Anda di halaman 1dari 9

A.

Masalah Kesehatan : Kista Ovarium


B. Pengertian
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Smelzer and Bare, 2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup
besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang halangi
masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro, 2005).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning.
Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000 & Kondas,
2008)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau
neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
C. Etiologi
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan tetapi dilihat
menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak
maka penyebab kista ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tumor Nonneoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen.
a. Tumor akibat radang
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo ovarial.
b. Tumor lain
1) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh
di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan
menjadi membesar menjadi kista.
2) Kista Korpus Luteum
Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam korpus luteum, berisi

cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.


3) Kista Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini
adalah akibat dari pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan.
4) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium.
5) Kista Endometrium
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan endometroid.
6) Kista Stein-Laventhal
Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormonal.
2. Tumor Neoplastik Jinak
Tumor neoplastik jinak terdiri dari :
a. Tumor Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2) Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari suatu
teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lainnya.
3) Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).
4) Kista endometrioid
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

5) Kista dermoid
Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermal
dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula
sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada
elemen elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak bercampur
dengan rambut (Wiknjosastro, 2005; Mansjoer, 2001).

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
pendukung, yaitu:
1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan berpengawet
b. Penggunaan zat tambahan pada makanan
c. Kurang berolah raga
d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
5. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker yaitu yang disebut
protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalnya karena makan makanan yang bersifat
karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau atau karena radiasi, protoonkgen ini
dapat berubah menjadi onkgen yaitu gen pemicu kanker. (Ryta, 2008)
D. Komplikasi
1.

Perdarahan ke dalam kista


Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran luka
dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan
terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

2.

Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran tangkai
menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietale dan ini menimbulkan rasa sakit.

3.

Infeksi pada tumor


Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid cenderung mengalami
peradangan disusul pernanahan.

4.

Robek dinding kista


Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau
pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam

rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda tanda
abdomen akut.
5.

Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak
sebar (metastasis) memperkuat diagnosa keganasan.
(Wiknjosastro, 2005).

E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda. Sebagian besar gejala
dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi
tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa
berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai karena tekanan pada
pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke kranial. Bila tumor
tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan hormonal berupa ganguan haid. Mungkin
timbul komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai
tumor atau gangguan peredaran darah karena penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).

F. WOC

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat pada kista

ovarium ialah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik atau solid dan dapat dibedakan pula
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari kavum peritonei dengan isi kista bila
dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, 2005)
H. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, tumor ovarium memerlukan pembedahan, tetapi ada beberapa kista benigna
yang pada umumnya tidak memerlukan pembedahan seperti kista folikel de graf, kista korpus
luteum dan kista endometrium. Penatalaksanaan pada tumor berbeda- beda tergantung jenis
tumor neoplastik ganas atau tidak.
1. Tumor ovarium nonneoplastik
Tumor ovarium yang tidak memberikan gejala / keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm termasuk tumor
nonneoplastik. Tidak jarang tumor tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan
menghilang. Maka tindakan yang dilakukan ialah:
a. Menunggu selama 2 sampai 3 bulan.
b. Mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang.
c. Mengamati peningkatan pertumbuhan tumor.
d. Mempertimbangkan tindakan operatif, apabila kesimpulan dari hasil observasi tumor
tersebut bersifat neoplastik.

2. Tumor ovarium neoplastik tidak ganas


Tindakan yang dilakukan pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah :

a. Pengangkatan tumor ini adalah dengan pengangkatan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor.
b. Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium disertai
dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi).
c. Operasi kedua dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ditemukan tumor pada
satu atau dua ovarium.
d. Operasi tumor ovarium yang diangkat harus terbuka, untuk mengetahui apakah ada
keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada saat operasi dilakukan
pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi
anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah tumor tersebut ganas atau tidak.
3. Histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral
Operasi yang tepat jika terdapat keganasan adalah dengan histerektomi dan salpingoooforektomi bilateral (pengangkatan kedua tuba). Pada wanita muda yang masih ingin
mempunyai keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah (misalnya tumor
sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil risiko dengn melakukan
operasi yang tidak bersifat radikal. (Sjamjuhidajat, 2004 ; Wiknjosastro, 2005 )
I. Diagnosa Yang Mungkin Muncul.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik/biologis
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular
4. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
5. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
7. Kurang pengetahuan tenang kondisi prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan rendahnya tingkat pendidikan dan tidak mengenal sumber informasi
J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik/biologis
a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri
(R/ mengidentifikasi lingkup masalah)
b. Atur posisi senyaman mungkin
(R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri)

c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesic


(R/menghilangkan rasa nyeri)
d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi (Merelaksasi otot otot tubuh).
2. Cemas berhubungan dengan Krisis situasi menghadapi pembedahan
(Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas)
berkurang.
a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien
(R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya )
b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya
(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang
keadaan dirinya )
c. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien
(R/ Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
(Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi)
a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )
b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptic
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
(Membunuh mikro organisme secara rasional )
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(Tujuan : Selama dalam perawatan,pola napas efektif)
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Monitor respirasi dan status O2
c. Atur intake untuk mengoptimalkan cairan
5. Deficit volume cairan
(Tujuan : Selama dalam perawatan,kebutuhan cairan terpenuhi/adekuat)
a. Pertahankan catatan intake output yang akurat
b. Monitor sattus hemodinamik
c. Monitor TTV
d. Monitor hasil lab

DAFTAR PUSTAKA
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :EGC.
Smelzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Williams, Rayburn F. (2005). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai