Anda di halaman 1dari 9

Fobia sosial

Fobia sosial adalah ketakutan yang tidak


rasional terhadap pandangan negatif orang
lain. Penderita merasa bahwa semua orang
memandangi dan mengevaluasi dirinya
sehingga mereka cenderung menghindari
situasi sosial, seperti berbicara di depan
publik, tampil di panggung, bekerja ketika
diawasi, makan di tempat umum, dan
berkencan, karena khawatir akan berbuat
sesuatu yang memalukan

ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebagai penyebab
terjadinya gangguan fobia sosial ini:
1. Faktor Perilaku
2. Faktor Psikoanalitik
3. Faktor Neurokimiawi
4. Faktor Neuroendokrin
5. Faktor Genetik

GAMBARAN KLINIS

Takut secara berlebihan ketika berinteraksi dengan orang asing


Takut situasi di mana Anda dapat dinilai
Khawatirkan memalukan atau memalukan diri sendiri
Ketakutan bahwa orang lain akan melihat bahwa Anda terlihat
cemas
Kecemasan yang mengganggu rutinitas harian Anda,
pekerjaan, sekolah atau kegiatan lain
Menghindari melakukan sesuatu atau berbicara dengan orang
karena takut malu
Menghindari situasi di mana Anda mungkin menjadi pusat
perhatian
Kesulitan membuat kontak mata
Kesulitan berbicara

Tanda tanda fisik tanda-tanda dan gejala gangguan kecemasan


sosial:
Blushing (muka merah)
Berkeringat
Gemetar atau bergetar
Detak jantung cepat
Gangguan perut
Mual
Suara gemetar
Ketegangan otot
Kebingungan
Diare
Tangan dingin, basah

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders- IV Text Revision (DSM IV-TR, 2000) atau Pedoman
Diagnostik Fobia Sosial Menurut Pedoman Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Seseorang dapat didiagnosa memiliki fobia sosial dengan kriteria :
1. Memiliki ketakutan terhadap situasi sosial dimana ia menjadi merasa
asing dan seakan diawasi. Penderita fobia ini takut kalau tindakannya
akan memalukan.
2. Berhadapan dengan situasi sosial yang ditakuti akan mengakibatkan
kecemasan dan mudah terserang Panic Attack.
3. Orang itu sadar bahwa ketakutannya berlebihan dan tidak masuk akal
namun tidak mampu mengatasinya.
4. Menghindari situasi sosial dengan kecemasan yang sangat kuat. 5. Untuk
usia 18 tahun ke bawah, hal ini berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
5. Ketakutan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(misalnya obat) atau gangguan mental lainnya.

PENATALAKSANAAN
Farmakologik
1. Benzodiazepin: diazepam (dosis dewasa: 2-40 mg/hari),
alprazolam (0,5-6 mg/hari), dan klonazepam (0,5-4,0
mg/hari);
2. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fl
uvoksamin (50-300 mg/hari), fl uoksetin (10-40 mg/hari),
paroksetin (10-30 mg/hari), sertralin (50-100 mg/hari);
3. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs): fenelzin 45-90
mg/hari;
4. Reversible inhibitors of monoamine oxidase A (RIMA):
moklobemid 300-450 mg/hari;
5. -Adrenergic receptor antagonists: propranolol 20-40 mg,
atenolol 50-100 mg

Nonfarmakologik
Penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif
(cognitive behaviour therapy) secara profesional akan sangat
efektif. Terapi perilaku kognitif dapat dilakukan sendiri atau
dalam bentuk kelompok.
Terapi perilaku dengan cara
desensitisasi(memperkenalkan/mendekatkan kepada
objek/situasi yang ditakuti secara bertahap mulai dari ringan
sampai pada situasi yang paling ditakuti) atau melalui latihan
berulang-ulang, latihan di rumah (homework) dan latihan
relaksasi.
Terapi perilaku kognitif dengan cara exposure (membawa
pasien langsung pada situasi yang ditakutinya), atau melalui
feedback videotape atau dengan fantasi, cukup menolong
beberapa individu yang takut bicara di depan umum dan
bentuk fobia lainnya.

Sumber
Yaslinda Yaunin, Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang, Sumatera Barat,
Indonesia, 2012
http://www.kalbemed.com/Portals/6/0
9_Fobia%20Sosial.pdf

Anda mungkin juga menyukai