Anda di halaman 1dari 38

1

MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN


19-1-2010

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan menjadi momen yang sangat istimewa dan menyenangkan


bagi seorang wanita. Oleh karena itu, maka menjaga kesehatan tubuh selama
masa kehamilan menjadi hal yang mutlak di lakukan oleh setiap wanita hamil .
(Anonim, 2009; Fadavi et al, 2009) Sejak ada pepatah “satu gigi lepas pada setiap
kehamilan”, keingintahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
semakin meningkat dan dijadikan fokus dari beberapa penelitian. (Gaffield M.L.et
al,2001) Namun masalah kesehatan gigi sa at hamil seringkali terabaikan. Wanita
hamil lebih senang “menyibukkan diri” dengan pemeriksaan kandungan dan USG
untuk melihat perkembangan janinnya. Walaupun memang pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) memang perlu dilakukan secara teratur dan berkala,
tapi pemeriksaan gigi juga tidak boleh disepelekan. Pada kehamilan, terjadi
peningkatan kadar asam di dalam rongga mulut, belum lagi j ika wanita hamil
mengalami mual dan muntah yang dapat mengakibatkan paparan a sam lambung
pada gigi dan gusi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya radang/penyakit gusi
dan gigi, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kehamilan dan perkembangan
janin. (Adhi, 2009)
Pada masa kehamilan terjadi sejumlah perubahan secara fisik maupun
fisiologi. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi sistem dalam tubuh yang akan
berdampak pula terhadap fisiologi dari bagian -bagian tubuh termasuk rongga
mulut. (Pirie M, et al, 2007) Sebagian besar keluhan pada rongga mulut wanita
hamil disebabkan oleh perubahan hormon. (Gaffield M.L. et al, 2001; Jiang P. et
al, 2008) Kehamilan secara signifikan mempengaruhi terjadinya sakit pada
jaringan periodontal dan juga mempengaruhi timbulnya ginggivitis. (Pirie M, et
al, 2007) Akhir-akhir ini dari penelitian membuktikan bahwa perubahan hormon
pada wanita hamil bertanggungjawab dalam terjadinya manifestasi tersebut. (Jiang
P. et al, 2008)
Selain itu ibu hamil yang mengalami sakit gigi kronis berisiko untuk
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena pertumbuhannya terganggu,

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


2
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

demikian menurut Heather Jaret, dar i University of North Carolina di Chapel Hill,
Amerika Serikat dalam presentasinya di Asosiasi Internasional untuk penelitian
gigi. Sementara Dr. Steven Offenbacher, Direktur Center of Oral and Systemic
Diseases di Universitas yang sama menjelaskan bahwa r isiko tersebut sama
kuatnya dengan risiko akibat merokok atau pemakaian alkohol. Para ahli mencari
hubungan antara penyakit di gusi dengan bayi berat lahir rendah, dengan melihat
kejadian selama 5-6 tahun belakangan. Penelitian dilakukan dengan memeriksa
kesehatan gigi dan mulut pada 850 wanita hamil, dengan usia dua puluh tahunan,
sebelum usia kehamilan 26 minggu. Setelah itu diperiksa kembali dalam waktu 48
jam setelah persalinan. Penelitian ini juga memperhitungkan kontrol dan berbagai
risiko, seperti umur, status merokoknya serta persalinan dini yang pernah dialami
sebelumnya. Penelitian itu menemukan bahwa peningkatan risiko dari bayi berat
lahir rendah dan hambatan pertumbuhan janin terlihat kurang jika gangguan di
gigi dan gusi memang ringan. Risiko i tu menjadi signifikan jika penyakit giginya
lebih berat. (IDAI, 2007)
Maka dari itu perawatan gigi pada ibu hamil sangatlah penting . (Wrzosek
T and Einarson A. 2009) Dalam Journal of Periodontology edisi Februari 2006,
membuktikan manfaat perawatan kesehatan mulut dan gigi pada ibu hamil, yakni
menurunkan risiko terserang pre-eklampsia (keracunan kehamilan) sebesar 5 -8%,
kemudian hasil riset Academy of General Dentistry menunjukan bahwa ibu hamil
menderita gangguan kesehatan mulut dan gigi (periodental desease) berisiko 3-5
kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur (kurang bulan). Sementara ibu
hamil yang menderita infeksi gusi, memiliki kemungkinan 6 kali lebih tinggi
untuk melahirkan bayi prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Journal of Periodontology edisi Januari 2006 menyebutkan bahwa, terapi
penyembuhan gangguan kesehatan mulut dan gigi yang diderita para ibu hamil,
dapat menurunkan angka kelahiran bayi prematur dan bayi lahir dengan berat
badan rendah sebesar 68% . (Anonim, 2009) Perlunya pemberian pengajaran dan
pelatihan kepada ibu yang akan hamil untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
(Lydon-Rochelle M.T. et al, 2004)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


3
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN
Kehamilan dianggap sebagai penghalang untuk perawatan gigi. Namun,
sebenarnya prosedur preventif, kedaruratan, dan periksa rutin gigi semua cocok
dalam berbagai tahapan kehamilan tetapi dengan beberapa modifikasi
perawatan dan perencanaan awal. (Hasan T. 2009)
1. Tahapan dalam Kehamilan (Hasan T, 2009)
a. Trimester 1 (1-12 minggu)
 Pembentukan dan diferensiasi.organ fetal
 Kebanyakan rentan terhadap efek samping dari teratogen.
 Hindari semua perawatan elektif tetapi tetap memberikan perawatan
yang diperlukan

b. Trimester II (13-24 minggu)


 Pertumbuhan dan pematangan fetal
 Jangka waktu paling aman untuk memberikan perawatan gigi.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


4
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

c. Trimester III (25-40 minggu)


 Pertumbuhan janin terus berlanjut.
 Fokus perhatian adalah risiko untuk proses kelahiran yang akan
datang dan keamanan dan kenyamanan dari wanita hamil.

2. Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan


Adaptasi maternal yang meliputi adaptasi anatomi, fisiologi dan
metabolisme sangat menentukan keberhasilan hasil kehamilan. Dengan
mengetahui perubahan fisiologi kehamilan tersebut diharapkan tenaga
kesehatan dapat mendeteksi perubah an yang bersifat patologis. (Susanto,
2009)
a. Sitem Kardiovaskuler
Posisi dan Ukuran Jantung
Seperti halnya uterus yang membesar dan diaf ragma yang
mengalami elevasi, jantung bergeser keatas dan sedikit kearah kiri
dengan rotasi pada aksis jantung, sehingga denyut jantung pada apeks
bergerak lateral. Kapasitas jantung meningkat 70 -80 ml; hal ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan volume atau hipertropi otot
jantung. Ukuran jantung meningkat 12%. (Susanto, 2009)
Kardiak Output
Kardiak output meningkat kurang lebih 40% selama kehamilan.
Kardiak output maksimum dicapai pada usia kehamilan 20 -24 mgg
dan berlangsung terus sampai kehamilan aterm. Peningkatan kardiak
output bisa mencapai 1,5 L/menit diatas kadar orang non hamil.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


5
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Kardiak output sangat sensitif terhad ap perubahan posisi tubuh.


