Anda di halaman 1dari 9

Yulli Yanti

11.11.4101.48401.1.047

Menu
Skip to content

Home

Obat Demam

Category Archives: Obat-Obatan


Antasida
October 24, 2013 Leave a comment

Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang
ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung
memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk
membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan
kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan
esophagus sendiri (yang juga terdiri dari protein) dilindungi dari kerja asam
melalui beberapa mekanisme. Apabila kadar asam yang dihasilkan oleh lambung
terlalu banyak maka mekanisme perlindungan ini tidak terlalu kuat/kurang kuat
dalam melindungi lambung, usus dan esophagus terhadap kerja asam lambung
mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala
seperti rasa sakit pada perut dan ulu hati terasa terbakar.
Kandungan Obat
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif
yang mengandung, alumunium hidroksida/karbonat, magnesium
hidroksida/karbonat, dan kalsium (bisa anda lihat di kemasan antasida). Terkadang
antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan
gas.
Cara Kerja
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam tersebut, selain
itu antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang

aktif bekerja pada kondisi asam, enzim ini diketahui juga berperan dalam
menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia.
Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek
menetralkan asam lambung, istilah yang dipake untuk menjelaskan hal ini adalah
ANC (antacid neutralizing capacity). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan
mEq, dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus punya efek
menetralkan asam sebesar 5 mEq per dosisnya. Antasida yang baik harus punya
kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan kalsium
karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka
panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi.
Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium
bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat
dan menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium
hidroksida dan kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut yang agak lambat.
Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya (berapa lama antasida
menghasilkan efek menetralkan asam lambung). Natrium bikarbonat dan
magnesium oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium
hidroksida dan kalsium karbonat memiliki lama kerja yang lebih panjang.
Kombinasi antara aluminium dan magnesium memiliki kemampuan penetralan
dalam skala menengah.
Antasida yang mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung
sekaligus sebagai suplementasi kalsium. Suplemen kalsium sangat penting bagi
wanita postmenopause.
Keterangan tambahan

Efek samping yang utama antasida dengan zat aktif alumunium hidroksida
adalah
konstipasi (sembelit).

Sedangkan antasida dengan zat aktif magnesium hidroksida dapat


menyebabkan diare dan dapat meningkatkan kadar magnesium dalam darah pada
pasien gagal ginjal.

Sehingga kedua zat aktif ini sering dikombinasikan agar efek samping dapat
diminimalisir.

Seseorang yang mengalami gangguan ginjal harus berhati-hati dalam


menggunakan antasida yang mengandung magnesium, bahkan bila perlu jangan
menggunakannya.

Antasida yang mengandung kalsium dapat menyebabkan sembelit.

Dapat mengahkibatkan hiperasiditas rebound, dan milk alkali syndrome.

Antasida dalam bentuk sediaan suspensi umumnya mempunyai


kemamapuan melarut yang lebih cepat dibandingkan bentuk tablet maupun
serbuk/puyer. Untuk tablet antasida sangat penting untuk dikunyah terlebih dahulu
ketika dikonsumsi.
Obat-obat jenis aluminium dan magnesium mempengaruhi penyerapan
antibiotika tetrasilikat. Sebaiknya diminum secara terpisah 1-2 jam.
Periksa dokter bila anda tidak bisa membedakan antara nyeri dada karena
gangguan pencernaan dan karena angina/serangan jantung.


Periksa dokter bila nyeri dada/gangguan pencernaan/tukak menetap
meskipun telah minum antasida selama 2-3 hari

Interaksi Obat
October 24, 2013 Leave a comment

Interaksi obat terjadi bila 2 atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga
keefektifan atau toksisitas satu atau lebih obat berubah. Obat-obat yang besar
kemungkinannya terlibat dalam interaksi obat adalah : obat yang rentang
terapinya sempit, obat yang memerlukan pengendalian dosis yang teliti, dan obat
yang menginduksi atau menghambat sistem enzim mikrosom hepatik sitokrom
P450 monooksigenase.
Mekanisme interaksi obat:
1.Interaksi farmakokinetika
Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, atau
ekskresi.
a.Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah. Dipengaruhi oleh
formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan kelarutan obat dalam
lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam organ pencernaan
(meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung).
Bentuk sediaan terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat.
Ukuran partikel bentuk sediaan juga mempengaruhi absorbsi obat. Makin kecil
ukuran partikel, luas permukaan yang bersinnggungan dengan pelarut makin besar
sehingga kecepatan melarut obat makin besar. Sifat fisika kimia obat, bentuk
kristal atau polimorf, kelarutan dalam lemak/air, dan derajat ionisasi juga
mempengaruhi absorbsi obat. Faktor biologis saluran cerna meliputi variasi
keasaman (pH) saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna, luas
permukaan saluran cerna, waktu pengosongan lambung, dan waktu transit dalam
usus, serta banyaknya pembuluh darah pada tempat absorbsi.
Setelah diabsorbsi obat masuk ke cairan tubuh dan didistribusikan ke organ organ
dan jaringan seperti otot, lemak, jantung dan hati. Sebelum mencapai reseptor,
obat melalui bermacam macam sawar membran, pengikatan oleh protein plasma,
penyimpanan dalam depo jaringan dan mengalami metabolisme.
Permukaan sel hidup dikelilingi oleh cairan sel yang bersifat polar. Molekul obat
yang tidak terlarut dalam cairan tersebut tidak dapat diangkut secara efektif ke
permukaan reseptor sehingga tidak dapat menimbulkan respon biologis. Oleh

