Pendekatan Konsruktivisme dalam Pembelajaran Kimia
Menurut teori konsruktivisme konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila mendapat pengetahuan dan pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang tersedia ada pada dirinya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah sering dengan adanya pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaran atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsepkonsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada pada dirinya. Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran karena belajar diajarkan membina konsep sendiri dengan menghubungkan dan mengaitkan materi atau permasalahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang sudah diketahui oleh peserta didik. Dalam proses ini peserta didik dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai suatu permasalahan. Kelebihan dari pendekatan ini adalah peserta didik berkesempatan membimbing pengetahuannya secara aktif melalui proses yang saling mempengaruhi antara pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang sebelumnya dikaikan dengan pembelajaran yang baru. Pengkaita inilah yang dikembangkan oleh peserta didik. Keterhubungan pendekatan kontrukstivisme dengan materi Perubahan wujud, perubahan kimia, sifat fisika dan sifat kimia adalah keempat hal atau pembelajaran tersebut merupakan pengetahuan yang saling berkaitan sehingga apabila salah satu dari materi tersebut telah dipahami akn bekaitan dengan pengetahuan baru tentang materi yang lainnya. Adapun pedekatan pembelajaran konstruktivisme yang tepat dengan materi perubaha wujud, perubahan kimia, sifat kimia dan sifat fisika adalah
setiap metode pembelajaran yang membantu peserta didik melakukan
kegiatan dan akhinya dapat mengkontruksi pengetahuan yang mereka pahami dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode yang aktif dan membangun. Adaun metode yang tepat menurut saya untuk pendekatan konstrktivisme yaitu dengan menggunakan metode Mind Mapping dan metode eksperimental. Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Tony Buzana, kepala Brain Foundation. Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai catatan yang dibuat membuat suatu pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama ditengah sementara subtopic dan perincian menjadi cabang-cabangnya. Langkah-langkah pembeajaran konstruktivisme dalam materi ini dapat dilakukan dengan: 1. Sebelum guru mengajar (Tahap Persiapan) - Mempersiapkan bahan atau materi yang aka diajarkan. - Mempersiapkan alat-alat peraga mind mapping, atau praktikum yang akan dilakukan, serta mempersiapkan video interaktif sebagai tambahan media pembelajaran. - Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan dan arahan untuk merangsang agar peserta didik berkeinginan tinggi untuk aktif dikelas dan mau belajar. - Memahami dan mempelajari karakter peserta didik, mengerti akan kelebihan dan kelemahannya. - Mempelajari pengetahuan awal peserta didik. 2. Selama Proses Pembelajaran (Tahap Pelaksanaan) - Mengajak dan memberi dorongan peserta didik aktif dalam pembelajaran - Siswa dibiarkan untuk bertanya. Misalkan dengan kalimat seperti ini mengapa yah al itu bias terjadi?ada yang tahu kenapa? - Menggunakan metode ilmiah dalam proses percobaan atau praktikum sedehana yang dibuat menarik sehingga siswa merasa tertarik dan menemukan sendiri pengetahuan mereka seperti metode eksperimental dilanjutkan dengan penggunaan metode mind map agar siswa mampu mengemukakan, menyusun arti baik dari arti sudut pandang merka sendiri, maupun dari interaksi atau diskusi dengan orang lain. - Tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah. - Menerima jawaban alternative dari peserta didik.
Kesalahan pendapat siswa diiringin kembali agar ke konsep
yang benar dengan perlahan agar peserta didik dapat menerima dan memahami. - Siswa diberi waktu untuk berfikir dan merumuskan sendiri gagasan meraka. - Evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya. 3. Sesudah Proses Pembelajaran (Tahap Evaluasi)\ - Guru memberikan tugas berupa pembuatan mind mapping sederhana kepada peserta didik. - Tes yang membuat siswa berfikir bukan tes yang mengedepankan hafalan. - Memberikan tugas tambahan untuk pendalaman materi.