Sensitifitas ini meningkat seiring dengan tuanya kehamilan, sebab
uterus menekan vena kava inferior, dengan demikian menurunkan
aliran darah balik ke jantung. (Susanto, 2009)
Tekanan darah
Tekanan darah sistemik sedikit menurun s elama kehamilan. Ada
sedikit perubahan pada tekanan darah sistolik, namun tekanan darah
diastolik menurun 5-10 mmHg pada usia kehamilan 12 -26 minggu.
Tekanan darah diastolik meningkat seperti keadaan prepreg nant pada
36 minggu kehamilan.
Obstruksi yang disebabkan penekanan uterus pada vena kava
inferior dan penekanan bagian presentasi fetus pada vena iliaka dapat
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Penurunan kardiak output
ini menyebabkan turunnya tekanan darah dan menyebabkan edema
pada ekstremitas bawah. (Susanto, 2009)
Resistensi perifer
Resistensi perifer adalah tekanan darah dibagi kardiak output.
Peningkatan tekanan balik vena kembali normal jika ibu hamil berada
pada posisi lateral rekumbent. (Susanto, 2009)
Efek persalinan terhadap sistem kardi ovaskuler
Ketika ibu hamil berada pada posisi supinasi, kontraksi uterus
dapat menyebabkan peningkatan kardiak output sebesar 25%,
menurunkan heart rate sebesar 15% dan meningkatkan stroke volume
sebesar 33%. Saat ibu melahirkan pada posisi lateral rekumbe nt,
keadaan hemodinamik ibu masih dinggap stabil, kardiak output
meningkat sebesar 7,6%, heart rate menurun 0,7%, dan stroke volume
meningkat sebesar 7,7%. Perbedaan signifikan ini yang berkontribusi
terhadap oklusi vena kava inferior yang disebabkan oleh uterus gravid.
Selama kontraksi tekanan nadi meningkat 26% pada posisi supinasi
namun hanya 6% pada posisi lateral rekumbent. Tekanan vena sentral
meningkat berhubungan langsung dengan intensitas kontraksi uterus

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


6
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

dan peningkatan tekanan intra abdomen. Volu me tekanan darah


pulmoner meningkat 300-500 ml selama kontraksi (Susanto, 2009)
Flat Supine Positioning
Berdampak negatif pada ibu dan fetal. Menimbulkan Supine
Hypotension Syndrom (Vena Cava Compresion) . Sumbatan dari vena
kava inferior dan aorta akibat t ekanan dari janin yang membesar pada
posisi telentang. Hal ini penting diperhatikan oleh dokter gigi ketika
memeriksa ibu hamil di dental chair. (Hasan T, 2009)

Mekanisme:
- Posisi telentang setelah bulan kelima
- Uterus menekan vena kava inferior
- Peningkatan volume darah pada ekstremitas bawah
- Penurunan aliran darah balik ke jantung
- Penurunan perfusi pada uterus
- Fetal hipoksia
Gejala:
- Berkeringat
- Mual
- Kelemahan
- Merasa sesak
- Penurunan tekanan darah secara signifikan
- Bradikardi
- Kemungkinan kehilangan kesadaran

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


7
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Pencegahan:
- Tinggikan pinggul kanan 10 -12 cm
- Berat tubuh condong ke pembuluh darah yang besar
- Gulingkan pasien ke sisi kirinya
- Tempatkan bantal kecil di bawah pinggul kanan -kiri secara
bergtantian
- Kepala berada di atas kaki.

b. Gastrointestinal Track
Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan
mineral meningkat. Nafsu makan ibu meningkat sehingga intake
makanan juga meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami
penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala
tersebut mungkin berhubungan dengan peningkatan hormon human
Chorionic Gonadotrophin (hCG). (Susanto, 2009)
Rongga Mulut
Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang berhubungan
dengan mual yang terjadi terutama pada awal kehamilan.
Pengeroposan gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat kurangnya
kalsium dalam gigi namun pengeroposan gigi mungkin terjadi akibat

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


8
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

penurunan pH mulut selama kehamilan. Dentalcalciumis bersifat stabil


dan tidak berkurang selama kehamilan seperti halnya kalsium tulang.
Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat peningkatan
hormon estrogen. Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi
bengkak dan mudah berdarah. (Susanto, 2009)
Motilitas Gastrointestinal
Selama kehamilan motilitas gastrointestinal mengalami penurun an
akibat peningkatan hormon progesteron yang dapat menurunkan
produksi motilin yaitu suatu peptida yang dapat menstimulasi
pergerakan otot usus. Waktu transit makanan yang melewati
gastrointestinal melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak
hamil. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan air dan
sodium diusus besar yang mengakibatkan konstipasi. (Susanto, 2009)
Lambung dan Usofagus
Produksi lambung yaitu asam hidroklorik meningkat terutama pada
trimester pertama kehamilan. Pada umumnya kea saman lambung
menurun. Produksi hormon gastin meningkat secara signifikan
mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH
lambung. Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami
peningkatan. Peristaltik usofagus menurun, menyebabkan refluks
gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan dilatasi
atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi
pada kehamilan lanjut karena elevasi lambung akibat pembesaran
uterus. Disamping menyebabkan heartburn, perbahan posisi berbaring
seperti posisi litotomi, penggunaan anestesi berbahaya karena dapat
meningkatkan regurgitasi dan aspirasi. (Susanto, 2009)
Usus besar, usus kecil dan Appendik
Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik bergeser
secara superior pada ruan g panggul. Posisi organ-organ tersebut
kembali ke normal pada awal puerpurium. Pada umumnya motilitas

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


9
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

mengalami penurunan seperti halnya tonus gastrointestinal yang


mengalami penurunan. (Susanto, 2009)
Kandung Empedu
Fungsi kandung empedu mengalami perubah an selama kehamilan
karena hipotonia pada otot dinding kandung empedu. Waktu
pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu mengalami
penebalan dan empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu .
(Susanto, 2009)
Liver
Tidak terjadi perubahan morfologi pada hati selama kehamilan
normal, namun fungsi hati mengalami penurunan. Aktifitas serum
alkalin fosfatase mengalami gangguan yang mungkin disebabkan
karena peningkatan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Penurunan
rasio albumin/globulin terjadi selama k ahamilan merupakan suatu
keadaan yang normal (Susanto, 2009)
Hiperemesis Gravidarum
Untuk pasien hiperemesis gravidarum terutama pagi hari harus
dihindari. Usahakan posisi duduk semi -telentang dan senyaman
mungkin. Ketika muntah harus dihentikan segera dan diposisikan
tegak. Ketika muntah sudah selesai dianjurkan mulut dibilas dengan air
dingin atau dengan obat kumur. Untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut akibat sifat asam dari muntahan. (Hasan T, 2009)
c. Ginjal dan Saluran Kencing
Dilatasi Renal
Selama kehamilan masing-masing ginjal memanjang sekitar 1 -
1,5cm, dan secara bersamaan bertambah beratnya. Ureter berdilatasi
sampai tepi atas tulang pelvis. Ureter juga memanjang, melebar dan
lebih melengkung (kurve). Hal tersebut meningkatkan kejadian stasis
urin yang menyebabkan infeksi dan tes fung si renal sulit
diinterpretasi.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