karena itu molekul obat memerlukan beberapa modifikasi kimia dan enzimatik
agar dapat terlarut walaupun sedikit dalam cairan luar sel. Yang penting adalah
harus ada molekul obat yang tetap utuh atau dalam bentuk tidak terdisosiasi pada
waktu mencapai reseptor dan jumlahnya cukup untuk dapat menimbulkan respon
biologis.
3 fase yang menentukan terjadinya aktivitas biologis obat adalah:
1.Fase farmasetik, yang meliputi proses fabrikasi, pengaturan dosis, formulasi,
bentuk sediaan, pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif. Fasa ini
berperan dalam ketersediaan obat untuk dapat diabsorbsi ke tubuh.
2.Fase farmakokinetik, yang meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi obat (ADME). Fase ini berperan dalam ketersediaan obat untuk
mencapai jaringan sasaran (target) atau reseptor sehingga dapat menimbulkan
respon biologis.
3.Fase farmakodinamik yaitu fase terjadinya interaksi obat-reseptor dalam
jaringan sasaran. Fase ini berperan dalam timbulnya respon biologis obat.
Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami proses
proses sebagai berikut :
1.Obat disimpan dalam depo jaringan.
2.Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.
3.Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas dan
menimbulkan respon biologis.
4.Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan yaitu :
-Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami metabolisme akan
menghasilkan senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor dan
menimbulkan respon biologis ( bioaktivasi).
-Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar dan tidak aktif,
kemudian diekskresikan (bioinaktivasi).
-Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang bersifat toksik
(biotoksifikasi).
5.Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.
Setelah masuk ke sistem peredaran darah, hanya sebagian kecil molekul obat yang
tetap utuh atau mencapai reseptor pada jaringan sasaran. Sebagian besar obat akan
berubah atau terikat pada biopolimer. Tempat dimana obat berubah atau terikat
sehingga tidak dapat mencapai reseptor disebut sisi kehilangan. Distribusi obat
pada reseptor dan sisi kehilangan tergantung dari sifat kimia fisika molekul obat,
seperti kelarutan dalam lemak/air, derajat ionisasi, kekuatan ikatan obat reseptor,
kekuatan ikatan obat-sisi kehilangan dan sifat dari reseptor atau sisi kehilangan.
Contoh sisi kehilangan : protein darah, depo-depo penyimpanan, sistem enzim
yang dapat menyebabkan perubahan metabolisme obat dari bentuk aktif ke bentuk
tidak aktif dan proses ekskresi obat, baik sebelum maupun sesudah proses
metabolisme. Depo penyimpanan adalah sisi kehilangan yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan obat sebelum berinteraksi dengan reseptor. Ikatan obat-depo
penyimpanan bersifat terpulihkan (reversibel), bila kadar obat dalam darah

