LANDAS AN TEORI
II.2
badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lain atas penundaan pembayaran atas
barang atau jasa yang manfaatnya dirasakan saat ini dengan pembayaran yang dilakukan
di masa yang akan datang. Pemberian kredit dilakukan menurut prosedur dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan adanya kebijakan kredit diharapkan
pembeli dapat menepati jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan.
Kebijakan penjualan kredit menyangkut kegiatan untuk menentukan seberapa
besar perusahaan dapat melakukan penjualan kredit dan kepada siapa saja perusahaan
dapat menjual secara kredit. Dalam hal ini, perusahaan harus menilai/mengevaluasi
kemampuan baik pelanggan likuiditas, aktivitas, solvabilitas maupun profitabilitasnya.
Analisis ini tidak hanya menyangkut tingkat kepercayaan financial kepada pelanggan,
tetapi juga menyangkut estimasi jumlah kredit yang mampu ditanggung oleh pelanggan.
Oleh karena itu, perusahaan biasanya akan menetapkan batas kredit yang boleh
diberikan kepada pelanggan.
Suatu analisis kredit menggambarkan suatu proses penilaian atau evaluasi tentang
apakah konsumen dapat menerima kredit atau tidak. Arief Sugiono (2009;35)
mengemukakan bahwa:
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko atas tidak tertagihnya piutang, yang
dapat dikendalikan oleh pihak manajemen didalam perusahaan disebut sebagai credit
policy variables
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko atas tidak tertagihnya piutang adalah
sebagai berikut:
a. Kredit standar (credit standard)
M enurut Arief Sugiono (2009;35) memberikan definisi sebagai berikut:
Standar kredit yang ditetapkan oleh perusahaan merupakan tolak ukur di dalam
menetapkan tingkat resiko yang secara optimal dapat ditanggung oleh perusahaan
atas kredit macet yang mungkin timbul sebagai akibat dari pemberian kredit yang
dilakukannya.
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi
para pelanggan yang akan diberikan kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan.
Standar kredit merupakan besarnya resiko yang terkandung dalam pemberian kredit
yang dapat diterima, jika perusahaan menjual secara kredit hanya kepada pelanggan
yang terutang saja, maka perusahaan akan menderita kerugian yang sedikit saja yang
disebabkan oleh utang yang tak dapat ditagih (bad debts). Sebaliknya, perusahaan
mungkin akan kehilangan penjualan dan laba yang tidak jadi diterimanya dari
penjualan yang hilang ini mungkin lebih besar daripada biaya yang dihindarinya.
10
kebijakan
penagihan
mempengaruhi jumlah
penjualan,
periode
12
diakui atau dicatat dengan cara mendebet rekening kas/ bank dan mengkredit rekening
piutang, seperti di bawah ini :
(D) Piutang usaha
xxxx
(K) Penjualan
xxxx
xxxx
xxxx
Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat dibandingkannya pendapatan dan beban
periode yang bersangkutan dan nilai piutang yang dilaporkan bukan merupakan nilai
yang dapat direalisasikan. Ayat jurnal untuk menghapus piutang tak tertagih tersebut
adalah :
(D) Beban piutang tak tertagih
xxxx
(K) Piutang
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
(K) Piutang
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
(K) Piutang
xxxx
xxxx
(K) Cadangan piutang tak tertagih
xxxx
xxxx
xxxx
perusahaan untuk periode tersebut dan ini dapat dilakukan dengan mendebet perkiraan
biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang.
2.Pendekatan Neraca
M enurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan menggunakan saldo
piutang usaha. Dengan metode ini jumlah dari piutang tak tertagih adalah dengan
mengalikan saldo piutang usaha dengan persentase piutang tak tertagih.
17
yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada
sebagai dasar penilaiannya. M eskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu,
analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang
akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan
keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang
berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Analisis rasio menurut Dermawan Sjahrial (2009;38) pada dasarnya terdiri dari tiga
macam perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan
Eksternal
(Cross
Sectional
Analysis)
yaitu
dengan
cara
18
19
20
M enurut Sofyan Syafri (2010;301) jenis rasio keuangan yang sering digunakan
adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatoh tempo. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas
yang akan digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan.
Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa analisis rasio yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisi likuiditas perusahaan,
yaitu :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menurut M ahmud M .Hanafi dan Abdul Haim (2009;77) adalah :
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah
menajadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis).
