Anda di halaman 1dari 6

Makalah RKG

Noda Kuning (Yellow Patch)

Oleh
Yeza Safitri (04121004045)

Dosen Pembimbing
drg. Shanty Chairani, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

PEMBAHASAN
Hasil foto radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek
kedokteran gigi. Setiap radiologist (dokter spesialist radiologi) pasti menginginkan
gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang semaksimal mungkin dalam
rangka menegakkan diagnosis, membuat rencana perawatan, dan menilai keberhasilan
perawatan yang telah dilakukan terhadap pasiennya.
Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat menyajikan
gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat pelayanan di rumah
sakit , atau laboratorium klinik swasta yang sudah banyak tersebar di masyarakat.
Radiografer sebagai seorang mitra kerja seorang radiologist (dokter spesialist radiologi)
harus dapat memberikan hasil kerja yang maksimal kepada mitranya tersebut. Untuk
menjaga kualitas kerja, radiografer sebagai mitra kerja seorang radiologist (dokter
spesialis radiologi) harus dapat memberikan gambar radiografi (foto rontgen) yang
berkualitas, baik detail mutu maupun karakteristik gambar radiografi (meliputi detail
dari pada citra radiografi tersebut). Apabila citra radiografi yang dihasilkan terlalu
rendah, dapat menyebabkan tingkat diagnostik yang rendah pula, dan apabila kualitas
diagnosa yang dihasilkan rendah, pasti akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan
tahap perawatan berikutnya terkait kasus yang dialami pasien.
Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik dibutuhkan pemorosesan yang baik
pula. Pemrosesan adalah suatu cara untuk mendapatkan gambar yang permanen dalam
pembuatan foto rontgen dengan menggunakan cairan kimia tertentu 1. Metode
pemrosesan terbagi menjadi dua yaitu Automatic prosessing dan Manual prosessing .
Untuk pemrosesan diklinik gigi menggunakan manual prosessing3.
Manual prossesing terbagi menjadi empat tahap yakni :
Developing
Developer dilengkapi dengan termometer untuk mengukur suhu
developer. Cairan developer yang temperaturnya lebih besar dari 24 oC,
akan mempengaruhi emulsi AgBr menjadi lumer, dan gambaran pada
foto berupa noda-noda sehingga akan mempengruhi interpretasi foto
tersebut dengan baik. Pada bak developer terdiri dari larutan3 :
1. Hydroquinone, ini adalah suatu bahan pereduksi yang menghasilkan kontras
tinggi.

2. Mentol, ini adalah suatu bahan pereduksi yang menghasilkan detail dari foto
rontgen
3. Sodium karbonat (NaCO3), bahan ini dipergunakan untuk mengaktifkan larutan
developer dalam mempercepat reaksi perubahan kimia emulsi garam AgBr yang
terkena sinar X
4. Sodium sulfat (NaSO3), bahan ini dipergunakan untuk menghalangi kerusakan
larutan developer yang mengalami oksidasi dengan udara. Jadi bahan ini
bertindak sebagai suatu perlindungan dan menjaga keaktifan developer
5. Potasium bromida (KBr), bahan ini dipergunakan untuk mencegah reduksi
kristal-kristal yang tidak disinari oleh sinar X, berarti bahan ini mencegah
terjadinya kabut
6. Air dipergunakan sebagai pelarut
Rinsing
Film dicuci dibawah air mengalir selama 20 detik
Fixing
Film dimasukkan kedalam larutan fiksasi sampai terlihat gambaran gigi
dan jaringan sekitarnya . Larutan fiksasi terdiri atas4 :
1. Natrium tiosulfat, larutan ini merupakan bahan fixasi dan bahan pelarut AgBr
2. Natrium sulfat, larutan ini dipergunkan untuk mencegah dekomposisi bahan
fixasi dalam asam acetat. Jadi larutan ini bertindak sebagai pengawet
3. Asam asetat, larutan ini dipergunakan untuk menetralisir larutan developer yang
terbawa serta oleh film agar fixer bersifat asam.
4. Potasium alumunium, larutan ini merupakan bahan pengeras yang mengeraskan
gelatin dalam emulsi film
5. Air yang digunakan sebagai bahan pelarut
Washing
Film dicuci dibawah air mengalir sampai bau asam dari larutan fiksasi
hilang

Drying
Film dikeringkan dalam suhu ruangan

Gambaran hasil foto yang dianggap baik1 :


Struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu perbedaan
dari gambaran enamel, dentin, kamar pulpa dan jaringan periapikalnya harus
betul-betul tajam dan terlihat jelas.

Gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi-gigi yang difoto
(cups bukal dan lingual / palatal) sedapat mungkin bersatu, dimana
permukaan oklusal dari gigi tersebut tidak terlihat sama seekali.

Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada foto,
tidak boleh tumpang tindih / overlapping satu dengan yang lain, sehingga
tidak terlihat.
Kegagalan hasil foto berupa Noda Kuning (Yellow Patch)
1.1 Definisi
Noda Kuning (yellow patch) adalah bercak bercak kuning yang terdapat
pada film setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat.
1.2 Gambaran foto Noda Kuning (yellow patch)

(sumber gambar : Langland., O.E. and R. P. Langlais, 2002, Principles of Dental Imaging,
Philadelphia, Williams & Willins)

(sumber gambar : Ongole, Ravikiran and B.N Pravean, 2007, Clinical Manual for Oral
Medicine & Radiology, Jaypee : New Delhi, India)

1.3 Penyebab2,4

Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama


Larutan pengembang habis
Pembilasan yang tidak cukup pada film
Film solusi pemrosesan terkontaminasi
Memakai fixer yang sudah lama
Masih terdapat sisa tiosulfat dari larutan fixer
Developer dalam bentuk cairan sering menyebabkan noda kuning pada hasil foto

radiografis.
Developer lemah dan kesalahan menggunakan stop bath sehingga terbawa ke
dalam fixer yang lemah

DAFTAR PUSTAKA

1. Boel,Trelia . 2000. Dental Radiologi : prinsip dan teknik, EGC : Medan


2. Langland., O.E. and R. P. Langlais, 2002, Principles of Dental Imaging,
Philadelphia, Williams & Willins

3. Margono, Gunawan., 2012, Radiografi Intraoral, EGC : Medan .


4. Ongole, Ravikiran and B.N Pravean, 2007, Clinical Manual for Oral Medicine
& Radiology, Jaypee : New Delhi, India

Anda mungkin juga menyukai