Anda di halaman 1dari 17

ISSN 2301-7287

Jurnal Ilmu Budidaya


Tanaman
Volume 1, Nomor 1, April 2012
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANGGREK Dendrobium Anosmum
PADA MEDIA KULTUR IN VITRO DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI AIR
KELAPA.
Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L dan S.H.T. Raharjo.
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR RI1 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis L.). Gomies,
L., Rehatta, H dan J. Nandissa.
PEMANFAATAN KOMPOS ELA SAGU, SEKAM DAN DEDAK SEBAGAI MEDIA
PERBANYAKAN AGENS HAYATI Trichoderma harzianum Rifai.
Uruilal, C., Kalay, A. M., Kaya, E dan A. Siregar.
DAMPAK PERUBAHAN TATAGUNA LAHAN TERHADAP KESEIMBANGAN
AIR WILAYAH PULAU SERAM. STUDI KASUS : DAS WAY PIA DI KABUPATEN
MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU.
Laimeheriwa, S.
KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS JAGUNG LOKAL DAN
KACANG HIJAU DALAM SISTEM TUMPANGSARI.
Polnaya, F dan J.E. Patty.
PENGGUNAAN DESIKAN ABU DAN LAMA SIMPAN TERHADAP KUALITAS
BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA PENYIMPANAN RUANG TERBUKA.
Lesilolo, M. K., Patty, J dan N. Tetty.
PENGARUH BOKASHI ELA SAGU PADA BERBAGAI TINGKAT KEMATANGAN
DAN PUPUK SP-36 TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN JAGUNG
(Zea mays L.) PADA TANAH ULTISOL.
Soplanit, M. Ch dan R. Soplanit.
EFEKTIVITAS METIL EUGENOL TERHADAP PENANGKAPAN LALAT BUAH
(Bactrocera dorsalis) PADA PERTANAMAN CABAI.
Patty, J.A.
PATOGENISITAS VARIETAS PISANG TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA
(Colletotrichum gloeosporioides) SECARA IN-VITRO.
Rumahlewang, W dan H.R.D. Amanupunyo.
PENGARUH PENGELOLAAN HARA NPK TERHADAP KETERSEDIAAN DAN
HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa. L) DI DESA WAELO
KECAMATAN WAEAPO KABUPATEN BURU.
Soplanit, R dan S. H. Nukuhaly.

Agrologia

Vol. 1

No. 1

Halaman
1 - 90

Ambon,
April 2012

ISSN
2301-7287

Rumahlewang, W dan H.R.D. Amanupunyo, 2012. Patogenisitas Varietas Pisang

PATOGENISITAS Colletotrichum musae PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA


PADA BEBERAPA VARIETAS BUAH PISANG
W. Rumahlewang dan H.R.D. Amanupunyo
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon
Email. wilhelminarumahlewang@yahoo.com

ABSTRAK
Penurunan kualitas buah pisang antara lain karena penyakit antraknosa yang disebabkan oleh serangan
jamur Colletotrichum musae. Ketahanan varietas terhadap patogen tersebut dapat diandalkan untuk mengurangi
besarnya kerusakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui patogenisitas C. musae penyebab penyakit
antraknosa pada enam varietas buah pisang, yaitu pisang dewaka, ambon kuning, abu -abu, raja, empat puluh hari
dan nona. Percobaan laboratorium dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa patogenisitas C. musae pada keenam varietas buah pisang berbeda-beda,
dengan rata-rata masa inkubasi dan intensitas kerusakan adalah 3,5 hari dan 32,53%. Rata-rata laju infeksi C.
musae adalah 0,115 unit/hari. Ketahanan Pisang varietas abu-abu tergolong tahan terhadap antraknosa, varietas
raja dan ambon kuning tergolong rentan, sedangkan dewaka, empat puluh hari, dan nona tergolong sedang.
Kata Kunci: Pisang, Colletotrichum musae, Patogenisitas, Antraknosa

