Denrad
Denrad
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
BAB I (PENDAHULUAN)
I.1 SEJARAH SINAR X.....................................................................2
I.2 SIFAT- SIFAT SINAR X..............................................................3
I.3 PROSES TERBERNTUKNYA SINAR X..................................5
BAB II
ALAT DAN BAHAN.........................................................................8
BAB III (CARA KERJA)
III.1 PERSIAPAN ALAT...................................................................9
III.2 PERSIAPAN PASIEN...............................................................9
III.3 PERSIAPAN OPERATOR.......................................................11
III.4 PERSIAPAN RONGTEN.........................................................11
III.5 PENCUCIAN FILM ................................................................11
BAB IV (HASIL)
IV.1 GAMBARAN HASIL SECARA UMUM..............................13
IV.II GAMBARAN HASIL SECARA RADIOLOGIS...................14
BAB V (PENUTUP)
V.1 KESIMPULAN.........................................................................15
V.2 SARAN.....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
I1. SEJARAH SINAR X
Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 18451923), seorang profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan
sungguh-sungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung
dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam
tabung ke luar.
Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan
sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang
ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari
tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat
masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum
diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi
berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya adalah radiasi yang belum
diketahui.Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar-X dan
meneliti sifat-sifatnya. Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan
penelitiannya.
Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada halaman 132-141
laporan Asosiasi Fisika Medik Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun 1896 reprint
laporan Roentgen dikirimkan kepada ilmuwan-ilmuwan terkenal. Karena tidak
dibelokkan oleh medan magnet, maka orang tahu bahwa sinar-X berbeda dengan
sinar katoda. Pada saat itu belum ditemukan fenomena interferensi dan difraksi.
Karena itu muncullah persaingan antara teori partikel dengan teori gelombang untuk
menjelaskan esensi/substansi sinar-X. Teori partikel dikemukakan antara lain oleh
W.H. Bragg, teori gelombang dikemukakan antara lain oleh Stokes dan C.G. Barkla.
Sejak saat itu teori gelombang didukung oleh lebih banyak orang. Pada tahun 1912,
fenomena difraksi sinar-X oleh kristal ditemukan oleh Max von Laue dan kemudian
dapat dipastikan bahwa sinar-X adalah gelombang elektromagnetik.
Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam
bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan.
Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang
pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya
kelainan-kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan
sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana
perawatan.
Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu
teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral , film Rontgen diletakkan
didalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bitewing serta oklusal,
sedangkan pada teknik foto Rontgen ekstraoral, film Rontgen diletakkan diluar mulut
pasien , salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto,
cephalometri dan lain-lain.
I.2 SIFAT-SIFAT SINAR X
Sinar
mempunyai
beberapa
sifat
fisik
yaitu
daya
Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt)
yang mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat
darastis oleh target sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan
sinar-x brehmsstrahlung or braking radiation. Pada waktu muatan (electron)
yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami percepatan), karena adanya beda
potensial, muatan (electron) akan memancarkan radiasi elektromagnetik dan ketika
energy electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik tersebut dalam range
sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan untuk XRD (X-Ray Difraction)
2. Sinar-x karakteristik
Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat
mengenai electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron
tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang lebih
tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi, dengan
memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding dengan level energy electron.
Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang tertentu yang dapat
difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam
menentukan struktur material
BAB II
ALAT DAN BAHAN
ALAT
BAB III
CARA KERJA
III.1 PERSIAPAN ALAT
1. Pesawat roentgen kita atur sesuai posisi pasien
2. Atur sinar dengan remote, kita pilih gigi apa yang akan di roentgen, lalu atur
pilihan sinar apakah FL0,FL1 atau FL2. Dalam praktikum ini kita
menggunakan tipe FL0.
3. Atur intensitas sinar. Dalam praktikum ini yang kita gunakan adalah 0,18
4. Cone diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat
III.2 PERSIAPAN PASIEN
1. Instruksikan pasien untuk duduk di kursi, dengan kepala bersender ke tiang
alat radiograf.
2. Usahakan agar pasien tidak bergerak dan dalam keadaan tenang
3. film kita letakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di
pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.
4. posisi kepala pasien :
Standar prosedur radiografi memasukkan pemposisian kepala pasien sebagai
salah satu tahap dalam penempatan film. Dalam teknik biseksi penting sekali
untuk menempatkan jaringan yang akan diradiografi dan sinar x-ray dalam
hubungan yang
10
5. Kurang lebih 2mm dari film harus dilebihkan diatas permukaan oklusal/incisal
untuk memastikan seluruh gigi tercakup di dalam film.
6. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan
ibu jari atau telunjuk (yang paling nyaman untuk pasien)
III.3 PERSIAPAN OPERATOR
Perlu ditekankan bahwa selama melakukan pemotretan radiografis
operator juga mendapat radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan
berdiri didaerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi dosis radiasi yang
diterimanya, sebaiknya operator juga berdiri pada tempat yang aman yaitu
dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber
sinar-X selama melakukan pemotretan radiografis.
Umumnya operator berdiri pada posisi yang membentuk sudut antara
90 dan 135 terhadap sinar-X pusat. Akan tetapi yang terbaik adalah jauh di
belakang sumber sinar-X atau berlawanan arah dengan sinar-X pusat. Untuk
pemotretan radiografis dental region :
1. Gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan atau sebelah
depan kiri pasien.
2. Gigi posterior, operator lebih baik berdiri di sebelah belakang pasien
daripada sebelah depan pasien.
III.4
PERSIAPAN ROENTGEN
1. Setelah pasien dan alat siap, kita tekan tombol roentgen
2. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan.
III.5
PENCUCIAN FILM
11
1.
2.
3.
4.
5.
12
BAB IV
HASIL
13
Cone cutting
Bagian apex gigi M1 tidak terfoto, hal ini dikarenakan kesalahan dalam
menentukan sudut vertikal pemotretan
2.
Superimposed
Disebabkan kelalaian operator mempersiapkan pasien sebelum
pemotretan.
14
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Hasil yang tidak akurat dari gambaran radiografi yang didapat adalah karena :
-
Cairan developer siap pakai yang menyebabkan noda kuning pada film
yang sudah dicuci.
V.2 SARAN
-
Diperlukan kesiapan dari operator, pasien dan alat radiografi untuk bisa
mendapatkan hasil yang baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
2002.
Principles
of
Dental
LAMPIRAN
Rated voltage70KV
Current of tube-head7mA
Tube-headFrom abroad
Focus0.7mm
Support220VAC
Radiation Leakage<0.007mGy/h
Round Output Section Focus Skin Distance-20cm
Tanda FL0, FL1, dan FL2 menunjukkan tingkat floresensi dari sinar x dari
alat ini. FL0 menunjukkan tingkatan floresensi yang paling rendah,sedangkan FL2
tingkat floresensinya yang paling tinggi. Yang paling sering digunakan adalah FL0
17
karena gambaran yang dihasilkan lebih jelas dan fokus dibandingkan dengan FL1 dan
FL2.
18