Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

PEMERIKSAAN USG PADA KASUS BATU GINJAL


Diajukan untuk memenuhi syarat kepanitraan klinik
Bidang Radiologi RSUD Kota Semarang

Pembimbing :
Dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
Disusun oleh :
MITYA DELIMA JAYANTHY
406152040

KEPANITRAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RSUD KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


PERIODE 28 MARET 2016 30 APRIL 2016
LEMBAR PENGESAHAN

Nama

: Mitya Delima Jayanthy

NIM

: 406152040

Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Tarumanagara

Bidang Pendidikan

: Ilmu Radiologi

Periode Kepaniteraan Klinik : 28 Maret 2016 30 April 2016


Judul Kasus

: Pemeriksaan USG pada Kasus Batu Ginjal

Diajukan

: April 2016

Pembimbing

: Dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad

Telah diperiksa dan disahkan tanggal:


Mengetahui,
Pembimbing

Dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya referat ini tepat pada
waktunya. Referat berjudul Pemeriksaan USG Pada Kaus Batu Ginjalini disusun dengan
tujuan sebagai salah satu tugas Kepanitraan Klinik bagian Ilmu Radiologi di RSUD Kota
Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menguucapkan terimakasih atas bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :
1. dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
2. dr. Oktina Rahma Darlina, Sp. Rad
3. dr. Luh Putu Santi, Sp. Rad
4. seluruh staff instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
5. rekan-rekan anggota kepanitraan Klinik Ilmu Radilogi
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
keterbatasan, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan
referat ini.
Penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan referat ini dan penulis
berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi pengetahuan dan pelayanan di bidang kesehatan
Indonesia.

Semarang, 3 April 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah sau buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia tidak terkecuali Indonesia. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai
pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak ditemukan pasien
dengan batu saluran kemih bagian atas
Salah satu jenis batu saluran kemih bagian atas adalah batu ginjal. Batu
ginjal terbentuk pada tubuli gnjal kemudian berada di kaliks, infunibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dar dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga disebut staghorn. Kelaianan atau obstruksi pada system
pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik
mempermudah timbulnya batu saluran kemih.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot system
pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter
mencoba untuk mengelurkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya
kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar
seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang (pieuretritis) serta
menimbulkan obstruksi kronis berupa hdroureter atau hidronefrosis.
Batu yang terletak pada ureter maupun system pelvikalices mampu
menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelaianan striktur saluran
kemih sebelah atas. Batu di pielium dapat menimbulkan hidronefrosis, dan batu di
kaliks mayor dapat menyebabkan kalikstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika
disertai dengan infeksi sekunder dapat menimblkan pielonefrosis, urosepsis, abses

paranefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan
ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal pemanen.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STRUKTUR ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL


2.1.1 Struktur Anatomi Ginjal
Ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan dikeluarkan dari
tubuh. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di
belakang peritoneum, dank arena itu diluar rongga peritoneum. Setiap ginjal
panjang nya 6 sampai 7,5 cm, dan tebal 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya
kira-kira 140 gram.
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap
ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya
masuk dan keluar pada hilum. Disetiap ginjal menjulang sebuah kelenjar
suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal daripada kiri

Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat
struktur-struktu ginjal. Warna nya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks
disebelah luar, dan bagian medulla disebelh dalam. Bagian medulla ini tersusun
atas lima belas sampai enam belas massa piramida, yang disebut piramis ginjal.
Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir ke kalises . Kalises
ini menghubungkan dengan pelvis ginjal Pearce, E. C. Anatomi & Fisiologi U.Ps,
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.2010
Struktur internal
1. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal
2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini
membentuk perlekatan untuk jalan masukdan keluar ureter, vena dan arteri
renalis, saraf dan limfatik
3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal urter. Ujung ini berlanjut
menjadi 2-3 kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian
penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa
(8-18) kaliks minor
4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medulla dan dalam korteks luar
a. Medula terdiri atas massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal.
Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla masuk dengan pas dalam
kaliks minor dn ditembus mulut duktus pengumpul urin
b. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan
unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak diadalam diantara

piramida-piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna


ginjal yang terdiri dari tubule-tubulus pengumpul yang mengalir kedalam
duktus pengumpul.
5. Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari 1 piramida
ginja, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.

