Anda di halaman 1dari 11

Al Qur'an adalah kita suci umat islam yang diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW

sebagai rasul memiliki berbagi keistimewaan / keutamaan dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya
sebagai berikut di bawah ini :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur'an dapat dipengaruhi
jiwanya.
3. Memutus rantai taqlid yang menghilangkan kebebasan berfikir serta memperlemah kemampuan
berupaya dan berkarya manusia.
4. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
5. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia
manusia.
6. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang
menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
7. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta
menanamkan tauhid dalam jiwa.

Nama lain Al-Qur'an


Al Qur'an, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat
tertentu dalam Al Qur'an itu sendiri yang memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Al Qur'an itu
sendiri.
[sunting] Nama-nama tersebut adalah:
* Al-Kitab (buku)
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. AlBaqarah [2]:2)
* Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
* Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)

* Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS. Yunus [10]:57)
* Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS. Yunus [10]:57)
* Al-Hukm (peraturan/hukum)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam
bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan
kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS.
Ar Ra'd [13]:37)
* Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan
tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam
keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)
* Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya.
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak
(takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
* At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy
Syuaraa [26]:192)
* Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS. An Naml [27]:77)
* Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami

kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
* Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orangorang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)
* Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
* Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)
* An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad
dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (AlQur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)
* Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al
Jaatsiyah [45]:20)
* Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)
* Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar
mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)

Cara diturunkan
Al-Qur`an diturunkan ALLAH Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan berbagai cara:

Pertama bermimpi yang baik ketika beliau tidur.

Kedua, wahyu itu dibawa oleh malaikat Jibril dengan menyerupai bentuk

manusia laki-laki.
Ketiga Malaikat Jibril (pembawa wahyu) itu menampakkan dirinya dalam bentuk

asli.
Keempat, wahyu itu diturunkan melalui bunyi genta, ini adalah cara terberat

yang dirasakan beliau.


Kelima, wahyu itu datang tidak dengan perantara malaikat melainkan

diturunkan langsung dari ALLAH Swt.


Adapun cara keenam wahyu itu beliau terima diatas langit yang ketujuh
langsung dari ALLAH Swt sendiri.

Etimologi ( Bahasa )
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu
yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Quran adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a
yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an
sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada
lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu
ikuti {amalkan} bacaannya.(75:17-75:18)

Terminologi ( Istilah )
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir,
membacanya termasuk ibadah.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril
a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang
dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel menjadi satu seperti
yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk
menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan
Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak
diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu,
daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu
banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu
diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin
Pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal
dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam
jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan
tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang
saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai
koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun
secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan
mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai
khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri
Nabi Muhammad.
Pemerintahan Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara
pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku
yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia
mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang
Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian
dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.
Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang
dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil
mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam
penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik
tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushafmushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana
pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian
mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini
hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia
menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak
terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat
baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu
Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang
Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin
Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada
perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa
Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaranlembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam,
Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an


Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses
penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa.
Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk
menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan
tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Penurunan Al-Qur'an
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Periode penurunan Al-Qur'an
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asbabun Nuzul

Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22
tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa
kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun
dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang
membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an
diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).

Struktur dan pembagian Al-Qur'an


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Surat dalam Al-Qur'an, Makkiyah, dan Madaniyah

Al-Qur'an yang sedang terbuka.

Surat, ayat dan ruku'


Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap
surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al
Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-Ar.
Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas
tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah


Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah
(surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu
penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah
ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsipprinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di

Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah).
Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah
yang turun di Mekkah.[rujukan?]

Juz dan manzil


Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama
yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil
memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu
minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek
bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat


Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Quran terbagi
menjadi empat bagian, yaitu:

As Sabuththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, AnNisaa, Al-Araaf, Al-Anaam, Al Maa-idah dan Yunus

Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya

Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya

Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan


sebagainya

Al-Quran diturunkan Allah taala kepada Nabi Muhammad saw dengan berbagai cara[5]:
1.

Berupa impian yang baik waktu beliau tidur.Kadang-kadang wahyu itu dibawa
oleh malaikat Jibril dengan menyerupai bentuk manusia laki-laki, lalu
menyampaikan perkataan (firman Allah) kepada beliau.

2.

Kadang-kadang malaikat pembawa wahyu itu menampakkan dirinya dalam


bentuk yang asli (bentuk malaikat), lalu mewahyukan firman Allah kepada beliau.

3.

Kadang-kadang wahyu itu merupakan bunyi genta. Inilah cara yang paling berat
dirasakan beliau.

4.

Kadang-kadang wahyu itu datang tidak dengan perantaraan malaikat, melainkan


diterima langsung dari Hadirat Allah sendiri.