PATHOGENICITY OF Colletotrichum musae CAUSES ANTHRACNOSE


DISEASE ON SEVERAL VARIETIES OF BANANA FRUIT
ABSTRACT
Low quality of banana fruits due to anthracnose caused by Colletotrichum musae fungi could be overcome by
introducing anthracnose-resistent varieties. The researchs objective was to find out pathogenecity of C. musae on
six local banana varieties namely Dewaka, Ambon Kuning, Abu-abu, Raja, Empat Puluh Hari and Nona. A
laboratory experiment was carried out by using completely randomized block design with six replicates. The result
showed that the pathogenicity of C. musae on six varieties of banana fruits was differ. Average incubation period
of fungi and damage level of banana fruits were 3.5 days and 32.53% respectively whereas average rate of
infection of C.musae was 0.115 units/day. This experiment suggested that banana var. Abu-abu was resistance to
anhtracnose while banana var. Raja, Ambon Kuning as well as Dewaka were susceptible to anthracnose. Banana
var. Empat Puluh hari and Nona were classified in moderately resistance to anthracnose..
Keywords : Banana, Colletotrichum musae, pathogenicity, Antracnose

PENDAHULUAN
Buah pisang merupakan produk
hortikultura mempunyai arti penting bagi
peningkatan gizi masyarakat karena buahnya
merupakan sumber vitamin (A, B 1 dan C),
mineral (kalium, natrium, chlor, magnesium,
posfor) dan karbohidrat 25% yang mudah
dicerna (Nuryani dan Soedjono,1999).
76

Indonesia merupakan
negara
penghasil
pisang ke-4 didunia
(Hadi,
2005).
Produksi buah pisang
di Indonesia sampai
dengan tahun 2009
sebesar 512,27ton/ha
(Purba,
2004).
Khusus di Maluku,
produksi buah pisang

sampai dengan tahun 2009 sebesar 6,69 ton/ha


Kualitas buah
(Maluku Dalam Angka, 2009).
pisang di Indonesia
kadang kurang baik,

yang
oleh

disebabkan

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 76-81

penyakit
panen tidakpasca panen
tepat waktuyang dapat
(ketuaan tidakmenyebabka
n terjadinya
memenuhi
penurunan
syarat),
hasil
baik
kurangnya
kualitas
perawatan
tanaman danmaupun
kuantitasnya.
buruknya
satu
penanganan Salah
di kebun danpenyakit
yang
selama
pengangkutan biasanya
menyerang
yang
mengakibat- buah pisang
pasca panen
kan
dan
kerusakan
mekanis dansimpanan
adalah
memberi
penyakit
peluang
antraknosa
infeksi
mikroorganis yang
me penyebabdisebabkan
oleh
busuk
pascapanen Colletotrichu
lebih besar.m musae
Selain mikro-(Semangun,
2000
;
organisme
Soesanto,
yang masuk
;
ke
dalam2006
buah melaluiMartoredjo,
2009).
luka,
Peny
serangan
akit
ini
busuk buah
terdapat
juga
sudah
disemua
dimulai
negara
penetrasinya
penghasil
sejak
buah
pisang dunia
masih
di
dan
pohon
merupakan
(Bhargava,
penyakit
2011). Mutu
terpenting
buah pisangpada buah.
yang
telahPatogen
dipanen jugadapat
menurun
menyerang
akibat
buah muda
serangan
(mentah)
hama
dan

maupun
buah yang
tua
(matang),
tetapi gejala
baru muncul
tidak pada
buah
matang.
Gejala yang
ditimbulkan
pada
permukaan
kulit buah
menyebabka
n buah tidak
menarik
untuk
dikomsumsi.
Semua
kultivar
dapat
diganggu
oleh patogen
ini,
meskipun
ketahanan
atau
kerentanann
ya
sangat
bervariasi.
Mengacu
pada
mesalah
tersebut di
atas maka
dilaksanaan
penelitian
dengan
tujuan untuk
mengetahui
patogenisita
s
Colletotrich
um
musae
penyebab
penyakit
antraknosa
pada
beberapa
varietas buah

pisang.