10
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Penyebab absolut hidronefrosis dan hidroureter selama kehamilan


tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
berkontribusi : (Susanto, 2009)
- Peningkatan kadar progresteron yang berkontribusi terhadap
hipotoni otot ureter
- Vena ovari yang berada pada ligamen yang mengalangi
pembesaran ovari membesar dan menekan ureter pada tepi tulang
pelvis.
- Dekstro rotasi uterus selama kehamilan menyebabkan ureter kanan
lebih berdilatasi dibanding ureter kiri.
- Hiperplasia pada 1/3 distal otot ureter menyebabkan reduksi ukuran
luminal
Fungsi ginjal
Glomerular Filtration Rate (GFR) selama kehamilan mengalami
peningkatan sampai 50%. Aliran plasma renal meningkat 25 -50%.
Alran urinary dan sekres i sodium pada akhir kehamilan dapat
terganggu karena perubahan posisi, dimana alirannya menjadi dua kali
lebih besar pada posisi lateral rekumbent d ibanding pada posisi
supinasi. Meskipun GFR meningkat secara dramatis selama
kehamilan, volume urin yang mel ewati ginjal perhari tidak mengalami
peningkatan. Sistem urinary lebih efektif selama kehamilan. Dengan
kenaikan GFR, terjadi peningkatan creatinin clearen endogen.
Konsentrasi kreatinin dalam serum menurun proporsinya untuk
meningkatkan GFR dan konsentras i nitrogen urin menurun.
Glukosuria selama kehamilan tidak selalu bersifat abnormal. Hal
tersebut terjadi karena peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas
reabsorbsi tubuler untuk memfiltrasi glukosa. Peningkatan kadar
glukosa dalam urin berkontribusi terhada p insiden infeksi saluran
perkemihan. Peningkatan proteinuria dianggap abnormal jika lebih
dari 500mg/24jam.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


11
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Kadar enzim renin yang diproduksi ginjal meningkat pada awal


trimester pertama dan peningkatan tersebut terjadi sampai kehamilan
term. Enzim ini bekerja pada substrat anginotensinogen; dari
angiotensin 1, kemudian ke angiotensin 2 yang bekerja sebagai
vasokonstriktor. Kehamilan normal resisten terhadap efek peningkatan
kadar angiotensin 2 tapi tidak resisten terhadap preeklamsi. (Susanto,
2009)
Bladder (Kandung Kemih)
Uterus yang membesar menyebkabkan kandung kemih terangkat.
Penekanan uterus menyebabkan peningkatan frek uensi buang air
kecil. Vaskularisasi bladder meningkat dan tonus otot menurun.
Kapasitas bladder meningkat sampai dengan 1500 ml. (Susanto, 2009)
Ketika akan dilakukan prosedur gigi dianjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu. (Hasan T, 2009)
d. Sistem Hematologi
Volume darah
Perubahan fisiologi yang paling dirasakan selama kehamilan
adalah peningkatan volume darah. Peningkatan kejadian varises pada
ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah
kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, bayi yang dikandung
tunggal atau multipel. Peningkatan volume darah berlangsung sampai
kehamilan term. Rata-rata peningkatan volume darah pada kehamilan
aterm 45-50%. Peningkatan volume darah diperlukan untuk
mengkompensasi aliran darah ekstra ke uterus, kebutuhan
metabolisme fetus, dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama
ginjal. Ekstra volume juga diperluka n untuk mengkompensasi
kehilangan darah saat persalinan. Rata -rata kehilangan darah pada
persalinan pervagina adalah 500 -600ml dan kehilangan darah pada
persalinan secara saesar sekitar 1000 ml. (Susanto, 2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


12
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Sel Darah Merah dan Putih


Sel darah merah meningkat. (Hasan T, 2009) Jumlah total leukosit
meningkat selama kehamilan. Jumlah leukosit pada wanita non hamil
sekitar 4300-4500/ml dan pada wanita hamil meningkat mencapai
5000-12000/ml pada kehamilan trimester akhir, meskipun jumlah
yang tertinggi 16000/ml pernah ditemukan pa da wanita hamil
trimester tiga. Jumlah sel darah putih yang mencapai 25000 -30000/ml
merupakan hal yang normal selama persalinan. Jumlah lymphosit dan
monosit sangat esensial selama kehamilan. Leukosit
polymorphonuclear berkontribusi dalam peningkatan sel darah putih.
Peningkatan katekolamin dan kortisol mengakibatkan leukositosis.
(Susanto, 2009)
Faktor pembekuan darah
Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat
kecuali faktor XI dan XIII (anticloting factor) . (Hasan T, 2009) Hal
tersebut ditandai dengan peningkatan fibrinogen dan faktor VIII.
Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalam i peningkatan secara
perlahan. Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan
persalinan namun mekanisme yang tepat belum diketahui. P lasenta
mungkin berperan dalam perubahan status fibrinotik tersebut. Kadar
plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar fibrinogen
yang menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah .
(Susanto, 2009) Jadi hiperkoagulasi pada wanita hamil mudah
menimbulkan risiko terjadinya tromboemboli. (Hasan T, 2009)
Anti-phospholipid syndrom
Wanita hamil dengan Anti-phospholipid syndrom mempunyai
risiko yang sangat tinggi untuk terjadinya tromboemboli pada
proseduer gigi. Untuk perawatan gigi pasi en harus awat inap di rumah
sakit. (Hasan T, 2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


13
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

e. Sistem Pulmoner
Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi yang
berpengaruh terhadap respirasi. Pada awal kehamilan, dilatasi kapiler
terjadi pada saluran respi rasi ; pembesaran pada nasofaring, laring,
trakhea dan bronkus. Hal tersebut menyebbkan perubahan suara dan
pernapasan melalui hidung mengalami gangguan. Seperti halnya terus
yang membesar, diafragma mengalami elevasi sekitar 4 cm dan tulang
rusuk terangkat dan meluas menyebabkan pertambahan diameter
toraks bagian bawah sekitar 2 cm, dan lingkar dada meningkat sekitar
6 cm. Elevasi diafragma tidak menghalangi pergerakannya. Tonus otot
abdomen mengalami penurunan yang menyebabkan respirasi
abdomen lebih sering dibanding respirasi diafragma. (Susanto, 2009)
Volume dan Kapasitas Paru
Perubahan terjadi pada volume dan kapasitas paru selama
kehamilan. Dead volume (ruang mati) meningkat. Tidal volume
meningkat secara bertahap (35 -50%) seiring dengan usia kehamilan .
Kapasitas paru total menurun 4 -5% dengan adanya elevasi diafragma.
Kapasitas residu fungsional, volume residu, dan volume cadangan
respirasi semua mengalami penurunan sekitar 20%. Volume tidal yang
lebih besar dan volume residu yang menurun menyebabkan
peningkatan ventilasi alveolar sebesar 65% selama kehamilan.
Kapasitas inspirasi meningkat 5-10%. Perubahan fungsi respirasi
antara lain : Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40% pada
tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15 -20% diatas
kebutuhan wanita non hamil. Hiperventilasi yang terjadi pada ibu
hamil menyababkan penurunan CO2 alveolar. Penurunan CO2 ini
menurunkan tekanan CO2 darah; namun tekanan oksigen alveolar
dipertahankan pada batas normal. Hiperventilasi maternal melindungi
fetus dari paparan CO2 yang terlalu tinggi. (Susanto, 2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


14
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

f. Sistem persarafan
Fungsi system saraf pusat dan otak sangat kompleks dan mencakup
semua aktifitas mulai dari reflex dasar sampai perubahan kemampuan
kognitif dan emosional. Kinerjanya sangat dberpengaruh dan
dipengaruhi hormone. Perubahan yang terjadi menyangkut
ketidaknyamanan tulang dan otot, gangguan tidur, perubahan sensa si,
pengalaman terhadap nyeri.
Hormon kehamilan mempengaruhi system saraf pusat, namun efek
yang ditimbulkan tidak terlalu dimengerti . Banyak wanita hamil
mengeluhkan bahwa kemampuan kognitif mereka menurun selama
kehamilan dengan kesulitan berkonsentrasi kelemahan menyimpan
memori. Holdcroft meyakini bahwa penyusutan otak wanita selama
hamil dan kembali normal setelah persalinan diseba bkan oleh
perubahan dalam sel individu bukan karena penurunan jumlah selnya.
Pola tidur berubah selama kehamilan dan periode postpartum.
Wanita hamil yang umur kehamilannya sudah mencapai 25 minggu
mengalami lebih banyak tidur dalam. Selama trimester perta ma waktu
tidur bertambah namun sering terjadi bangun di malam hari karena
adanya kelainan atau gangguan seperti nocturia, dyspnoe, heartburn,
nasal congestion, muscle aches dan kecemasan.
Perubahan pada telinga, hidung dan laring terjadi karena perubahan
gerak cairan dan permeabilitas pembuluh darah. Persepsi bau dan rasa
erat kaitannya dan penurunan sensitifitas bau mungkin terjadinya
perubahan sensasi dan perubahan makanan yang lebih disukai.
Perubahan dalam persepsi rasa mungkin disebabkan rasa pusing da n
perasaan tidak suka terhadap makanannya, terutama untuk makanan
yang rasanya pahit selama kehamilan.
Beberapa hal yang dirasakan ibu hamil diantaranya :
1. Pusing dan kunang-kunang
Pusing dan perasaan seperti melihat kunang -kunang disebabkan
oleh hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


