Pembimbing :
Dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
Disusun oleh :
MITYA DELIMA JAYANTHY
406152040
Nama
NIM
: 406152040
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Tarumanagara
Bidang Pendidikan
: Ilmu Radiologi
Diajukan
: April 2016
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya referat ini tepat pada
waktunya. Referat berjudul Pemeriksaan USG Pada Kaus Batu Ginjalini disusun dengan
tujuan sebagai salah satu tugas Kepanitraan Klinik bagian Ilmu Radiologi di RSUD Kota
Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menguucapkan terimakasih atas bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :
1. dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
2. dr. Oktina Rahma Darlina, Sp. Rad
3. dr. Luh Putu Santi, Sp. Rad
4. seluruh staff instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
5. rekan-rekan anggota kepanitraan Klinik Ilmu Radilogi
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
keterbatasan, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan
referat ini.
Penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan referat ini dan penulis
berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi pengetahuan dan pelayanan di bidang kesehatan
Indonesia.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah sau buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia tidak terkecuali Indonesia. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai
pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak ditemukan pasien
dengan batu saluran kemih bagian atas
Salah satu jenis batu saluran kemih bagian atas adalah batu ginjal. Batu
ginjal terbentuk pada tubuli gnjal kemudian berada di kaliks, infunibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dar dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga disebut staghorn. Kelaianan atau obstruksi pada system
pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik
mempermudah timbulnya batu saluran kemih.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot system
pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter
mencoba untuk mengelurkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya
kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar
seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang (pieuretritis) serta
menimbulkan obstruksi kronis berupa hdroureter atau hidronefrosis.
Batu yang terletak pada ureter maupun system pelvikalices mampu
menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelaianan striktur saluran
kemih sebelah atas. Batu di pielium dapat menimbulkan hidronefrosis, dan batu di
kaliks mayor dapat menyebabkan kalikstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika
disertai dengan infeksi sekunder dapat menimblkan pielonefrosis, urosepsis, abses
paranefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan
ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal pemanen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat
struktur-struktu ginjal. Warna nya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks
disebelah luar, dan bagian medulla disebelh dalam. Bagian medulla ini tersusun
atas lima belas sampai enam belas massa piramida, yang disebut piramis ginjal.
Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir ke kalises . Kalises
ini menghubungkan dengan pelvis ginjal Pearce, E. C. Anatomi & Fisiologi U.Ps,
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.2010
Struktur internal
1. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal
2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini
membentuk perlekatan untuk jalan masukdan keluar ureter, vena dan arteri
renalis, saraf dan limfatik
3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal urter. Ujung ini berlanjut
menjadi 2-3 kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian
penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa
(8-18) kaliks minor
4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medulla dan dalam korteks luar
a. Medula terdiri atas massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal.
Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla masuk dengan pas dalam
kaliks minor dn ditembus mulut duktus pengumpul urin
b. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan
unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak diadalam diantara
dari kalsium oksalat (60 %), fosfat sebagai campuran kalsium, ammonium, dan
magnesium fosfat (batu trpipel fosfat ini terjadi akibat nfeksi (30 %), asam urat
(5%), dan sistin (1%).
2.2.2 Etiologi
Faktor risiko terbentuknya batu ginjal atau saluran kemih sangat terkait
dengan kelainan metabolisme tubuh pada setiap orang, jenis makanan yang
dikonsumsi, volume cairan atau air yang diminum, usia, jenis kelamin, dan
genetik. Dari sejumlah faktor tersebut, yang paling berpengaruh adalah konsumsi
makanan dan air.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epodemiologis terdapat bebeapa factor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih oada seserang. Faktor-faktor itu adalah factor
instrinstik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan factor ekstrinsik,
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Faktor instrinstik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini didga diturunkan dari orangtuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didpapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan,
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehngga dikenali sebagai
daerah stone belt (sabuk batu). Sedangkan daerah di Afrika selatan hampir
tidak djumpa batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tinginya kadar mineral kalsium
pada asupann yang dikonsumsi, dapat meningkatkan inside batu saluran
organic
maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan prepitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membantu saluran kemih, Untuk itu agrgat ristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini
bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di
dalam urine, konsentrasi solut didalam urine, laju aliran urine didalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai
inti batu.
2.2.4 Diagnosis
Pada anamnesis keluhan yang disampaikan oelh pasien tergantung pada :
posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang
paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, Nyeri ini mungkin bias
berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktifitas peristaltic otot polo
system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari
saluran
kemih.
Peningkatan
peristaltic
itu
menyebabkan
tekanan
Pada
pemeriksaan
teraba
terlihat
urin,
dan
jika
kemungkinan
terjadinya
penurunan
fungsi
ginjal
dan
untuk
RADIO-OPASITAS
Kalsium
Opak
MAP
Semiopak
Urat/Sistin
Non Opak
edurologi
dalah
tindakan
invasi
minimal
untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu, dan
2.2.9 Komplikasi
Antara 70-90% Kristal berukuran kecil dapat berjalan di
dalam saluran kemih dan meninggalkan tubuh melalui urin tanpa
diketahui sebelumnya. Ketika terjadi gejala atau tanda klinis, batu
ginjal dapat didiskripsikan sebagai suatu penyakit yang nyerinya
sakit sekali yang dikenal dengan Renal Colic.