menurun maka obat akan dilepas kembali ke cairan darah. Contoh depo
penyimpanan : jaringan lemak, hati, ginjal, dan otot.
b.Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat
terikat /tidak aktif.
c.Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan
inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).
d.Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan
penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat)
Reseptor Obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus
fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas,
yang dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang
mengandung gugus fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu.
2.Interaksi Farmakodinamika meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja
obat, efek reseptor tidak langsung, gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
a.Orang usia lanjut
b.Orang yang minum lebih dari 1 macam obat
c.Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d.Pasien dengan penyakit akut
e.Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
f.Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu
g.Pasien yang dirawat oleh lebih dari 1 dokter
Kondisi klinis pasien adalah yang terpenting dalam mengantisipasi perkembangan
interaksi obat yang serius. Pasien usia lanjut mempunyai resiko yang lebih tinggi
karena beberapa sebab, pasien ini lebih berkemungkinan untuk memperoleh terapi
berbagai macam obat, mereka seringkali memiliki gangguan fungsi ginjal dan
hati, dan biasanya pemahaman mereka terhadap pengobatan buruk,
mengakibatkan banyak masalah, termasuk kepatuhan dalam pengobatan.Banyak
dari mereka yang mengalami gangguan degeneratif yang dapat mempengaruhi
banyak sistem dan mengganggu mekanisme kompensasi homeostatik.
Kejadian interaksi obat meningkat secara eksponensial dengan jumlah obat yang
diminum. Ginjal dan hati adalah organ utama yang berperan dalam eliminasi obat
dari tubuh, maka gangguan fungsi ginjal dan hati akan meningkatkan resiko
interaksi obat. Contoh obat-obat yang interaksinya bermakna klinis meliputi obat
yang rentang terapinya sempit (anti epilepsi, digoksin, lithium, siklosporin,
teofilin, warfarin), obat yang memerlukan pengaturan dosis teliti (obat anti diabet
oral, antihipertensi), Penginduksi enzim (asap rokok, barbiturat contoh
fenobarbital, fenitoin, griseofulvin, karbamazepine, rifampisin), penghambat
enzim (amiodaron, diltiazem, eritromisina,fluoksetin,ketokonazol, metronidazol,
natrium valproat, cimetidin, ciprofloksasin, verapamil).

Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat meliputi :


a.Hindari kombinasi obat yang berinteraksi dengan resiko obat lebih besar
daripada manfaatnya, maka harus mempertimbangkan obat pengganti dengan
pemilihan obat pengganti tergantung pada apakah interaksi obat tersebut
merupakan interaksi yang berkaitan dengan kelas obat tersebut atau merupakan
efek obat yang spesifik.
b.Penyesuaian dosis, jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek
obat, maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk
mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis
diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang
menyebabkan interaksi.
c.Memantau pasien,jika hal ini dianggap relevan dan praktis. Pemantauan dapat
meliputi hal hal berikut ini :
-Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan. Hal
ini dapat dilakukan oleh seorang dokter dan informasi ditulis pada catatan medik
pasien.
-Pengukuran kadar obat dalam darah. Hal ini dapat diperlukan bila tersedia sarana
pemantauan yang memadai dan bila ada pertimbangan interaksi potensial yang
berbahaya.
-Pengukuran indikator interaksi, contoh pemantauan international normalized
ratio (INR) untuk pasien yang memperoleh pengobatan dengan warfarin.
d.Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya bila interaksi obat tidak bermakna
klinis, atau jiak kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan
yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan.

Efek Samping Obat


dan Penanganannya
October 24, 2013 Leave a comment
Efek samping obat adalah efek dari obat yang tidak diinginkan. Ada beberapa efek
samping yang ringan, seperti sakit kepala ringan, mulut kering, mengantuk dan
Efek samping berat, misalnya kerusakan pada hati, ginjal bahkan merusak sel lain
seperti pada efek samping obat-obat kanker. Ada beberapa efek samping yang
bertahan hanya beberapa hari atau minggu, sementara yang lain dapat bertahan
selama obat yang mengakibatkannya masih dipakai, atau bahkan setelah
dihentikan. Ada efek samping yang muncul beberapa hari atau minggu setelah kita
mulai penggunaan obat penyebab; ada yang baru menimbulkan masalah setelah
obat dipakai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (efek pemakaian jangka
panjang).

