmisi
Transmisi

pada

umumnya

dimaksudkan

suatu

mekanisme

yang

dipergunakan untuk memindahkan gerakan elemen mesin yang satu ke gerakan


elemen mesin yang kedua. Gerakan ini dapat mempunyai berbagai sifat, seperti
umpamanya pada mekanisme batang hubung engkol, dimana gerakan putar
sebuah poros dipindahkan kegerakan lurus sebuah torak atau sebaliknya.
Transmisi dapat dibagi dua, yaitu :
1. Transmisi langsung
Dimana sebuah piringan atau roda pada poros yang satu dapat
menggerakkan roda serupa pada poros kedua melalui kontak langsung. Dalam
Kategori ini termasuk roda gesek dan roda gigi
2. Transmisi menggunakan penghubung antara, sabuk atau rantai

12

Perpindahan dimana suatu elemen sebagai penghubung antara, sabuk atau


rantai, menggerakkan poros kedua, bagaimanapun, perpindahan serupa itu harus
diterapkan apabila jarak antara dua buah poros yang sejajar agak besar, sebab
kalau diterapkan perpindahan langsung, roda akan menjadi tidak praktis besarny

2.5

Roda Gigi
Roda gigi adalah dua buah roda yang memiliki gigi yang saling

bersinggungan, apabila salah satu berputar maka yang lain ikut berputar.
Roda gigi termasuk dalam unit transmisi langsung yang dapat memindahkan daya
yang besar dan putaran yang tinggi dengan melakukan kontak secara langsung
antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan dengan menggunakan
sistem roda gigi. Roda gigi merupakan pemindah gerakan putar dari satu poros
keporos yang lain.
Keuntungan dari penggunaan roda gigi adalah dapat mengubah tingkat
kecepatan jalannya kendaraan, dapat memindahkan daya yang besar dan putaran
yang tinggi tanpa terjadi slip, dapat memundurkan kendaraan. Walaupun
demikian, jumlah putaran pada poros penggerak dengan paras yang digerakkan
tidak selamanya sama. Sedangkan kelemahannya adalah menimbulkan getaran
dan tumbukan sewaktu beroperasi, Tingkat kebisingan yang lebih tinggi, dan
memerlukan ketelitian yang tinggi dalam pembuatan dan perawatannya.

Fungsi roda gigi :


1. Meneruskan daya dan putaran
2. Mempercepat atau memperlambat putaran

13

3. Meringankan beban berat


4. Memindahkan material ke tempat lain
2.6 Klasifikasi Roda Gigi
Tabel 2.6 Klasifikasi roda gigi

( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )


Keterangan :
a. Roda gigi lurus

14

merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. ,
dimana proses pembuatannya sangat mudah tapi memiliki gaya aksial
yang besar dan tingkat kebisingan yang cukup tinnggi.

Gambar 2.3 Roda Gigi Lurus


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
b. Roda gigi miring
mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi. Roda
gigi ini membuat kontak lebih besar dan halus, sehingga cocok untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar , dibandingkan dengan
roda gigi lurus sehinnga pemindahan moment dan putaran dapat
berlangsung lebih halus, sehinnga sangat cocok untuk mentransmisikan
beban besar dan putaran tinnggi. Namun hal tersebut menyebabkan roda
gigi miring tersebut memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang
lebih besar karena jalur gigi yang berbentuk ulir menimbulkan gaya aksial
yang besar yang sejajar dengan poros.

15

Gambar 2.4 Roda Gigi Miring


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
c. Roda gigi miring ganda
gaya aksial yang timbul pada roda gigi yang mempunyai bentuk alur V
tersebut akan saling mentiadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan
reduksi, kecepatan keliling, dan daya yang diteruskan dapat diperbesar,
tetapi pembuatannya sukar. Akibat adanya alur gigi yang berbentuk V
maka gaya aksial yang terjadi akan saling meniadakan, sehingga
pemindahan daya dan putaran dapat lebih besar dibandingkan dengan roda
gigi miring.

Gambar 2.5 Roda Gigi Miring Ganda


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )

16

d. Roda gigi dalam


dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak di dalam roda gigi
sehinnga cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi untuk direduksi
menjadi putaran yang rendah.