5.

Sekali wahyu itu beliau terima di atas langit yang ketujuh langsung dari Hadirat
Allah sendiri.

6.

Orang Muslim beriman kepada kesucian firman Allah Ta'ala, kemuliaannya, keutamaannya atas semua
ucapan, dan bahwa Al-Qur'an al Karim adalah firman Allah Taala yang tidak ada kebatilan di depan dan di
belakangnya. Barangsiapa berkata dengannya, ia dipercaya Dan barang siapa mengamalkannya, ia bisa
bersikap adil.

7.

Para qari'Al-Qur'an adalah keluarga Allah Taala dan orang-orang khusus-Nya. Orang-orang yang
berpegang teguh dengan Al-Qur'an adalah orang-orang yang selamat dan beruntung, sedang orang-orang
yang berpaling daripadanya adalah orang orang yang binasa dan rugi.

8.

Keimanan orang Muslim kepada keagungan Kitabullah (Al-Qur'an), kesucian, dan kemuliaannya semakin
bertambah dengan hadits-hadits dari Rasulullah saw. tentang keutamaan Al-Qur'an, sebagaimana berikut,

9.

"Bacalah kalian Al-Qur an, karena pada hari kiamat Al-Quran datang menjadi pemberi syafaat bagi
pembacanya." (HR Bukhari).

10. "Orang terbaik dari kalian ialah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR An-Nasai,
Ibnu Majah, dan Al Hakim dengan sanad yang baik).
11. "Orang-orang Al-Qur'an adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya." (HR An-Nasai, lbnu Majah,
dan Al-Hakim dengan sanad yang baik).
12. "Sesungguhnya hati bisa berkarat seperti besi berkarat." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Apa
penghilangnya, wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. bersabda, "Membaca Al-Qur'an dan ingat mati." (HR AlBaihaqi dengan sanad yang dhaif).
13. Pada suatu hari, musuh bebuyutan Rasulullah SAW. datang kepada beliau dan berkata, "Hai Muhammad,
bacakan Al-Qur'an kepadaku." Kemudian Rasulullah SAW. membaca firman Allah Taala,
14. "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan." (An-Nahl: 90).
15. Rasulullah saw. belum selesai menuntaskan pembacaan ayat di atas, tiba-tiba musuh bebuyutan beliau
meminta pengulangan pembacaan ayat tersebut karena kagum kepada keagungan bahasanya, kesucian
maknanya, karena ingin mengambil keterangannya, dan karena tertarik pada kekuatan pengaruhnya. Tidak
lama berselang, musuh bebuyutan tersebut mengangkat suaranya memberi pengakuan, bersaksi atas
kesucian Firman Allah Taala, dan keagungannya. Ia berkata dengan satu perkataan, "Demi Allah, sungguh
Al-Qur'an ini betul-betul manis, di dalamnya terdapat keindahan, bawahnya berdaun lebat, dan atasnya
berbuah. Al-Qur'an ini tidak diucapkan oleh manusia." (HR Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Al-Baihaqi dengan
sanad yang baik. Musuh yang dimaksud ialah Al-Walid bin Al-Mughirah).
16. Oleh karena itu, di samping orang Muslim menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an, mengharamkan
apa yang diharamkan Al-Qur'an, dan konsisten dengan adab dan akhlak Al-Qur'an, ia dalam membacanya
juga konsisten dengan etika-etika berikut:
17. 1. Ia membacanya dalam kondisi yang paling sempurna, misalnya dalam keadaan bersih, menghadap
kiblat, dan duduk dengan santun.