Perbedaan
penatalaksanaan
dan
ukuran
dari
batu
yang
sudah
menyebar
melaului
darah
bisa
dimana
terjadi
penyumbatan
yang
termasuk
di
dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo Basuki B, Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang : Sagung Seto ,
2011. p 84-98.
2. Hopkin C, Dronen SC, eds. Large-Bowel Obstruction. [Cited 2013 September
10].
Available
from:
emedicine.medscape.com/article/774045-
overview#showall
3. Ahuja AT, Antonio GE, Wong KT, Yuen HY, eds. Case Studies Medical
Imaging Radiology for Students and Trainees. Cambridge; 2008. p. 279-80.
4. Holmes EJ, Mirsa RR, eds. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge:
Greenwich Medical Media; 2004. p.68-9
5. Sudarmo P, Irdam AI, eds. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen pada Kasus
Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia. Des 2008; 58(12): 537-41
6. Grace PA, Borley NR, eds. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2007. p.117
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MS
Usia
: 35 tahun
Tempat/Tanggal lahir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Menikah
Anak
: 2 org
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
: 351535
Masuk RS
Ruang
Keluhan utama
II.
PEMERIKSAAN FISIK
(IGD-17-2-2016)
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan umum
TD : 140/100 mmHg
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit
Nadi : 110x/menit
Nafas : 18 x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 38C
Suhu : 38C
Tekanan darah
: 140/100 mmHg
Denyut nadi
: 110x/menit
Laju Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 38,5
Kulit
: Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), rash (-), Turgor kulit baik
Kepala
Mata
THT
Mulut
Leher
Paru depan-belakang (ka-ki) : - Inspeksi : Simetris pada posisi diam dan bergerak
Jantung
Abdomen
Inspeksi :
: Timpani pada 4 kuadran, Hepar normal, Castle sign (-), Nyeri ketok CVA (+) dx
Palpasi
: Suppel pada 4 kuadran, nyeri tekan pada epigastrium dan kuadran kanan atas , hepar
Pemeriksaan Penunjang
USG ABDOMEN (1-4-2016 jam 8.30 wib)
Hepar ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, ekogenitas normal, tepi rata, sudut tajam,
tak tampak nodul, V.Porta dan V. Hepatikak tak melebar.
Duktus biliaris intra-ekstrahepatal tak melebar.
Vesika felea tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge
Lien ukuran normal, parenkim homogen, V.Lienalis tak melebar, tak tampak nodul
Pankreas ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak melebar
Ginjal kanan ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas. PCS tampak melebar ringan,
tampak batu multiple dengan ukuran terbesarsekitar 1,62 cm pada PCS, tak tampak massa
Ginjal kiri ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS tak melebar, tak tampak
batu, tak tampak massa
Aorta tak tampak melebar. Tak tampak pembesaran limfonodi paraaorta
Vesika urinaria dinding tak menebal, permukaan reguler, tak tampak batu/massa
Prostat ukuran normal, tak tampak kalsifikasi, tak tampak nodul
Tak tampak efusi pleura. Tak tampak cairan bebas intraabdomen
Kesan :
Mild hydronephrosis kanan ec multiple nefrolithiasis (ukuran terbesar sekitar 1,62 cm pada PCS)
Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intrabdomen atas
TATALAKSANA
Di IGD (17-2-2016) :
Infus Asrynge : D5% (1:1) pertama diguyur, 1 jam kemudian 30tpm
Injeksi Ondansetron 8mg IV
Injeksi Ranitidine IV
Rujuk ke dokter spesialis Penyakit dalam
30-3-2016 :
Urdahek 2x1
Scapua 3x1
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Functionam
: Bonam
Quo ad Sanactionam
: Bonam
RESUME
Telah diperiksa pasien laki-laki Tn. M usia 35 tahun, pasien datang ke IGD RSUD Kota
Semarang pada tanggal 17 Februari 2016 dengan keluhan nyeri pinggang dan buang air kecil
sulit. Keluhan ini telah dirasakan kurang lebih selama 1 bulan belakangan ini.
Keluhan dirasakan semakin memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku
sangat lemas karena tidak ada makanan yang masuk, karena setiap makan pasien merasakan
mual dan setiap dipaksakan pasien muntah. Pasien mengaku buang air kecil terasa sulit dan sakit
dan terkadang disertai dengan batu-batu kristal kecil.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Abdomen :
Inspeksi : asimetris- pembesaran disebelah kanan
Perkusi : nyeri ketok costovetebra (+)
USG :
Mild hydronephrosis kanan ec multiple nefrolithiasis (ukuran terbesar sekitar 1,62 cm pada PCS)
Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intrabdomen atas