Gambar 2.6 Roda Gigi Dalam


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
e. Pasangan antara batang gigi dan pinyon
dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau sebaliknya
digunakan untuk mengubah gerakan putar (rotasi) menjadi gerakan lurus
(linier) atau mengubah gerakan lurus (linier) menjadi gerakan putar
(rotasi).

Gambar 2.7 Pinyon dan batang bergigi.


( Sumber : Buku Elemen mesin, Sularso hal 213 )

17

f. Roda gigi kerucut lurus


adalah roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai.
Tetapi roda gigi ini berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil dan
juga tidak memungkinkan dipasang bantalan pada kedua ujung porosnya.

Gambar 2.8 Roda Gigi Kerucut Lurus


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
g. Roda gigi kerucut spiral
dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda
o
gigi kerucut ini biasanya dibuat 90 .

Gambar 2.9 Roda Gigi Kerucut Spiral


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
h. Roda gigi permukaan.

18

Roda gigi permukaan merupakan roda gigi yang cocok untuk


memindahkan daya besar. Tetapi sangat berisik pada putaran yang tinggi
karena perbandingan kontaknya yang kecil.selain itu roda gigi permukaan
dapat digunakan sebagai roda gigi reduksi dengan sudut poros yang
berpotongan yang tidak dapat dilakukan oleh roda gigi dalam. Tetapi
penggunaannya sangat terbatas pada aplikasi putaran yang rendah untuk
mencegah tingkat kebisingan yang terlampau tinggi.

Gambar 2.10 Roda Gigi Permukaan


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
i. Roda gigi miring bersilang
roda gigi ini sama dengan roda gigi b, tapi roda gigi ini terletak pada
poros yang bersilangan. Roda gigi miring silang digunakan untuk
memindahkan daya antara batang yang tidak paralel dan tidak tumpang
tindih. Gigi miring silang ini digunakan untuk mekanisme makan pengarah
pada bagian atas mesin perkakas, camshaft, pompa minyak pada mesin
pembakaran dalam, dan unit serupa yang memerlukan sejumlah kecil
gerakan. Perpindahan roda gigi jenis ini harus tidak digunakan untuk
memindahkan daya yang berat karena kontak yang terjadi hanya normal yang
umum kepada perpotongan permukaan gigi.

19

Gambar 2.11 Roda Gigi Miring Silang


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
j. Roda gigi cacing silindris
mempunyai alur cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai dan
mempunyai perbandingan reduksi yang besar, tetapi sangat berisik pada
putaran yang sangat tinggi karena perbandingan kontak yang sangat kecil.

Gambar 2.12 Roda Gigi cacing silindris


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
k. Roda gigi cacing selubung ganda (globoit)
roda gigi ini perb hanya pada roda gigi ini mempunyai perbandingan
kontak yang lebih besar sehingga dapat mentransmisikan daya yang lebih

20

besar dengan perbandingan reduksi yang besar andingan kontaknya yang


lebih besar dari pada roda gigi cacing slindris .

Gambar 2.13 Roda Gigi Cacing Globoid


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
I.

Roda gigi hipoid

adalah seperti yang dipakai pada roda gigi differential otomobil. Roda
gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut
yang sumbunya bersilang.

Gambar 2.14 Roda Gigi Hypoid


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )

21

Gambar 2.15 Macam-macam roda gigi


( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )
2.7

Nama Nama Bagian Roda Gigi


Roda gigi terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
1

Lingkaran jarak bagi (pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.

Tinggi kepala (addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi
(pitch circle) ke puncak kepala (the top of the tooth).

Tinggi kaki (dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi
(pitch circle) ke dasar kaki (the bottom of the tooth).

Lingkaran kepala (addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang


melalui puncak kepala dan sepusat dengan pitch circle

22

Lingkaran kaki (dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran krpala yang


melalui dasar kaki dan sepusat dengan pitch circle.

Lebar ruang (tooth space) yaitu lebar ruang / sela antara dua gigi yang
saling berdekatan.

Tebal gigi (tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.

Sisi kepala (face of the tooth) yaitu permukaan gigi diatas pitch circle.

Sisi kaki ( flank of the tooth) yaitu permukaan gigi dibawah pitch circle.