Dewaka, Pk
=
Pisang
METODOL Ambon
OGI
Kuning, Pb
=
Pisang
Peneli Abu-abu, Pr
tian
ini =
Pisang
dilaksanakan Raja, Pe =
pada
Pisang
Laboratoriu Empat
m Hama dan Puluh Hari
dan Pn =
Penyakit
Pisang
tanaman
Nona.
Fakultas
Setiap
Pertanian
Universitas perlakuan
diulang lima
Pattimura
Ambon dan kali. Data
berlansung dianalisis
dari
bulan dengan
analisis
JanuariMaret 2011 sidik ragam
dan analisis
dan
lanjut
dilakukan
menggunak
dalam
Rancangan an uji beda
acak lengkap Nyata Jujur

(RAL) yang (BNJ)


0,05.
terdiri dari 6
Buah
perlakuan
pisang dari
varietas
pisang yaitu ke-6
Pd = Pisang varietas
yang sudah
matang
fisiologis
dideinfeksi
dengan
alkohol
70%. Pada
bagian
ujung dari
buah-buah
tersebut
dilukai
dengan
jarum
sekitar 3040 tusukan,
kemudian

dicelupkan
pada cairan
yang telah
mengandun
g jamur C.
musae
selama
5
detik
dan
diinkubasika
n
untuk
dilakukan
pengamatan
MI sebagai
rentang
waktu dari
inokulasi
sampai
munculnya
gejala-gejala
awal
pada
buah pisang
yang
diuji
dan
laju
infeksi
(r)
dengan
menggunaka
n
rumus
bunga
majemuk
(Sadokz dan
Schein,
1979).
Sedangkan
intensitas
kerusakan
(IK) dihitung
menggunakan
rumus
intensitas
penyakit
menurut
Natawigena
(1982)
sebagai
berikut :
IK =
dimana: IK

(nxv
ZxN

= Intensitas rangan
kerusakan; C.
n=Jumlah
musea
buah
yang Pada
terserang
Buah
pada setiap
Pisang
kategori
serangan; v =
Intensitas Penyakit
Nilai skala
0
setiap
> 0 25 %
kategori
> 25 50 %
serangan
> 50 75 %
pada buah; Z
> 75 %
= Nilai skala
dari serangan
77
kategori
tertinggi; dan
N = Jumlah
buah.
Penen
tuan kategori
serangan C.
musae pada
masingmasing jenis
pisang
seperti
disajikan
pada Tabel 1
dan tingkat
ketahanan
buah pisang
terhadap C.
musae
digunakan
kriteria pada
Tabel 2.
Tabel 1.
K
r
i
t
e
r
i
a
S
e

Rumahlewang, W dan H.R.D. Amanupunyo, 2012. Patogenisitas Varietas Pisang

dimana : r = Laju
- 1 -1
Infeksi(unit t );
Tabel 2. Kategori Ketahanan
2,3 = Konstanta; x
Buah Pisang
=
Proporsi
Terhadap Patogenisitas Penyakit
pada
C. Musae
waktu tertentu; t =
Waktu
pengamatan pada
Intensitas Penyakit Kriteria Ketahanan
saat x dihitung;
1 20 %
Tahan
dan xo = Inokulum
> 20 40 %
Sedang
awal
yang
> 40 60 %
Rentan
pertama-tama
> 60 %
Sangat Rentan
terjadi infeksi

Laju infeksi dihitung denganHASIL DAN


menggunakan
rumus
bungaPEMBAHASAN
majemuk menurut Sadokz dan
Schein (1979), sebagai berikut : Masa Inkubasi
Masa
2,3
x
xinkubasi (MI) C.
r
= t log 1 x log 1 musae pada buah
1
pisang dari ke-6
1