Rasio lancar ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor
jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang
tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo
karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan,
misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat
penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya
saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
21
Adapun formulasi dari Rasio lancar (current ratio) adalah sebagai berikut :
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar
X 100%
Hutang Lancar
(Sawir,2001: 8)
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva
lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (M unawir 2001: 74).
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena menganggap
persediaan memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam
dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid.
Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya
investasi yang sangat besar dalam persediaan.
Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut :
Quick Ratio =
X 100%
Utang Lancar
(Sawir,2001: 10)
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas ini merupakan pengukuran rasio likuiditas berdasarkan perbandingan
antara kas yang ada di perusahaan dan di bank (termasuk surat berharga seperti
deposito) dan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan kas
perusahaan untuk melunasi utang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar
bukan kas menjadi kas.
22
Cash ratio =
Kas
X 100%
Utang Lancar
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
mengoperasikan dana.
Penjualan Bersih_
Piutang Usaha
X 100%
23
nilai average collection period yang dimiliki perusahaan maka semakin besar juga
resiko kemungkinan piutang tidak tertagih.
Adapun formulasi dari account receivable in days adalah sebagai berikut :
Average Collection Period =
X 100%
X 100%
X 100%
3. Solvabilitas Perusahaan
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangaka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.
24
Total Hutang
Total Aktiva
X 100%
Total Hutang
Total M odal
X 100%
4. Profitabilitas Perusahaan
Untuk menilai profitabilitas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi profitabilitas perusahaan, yaitu :
a. Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk
mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross
profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga
pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula
sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga
25
X 100%
Penjualan
(Sawir,2001: 18)
b. Net Profit Margin
Profit margin menurut M ahmud M ahmud M .Hanafi dan Abdul Haim (2009;83)
adalah:
Rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh
perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
NPM =
X 100%
Penjualan
(Sawir,2001: 18)
c. Return on Investment
Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini,
akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya
26
dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang
lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return
On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi
perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating
Assets).
Formulasi dari return on investment atau ROI adalah sebagai berikut:
ROI =
X 100%
Total Aktiva
(M unawir,2001: 89)
d. Return on Equity
Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk
mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap
rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin
besar.
27
ROE =
X 100%
M odal sendiri
(Sawir,2001: 20)
II.6.
menangani penjualan
harus
28
Aging schedule (daftar umur piutang) merupakan salah satu alat pengendalian
intern perusahaan yang memuat jumlah piutang dari masing-masing pelanggan dan
mengklasifikasikannya ke dalam golongan umur piutang masing-masing pelanggan
berdasarkan waktu jatuh temponya. Pembuatan aging schedule itu perlu dilakukan oleh
perusahaan terutama yang mempunyai piutang yang nilainya sangat material.
Pengawasan piutang sangat penting dilakukan karena tanpa pengawasan
perusahaan akan menanggung resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam mengadakan
investasi dalam bentuk piutang. Resiko-resiko yang timbul antara lain:
1. Kemungkinan terjadinya kelambatan dalam penerimaan piutang.
2. Kemungkinan piutang tidak dapat dibayar sekaligus.
3. Kemungkinan piutang tidak dapat dibayar seluruhnya.
4. Resiko yang mungkin timbul karena tertanamnya modal dalam piutang dalam jangka
waktu lama.
Untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko yang akan timbul maka
diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang dapat dilakukan dengan
pengawasan terhadap pemberian kredit.
II.7
29
penyatuan komponen modal kerja yang berkaitan dengan perubahan dalam kebijakan
kredit dengan tujuan tercapainya nilai perusahaan yang maksimal bagi para pemiliknya".
Sartoris Hill menyusun model keputusan kebijakan kredit yang menyatukan
semua elemen dari manajemen aktiva lancar dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan. Sartoris Hill menggunakan pendekatan arus kas menurut net present value
di dalam menganalisis alternatif kebijakan kredit. M etode ini cukup fleksibel dalam
memperhitungkan perbedaan biaya, potongan tunai, harga, kerugian karena piutang
ragu-ragu dan laju pertumbuhan penjualan baik secara keseluruhan maupun kombinasi
beberapa faktor.
Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut:
P0 Q 0 (1 b0 )
P0 Q 0 * P0 Q 0
C Q w
t
t0
NPV 0 =
0 0
+
1
K
(
1
K
)
(
)
0
0
P1Q1 (1 b1 )
P1 Q1 * P1Q1
Keterangan :
P