10 Lebar gigi (face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara parallel pada
sumbunya.

Gambar 2.16 Nama-nama Bagian Roda Gigi


( Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso,MSME. 2008 )
2.8

Cara Kerja Roda Gigi Transmisi


Cara kerja dari suatu unit transmisi roda gigi akan dijelaskan dengan

menggunakan gambar transmisi dibawah ini. Pada gambar tersebut akan terlihat
berbagai posisi roda gigi yang menghasilkan berbagai kombinasi sesuai dengan
yang diinginkan. Cara pergantian kombinasi roda gigi adalah dengan cara

23

menggerakkan roda gigi yang diinginkan secara aksial terhadap spline pada poros
output terjadi hubungan antar roda gigi.
A. Gigi pertama (1st speed)
Pada gigi pertama ini, roda gigi 1 di sejajarkan dengan roda gigi
mati A. sehingga terjadi kontak antara roda gigi 1 dengan roda gigi A.
Maka aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan
ke roda gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di
teruskan ke roda gigi A (sama sama poros perantara), lalu di teruskan ke
roda gigi I dan terus ke poros output.

Gambar 2.17 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi pertama.
B. Gigi kedua (2nd speed)
Pada gigi kedua, roda gigi 2 di sejajarkan dengan roda gigi mati B
sehingga terjadi kontak antara roda gigi 2 dengan roda gigi mati B.
Maka aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke
roda gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan
ke roda gigi B (sama sama poros perantara), lalu di teruskan keroda gigi
2 dan terus ke poros output.

24

Gambar 2.18 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ke dua.
C.

Gigi ketiga (3rd speed)


Pada gigi ketiga, roda gigi 3 di sejajarkan dengan roda gigi mati C
sehingga terjadi kontak antara roda gigi 3 dengan roda gigi mati C.

Sehingga aliran putaran dayanya :


Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan
keroda gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di
teruskan ke roda gigi C (sama sama poros perantara), lalu di teruskan ke
roda gigi 3 dan terus ke poros output.

Gambar 2.19 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ketiga.

25

D.

Gigi keempat (4th speed)


Pada gigi ini, roda gigi 4 di sejajarkan dengan roda gigi mati D

sehingga terjadi kontak gigi 4 dengan roda gigi mati D.


Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan
ke roda gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di
teruskan ke roda gigi D (sama sama poros perantara), lalu di teruskan ke
roda gigi 4 dan terus ke poros output.

Gambar 2.20 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi keempat.
E.

Gigi kelima (5th speed)


Pada gigi ini, roda gigi 5 di sejajarkan dengan roda gigi mati E
sehingga terjadi kontak gigi 5 dengan roda gigi mati E.
Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan
ke roda gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di
teruskan ke roda gigi E (sama sama poros perantara), lalu di teruskan ke
roda gigi 5 dan terus ke poros output.

26

Gambar 2.21 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi kelima.
F. Gigi mundur (Reverse)
Pada roda gigi mundur ini roda gigi G di sejajarkan dengan roda
gigi F dan roda gig H, terjadi kontak antara roda gigi F, roda gigi G dan
roda gigi H. .
Maka aliran putaran dayanya :
Poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke
roda gigi F (sama sama poros perantara), lalu di teruskan ke roda gigi G,
putaran roda gigi G diteruskan ke roda gigi H yang berada di poros output.
Karena ada roda gigi G di antara roda gigi F dan H sehingga roda gigi F
dan H putarannya searah.

27

Gambar 2.22 Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi mundur.
2.9 Rumus Rumus yang di Gunakan Pada Perencanaan Roda Gigi
transmisi.
2.9.1 Rumus analisa perhitungan poros
1. Daya yang ditransmisikan (Pd)
Pd = fc. P(kW).................................................Pers 2.1 LiT 1. hal 7
Dimana:
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal output dari motor penggerak ( kW )
TABEL 2.7 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang akan ditransmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan

Fc
1,2 - 2,0

Daya maksimim yang diperlukan

0,8 - 2,0

Daya normal

1,0 - 1,5
..LiT 1. Tb 1.6 hal 7

2. Momen rencana ( T )
Pd
n1

T = 9,74 x 105

(kg.mm) ........................... Pers 2.2 LiT 1.hal 7

28

Dimana:
n1 = Putaran poros ( rpm )
3.Tegangan puntir ( a )

b
sf 1 x sf 2

a =

(kg/mm2) .................................. Pers 2.3 LiT 1.hal 8

Dimana:

b = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )


Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 )
4. Diameter poros ( ds )
5,1
a

x Kt x Cb x T ]1/3 (mm) ................... Pers 2.4 LiT 1.hal 8

ds =[
Dimana:

Kt = Faktor koreksi untuk puntiran


( 1,0 - 1,5 ) jika beban dikenakan secara halus
( 1,5 - 3,0 ) jika beban dikenakan dengan
kejutan besar
Cb = Faktor koreksi untuk lenturan
( 1,2 - 2,3 )

29

5. Jari - jari fillet ( r )

r=

( Db d s )
2

(mm) ....................................... Gbr 2.5 LiT 1.hal 9

Dimana :
Db = Diameter bantalan (mm)

2.9.2

Perhitungan putaran ban

Perhitungan putaran ban


60 V

nb
=

Db

......................................... Pers 2.6 LiT 2 hal 100

Dimana : nb = putaran ban (rpm)


V = kecepatan (m/s)
Db = Diamerter roda (m)

2.9.3

Perhitungan perencanaan roda gigi


Tebal gigi pada roda gigi
Q

xm
2

............................................ Pers 2.7 LiT 1.hal

219
Jarak kebebasan
Ck

= 0,25 x m ....................................... Pers 2.8 LiT 1.hal 219

Jarak bagi lingkar

30

= x m ........................................... Pers 2.9 LiT 1.hal 219

Lebar ruang
U

= 0,5 x t ........................................... Pers 2.10 LiT 1.hal 219

Tinggi kepala gigi


hk

= k x m ( k = 1 ) ............................ Pers 2.11 LiT 1.hal 219

Dimana: m = modul yang dipilih pada grafik di bawah ini berdasarkan


daya dan putaran.

Grafik 2.1 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus


(Sumber : Elemen Mesin. Robert L.Moot)

31

Tinggi kaki gigi


hf

= hk + Ck ........................................ Pers 2.12 LiT 1.hal 219

Tinggi gigi
h

= hk + hf ........................................ Pers 2.13 LiT 1.hal 219

Diameter lingkaran jarak bagi sementara.


D1 '
=

2 a
1 i

........................................... Pers 2.14 LiT

1.hal 216

D2 '

D1 '

x i .......................................... Pers 2.15 LiT 1.hal

216
Jumlah gigi pada roda gigi

D'
m

............................................. Pers 2.16 LiT 1.hal 214

Diameter lingkaran jarak bagi sebenarnya


D

x m ...................................Pers 2. 17 LiT 1.hal 214

Diameter lingkaran kepala.

Dk

( Z 2) m
=

................................. Pers 2.18 LiT 1.hal 219

Diameter lingkaran kaki.

Df
= m x ( Z 2 ) ...............................Pers 2.19 LiT 1.hal 2.19
Kecepatan keliling.

32

V
=

x Dxn
60 x 1000

.................................. Pers 2.20 LiT 1.hal

238
Gaya tangensial

Ft
=

102 x Pd
V

.................................... Pers 2.21 LiT 1.hal 238

Nilai Beban lentur yang di izinkan


FbQ

= a x m x YQ x fv.................... Pers 2.22 LiT 1.hal 240

Fbp

= b x m x Yp x fv.................... Pers 2.23 LiT 1.hal 240

Faktor dinamis ( Fv ).
Tabel 2.7 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :
Kecepatan
Kecepatan

V (m/s)
0,5 10

fv

rendah
Kecepatan

5 20

6
6v

sedang
Kecepatan

20 50

5,5

3
3v

5,5 v

tinggi
(Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso, MSME.2008)
Beban permukaan yang diizinkan

33

FH '

FV

kH

D1

2 x Z2
Z 1+ Z
2

............... Pers

2.24 LiT 1.hal 244


Tabel 2.8 : Jenis jenis bahan roda gigi.