Tabel 3. Rata-rata
MI C. musae pada
ke-6 perlakuan
varietas buah pisang
Varietas Pisang
Pisang empat puluh hari (Pe)
Pisang raja (Pr)
Pisang nona (Pn)
Pisang ambon kuning (Pk)
Pisang Abu-abu (Pb)
Pisang dewaka (Pd)

varietas yang diuji


rata-rata 3,5 hari
setelah inokulasi.
MI tercepat ratarata 2,5 hari dan
terlama 5,0 hari
setelah inokulasi.
MI pada masingmasing
varietas
buah pisang dapat
dilihat pada Tabel
3.

Perlakuan Pe dan Pr
keduanya tidak
berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan
keempat perlakuan tersebut. Perlakuan Pn,
Pk, Pb dan Pd berbeda nyata satu dengan
yang lain. MI pada perlakuan Pe dan Pr lebih
cepat karena proses pemasakan buah cepat
sehingga terjadinya perubahan metabolisme
selama proses pematangan buah memacau
perkembangan jamur.
Selama pemasakan
buah mengalami
perubahan biokimia yang mengubah produksi
nutrisi
penting bagi kebutuhan patogen,
perubahan paling penting yang terjadi selama
pemasakan adalah perubahan pati yang tidak
larut menjadi glukosa yang larut. Kandungan
glukosa ini yang dikaitkan dengan tingkat
ketahanan inang
terhadap
pengolonian
patogen. Maka dapat menimbulkan penyakit
pascapanen yang dipengaruhi oleh kandungan
78

glukosa yang tinggi didalam buah. Bila di


bandingkan dengan perlakuan Pd dan Pb, MI
lama karena di pengaruhi oleh struktur kulit
tebal dan proses pemasakan yang lama.
Lamanya MI C. musae (rata-rata 3,5
hari) disebabkan pada saat inokulasi jamur
tidak langsung mengadakan infeksi tetapi
perkembangannya terhambat pada tahap
pembentukan apresorium dan pengolonian.
Meskipun C. musae dapat menginfeksi
langsung, namun pada buah dilapang maupun
disimpanan jamur ini dihambat pada stadium
perkembangan apresorium dan proses
pengkolonian.
(Swinburne, 1983 dalam
Soesanto, 2006. Dijelaskan pula oleh
Simonds (1966) dalam Semangun (1991)
bahwa jamur tidak berkembang pada buah
mentah karena pada buah mentah kurang
tersedia nutrisi dan jamur tidak memiliki

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 76-81

infek
si
enzim untuk
(r)
pada
memecah
jaringan buahbuah pisang
yang masihmasingmentah sertamasing
pada
kulitvarietas
buah terdapatdapat dilihat
tanin
yangpada Tabel
menyebabka 4. Rata-rata
n jamur tidaklaju
berkembang.
Sedangkan
enzim endopoligalakturo
nase enzim
ini mampu
menghidrolisis
ikatan -1,4
-galakturonid
a asam pektat
dengan
derajat
mengacakan
yang
berbeda.
Enzim
ini
telah
di
pertalikan
dengan
menguraikan
oleh
beberapa
patogen salah
satunya C.
musae yang
menyebakan
penyakit
pasca panen.
Laju Infeksi
(r)
Propo
rsi
penya
kit (x)
dan
laju

infeksi
C.
musae pada
buah pisang
sebesar
0,115
unit/hari,
dimana
perlakuan Pd
terlama
dengan r =
0,081
unit/hari dan
tercepat pada
perlakuan Pr
dengan r =
0,210
unit/hari dan
Pb.
Perkembang
an penyakit
antraknosa
pada
buah
pisang yang
dinilai
dengan
bertambahny
a intensitas
kerusakan
per unit per
hari
tidak
selalu
berpengaruh
terhadap laju
infeksi jamur
penyebab
penyakit
tersebut.
Pada
perlakuan P,
Pb, Pe dan
Pn dengan
nilai
IK
besar tetapi
laju infeksi
rendah.
Perkembang
an antranosa
pada
ke-4
varietas buah