18. 2. Ia membacanya dengan tartil, tidak tergesa-gesa, dan tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga malam,
karena Rasulullah saw. bersabda,
19. "Barangsiapa mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga malam, Ia tidak akan memahaminya." (HR semua
penulis Sunan dan di-shahih-kan At-Tirmidzi).
20. Rasulullah SAW. memerintahkan Abdullah bin Umar ra mengkhatamkan Al-Qur'an dalam tujuh hari.
Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit khatam sekali dalam setiap minggu.
21. 3. Khusyu' dalam membacanya, memperlihatkan kesedihan, dan menangis, atau pura-pura menangis jika ia
tidak bisa menangis, karena Rasulullah SAW. bersabda,
22. "Bacalah Al-Quran dalam keadaan menangis. Jika kalian tidak bisa menangis. Maka pura-puralah
menangis." (HR Ibnu Majah dengan sanad yang baik).
23. 4. Memperindah suaranya ketika membaca Al-Qur'an, karena Rasulullah saw. bersabda,
24. "Hiasilah Al-Qur'an dengan suara kalian." (HR Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasai, dan Al-Hakim. Al-Hakim menshahih-kan hadits ini).
25. "Bukan termasuk golongan kita, orang yang tidak bersenandung dengan Al-Qur'an." (Muttafaq Alaih).
26. "Allah tidak mengizinkan sesuatu sebagaimana Dia mengizinkan Rasul-Nya untuk bersenandung dengan
Al-Qur'an." (Muttafaq Alaih).
27. 5. Merahasiakan tilawahnya, jika ia khawatir jatuh dalam riya', atau sumah, atau mengganggu orang yang
shalat, karena Rasulullah saw. bersabda,
28. "Orang yang membaca Al-Qur'an dengan terang-terangan itu seperti orang yang bersedekah dengan
terang-terangan." (HR At-Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).
29. Sebagaimana diketahui, sedekah itu disunnahkan dilakukan secara rahasia, terkecuali jika terang-terangan
itu mempunyai tujuan yang diharapkan bisa tercapai, seperti mendorong manusia bersedekah. Tilawah AlQur'an juga begitu.
30. 6. Ketika ia membaca Al-Qur'an, ia tidak termasuk orang-orang yang melalaikan atau menentangnya.
Sebab, sikap seperti itu bisa jadi menyebabkan ia mengutuk diri dengan dirinya sendiri, sebab jika ia
membaca firman Allah Taala, "Laknat Allah bagi orang yang zhalim." (Al-A'raaf: 44).
31. Jika ia termasuk orang yang berdusta, dan orang zhalim, maka ia melaknat dirinya sendiri. Riwayat berikut
menjelaskan kadar kesalahan orang-orang yang berpaling dari Al-Qur'an, melalaikannya, dan sibuk dengan
selain Al-Qur'an. Diriwayatkan dalam Taurat, bahwa Allah Taala berfirman,
32. "Tidakkah engkau malu kepada Ku? Engkau mendapatkan surat dari salah seorang saudaramu ketika
berjalan di salah satu jalan, kemudian engkau minggir ke samping jalan untuk duduk membacanya, dan
merenungkannya kata demi kata, hingga tidak ada satu kata pun yang terlewatkan darimu. Padahal ini
adalah Kitab-Ku yang Aku turunkan kepadamu. Lihatlah bagaimana Aku merinci untukmu firman di

dalamnya? Betapa seringnya Aku berkata berulang-ulang kepadamu di dalamnya agar engkau
merenungkan panjangnya Kitab-Ku, lebarnya. Namun, engkau malah berpaling daripadanya. Aku menjadi
lebih hina bagimu daripada salah seorang saudaramu. Wahai hamba-Ku, salah seorang saudaramu duduk
kepadamu, kemudian engkau menghadapkan seluruh wajahmu kepadanya, dan engkau mendengarkan
seluruh perkataannya dengan seluruh hatimu. Jika seseorang berbicara, atau mengganggumu sehingga
engkau tidak bisa mendengarkan perkataannya, engkau pasti memberi isyarat kepadanya agar ia menahan
diri. Inilah, Aku datang kepadamu, dan berfirman kepadamu. Tragisnya, engkau malah berpaling dengan
seluruh hatimu dan apakah engkau menjadikan-Ku lebih hina daripada salah seorang saudaramu?"
33. 7. Berusaha keras bersifatkan sifat-sifat orang-orang yang menjadi keluarga Allah Ta'ala dan orang-orang
pilihan-Nya. Seperti dikatakan Abdullah bin Mas'ud r.a., "Para qari' (pembaca) Al-Qur'an harus diketahui
dengan malamnya ketika manusia sedang tidur, dengan siangnya ketika manusia tidak puasa, dengan
tangisnya ketika manusia tertawa, dengan ke-wara'-annya ketika manusia rusak - tidak mengenal kebaikan
dengan keburukan - , dengan diamnya ketika manusia larut dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat,
dengan kekhusyu'annya ketika manusia sombong, dan dengan kesedihannya ketika manusia berpestapora."
34. Muhammad bin Ka'ab berkata, "Kita mengenali qari' (pembaca) Al-Qur'an dengan warna kulitnya yang pucat
karena lama tidak tidur dan bertahajjud."
35. Wuhaib bin Al-Wirdu berkata, "Ditanya kepada seseorang, Kenapa Anda tidak tidur?' Orang tersebut
menjawab, Sesungguhnya keajaiban Al-Qur'an menerbangkan tidurku'."
36. Dzun Nun melantunkan syairnya,
37. Al-Quran dengan janjinya, dan ancamannya
38. melarang bola mata untuk tidur pada malam hari
39. Mereka memahami firman-Nya dari Raja Teragung
40. Dengan pemahaman yang membuat manusia hina dan tunduk kepadanya.
41. Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul
Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 112 - 116.

Anda mungkin juga menyukai