Bahan

Besi cor

Baja cor

Baja
karbon
untuk
konstruksi
mesin

Baja
paduan
dengan
pengerasa
n kulit

Lamban
g

Kekuata
n tarik
B (kg/
mm2)

Kekerasa
n
(Brinell)
HB

FC 15
FC 20
FC 25
FC 30
SC 42
SC 46
SC 49

15
20
25
30
42
46
49

140 160
160 180
180 240
190 240
140
160
190

Teganga
n lentur
yang di
izinkan
a (kg/
mm2)
7
9
11
13
12
19
20

S 25 C
S 35 C
S 45 C

45
52
58

123 183
149 207
167 229

21
26
30

S 15 CK

50

SNC 21
SNC 22

10
100

400
(dicelup
dingin
dengan
minyak)
600
(dicelup
dingin
dengan
air)

30

35-40
40-55

(Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso, MSME.2008)


Dimana : kH = Faktor tegangan kontak (didapat dari tabel 2.9)

Tabel 2.9 Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi


kH
Bahan roda gigi
(kekerasan HB)

Pinyon

Roda
gigi
besar

kH
(kg/
mm2 )

Bahan roda gigi


(kekerasan HB)
pinyo
n

Roda
gigi
besar

(kg/
mm2 )

34

Baja
(150)
,,
(200)
,,
(250)
,,
(200)
,,
(250)
,,
(300)
,,
(250)
,,
(300)
,,
(350)
,,
(300)
,,
(350)
,,
(400)
,,
(350)
,,
(400)
,,
(500)

Baja
(150
)
,,
(150
)
,,
Baja
(150
(400)
)
,,
,,
(500)
(200
,,
)
(600)
,,
,,
(200
(500)
)
,,
,,
0,027
(600)
(200
0,039
,,
)
0,053
(150)
,,
0,053
,,
(250
0,069
(200)
)
0,086
,,
,,
0,086
(250)
(250
0,107
,,
)
0,130
(300)
,,
0,130
,,
(250
0,154
(150)
)
0,168
,,
,,
0,182
(200)
(300
0,210
,,
)
0,226
(250)
,,
Besi
(300
cor
)
Besi
,,
cor
(300
nikel
)
Besi
,,
cor
(350
nikel
)
,,
(350
)
,,
(350
)
(Sumber : Elemen Mesin. Ir.Sularso, MSME.2008)
Lebar gigi ( b )

Baja
(400)
,,
(400)
,,
(400)
,,
(500)
,,
(600)
Besi cor
,,
,,
,,
Perungg
u fosfor
,,
,,
Besi cor
Besi cor
nikel
Perungg
u fosfor

0,311
0,329
0,348
0,389
0,569
0,039
0,079
0,130
0,139
0,041
0,082
0,135
0,188
0,186
0,155

35

Ft
FH '

b=

................................ Pers 2.25 LiT

1.hal 244
2.9.4 Perhitungan perbandingan reduksi pada gardan ( Differential ratio )
Perbandingan reduksi gardan adalah perbandingan antara putaran
output transmisi dengan putaran roda.
Maka putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat
dihitung dari persamaan :
no

n
i

........................................................... Pers 2.26 LiT

3
Perbandingan reduksi untuk gardan dapat dihitung dengan persamaan
ig

no
nb

.............................................................Pers 2.27

LiT 3
2.9.5

Perhitungan Spline
Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai
berikut :
F

2xT
dsi

..............................Pers 2.28 LiT 1 hal 25


Di mana :
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
T = Torsi / momen puntir ( kg.mm ).
dsi = Diameter poros input ( mm ).
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada setiap spline
dirumuskan sebagai berikut :

36

Fn

F
ns

...................................................... Pers 2.29

Di mana :
Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline ( kg ).
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
ns = Jumlah spline yang direncanakan ( buah ).
Berdasarkan tabel 1.8. tentang standar ukuran pasak dan alur pasak ( Lit 1
hal 10 ) yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena
adanya kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran utama spline
berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan sebagai
berikut :

b x h = 12 mm x 8 mm.

t1 = 5 mm.

t2 = 5 mm.

Di mana :
b

= Lebar spline ( mm ).

= Tinggi spline ( mm ).

t1

= Kedalaman alur spline pada poros ( mm ).

t2

= Kedalaman alur spline pada roda gigi ( mm ).

Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan dapat dirumuskan sebagai


berikut :
Li

Fn
pA x t

............................................ Pers 2.30 LiT 1 hal 27


Di mana :
Li

= Panjang alur spline pada poros input ( mm ).

Fn

= Gaya tangensial pada setiap spline ( kg ).

pA

= Tekanan permukaan yang diizinkan ( kg/mm2 ).

= Kedalaman alur spline ( mm ).