Dampak efek samping bisa separah penyakitnya itu sendiri misalnya antiradang
yang memicu perdarahan lambung pada pasien yang mengidap penyakit maag
kronis/akut. Tetapi ada juga efek samping yang dimanfaatkan pada terapi seperti
efek mngantuk pada obat-obatan anti histamin atau anti alergi yang biasanya
terdapat pada obat flu,batuk untuk meringankan gejala-gejala flu atau untuk terapi
tunggal alergi. Efek samping tidak dapat diremehkan begitu saja karena efek
samping yang tertera pada brosur informasi setiap obat tidak semua orang akan
mengalaminya, artinya ada beberapa orang dengan kondisi tubuh tertentu tidak
mengalami efek samping yang sama dengan orang lain.
Beberapa obat yang memiliki efek samping cukup serius perlu mendapat
perhatian khusus sehingga harus dikonsultasikan dengan dokter yang meresepkan
serta apoteker jika dirasakan sudah sangat mengganggu. Dibawah ini adalah efek
samping obat yang sering dilaporkan atau dirasakan pasien.
NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory) memicu perdarahan lambung
Obat-obat anti inflamasi seperti asam mefenamat, NA diklofenak biasanya
digunakan untuk demam, nyeri ringan. Jika anda memiliki masalah dengan
pencernaan sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter/Apoteker sebab obat-obat
ini bisa memicu luka dan perdarahan di lambung jika diminum saat perut kosong.
Penangannnya : minum obat-obatan ini 5-10 menit setelah makan, makanan ini
berfungsi untuk melapisi mukosa lambung agar produksi asam lambung yang
meningkat tidak mengiritasinya.
Obat asma memicu sariawan
Steroid untuk asma yang diberikan dalam bentuk spray (semprotan) bisa memicu
sariawan di mulut jika obat ini tidak semuanya masuk ke paru-paru, namun
berbalik ketika baru mencapai tenggorokan. Risiko ini bisa diatasi dengan
berkumur setelah penyemprotan, atau menggunakan alat khusus untuk
memastikan arah semprotan sudah tepat menuju ke tenggorokan. Penanganannya :
berkonsultasilah kepada dokter /Apoteker cara penggunaan sediaan spray
sehingga obat dapat maksimal masuk ke dalam tubuh.
Obat kolesterol memicu nyeri otot
Beberapa orang yang memang menderita nyeri otot kronis, efek samping
semacam ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah karena sudah terbiasa.
Namun bagi sebagian orang akan sangat mempengaruhi kualitas hidup dan
mengurangi produktivitas saat bekerja. Sekitar 1 dari 20 pemakai obat kolesterol
paling populer yakni statin mengalami efek samping berupa nyeri otot. Jika
sekiranya kondisi ini mengganggu aktivitas, konsultasikan dengan dokter untuk
menurunkan dosisnya atau menggantinya dengan obat lain.

Obat hipertensi memicu disfungsi ereksi


Obat-obat penurun tekanan darah diberikan untuk mencegah serangan jantung
sehingga penderita hipertensi bisa hidup lebih lama. Namun beragam efek
samping mulai dari pembengkakan sendi hingga tidak bisa ereksi kadang
membuat si penderita merasa frustras. Efek samping obat hipertensi memang
sangat beragam, beberapa di antaranya juga memicu pusing dan batuk-batuk.
Mintalah dokter untuk menyesuaikan dosis dan kombinasi obat agar efek samping
yang muncul bisa diminimalkan.
Obat jantung memicu sakit kepala ringan
Obat-obat anti angina bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah.
Mekanisme ini ampuh untuk mencegah serangan jantung, namun efek
sampingnya bisa menyebabkan nyeri hebat di kepala karena efek vasodilatasi
obat. Jika dibandingkan dengan risiko kematian yang begitu tinggi pada serangan
jantung maka obat ini masih diresepkan. Resiko lebih kecil daripada manfaat yang
diperoleh
Antidepresan memicu orgasme
Jenis orgasme yang disebut orgasme spontan ini terjadi akibat efek samping
beberapa obat antidepresan terutama golongan Serotonin Selective Reuptake
Inhibitor (SSRI). Untungnya tidak semua orang mengalami efek samping seperti
ini, hanya terjadi pada sebagian kecil
ARV (obat HIV) memicu Osteoporosis
Efek samping ini sering terjadi pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS) Mineral
tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh. Pastikan konsumsi cukup zat
kalsium dalam makanan dan suplemen.
Lalu Bagaimana Kita Menangani Efek Samping?
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menyiapkan diri
menghadapi efek samping.
1. Tanyakan kepada dokter/apoteker efek samping yang dapat timbul.
Tanyakan kapan sebaiknya lapor ke dokter bila efek samping bertahan
terlalu lama, atau menjadi berat.
2. Tanyakan bagaimana cara menghindari efek samping yang mungkin
muncul atau saran-saran khusus saat minum obat tertentu.
3. Kadang kala, dokter langsung menyediakan resep untuk obat yang dapat
membantu jika efek samping menjadi berat.
Sebenarnya masih banyak efek samping yang perlu dibahas tetapi efek samping
ini adalah yang paling banyak terjadi pada pasien yang meminumnya, tidak perlu
takut dengan efek samping obat karena obat sudah melalui uji pra klinik dan
klinik untuk menjamin keamanannya secara menyeluruh dan produsen obat
memiliki prinsip jika manfaatnya lebih besar daripada efek sampingnya maka obat
tersebut layak diminum oleh pasien.
Search

Categories

M
Oct

Obat-Obatan

March 2016
T

1
2
3
7
8
9
10
14
15
16
17
21
22
23
24
28
29
30
31
Blog at WordPress.com. | The Crafty Theme.
Follow

Follow Yulli Yanti


Get every new post delivered to your Inbox.
Build a website with WordPress.com

4
11
18
25

S
5
12
19
26

S
6
13
20
27

Anda mungkin juga menyukai