15
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

karena ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural khususnya


setelah duduk atau berdiri dengan periode yang lama. Hipotensi
postural bisa jadi karena kek urangan volume darah sementara.
2. Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal
di daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pa da saraf
kutan lateral femoral.
3. Sindrom Karpel Tunel
Sindrom ini bisa menimbulkan perasaan terbakar, gatal dan sakit di
tangan (biasanya di jempol dan 3 jari pertama) sakitnya bisa sampai
ke pergelangan tangan, naik ke lengan bagian bawah, dan kadang -
kadang sampai ke pundak, leher dan dada. Sindrom ini
menyebabkan luka pada pergelangan tangan sehingga
menyebabkan inflamasi dan penyempitan d i saraf tengah yang
menjalar ke telapak tangan.
4. Kejang kaki mendadak
Biasanya terjadi dengan menarik kontraksi otot betis secara
berulang. Hal ini terjadi karena ibu sedang istirahat atau bangun
tidur. Kejang ini dikarenakan rendahnya serum ion kalsium dan
meningkatnya fosfat atau ketidakcukupan intake kalsium. Ketika
itu terjadi seharusnya ibu melenturkan atau meluruskan kaki atau
berdiri. Ibu tidak dianjurkan untuk memijat kakinya karena
mungkin saja rasa sakit itu berasal dari tromboplebitis. (Zietra,
2008)
g. Sistem Endokrin
- Estrogen meningkat hingga 10 kali
- Progesteron meningkat hingga 30 kali
- Human gonadotropin meningkat
- Tiroksin, steroid, dan insulin meningkat
- Estrogen dan progesteron bersifat antagonis terhadap insulin.
Sehingga untuk mengkompensasi pe ningkatan estrogen dan
progesteron tubuh meningkatkan produksi insulin. Namun sekitar

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


16
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

45% wanita hamil gagal untuk mengkompensasi hal ini sehingga


timbullah diabetes gestational.
- Esterogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah sehingga sering terjadi pembengkakan pada gusi wanita
hamil, sehingga harus berhati -hati dalam melakukan prosedur gigi.
(Hasan T, 2009)

B. Pengaruh Kehamilan Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Terhadap Jaringan periodontal
a. Pregnancy Ginggivitis / gingivitis gravidarum

Ginggivitis adalah inflamasi pada ginggiva akibat plak pada


sebagian dari mukosa mulut yang mengelilingi gigi dan yang menutupi
tulang alveolar. Selama hamil respon inflamai terhadap plak pada gigi
meningkat, ginggiva menjadi semakin membengkak dan b erdarah
ketika menyikat gigi. Ginggivitis diperburuk oleh terjadinya perubahan
hormonal pada wanita hamil yang disebut sebagai pregnancy
ginggivitis, meskipun secara histologi tidak berbeda dengan ginggivitis
pada wanita tidak hamil. Pregnancy ginggivitis merupakan manifestasi
pada mulut paling banyak akibat kehamilan dan pernah dilaporkan
hingga 100% terjadi pada wanita hamil.
Pregnancy ginggivitis terlihat jelas setelah bulan kedua dari masa
gestasi dan bertambah buruk selama masa kehamilan dengan
puncaknya pada umur kehamilan delapan bulan. Pada akhir bulan masa

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


17
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

gestasi ginggivits biasanya sudah mulai berkurang dan dengan segera


setelah melahirkan jaringan ginggiva apabila dibandingkan akan terlihat
sama dengan bulan kedua masa gestasi. Tetapi ini bukan merupakan
indikasi bahwa ginggiva sudah kembali sehat. Meskipun tampilan
secara klinis pregnancy ginggivitis bisa terlokalisasi atau menyeluruh,
perubahan terlihat jelas pada bagian anterior gigi, meskipun
peningkatan plak pada posterior gigi. Mengingat ba hwa ginggivitis
dianggap akibat pengaruh plak, namun Raber-Durlacher et al
membuktikan bahwa pregnancy ginggivitis tidak disebabkan oleh
peningkatan plak gigi. Hal ini mungkin berhubungan dengan pengaruh
kehamilan pada jaringan ginggiva dengan ditemukannya reseptor
estrogen dan progresteron., meskipun mekanisme mengenai bagaimana
secara tepatnya peningkatan hormon mempengaruhi inflamasi ginggiva
belum diketahui. Ini mungkin berhubungan dengan peningkatan
pembuluh darah dan aliran darah disamping perubahan s istem imun
dan/atau perubahan metabolisme jaringan pengikat. (Pirie M, et al,
2007)

Pembesaran gusi ini dapat mengenai/menyerang pada semua


tempat atau beberapa tempat (single/multiple) bentuk membulat,
permukaan licin mengilat, berwarna merah men yala, konsistensi lunak,
mudah berdarah bila kena sentuhan. Faktor penyebab timbulnya
gingivitis pada masa kehamilan dapat dibagi 2 bagian, yaitu penyebab
primer dan sekunder. (Maulid G.A, 2008)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


18
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

1. Penyebab primer
Iritasi lokal seperti plak merupakan penye bab primer gingivitis masa
kehamilan sama halnya seperti pada ibu yang tidak hamil, tetapi
perubahan hormonal yang menyertai kehamilan dapat memperberat
reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut
adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa -sisa
makanan, tambalan kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik. Saat
kehamilan terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan mual,
muntah, perasaan takut ketika meng gosok gigi karena timbul
perdarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga
ibu malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan sendirinya akan
menambah penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.
2. Penyebab sekunder
Kehamilan merupakan keadan fisiologis yang menyebabkan
perubahan keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon
estrogen dan progesteron. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen
dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi
pada jaringan, di antaranya pelebaran pe mbuluh darah yang
mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi
lebih merah, bengkak dan mudah mengalami perdarahan.
Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama
kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang t erjadi.
Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh
dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil, di antaranya;
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna
merah terang sampai kebiruan, kadang -kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela -
sela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