2.1.2 Fisiologi Ginjal


Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
yang berfungsi menyaring/membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/ hari, darah kemudian disaring menjadi cairan filtrate
sebanyak 120 ml/ menit (170liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat kemudian akan
diproses di dalam tubulus sehingga akhirnya keluar dari ginjal menjadi urin
sebanyak 1-2 liter
Fungsi Ginjal:
1. Pengeluaran zat sisa organik
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian
hemoglobin dan hormone.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
Ginjal mengekskresikan ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat,
dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya
melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh
Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen [H+], bikarbonat [HCO3-] dan
ammonium [ NH4+] serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung
pada kebutuhan tubuh.
4. Pengaturan produksi sel darah merah
Ginjal melepas eritropoitin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam
sumsum tulang.

5. Pengaturan tekanan darah


Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah,
dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah komponen penting dalam
mekanisme renin-angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan tekanan darah
dan retensi air.
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah
Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung
jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah
7. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat
kimia asing lain dari tubuh. [ Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Pemula. EGC: Jakarta. 2003

2.2 BATU GINJAL


2.2.1 Defenisi
Batu ginjal ( Nephrolisthiasis) merupakan benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal

dari kalsium oksalat (60 %), fosfat sebagai campuran kalsium, ammonium, dan
magnesium fosfat (batu trpipel fosfat ini terjadi akibat nfeksi (30 %), asam urat
(5%), dan sistin (1%).
2.2.2 Etiologi
Faktor risiko terbentuknya batu ginjal atau saluran kemih sangat terkait
dengan kelainan metabolisme tubuh pada setiap orang, jenis makanan yang
dikonsumsi, volume cairan atau air yang diminum, usia, jenis kelamin, dan
genetik. Dari sejumlah faktor tersebut, yang paling berpengaruh adalah konsumsi
makanan dan air.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epodemiologis terdapat bebeapa factor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih oada seserang. Faktor-faktor itu adalah factor
instrinstik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan factor ekstrinsik,
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Faktor instrinstik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini didga diturunkan dari orangtuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didpapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan,
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehngga dikenali sebagai
daerah stone belt (sabuk batu). Sedangkan daerah di Afrika selatan hampir
tidak djumpa batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tinginya kadar mineral kalsium
pada asupann yang dikonsumsi, dapat meningkatkan inside batu saluran

4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya


penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yag pekerjaanya
banyak duduk atau kurang aktifitas tau sedentaary life
2.2.3 Teori proses pembentukan batu saluran kemih
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
pada system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelaianan bawaan pada
pelvikalises (stenisis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi intravesika kronis seperti
pada hyperplasia prostat benigna, sriktura, dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan

organic

maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan prepitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membantu saluran kemih, Untuk itu agrgat ristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini
bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di
dalam urine, konsentrasi solut didalam urine, laju aliran urine didalam saluran

kemih, atau adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai
inti batu.
2.2.4 Diagnosis
Pada anamnesis keluhan yang disampaikan oelh pasien tergantung pada :
posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang
paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, Nyeri ini mungkin bias
berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktifitas peristaltic otot polo
system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari

saluran

kemih.

Peningkatan

peristaltic

itu

menyebabkan

tekanan

intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang


memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal
karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencng atau sering kencing (Gambar 5-2). Batu dengan ukuran kecil
mungkin mungkin dapat keluar spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan
uretero-pelvik, saat ureter menyilang vasa illiaka, dan saat ureter masuk kedalam
buli-buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa
saluran kemih yang disebabkan oleh batu. kadang-kadang hematuria didapatkan
dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik.
Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan
kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini hars secepatnya ditentukan letak
kelaianan anatomic pada saluran kemih yang mendasaru timbulnya urosepsis dan
segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotikq.

Pada

pemeriksaan

fisis mungkn didapatkan


nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra,

teraba

ginjal pada sisi sakit akibat


hidronefrosis,

terlihat

tanda-tanda gagal ginjal,


retensi

urin,

dan

jika

disertai infeksi didapatkan


demam/menggigil.
Pada
pemeriksaan
sedimen urine menunjukan adanya leukosituria, heaturia, dan dijumpai Kristalkristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk
mencari

kemungkinan

terjadinya

penurunan

fungsi

ginjal

dan

untuk

mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU. Perlu juga diperiksa


kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih (antara lain kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam darah
maupun di dalam urine).
Adapun pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis
batu salurn kemih antara lain :
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkianan adanya
batu radio-opak di saluran kemh. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,

sedangkan batu asam urat bersifat non-opak (radio-lusen). Urutan radiopasitas


beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 5-1.
Tabel 5-1. Urutan Radio-opasitas beberapa jenis batu saura kemih
JENIS BATU

RADIO-OPASITAS

Kalsium

Opak

MAP

Semiopak

Urat/Sistin

Non Opak

2. Pielografi Intra Vena (IVU)


Pemeriksaan ini brtujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal selain itu
IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-pak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan
system saluran kemih akibat adanya penururnan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pielografi retrograd.
3. USG
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU yaitu
pada keadaan-keadaan :
Alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanta yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu diginjal dan buli-buli
(yang ditujukan sebagai echoic-shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengerutan ginjal.
2.2.5 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi social.

Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidronefrosis


atau hidroureter dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tdak menimbulkan penyulit
seperti diatas tetapi diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan
batu yang diderita oleh soerang pilot pesawat terbang) mempunyai resiko tinggi
dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih
Batu dapat dikeluarkan dengan cara mendikamentosa, dipecahkan dengan
ESWL, melalui tindakan endorologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka
(lihat skema pada gambar 5-3).
2.2.6 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih.
ESWL (Extracorporeal Shockhwave lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh CAUSSY pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proximal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasi dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan
hematuria.
Endurologi
Tindakan

edurologi

dalah

tindakan

invasi

minimal

untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu, dan

kemudian mengeluarkannya dari sakuran kemih melalui alat yang


dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kilt (perkutan).proese pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidaraulik, energy
gelombang suara, atau dengan energy laser.beberapa tindakan endourologi
itu adalah :
a. TNL (percutaneus nefrolitovaksy) adalah usaha mengeluarkan batu
yang berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi kesistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsy adalah pemecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ELLIK.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopy adalah dengan memasukkan
alat ureteroskopy peruretram guna melihat keadaan ureter atau
system pielokaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu batu
yang berada didalam ureter maupun system pelifiskalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Extraksi dormiah adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang DORMIA
Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengabil batu saluran kemih saat ini
saat ini sedang berkembang cara ini banyak dipakai utuk mengabil batu
ureter
Bedah terbuka
Diklinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi maupun ESWL, pengambil batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu

antara lain adalah : pielolitotomy atau nerfrolitotomy untuk mengambil batu


pada saluran ginjal, dan ureterolitotomy untuk batu diureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomy atau pengambilan ginjal
kareana ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
2.2.7 Pencegahan
Setalah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya
yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghidari timbulnya
kekambuhan. Angkah kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% pertahun
atau kurang labih 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur
yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umunya pencegahan itu berupa:(1) menghindari dehidrasi dengan minum
cukup dan diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter perhari, (2) diet
untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, (3) aktivitas harian
yang cukup, dan (4) pemberian medikamentosa (table 5-2).
Beberapa diet yang dianjurakan untuk mengurangi kekambuhan
adalah (1) rendah protein, karena protein akan memacuh ekskresi kalsium
urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam, (2) rendah oksalat,
(3) rendah garam karena natriuresis akan memacuh timbulnya hiperkalsiuri,
dan (4) rendah purin. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada
pasien yang menderita hiperkalsiuri absorbtif tipe II.
2.2.8 Prognosis
Jika pasien sudah sembuh dari Batu Ginjal, ada kemungkinan
batu ginjal tersebut terbentuk kembali. Ada kemungkinan dapat
bersifat herediter sehingga keturunan dari pasien tersebut dapat
mengalami batu ginjal seperti yang dialami olehnya.

2.2.9 Komplikasi
Antara 70-90% Kristal berukuran kecil dapat berjalan di
dalam saluran kemih dan meninggalkan tubuh melalui urin tanpa
diketahui sebelumnya. Ketika terjadi gejala atau tanda klinis, batu
ginjal dapat didiskripsikan sebagai suatu penyakit yang nyerinya
sakit sekali yang dikenal dengan Renal Colic.
Perbedaan

penatalaksanaan

dan

ukuran

dari

batu

mengakibatkan beberapa komplikasi diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Sepsis
Infeksi

yang

sudah

menyebar

melaului

darah

bisa

menimbulkan gejala/tanda klinis dari komplikasi di seluruh


tubuh.
2. Steinstrasse
Suatu kondisi

dimana

terjadi

penyumbatan

yang

diakibatkan batu-batu tersebut berada pada ureter. Dapat


mengakibatkan suatu obstruksi yang bersifat sementara
dan tanpa meninggalkan luka yang tidak permanen.
Dalam beberap akasus obstruksi terjadi tanpa ada gejala.
Infeksi mungkin saja terjadi. Dimana harus membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat.
3. Adanya luka dalam ureter
Ketika batu tersebut menggores dinding saluran kemih
maka bisa terjadi luka dalam ureter. Bisa terjadi di seluruh
permukaan saluran kemih.
4. Infeksi pada saluran kemih
steinstrasse )