pisang
iniyang tinggi
mempercepa
terjadi karenapada proses
t
proses
kandungan pemasakan
pemasakan.
gula terlarutbuah yang
variet
Propor
ka
Tabel 4. Rata-rata as
si
n
propors
penya
(I
kit (x)
K)
i
dipero
tan
penyaki
Pisang dewaka
leh (Pd)
pa
t (x)
Pisang Abu-abu
(Pb)
dari
dik
dan laju
Pisang rajahasil
(Pr)
infeksi Pisang empat puluh hari (Pe) ali
perhit
ka
(r) pada Pisang ambon kuning (Pk)
ungan
n
buah
Pisang nona
(Pn)
intensi
10
pisang
tas
0%
masingKeterangan
:
kerusa
.
masing
bua
n
saat C.
musaediha
pad
mas akan sulitsilk
h
erke a
ak. untuk
an
terh
mban pisa
Dis melalukan diha
ada
gan ng
am infeksi
silk
p
C.
vari
pin terusan
jam
musa etas
g menerus
ur
e
em
itu, pada kulitseb
agai
ters
pada pat
dag buah pisang
ebut
buah pul
ing perlakuan tang
yang uh
gap
.
bua ini.
lamb hari
h Soesanto an
Ket
at
me
pisa (2006)
terh
aha
pada mili
ng menjelaskan ada
nan
kulit ki
ini bahwa padap
Bu
buah kuli
mas kulit buahinfe
ah
variet t
ih pisang yangksi
as luar
Pis
teta masih
C.
pisan yan
ang
p mentah juga
g
g
ker mengandun mus
Ter
kepo teta
as g senyawaae
had
k
p
pad fenol atauyan
ap
yang mel
a bak-tanin. g
Pat
tebal eka
wa Senyawa men
oge
dan t
ktu fenol
yeb
nsit
tetap pad
mas
abk
keras a
as
ak.
an
setela dag
De
C.
keta
h
ing
nga
mu
han
masa bua
n
sae
an
k.
h
de
P
kuli
Seda pad
mik
atog
t
ngka a
ian,
enis

itas aka
C.
n
musa bua
e
h
yang pad
dinila a
i jugakedenga 6
n
vari
besar etas
nya bua
intens h
itas pisa
kerus ng

yan a
masing-5,
g masing
dim
iuji varietas
ana
ber terhadap C. han
bed musae yangya
a. diinokulasi perl
Ket dan hasil ujiaku
aha beda
an
nan terhadap
Pb
bua intensitas
(IK
h kerusakan =
pisa buah pisang16,
ng dapat dilihat83
pad pada Tabel%)

yan
g
terg
olo
ng
kate
gori
taha
n
79

Rumahlewang, W dan H.R.D. Amanupunyo, 2012. Patogenisitas Varietas Pisang

perbedaan
nyata
antara
perlakuan
dan yang tergolong kriteria
ketahanan
rentan
adalahPb dan Pd dengan
peralakuan Pr (IK = 48,17 %)pisang
dan Pk (IK = 40,67 %).lainya.Antara
Perbedaan ini dibuktikan jugaperlakuan Pe, Pn
Pk
tidak
berdasarkan hasil uji statistik dan
nyata
terhadap intensitas kerusakan,berbeda
tetapi
ketiganya
dimana terdapat
berbeda
nyata

dengan perlakuan
Pb dan Pd.