37

2.9.6 Perhitungan temperatur


Untuk menentukan temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas pada
sistem transmisi roda gigi dapat dirumuskan sebagai berikut :

TBP

140 Cn C R

pers.2.31 LiT 1.hal256

Di mana :

TBP

= Temperatur nyala yang di izinkan untuk pelumas pada


roda gigi (0c)

Cn

CR

= Koefisien viskositas pelumas.

= Faktor kekerasan permukaan roda gigi.

Sedangkan untuk menentukan harga koefisien viskositas pelumas dapat


menggunakan rumus sebagai berikut :

Cn

1,5 E
2 E

.....pers.2.32 LiT 1.hal 256

Di mana :
E

= derajat engler apda pelumas pada temperatur 500C.


= Nilai E = 1,35-3,2

Untuk menentukan harga faktor kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai


berikut :

38

CR

1,9 Sm
4 Sm

.............pers.2.33 LiT 1.hal 256

Dimana :
Sm

= Harga kekerasan roda gigi.

Sedangkan harga kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai berikut :

Sm

2 S1 S 2
S1 S 2
=

.....pers.2.34 LiT 1.hal 256

Dimana :

S1
S2

= Harga kekerasan roda gigi 1 ().

= Harga kekesan roda gigi 2 ().

Berdasarkan standar yang telah ditentukan bahwa roda gigi yang digerinda
dan dihaluskan dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 (). Sedangkan roda
gigi yang bermutu baik dalam perdagangan mempunyai harga S = 0,6 0,9 ().
Dalam perencanaan ini digunakan roda gigi yang digerinda dan dihaluskan
dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 ().

2.10 Pelumasan
Pelumasan mobil termasuk oli mesin untuk mesin bensin, dan oli diesel
untuk mesin diesel, oli roda gigi (gear oil), gomuk dan lain-lain. Minyak transmisi
automatik dan power steering juga sebagai pelumas komponen-komponen sebagai
minyak hidraulik, umumnya pelumas mobil paling banyak dibuat dari minyak

39

dasar dengan bermacam-macam bahan tambahan

(additive). Beberapa

diantaranya dibuat dari syntetic base.


Adapun fungsi dari minyak pelumas adalah :
1

Mengurangi gesekan antara komponen mesin yang bergerak/berputar.

Membentuk lapisan tipis oli (oil film) sehingga terhindar kontak langsung
antar bagian-bagian yang bergerak/berputar.

Mendinginkan komponen bergerak/berputar yang saling berhubungan.

Menghindarkan berkaratnya bagian-bagian mesin.

Meredam

suara

yang

ditimbulkan

oleh

bagian-bagian

yang

bergera/berputar.
6

Sebagai zat pembersih dari bagian-bagian yang dilumas.

Menghindari hilangnya daya dari mesin akibat gesekan yang terjadi sangat
kecil.
Jenis minyak pelumas dapat diklasifikasikan berdasarkan kekentalan dan

kemampuan dalam menambah beban. Adapun klasifikasi minyak pelumas dapat


dibedakan atas 2 jenis, yaitu :

1. Klasifikasi Dalam Kekentalan.


Oli pelumas mempunyai angka dibelakang SAE seperti pada oli mesin. 6
indek kekentalan SAE (75W, 80 W, 85W, 140W dan 250) adalah yang ada pada
saat ini transmisi dan diffrential umumnya memakai oli dengan angka kekentalan
SAE 90 atau 80W-90.
2. Klasifikasi Dalam Kualitas dan Penggunaan.

40

API (American Potreleum Institut) mempunyai standar klasifikasi oli roda


gigi, yang pembagiannya tergantung pada penggunaan. Klasifikasi minyak
pelumas roda gigi berdasarkan standar API terbagi atas :
Kode GL1 adalah mineral oli murni untuk roda gigi jarang dipakai pada
mobil.
Kode GL 2 adalah untuk worm bear, mengandung minyak hewani dan
tumbuh- tumbuhan.
Kode GL3 adalah untuk manual transmisi dan steering gear mengandung
bahan tambah extreme-pressure resisting dan lain-lain.
Kode GL4 adalah untuk hypoid gear digunakan untuk melayani diatas
GL3 mengandung bahan tambah extreme-pressure resisting tapi lebih
besar jumlahnya disbanding GL3.
Kode GL5 adalah untuk hypoid gear dengan pelayanan lebih sedikit dari
kondisi GL

Anda mungkin juga menyukai