termasuk

di

dalam

5. Pendarahan pada saat operasi


6. Rasa sakit yang luar biasa
7. Penyakit Ginjal Kronis
Pasien dengan btu ginjal, tinggi resiko untuk terkena
penyakit ginjal kronik. Didukung oleh faktor resiko seperti
diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, atau pernah
terjadi infeksi saluran kemih.
8. Gagal ginjal
Jarang sekali batu ginjal mengakibatkan gagal ginjal.
Namun beberapa orang memiliki faktor resiko yang
membuat komplikasi lebih serius lagi seperti banyaknya
jumlah batu yang terbentuk, terjadinya obstruksi, riwayat
pernah melalukan pengobatan batu ginjal, dan besarnya
dari batu tersebut.
2.2.10 Diagnosis Banding
1. Acute Glomerulonephritis
2. Appendicitic
3. Cholelithiasis
4. Duodenal Ulcers
5. Gastritis and Peptic Ulcer Disease
6. Ileus
7. Inflammatory Bowel Disease
8. Large Bowel Obruction Liver Abscess
9. Urinary Tract Infection in Men
10.Urinary Tract Obstruction

DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo Basuki B, Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang : Sagung Seto ,
2011. p 84-98.
2. Hopkin C, Dronen SC, eds. Large-Bowel Obstruction. [Cited 2013 September
10].

Available

from:

emedicine.medscape.com/article/774045-

overview#showall
3. Ahuja AT, Antonio GE, Wong KT, Yuen HY, eds. Case Studies Medical
Imaging Radiology for Students and Trainees. Cambridge; 2008. p. 279-80.
4. Holmes EJ, Mirsa RR, eds. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge:
Greenwich Medical Media; 2004. p.68-9
5. Sudarmo P, Irdam AI, eds. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen pada Kasus
Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia. Des 2008; 58(12): 537-41
6. Grace PA, Borley NR, eds. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2007. p.117

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. MS

Usia

: 35 tahun

Tempat/Tanggal lahir

: Semarang / 4 oktober 1981

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Menikah

Anak

: 2 org

Pekerjaan

: Karyawan Pabrik Konveksi

Alamat

: Kauman II Mranggen, Demak

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

No, Rekam Medis

: 351535

Masuk RS

: Rabu, 17 Februari 2016 pukul 09.55

Ruang

: Poli dalam Kelas II

Dokter yang menangani : dr. Dessy Andriyani, SpPD


ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 17 fenruari 2016 pukul 10.00 WIB
di IGD RSUD, Semarang.

Keluhan utama

Nyeri pinggang dialami sejak kurang lebih 1 bulan.


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 17 februari 2016 dengan keluhan
nyeri pinggang. Nyeri pinggang dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan, pasien merasa nyeri
pinggang disebelah kanan menjalar sampai kebelakang.
Keluhan dirasakan semakin memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku
sangat lemas karena selalu merasa mual dan muntah setiap saat makan ataupun minum. Pasien
mengaku merasa sulit dan nyeri saat buang air kecil. Jarang buang air besar karena kurang
makan.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mempunyai riwayat mengeluarkan batu saat buang air kecil kurang lebih 6 bulan
yang lalu, riwayat hipertensi dan pasien juga mengaku kurang minum air putih
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi dan ayah pernah mengalami hal serupa
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien berobat dengan biaya sendiri, pasien merupakan karyawan. Pasien dirawat di ruang kelas
2 RSUD Kota Semarang.
Riwayat Kebiasaan :
Merokok suka makan yang manis-manis
Riwayat pengobatan terdahulu
Tidak ada
Riwayat alergi obat / makanan / lain-lain
Tidak ada.

II.

PEMERIKSAAN FISIK

(IGD-17-2-2016)
Kesadaran

: compos mentis

Keadaan umum

: lemas, sakit ringan

Vital Sign (18-2-2016) :

Vital Sign (19-2-2016) :

TD : 140/100 mmHg

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 100x/menit

Nadi : 110x/menit

Nafas : 18 x/menit

Nafas : 18x/menit

Suhu : 38C

Suhu : 38C

Tekanan darah

: 140/100 mmHg

Denyut nadi

: 110x/menit

Laju Pernafasan

: 18x/menit

Suhu

: 38,5

Kulit

: Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), rash (-), Turgor kulit baik

Kepala

: Dalam batas Normal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva palpebral hiperemis (-/-), sclera


ikterik (-/-), reflex pupil (+/+), isokor, diameter 2mm.