19
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak,


halus dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk
bila ditekan, lunak, dan lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya
aliran darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi
secara lokal maupun menyeluruh. Proses per adangan dapat meluas
sampai di bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan
lebih lanjut pada struktur tersebut.
Tindakan penanggulangan/perawatan radang gusi pada ibu hamil
dibagi dalam 4 tahap, yaitu:
1. Tahap jaringan lunak, iritasi lokal merupakan penyebab timbulnya
gingivitis. Oleh karena itu, tujuan dari penanggulangan gingivitis
selama kehamilan adalah menghilangkan semua jenis iritasi lokal
yang ada seperti plak, kalkulus, sisa makanan, perbaikan tambalan,
dan perbaikan gigi tiruan yang kurng b aik.
2. Tahap fungsional, tahap ini melakukan perbaikan fungsi gigi dan
mulut seperti pembuatan tambalan pada gigi yang berlubang,
pembuatan gigi tiruan, dll.
3. Tahap sistemik, tahap ini sangat diperhatikan sekali kesehatan ibu
hamil secara menyeluruh, melakuka n perawatan dan pencegahan
gingivitis selama kehamilan. Keadaan ini penting diketahui karena
sangat menentukan perawatan yang akan dilakukan.
4. Tahap pemeliharaan, tahap ini dilakukan untuk mencegah
kambuhnya penyakit periodontal setelah perawatan. Tindakan yang
dilakukan adalah pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan
pemeriksaan secara periodik kesehatan jaringan periodontal.
(Maulid G.A, 2008)
Sebagai tindakan pencegahan agar gingivitis selama masa
kehamilan tidak terjadi, setiap ibu hamil harus memperha tikan
kebersihan mulut di rumah atau pemeriksaan secara berkala oleh dokter

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


20
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

gigi sehingga semua iritasi lokal selama kehamilan dapat terdeteksi


lebih dini dan dapat dihilangkan secepat mungkin. Penanganan
pregnancy ginggivitis melibatkan kunjungan secara r eguler untuk
membersihkan dan memonitoring serta memberikan nasihat kepada ibu
mengenai penyebab dan pencegahannya. Eliminasi faktor -faktor yang
membahayakan dengan men ghilangkan plak, misalnya dengan
overhanging restoration margins, sehingga plak bisa diminimalisir.
(Pirie M, et al, 2007) Terapi dengan scaling, root -planing, currettage.
(Hasan T, 2009)
b. Pregnancy Epulis (Pyogenic Granuloma of Pregnancy)

Pregnancy epulis adalah terlokalisasi, lesi jinak hiperplasi yang


berkembang pada gusi wanita ham il lebih dari 5%. Warna merah
terang, vaskularisasi yang banyak, terdapat bintik putih pada
permukaannya, bisanya menonjol dengan ukuran hingga berdiameter 2
cm. meskipun ini dapat mengenai beberapa gusi, kebanyakan terjadi
pada tonjolan gusi antar gigi., terutama pada sisi labial dan kebanyakan
terdapat pada rahang atas daripada rahang bawah. Gigi yang berdekatan
dengan pregnancy epulis mungkin terlihat menyimpang dan menjadi
mudah bergerak, meskipun kerusakan pada tulang jarang meluas
melibatkan gigi sekitarnya secara langsung. Ini dapat tumbuh kapan
pun tetapi sering terlihat pada awal kehamilan. Ini diperkirakan tumbuh
dari inflamasi papila gusi, plak dipertimbangkan sebagai faktor
terpenting yang menginisisasinya. (Pirie M, et al, 2007)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


21
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Disamping plak gigi, kehamilan berhubungan dengan perubahan


produksi hormon dan respon berlebih dari gusi terhadap plak yang
mendasari terbentuknya pregnancy epulis. Secara klinis dan histologis
tidak dapat dibedakan dengan pyogenic granuloma pada laki -laki dan
manita tidak hamil. Selama hamil, penanganan untuk mengeliminasi
tanpa pembedahan, atau paling tidak mengurangi secara signifikan plak
gigi terutama pada daerah sekitar epulis. Hasil terbaik jika ibu
mendatangi dokter gigi secara rutin atau menjaga kebe rsihan gigi dari
penambahan plak. (Pirie M, et al, 2007)
Memberikan penampilan yang tidak indah akibat pregnancy epulis
didepan mulut dan kecenderungan untuk berdarah, hal ini dapat
dimengerti dan menjadi perhatian dari seorang wanita. Tetapi,
pembedahan hanya diperbolehkan dalam kehamilan jika epulis
menimbulkan trauma gigi pada gigi yang berlawanan dan menimbulkan
nyeri dan perdarahan., jika mengganggu dalam berbicara dan/atau
mengunyah, atau jika perdarahan terus menerus dan/atau semakin
bertambah nyeri. Penilaian yang berhubungan dengan faktor lokal juga
perlu perhatian. Memberikan risiko tinggi untuk tumbuh lesi kembali,
pembedahan sebaiknya ditunda hingga setelah terbebas, ketika epulis
berkurang secara lengkap, atau sangat sedikit, lebih kecil, lebih banyak
fibrosa dan mudah untuk dihilangkan. Namun, jika pembedahan tidak
dapat dapat ditunda, sebaiknya dilakukan pada kehamilan trimester

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


22
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

kedua dan keadaan ibu mempunyai risiko kecil untuk muncul kembali.
(Pirie M, et al, 2007). Umur, sosial ekonomi, kesehatan mulut, dan
paritas dari wanita merupakan faktor risiko menuju kronisitas pada
penyakit periodontal. (Wandera M. et al, 2009). Penelitian terbaru
membuktikan ada hubungan antara penyakit periodontal dengan
diabetes gestational. (Xiong Xu, et al, 2009)
2. Host respon dan flora mulut
Meskipun proses kerusakan yang menyertai penyakit
periodontogen (misalnya kerusakan tulang dan jaringan periondotogen)
berhubungan dengan bakteri pada plak, kenyataannya terutama akibat
respon host pada infeksi mikroba.
Koloni bakteri yang berada pada sublingual menyusup ke jaringan
ikat yang menyokong gigi dan berusaha menghindari respon imun dari
host. Namun karena pada kehamilan respon imun menurun yaitu
penurunan jumlah neutrofi, penurunan kemotaksis dan fagositosis, dan
juga penekanan pada respon antibodi dan cell -imediated imunity. Sehingga
kerusakan pada periodontal sering terjadi.
Mengingat bahwa reseptor estrogen dan progesteron ditemukan
dalam jaringan periodontal, progresif peningkatan kadar hormon pada
kehamilan ini juga mempengaruhi respon dari jaringan. Matriks
ekstraselular, pembuluh darah dan fibroblas gingiva semua terpengaruh.
Meskipun estrogen, yang mungkin terlibat dalam regulasi selular
proliferasi, diferensiasi dan keratinisa si tampaknya merangsang sintesis
matriks, bersama dengan progesteron juga meningkatkan produksi
terlokalisasi mediator peradangan, terutama prostaglandin E2 (PGE 2),
yang potensial menginduksi aktivitas osteoclastic. Progesteron juga
mempengaruhi homeostasis jaringan dengan mengurangi pro liferasi
fibroblast, mengubah pola produksi kolagen dan mengurangi tingkat
plasminogen aktivator inhibitor tipe 2 (PAI-2) yang merupakan
penghambat penting proteolisis. jaringan.

