1. DEFINISI
Lansia (Lanjut usia) adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian
dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu.
Lansia menurut UU No.4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai usia 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kperluan sehari-hari dan
diatas 60 tahun.
Lansia adalah individu yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
normalnya.
Proses menua adalah proses alami bukanlah suatu penyakit, tapi proses menurunnya
daya tahan tubuh untuk menerima rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Jadi lansia atau lanjut usia adalah individu yang karena usia lanjut sehingga terjadi
perubahan secara biologis, fisik, psikologis dan spiritual.
Usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
3. TIPE-TIPE LANJUT USIA
a. Tipe Arif Bijaksana
Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah,
rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri
Yaitu lansia yang mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang
baru, selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas
Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan
hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, hilangnya kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe Pasrah
Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang.
e. Tipe Bingung
Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, acuh tak
acuh.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN
a. Herediter
b. Nutrisi
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress
5. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
A. PERUBAHAN FISIK
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
e. Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal 170 mmHg,
diastole normal 95 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh
menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.
Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
i. Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput
lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi
seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. System Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan
tremor.
B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Perubahan fisik, khusunya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
f. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga
g. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri
C. PERUBAHAN SPIRITUAL
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari
D. PERUBAHAN PSIKOSOSIAL
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering
merasa
tetangganya
mencuri
barang-barangnya
atau
berniat
mencerna
makanan
karena
menurunnya
fungsi
kelenjar
Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat
(hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut
usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar prostat.
Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal
akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus
kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.
D. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).
Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat
stress dan berperan penting dalam reaksi mengatasi stress.
Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia kurang
mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia
tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya
seperti adanya menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi
kelenjar testis. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan
osteoporosis.
E. Penyakit pada persendian tulang.
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan
linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah
persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan
metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut.
Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah.
Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot
berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang
kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.
F. Penyakit yang disebabkan proses keganasan.
Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin mudah
dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim,
payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50 tahun.
Kanker pada pria banyak dijumpai pada paru-paru, kelenjar prostat.
G. Penyakit penyakit lain
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).
8. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
e. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif, peristaltik
lemah
a.
b.
c.
d.
e.
C. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan
kematian
c. Perasaan tidak tenang berhubungan dengtan ketidakmampuan ibadah secara tepat