Varietas BNJ
Pisang
0,05 =
Tabel 5. Ketahanan
10,94
Pisang Abu-abu (Pb)
Beberapa Varietas Keterangan : * = Angka yang
Pisang dewaka (Pd)
Buah Pisang
diikuti
Pisang empat puluh hari (Pe)
Terhadap
dengan
Pisang nona (Pn)
Patogenisitas C.
huruf yang
musae
Pisang ambon sama
kuning (Pk)
Pisang raja (Pr)menunjukk
dan Pb.
pisang masing-masing
infeksi
Tahann Sedang
lebih varietas yang diuji. C.
ya perlakuankan
lunak
musae
Pisang
Pb
terhadappada
bila
varietas
Dawakacepat.
patogenisitas perlaku
dibandi yang memiliki MIWaktu
C.
musaean Pd
ngkan terlama (5,0 hari)yang
diduga karenatermas
dengan tetapi
lajudiperlu
struktur kulituk
perlaku infeksinya
lebihkan
yang tebal dankategor
an Pb.cepat dari perlakuanmasing
tetap
kerasi
Hal iniPb. Perlakuan Pepada
saatsedang
menunj memiliki MI 2,5masing
masak sehinggadiduga
ukkan hari tetapi memiliki
perlaku
penyerangan C. karena
bahwa laju infeksi yang
an
musae
padawalaup
MI
lambat, sedangkanvarietas
buah
agakun
tidak Pr memiliki MI
lambat.
Lainmemili
berpen cepat (2,7 hari)mencap
ai IK
halnya denganki
garuh tetapi laju
100%
pisang
raja,struktur
pada
berbed
walaupun
kulit
perbed 80
a-beda,
memiliki kulityang
aan
buah yang agaktebal
dimana
patoge
tebal dan kerasdan MI
waktu
nisitas
namun
tercepa
yang
maupu
penyerangan C. lama
n laju
t pada
musae
lebihtetapi
infeksi
perlaku
cepat
lunakproses
C.
an Pr
karena prosespemata
musae
dan Pn
pemasakan bilanganny
pada
ratadibandingkan a dan
buah
rata 6,2
dengan
pisang
kulit
dan 7,8
perlakuan Pdbuah
dari
hari,

an
perbeda
an yang
tidak
nyata
pada uji
BNJ 5%
diikuti
perlaku
an Pk,
Pe, dan
Pd
ratarata
masing
masing
8,2, 8,8
dan 9,8
hari.
Sedang
kan
terlama
17,6
hari
pada
perlaku
an Pb.
Fenom
ena ini
terjadi
karena
C.
musae
mempu
nyai
cara

menyerang danjuga
patogenesitas faktor
buah
pisang.ketahan
Jamur ini dapatan kulit
masuk
lewatbuah
luka
buatanpisang
yang dibuat dandan
mampu
proses
menghasilkan pemasa
enzim
yangkan
mampu
buah
mengurai
tersebut
dinding sel. Di.
samping
itu

Ppascapanen. Jamur2006).
emasak pascapanen
enzim
an buahmenghasilkan enzimendopol
mempu pengurai
dindingigalaknyai
sel, yaitu enzimturonas
pengaru enzim
endo-e
ini
h
poligalakturonase telah di
terhada dan
endo-pertalik
p
polmrtilgalakturonas an
tingkat e, yang pengaruhnyadengan
seranga ditentukan
olehmengur
n
tingkat
ketahananaikan
patogen inangnya (Soesanto,oleh