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


23
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Berkaitan dengan penyakit periodontal, Gram -negatif adalah


bakteri anaerob penyebab utama. Mereka termasuk: Prevotella intermedia
(P. intermedia), Tannerella forsythensis, Porphyromonas gingivalis (P.
gingivalis), Treponema denticola dan Actinobacillus
actinomycetemcomitans. Meskipun hubungan antara penyebab ginggivitis
oleh bakteri pada kehamilan sulit dibuktikan , perdarahan dan peradangan
gingiva tampaknya terkait dengan kenaikan jumlah batang Gram -negatif
yang hadir. Namun demikian, peningkatan pertumbuh an selektif
P.intermedia, P. gingivalis dan spesies Tannerella (sebelumnya
Bacteroides) telah dibuktikan di plakat subgingival selama awal kehamilan
radang gusi. Hal ini mungkin akibat dari spesies -spesies ini mampu
menggunakan hormon kehamilan, khususnya progesteron, sebagai sumber
nutrition.
Karies gigi adalah suatu infeksi endog en kronis yang multifaktor
dan yang disebabkan oleh bakteri yang memfermentasi karbohidrat
terlokalisasi mengakibatkan kerusakan gigi. Tampak bahwa organisme
penting dalam inisiasi dan perkembangan berikutnya karies gigi adalah
Streptokokus mutans (nama grup untuk tujuh Streptococcus berbeda je nis),
dan spesies Actinomyces dan Lactobacilli. Bukan berpikir bahwa ini
adalah dengan cara apa pun dipengaruhi oleh kehamilan secara langsung
dalam hal cariogenicity atau bahwa struktur gigi berubah mengakibatkan
gigi menjadi lebih rentan terhadap karies. Menariknya, peningkatan
tingkat Streptokokus dan Lactobacilli mutans ditemukan pada akhir
kehamilan dan selama menyusui . Perubahan pola makan mungkin bisa
terjadi, terutama pada awal kehamilan, seperti biasa konsumsi makanan
kecil dan minuman manis untuk memuaskan nafsu atau untuk mencegah
mual dan sakit akan mengakibatkan peningkatan risiko karies gigi, kecuali
jika perhatian ekstrahigienis pada mulut. Ini dapat lebih rumit jika wanita
hamil tidak dapat menyikat gigi karena mual.
Disamping itu, risiko caries akan semakin meningkat ketika hamil
akibat estrogen yang meningkatan proliferasi dan deskuamasi mukosa

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


24
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

mulut. Hasil dari deskuamasi sel meningkatkan sediaan nutrisi bagi bakteri
dan merupakan lingkungan yang cocok untuk tumbuhnya bakteri yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya caries. (Pirie M, et al, 2007)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


25
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

3. Hilangnya Permukaan Gigi

Hilangnya permukaan gigi, terutama melalui erosi akibat asam,


terkait mual dan muntah yang berulang selama kehamilan. Permukaan
palatal gigi seri atas dan taring paling sering terkena (Gambar 4). Wanita
umumnya mengeluh giginya lebih sensitif, yang merupakan akibat erosi
sudah mencapai lapisan dentin . Manajemen pada dasarnya adalah
mencakup pencegahan dan penggunaan teratur fluorida bilasan mulut,
terutama pada wanita-wanita yang sering muntah. (Pirie M, et al, 2007)
Selain itu, para perempuan ini harus dianjurkan untuk menghindari
menyikat gigi langsung setelah muntah karena dapat memperburuk
keadaan erosi gigi yaitu demineralisasi pada bagian permukaan. Konsumsi
asam dan jus buah-buahan serta minuman berkarbonasi harus dibatasi
supaya tidak berpotensi memberikan tambahan keasaman pada jaringan
gigi. Penggunaan sedotan minuman sangat dianjurkan supaya sifat asam
dari minuman tidak bertahan di mulut atau permukaan gigi. (Hasan T,
2009)
4. Gigi Goyah
Meningkatnya mobilitas gigi telah terdeteksi dalam kehamilan
bahkan pada periodontal wanita sehat. Gigi seri atas paling goyah teutama
ketika akhir bulan kehamilan. Mobilitas seperti ini mungkin karena
pergeseran mineral dalam lamina dura dan bukan modifikasi dari tulang
alveolar. Penyakit periodontal dan kerusakan jaringan ikat pada waktu
hamil bisa memperburuk keadaan. (Pirie M, et al, 2007).

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


26
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

5. Candidiasis
Biasanya asimtomatik etapi kadang -kadang juga terasa seperti
terbakar. Perawatan dengan anti jamur topikal atau sistemik. (Hasan T,
2009)

6. Stomatitis
Belum ada bukti bahwa wanita hamil lebih sering terkena daripada yang
tidak hamil. (Hasan T, 2009)

C. Pengaruh Penyakit Gigi dan Mulut pada Kehamilan


1. Prematur
- Ibu dengan penyakit perodontal dikaitkan dengan risiko persalinan
prematur. (Suharso Edi, 2009)
- Bakteri mulut gram negatif menyebabkan respon inflamasi, respon
inflamasi ini merangsang pros taglandin dan sitokin yang akan memacu
kontraksi uterus. (Suharso Edi, 2010)
- Penyakit periodontal yang timbul pada umur kehamilan 21 -24 minggu
dapat menyebabkan kelahiran preterm. (Marjorie, et al, 2001)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


27
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

- Menurut penelitian dengan perawatan seperti plak kon trol, scaling, dan
berkumur dengan chlorhexidine 0,12%, menjaga kebersihan mulut, serta
mengurangi timbulnya plak setiap 2 sampai 3 minggu hingga melahirkan
secara signifikan mengurangi tingkat kelahiran prematur.
- Perawatan gigi secara benar tidak menimbul kan bahaya lahir prematur.
(Lopez R, 2009; Newham J.P. et al, 2009 )
2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
- Sebuah penelitian yang dilansir Annals of Periodontology di tahun 1998
mengungkap perempuan hamil dengan penyakit gusi yang kronis
mempunyai risiko tujuh ka li lebih besar memiliki bayi lahir prematur.
Riset lain menemukan sebanyak 77 persen ibu yang melahirkan bayi
prematur menderita penyakit radang gusi. (Abidin Boy, 2009)
- Mekanisme hampir sama dengan yang lahir prematur. Bakteri yang masuk
melalui gusi akan menyebar dan sampai di pembuluh darah ibu yang
menuju ke janin. Akibatnya pembuluh darah menjadi sempit sehingga
asupan nutrisi pada fetal tergannggu. Bisa sampai nekrosis dan timbul
keguguran. (Abidin Boy, 2009)
- Penelitian membuktikan bahwa penyakit peri odontal merupakan faktor
risiko BBLR. (Shenoy R.P, 2009)
- Perawatan gigi secara benar tidak menimbulkan bahaya berat bayi lahir
rendah (Newham J.P. et al, 2009)
3. Preeklamsia
- Mekanisme terjadinya belum jelas
- Beberapa pendapat tentang mekanismenya sebagai beri kut: Infeksi
periodontalmenyebabkan inflamasi dan kerusakan vaskuler. Hal ini kan
memicu terjadinya kerusakan sel dalam plasenta sehingga timbullah
preeklamsia. (Hasan T, 2009)
- Perawatan gigi secara benar tidak menimbulkan bahaya preeklamsia
(Newham J.P. et al, 2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


28
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

D. Perawatan Gigi pada Ibu Hamil


1. Waktu
 Trimester 1
- Keguguran spontan lebih sering terjadi
- Sebisa mungkin menghindari perawatan gigi yang bisa ditunda
- Jenis perawatan yang bisa dilakukan: Plak kontrol, Oral higieni
instruksi, Scaling, polishing, kuret, hindari pilihan pengobatan.
 Trimester II
- Waktu yang optimal untuk perawatan gigi
- Organogenesis lengkap dan janin belum terlalu besar
- Jenis perawatan yang bisa dilakukan: plak kontrol, oral higieni
instruksi, scaling, polishing, kuret, rutin perawat an gigi.
- Menurut penelitian bahwa pada umur kehamilan 13 -21 minggu
perawatan Esential Dental Treatment (EDT) tidak berhubungan dengan
peningkatan risiko dampak buruk secara medis pada ibu hamil atau
janin. (Bryan S, et al, 2008)
 Trimester III
- Pasien sering merasa tidak nyaman ketika perawatan karena janin sudah
membesar
- Ketika perawatan pada dental chair pasien diposisikan miring kekiri
untuk menghindari supine hypotension syndrom
- Jenis perawatan yang bisa dilakukan: plak kontrol, oral higieni
instruksi, scaling, polishing, kuret, rutin perawatan gigi (setelah tengah
trimester ketiga, perawatan elektif harus dihindari) . (Hasan T, 2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