THT

: Dalam batas Normal

Mulut

: Dalam batas Normal

Leher

: pembesaran KGB leher (-), pembesaran tiroid (-)

Paru depan-belakang (ka-ki) : - Inspeksi : Simetris pada posisi diam dan bergerak
Jantung

Palpasi : Nyeri tekan (-), Stem fremitus sama kuat ka-ki


Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronki (-), Wheezing (-)

: - Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis


-

Palpasi : teraba pulsasi iktus kordis di ICS 5 Midclavikulaline sinistra


Perkusi : Redup
Batas atas ICS II para sternal line sinistra
Batas kanan ICS V para sternal line dekstra

Abdomen

Batas kiri ICS V mid klavikula line sinistra


Auskultasi : Terdengar BJ I & II, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi :

Kulit = Striae (+), Hiperpigmentasi (-),


Cullen Sign (-)
Turner Sign (-)
Murphy Sign (-)
Kontur abdomen = asimetris, pembesaran pada daerah yang sakit
Peristaltik Normal

Auskultasi : bising usus normal, Bruit (-)


Perkusi

: Timpani pada 4 kuadran, Hepar normal, Castle sign (-), Nyeri ketok CVA (+) dx

Palpasi

: Suppel pada 4 kuadran, nyeri tekan pada epigastrium dan kuadran kanan atas , hepar

teraba, lien tidak teraba, ginjal ki-ka Balotement tidak teraba


Fluid wave (-) , Shifting dullness (-)
Ekstremitas

: akral hangat, Pembesaran KGB aksilla & inguinal ki-ka (-/-)


Edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
USG ABDOMEN (1-4-2016 jam 8.30 wib)

Hepar ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, ekogenitas normal, tepi rata, sudut tajam,
tak tampak nodul, V.Porta dan V. Hepatikak tak melebar.
Duktus biliaris intra-ekstrahepatal tak melebar.
Vesika felea tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge
Lien ukuran normal, parenkim homogen, V.Lienalis tak melebar, tak tampak nodul
Pankreas ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak melebar
Ginjal kanan ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas. PCS tampak melebar ringan,
tampak batu multiple dengan ukuran terbesarsekitar 1,62 cm pada PCS, tak tampak massa
Ginjal kiri ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS tak melebar, tak tampak
batu, tak tampak massa
Aorta tak tampak melebar. Tak tampak pembesaran limfonodi paraaorta
Vesika urinaria dinding tak menebal, permukaan reguler, tak tampak batu/massa
Prostat ukuran normal, tak tampak kalsifikasi, tak tampak nodul
Tak tampak efusi pleura. Tak tampak cairan bebas intraabdomen

Kesan :
Mild hydronephrosis kanan ec multiple nefrolithiasis (ukuran terbesar sekitar 1,62 cm pada PCS)
Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intrabdomen atas

TATALAKSANA
Di IGD (17-2-2016) :
Infus Asrynge : D5% (1:1) pertama diguyur, 1 jam kemudian 30tpm
Injeksi Ondansetron 8mg IV
Injeksi Ranitidine IV
Rujuk ke dokter spesialis Penyakit dalam

30-3-2016 :
Urdahek 2x1
Scapua 3x1
PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam

: Bonam

Quo ad Sanactionam

: Bonam

RESUME

Telah diperiksa pasien laki-laki Tn. M usia 35 tahun, pasien datang ke IGD RSUD Kota
Semarang pada tanggal 17 Februari 2016 dengan keluhan nyeri pinggang dan buang air kecil
sulit. Keluhan ini telah dirasakan kurang lebih selama 1 bulan belakangan ini.
Keluhan dirasakan semakin memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku
sangat lemas karena tidak ada makanan yang masuk, karena setiap makan pasien merasakan
mual dan setiap dipaksakan pasien muntah. Pasien mengaku buang air kecil terasa sulit dan sakit
dan terkadang disertai dengan batu-batu kristal kecil.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Abdomen :
Inspeksi : asimetris- pembesaran disebelah kanan
Perkusi : nyeri ketok costovetebra (+)
USG :
Mild hydronephrosis kanan ec multiple nefrolithiasis (ukuran terbesar sekitar 1,62 cm pada PCS)
Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intrabdomen atas

Anda mungkin juga menyukai