beberap
a
patogen
salah
satunya
C.
musae
yang
menyeb
akan
penyaki
t

Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 76-81

infeksi
pasca panen penyakit
yang terjadi.
(Simonds,
1966 dalamKESIMPU
Semangun, LAN
1991).
Suhu 1. Patogeni
dan
sitas C.
kelembaban
musae
ruangan ratao
rata
28 C pada ke6
dan
98%
varietas
berpengaruh
terhadap
buah
perkembanga
pisang
n
C.
pascapa
gloesporioide
nen
s pada buah
berbedapisang
beda,
karena suhu
dan
dengan
kelembaban
rata-rata
ini
masa
merupakan
inkubasi
suhu
yang
dan
diperlukan
jamur
ini
intensita
untuk
s
berkembang.
kerusaka
Mintarsih
n adalah
(2012) men3,5 hari
jelaskan
dan
bahwa suhu
yang tinggi
32,53%.
o
(27-30
C)
Ratadan
rata laju
kelembaban
infeksi
yang hampir
C.
jenuh turut
musae
mempengaru
adalah
hi
perkembanga
0,115
n jamur jenis
unit/hari
ini, dimana
.
suhu
2.
Ketahan
optimum
an
untuk
perkembanga
terhadap
n
jamur
penyakit
adalah
28antrakno
o
32 C
dan
sa pada
kelembaban
pascapa
di atas 90%
nen
juga
berpotensi
yang
memperluas
disebabk

an
C.
musae
yang
tergolon
g
kategori
tahan
adalah
pada
pisang
abu-abu
(IK16,83
%),
sedangka
n pisang
raja
(40,17%)
dan
pisang
ambon
kuning
(IK
40,67%)
tergolon
g dalam
kategori
rentan
serta
pisang
dewaka
(IK
21,50%),
pisang
empat
puluh
hari
(33,33%)
dan Pn
(34,67%)
tergolon
g dalam
kategori
sedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Bhargava.
2011.
Peny

akit Hadi,
Pasca
panen
Pada
Buah
Pisang
.
Thaky
achuziobha
rgava.
blogsp
ot.co
m/201
1/10/p
e
nyakit
pascapanen
-busk
-buahpada.h
tmi.
[10/01
/2012]
.

B.A.
D.
2005.
Buah
Yang
Palin
g
Bany
ak
Dipr
oduk
si Di
Indo
nesia
.
http:/
/lalu
wakt
u.blo
gspot
.com/
2005
/0 2.
[03/0
9/20
11].
Mintarsih.
2012.
Pedo
man
Pena
ngan
an
Pasc
apan
en
Pisan
g.
Dire
ktur
Budi
daya
dan
Pasc
apan
en
Buah

.
Jakar
ta.
Maluku
Dala
m
Ang
ka.
2009
.
Balai
Pusa
t
Stati
stika.
Jakar
ta.
Martoredjo.
2009.
Ilmu
Peny
akit
Pasc
a
Pane
n.
Gadj
ah
Mad
a
Univ
esity
Press
.
Yogy
akart
a.
Natawigena.
1982.
Pe
Kegunaannya.
Jurus
Tanaman Institut Per
Bogor.
Nuryani dan
Soed
jono.
1999.
Budi

daya
kit
penti
Pisan
ng
g.
tana
Dahar
man
a
Holti
Prize.
kultu
Semar
ra.
ang.
Gadj
Purba, F.H.K.
ah
2004.
mada
Produ
Univ
ksi
ersity
Buah
Press
Pisan
.
g Di
Yogy
Indon
akart
esia.
a
Subdit
Prom Semangun,
H.
osi
2000.
dan
Ilmu
Penge
Peny
mban
akit
gan
Tum
Pasar
Direkt
buha
orat
n.
Pemas
Gadj
aran
ah
Intern
Mad
asiona
a
l,
Univ
DITJ
ersity
EN
.
PPHP,
Yogy
2002akart
2004.
a.
Semangun, Soesanto, L.
H.
2006.
1991.
Peny
Penya
akit
kitPasc
penya
a

Pane
n.
Sebu
ah
Peng
antar.
Pene
rbit
Kani
sius,
Yogy
akart
a.
Zadoks, J.C
dan
R.D.
Schei
n.
1979.
Epid
emio
logy
and
Plant
Dise
ase
Men
agem
ent..
Oxfo
rd
Univ
ersity
Press
.
Oxfo
rd.

81

Anda mungkin juga menyukai