29
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

2. Jenis Prosedur Gigi pada Ibu H amil


 Penggunaan anestesi lokal

Penggunaan anestesi lokal dari penelitian 823 wanita h amil dengan


hasil tidak meningkatkan risiko terhadap janinnya. Selain itu dalam
Journal of the Canadian Dental Association menyatakan bahwa obat
anestesi lokal aman untuk terapi gigi pada ibu hamil. Namun juga perlu
digaris bawahi karena pada ibu hamil pem buluh darah melebar maka
sebelum melakukan anestesi terlebih dahulu diaspirasi supaya obat
anestesi tidak masuk kedalam intravaskuler. (Wrzosek T and Einarson A,
2009)
Lidokain ditambah vasokonstriktor merupakan obat anestesi yang
paling sering digunakan. Aman untuk digunakan pada kehamilan. Jika
secara tidak sengaja masuk intravaskuler melalui plasenta namun
konsentrasinya sangat kecil sehingga tidak berisiko membahayakn janin.
Prilocaine dapat menyebabkan methemoglobinemia. (Hasan T, 2009)
 Amalgam/Tumpatan
Amalgam merupakan campuran yang terdiri dari 50% logam
mercuri. Ada kekhawatiran bahwa merkuri dapat dilepaskan sebagai uap,
ion, atau partikel halus yang bisa terhirup atau tertelan. Meskipun
merkuri adalah racun, namun yang telepas dari campuran minera l
diperkirkan hanya 10 μg/d, sedangkan menurut WHO merekomendasikan
bahwa batas maksimum adalah 2 μg/kg/d. Sehingga amalgam masih
dalam batas aman untuk digunakan. Belum ada laporan penggunaan
amalgam yang menimbulkan cacat lahir, sequele neurologis, abor tus

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


30
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

spontan, atau penurunan kesuburan , serta berat bayi lahir rendah.


(Wrzosek T and Einarson A, 2009; Hujoel, et al, 2004)
 Hidrogen peroksida
Umum digunakan sebagai pemutih gigi. Tetapi senyawa ini dapat
meningkatkan pelepasan merkuri pada amalgam. Jadi se bisa mungkin
pemakaiannya harus dipertimbangkan. (Wrzosek T and Einarson A,
2009)
 Radiasi X-ray Scan
Perhatian pada dosis sangat penting. Dosis <5 -10 rad (cGy) tidak
teratogenik atau menimbulkan malformasi. Janin yang paling rentan
terhadap radiasi adalah pada minggu kedua dan keenam usia kehamilan.
(Wrzosek T and Einarson A, 2009) Satu x-ray gigi pasien hanya 0,01
milirads radiasi, secara relatif jumlah ini adalah 40 kali lebih kecil dari
dosis harian yang diperoleh dari radiasi kosmik . Selalu gunakan celemek
hitam ketika x-ray. Namun tetap diperhatikan juga x -ray hanya jika perlu
saja seperti ketika akan perawatan saluran akar dan jika trauma. (Hasan
T, 2009) Dari hasil penelitian epidemiologi secara kohort di Inggris
sebanyak 7.375 ibu hamil tidak ada hub ungan secara signifikan antara
penggunaan x-ray dengan kejadian bayi lahir rendah atau prematur.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan x -ray pada gigi tidak
berhubungan dengan risiko pertumbuhan tumor pada anak -anak.
(Wrzosek T and Einarson A, 2009). Penelitian lain membuktikan bahwa
X-ray untuk trimester I tidak menimbulkan gangguan janin dan paling
ideal pada umur kehamilan 14 – 20 minggu. (Kumar and Samelson,
2009)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


31
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

 Cabut Gigi

Pada prinsipnya, kalau gigi masih bisa dirawat, sebaiknya di rawat


dulu. Namun, kalau sudah rusak dan perlu dicabut, boleh saja asal tetap
memperhatikan prosedur untuk kesehatan janin. Daripada menahan sakit
selama hamil yang akhirnya menyebabkan asupan nutrisi terganggu,
lebih baik rawat gigi, termasuk juga bila pe rlu dicabut. (Abidin B, 2008)

E. Obat-Obat yang Bisa Digunakan untuk Wanita Hamil


FDA membuat klasifikasi obat berdasarkan risiko termasuk anomaliu
kongenital, efeknya kepada janin, risiko perinatal, dan rasio antara risiko dan
manfaat terapi. (Hasan T, 2009)
Kategori A hingga D dan X:
Kategori A: tidamenunjukkan risiko bagi janin pada trimester pertama dan jauh
menimbulkkan kerusakan pada janin.
Kategori B: Percobaan pada hewan tidak menimbulkan risiko, atau jika risiko
timbul pada hewan tetapi tidak timbul pada wanita hamil.
Kategori C: penelitian pada hewan timbul efek samping tetapi belum ada
penelitian pada manusia, atau belum ada penelitian pada hewan
atau manusia tetapi manfaat jauh lebih besar daripada kerugian
yang mungkin timbul.
Kategori D: ada bukti risiko pada janin, tetapi keuntungan mungkin lebih besar
daripada risikonya.
Kategori X: kontraindikasi

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


32
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

1. Analgesik Umum
- Paracetamol (B)
- Ibuprofen (B/D*)
- Oxycodon (B/D*)
- Hydrocodone dan kodein (C / D *)
- Hindari pada trimester tiga kehamilan.
- Paracetamol adalah analgesik pilihan untuk semua tahapan kehamilan.
Digunakan untuk mengobati rasa sakit ringan hingga sedang dan demam.
Penggunaan jangka pendek diyakini aman. Hindari penggunaan jangka
panjang.
- Aspirin bersifat nontertogenik namun dapat menyebabkan p erdarahan pada
ibu dan janin. Dosis besar dan kronis pada trimester akhir bisa
menyebabkan penutupan duktus arterisus lebih awal, hipertensi janin,
anamia, dan BBLR.
- Ibuprofen dihindari pada trimester tiga karena kemungkinan timbul efek
yang merugikan pada sirkulasi.
- Penggunaan kodein jangka pendek dirasa aman. Hindari penggunaannya
jika timbul depresi pernafasan.
- Analgesik untuk Trimester I dan II: Kategori B (Paracetamol, Ibuprofen,
Naproxen), Kategori C (paracetamol dengan kodein atau hidrocodone,
paracetamol dengan oxycodone)
- Analgesik yang harus dihindari pada trimester III: penyebab masalah
persalinan, Aspirin (C/3D), Ibuprofen (B/3D), Naproxen (B/3D),
Penyebab depresi pernapasan pada bayi, Kodein (C/3D), Hydrocodone
(C/3D), oxicodone (C/3D)
2. Sedatif
- Nitrous oksida tidak boleh digunakan pada trimester I (jika digunakan
pada trimester II dan III jangan dibawah 50% konsentrasi oksigen)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


33
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

3. Antibiotik
- Untuk mengobati abses dan selulitis mulut; penisilin (B), Amoxicillin (B),
Sefaleksin (B), Eritromisin basa (B ) bisa menyebabkan cholestatis hepatis,
Klindamisin (B)
- Penisilin V dan amoxicillin adalah pilihan obat untuk infeksi ringan
hingga sedang.
- Antibiotik digunakan selama kehamilan (penisilin V, amoxicillin, eritrosin
bentuk dasar, sefaleksin, cephalosporin, Klindamisin, Metronidazol.
- Antibiotik yang dihindari selama kehamilan (doxycycline, tetrasiklin,
eritromisin bentuk estolate, vankomisin.
- Tetrasiklin menimbulkan masalah yaitu akan terakumulasi pada tulang,
menghambat pertumbuhan tulang , dan perubahan warna gigi.
- Antimikroba lain; Nistatin (B), Chlorhexidine bilas (B). Penggunaan
dengan hati-hati; Clotrimoxazole (C), Ketokonazol (C), Flukonazole (C).
Jangan gunakan; Doxycucline (D)
4. Anestesi Lokal
- Kategori B: Lidokain (Xylocaine), Etidocain, Prilocain.
- Kategori C: Procain, Bupivicain, Mepivicain.
- Lidokain+vasokonstriktor paling umum digunakan.
- Prilocain menyebabkan methemoglobinemia.
5. Ulcer Healing Drugs
- Simetidin (B), Famotidin (B), Ranitidine (B), Omeprazole (B),
Esomeprazole (B), Lansoprazole (B), Pantopraz ole (lebih baik dihindari)
- Mesoprostol, hindari selama kehamilan karena bisa menstimulasi uterus
sehingga bisa abortus dan juga bersifat teratogenik.
- Antasid (B), Kalsium Karbonat (C), simethicone (C),
6. Usaha Pencegahan
- Fluoride, Xylitol, chlorhexidine
(Hasan T, 2009; Moore P.A, 1998)

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


34
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

BAB III

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


35
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada kehamilan terjadi perubahan anatomis dan fisiologis yang akan
berdampak pula terhadap kesehatan gigi dan mulut pada ibu. Penyakit yang
sering diderita berupa pregnancy ginggivitis, pregnancy epulis, gigi goyah,
candidiasis, dan erosi gigi. Dalam perawatan gigi terutama ibu yang sedang
hamil perlu mendapat perhatian demi kesehatan ibu dan janin. Berbagai
penelitian membuktikan bahwa perawatan gigi pada ibu hamil apabila
dilakukan dengan prosedur yang benar akan memberikan manfaat yang besar
dibandingkan jika tidak dirawat terutama terhadap pertumbuhan janin.

B. SARAN
1. Sebelum memutuskan untuk hamil, sebaiknya masukkan pemeriksaan gigi
dalam daftar persiapan prakeham ilan
2. Tingkatkan perawatan harian, seperti mengosok gigi setiap selesai makan
dan sebelum tidur. Serta jaga asupan makanan dengan baik .
3. Prosedur gigi usahakan pada waktu paling aman bagi ibu dan janin yaitu
pada kehamilan trimester II

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


36
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Boy. 2008. Ibu Hamil Tak Boleh Cabut Gigi?


http://www.klikdokter.com/article/detail/1322. 16 Januari 2010 14.30

Abidin Boy. 2009. Ibu hamil dengan penyakit gusi kronis.


http://erozashop.com/article/4_Ibu -hamil-dengan-penyakit-gusi-kronis.html. 16
Januari 2010 14.30

Adhi. 2009. Kesehatan Gigi saat Hamil.


http://iwannabemom.com/2009/10/kesehatan -gigi-saat-hamil/. 16 Januari 2010
14.30

Anonim. 2009. Kehamilan & Kesehatan Gigi .


http://www.suryahusadha.com/index.php?option=com_myblog&show=Another -
Article-57.html&Itemid=94. 16 Januari 2010 14.30

Anonim. 2009. Tips Merawat Kesehatan Gigi dan Mulut .


http://tipsanda.com/2009/07/07/tips -merawat-kesehatan-mulut-gigi-ibu-hamil/. 16
Januari 2010 14.30

Bryan S, et al. 2008. Examining the safety of dental treatment in pregnant women.
Journal of the American Dental Association. 139:685-695

Fadavi et al. 2009. Survey of Oral Health Knowledge and Behavior of Pregnant Minority
Adolescents. Pediatric Dentistry. Vol 31(5): 405-408

Gaffield M.L. et al. 2001. Oral health during pregnancy An analysis of


information collected by the Pregnancy Risk Assessment Monitoring System.
Journal of the American Dental Association. Vol 132: 1009-1016

Hasan T. 2009. Review on dental management of pregnant patient .


http://www.slideshare.net/hemel6/review -on-dental-management-of-pregnant-
patient. 17 Januari 2010 15.30

Hujoel, et al. 2004. Mercury Exposure from Dental Filling Placement during
Pregnancy and Low Birth Weight Risk . American Journal of Epidemiologi . Vol
161:8

IDAI. 2007. Pentingnya Perawatan Gigi Pada (Calon) Ibu Hamil .


http://dranak.blogspot.com/2007/03/pentingnya -perawatan-gigi-pada-calon.html.
16 Januari 2010 14.30

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


37
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Jiang P. et al. 2008. A comparison of dental service use among commercially


insured women in Minnesota before, during and after pregnancy. Journal of the
American Dental Association. Vol 139: 1173-1180

Kumar and Samelson. 2009. Oral health care during pregnancy recommendations
for oral health professionals. N Y State Dent J. Vol 75(6):29-33

Lopez R. 2009. Periodontal treatment during pregnancy did not reduce the
occurrence of poor pregnancy outcomes. Evidence-Based Dentistry. Vol 10:105

Lydon-Rochelle M.T. et al. 2004. Dental Care Use and Self -Reported Dental
Problems in Relation to Pregnancy. American Journal of Public Health. Vol 94:5

Marjorie, et al. 2001. Periodontal infection and preterm birth Results of a


prospective study. Journal of the American Denta l Association. Vol 132: 875-880

Maulid G.A. 2008. Kerusakan Gigi Pada Ibu Hamil. http://www.pdgi-online.com


dan juga ada di www.pikiran-rakyat.com/cetak/1002/06/1005.htm . 16 januari
2010 14.30

Moore P.A. 1998. Selecting Drugs for The Pregnant Dental Patient. Journal of the
American Dental Association . Vol 129

Newham J.P. et al. 2009. Treatment of periodontal disease during pregnancy: a


randomized controlled trial. Obstetric and gynecologic journal . Vol 114 (6):1239-
4

Pirie M, et al. 2007. Review Dental Manifestation of Dental Pregnancy. Journal


Royal Collage of Obstetricians and Gynaecologists . Vol 9:21-26

Shenoy R.P. 2009. Periodontal disease as a risk factor in pre-term low birth
weight – an assesment of gynecologiist’ knowledge: apilot study. Indian Journal
Dental research. Vol 20(1)

Suharso Edi. 2009. Sakit Gigi Pada Ibu Hamil Bisa Menyebabkan Keguguran .
http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=73&Itemid=1 . 16
Januari 2010 14.30

Susanto. 2009. Fisiologi Kehamilan. http://mediailmukeperawatan -


susanto.blogspot.com/2009/03/fisiologi -kehamilan.html. 17 januari 2010 15.30

Wandera M. et al. 2009. Socio-demographic factors related to periodontal status


and tooth loss of pregnant women in Mbale district, Uganda. BMC Oral healt. Vol
9:18

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009


38
MANAJEMEN KESEHATAN GIGI PADA KEHAMILAN
19-1-2010

Wrzosek T and Einarson A. 2009. Dental care during pregnancy. Canadian


Family Physician. Vol 15

Xiong Xu, et al. 2009. Periodontal Disease Is Associated With Gestational


Diabetes Mellitus: A Case-Control Study. Journal of periodontologi. Vol 80
(11):1742-1749

Zietra. 2008. Perubahan Fisiologi Ibu Hamil .


http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/15. 17 januari 2010 15.30

Fajar Novianto – F.Kedokteran Univ. Sebelas Maret (UNS) Solo – G0005009

Anda mungkin juga menyukai