Document 1
Document 1
menonjol keluar. Menonjolnya bagian discus ini maka jaringan sekitarnya yaitu
corpus-corpus vertebrae yang berbatasan akan terjadi suatu perubahan.
Perubahannya yaitu terbentuknya jaringan ikat baru yang dikenal dengan nama
osteofit. Kombinasi antara menipisnya discus yang menyebabkan penyempitan
ruangan discus dan timbulnya osteofit akan mempersempit diameter kanalis
spinalis. Pada kondisi normal diameter kanalis spinalis adalah 17 mm sampai 18
mm. Tetapi pada kondisi CRS, kanalis ini menyempit dengan diameter pada
umumnya antara 9 mm sampai 10 mm. Pada keadaan normal, akar-akar saraf
akan menempati seperempat sampai seperlima, sedangkan sisanya akan diisi
penuh oleh jaringan lain sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Bila foramen
intervertebralis ini menyempit akibat adanya osteofit, maka akar-akar saraf yang
ada didalamnya akan tertekan. Saraf yang tertekan ini mula-mula akan
membengkok. Perubahan ini menyebabkan akar-akar saraf tersebut terikat pada
dinding foramen intervertebralis sehingga mengganggu peredaran darah.
Selanjutnya kepekaan saraf akan terus meningkat terhadap penekanan, yang
akhirnya akar-akar saraf kehilangan sifat fisiologisnya. Penekanan akan
menimbutkan rasa nyeri di sepanjang daerah yang mendapatkan persarafan
dari akar saraf tersebut. Tanda dan gejala Nyeri radikuler serviks ditandai dengan
nyeri leher menjalar ke sisi posterior lengan bawah, bahu dan kadang-kadang
bisa mencapai ke tangan. Memancarkan nyeri mengikuti distribusi dermatom
dari saraf yang terkena, tetapi juga mempengaruhi jaringan diinervasi oleh saraf
ini, seperti otot, sendi, ligamen dan kulit. Nyeri yang berasal dari akar serviks
keempat (C4) terlokalisir di leher dan daerah supraskapular. Nyeri dari akar
serviks kelima (C5) menjalar ke lengan bawah, sedangkan nyeri dari akar
keenam dan ketujuh (C6 dan C7) meluas ke leher, lengan bahu, dan tangan.
Komplikasi Komplikasi dari Cervical Root Syndrome adalah atrofi otot-otot leher
dan adanya kelemahan otot-otot leher dan bahu, dan ketidakmampuan tangan
untuk melakukan aktifitas. Diagnosa a.
Anamnesa Anamnesa adalah hal-hal
yang menjadi sejarah kasus pasien, juga berguna untuk menentukan diagnosa,
karena misalnya dengan pendekatan psikiatri terhadap depresinya yang kadang
merupakan factor dasar nyeri bahu ini. Gejala-gejala yang mungkin nampak
pada inspeksi dan palpasi, misalnya : 1.
Nyeri kaku pada leher 2.
Rasa
nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan 3.
Dijumpai
kelemahan pada biceps atau triceps 4.
Berkurangnya reflex biceps 5.
Dijumpai nyeri menjalar (referred pain) di bahu yang samar, dimana nyeri bahu
hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan infrascapula atas.
b.
Tes Khusus Untuk tes-tes khusus yang harus dilakukan sebenarnya banyak,
misalnya : 1. Tes Provokasi Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan
dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi,
kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila
terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala.
Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya
radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri,
dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam
posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil
dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang. 2. Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi
terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks
syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab
lain belum dapat disingkirkan. 3. Tindakan Valsava Dengan tes ini tekanan
analgetik pada ujung saraf sensorik sehingga mengurangi nyeri. Dan dasar dari
pengurangan rasa nyeri ini diperoleh dari, perbaikan sirkulasi darah, normalisasi
dari tonus otot, berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat
keasaman.
Mempercepat penyembuhan Pemberian Ultra sonic mampu
mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak . Adanya peningkatan suplai
darah akan meningkatkan zat antibodi yang mempercepat penyembuhan dan
perbaikan pembuluh darah untuk memperbaiki jaringan.
Pengaruh
terhadap saraf parifer Menurut beberapa penelitian bahwa Ultra Sonic dapat
mendepolarisasikan saraf efferent, ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sonic
dengan intensitas 0,5-3 w/cm2 dengan gelombang kontinyu dapat
mempengaruhi exitasi dari saraf perifer. Efek ini berhubungan dengan efek
panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak terlalu berpengaruh. 3.
Terapi
Latihan Dengan metode PNF Terapi Latihan merupakan salah satu pengobatan
dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya menggunakan latihan-latihan
gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Atau pula dapat didefinisikan
sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses penyembuhan dari suatu cidera
yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau
adanya hambatan dalam melakanakan suatu fungsi dapat menghambat
kemampuan dirinya untuk hidup secara independentyaitu dalam melaksanakan
aktifitas kerja. Tujuan dari Terapi latihan adalah (1) Memajukan aktifitas
penderita, (2) Memperbaiki otot yang tidak efisien dan memperoleh kembali
jarak gerak sendi yang normal tanpa memperlambat usaha mencapai gerakan
yang berfungsi dan efisien, (3) Memajukan kemampuan penderita yang telah ada
untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan,
sehingga dapat beraktifitas normal. Jenis terapi latihan yang digunakan untuk
kondisi CRS adalah Terapi latihan dengan menggunakan metode Propioceptif
Neuromusular Fasilitation (PNF) berusaha memberikan rangsangan sedemikian
sehingga diharapkan timbul reaksi-reaksi yang sesuai dengan perangsangan
yang akhirnya gerakan-gerakan yang diinginkan tercapai. Tujuan PNF adalah
untuk meningkatkan kekuatan otot. Berdasarkan prinsip PNF dari teori
pergerakan yang menyatakan bahwa PNF dapat memperbaiki kekuatan dan
kondisi system neuro musuloseletal. Tehnik ini bermanfaat untuk assisted otototot yang lemah sekaligus strengthening otot-otot yang lebih kuat tanpa
melupakan prinsip-prinsip dasar PNF dan teknik PNF. Adapun prinsip-prinsip
dasar yang berhubungan dengan kasus CRS ini antara lain: Tahanan
maksimal (optimal) Tahanan maksimal maksudnya adalah tahanan maksimal
yang masih bisa dilawan oleh penderita dengan baik sehingga memungkinkan
penderita untuk mempertahankan suatu posisi (kontraksi isometric) dengan
gerakan yang halus. Tahanan ini tergantung toleransi pasien. Pegangan pada
lumbrical akan mempermudah dalam memberikan tahanan rotasi. Tahanan
diberikan sejak awal gerakan sampai titik lemah gerakan. Faktor-faktor mekanis
seperti cara kerja lever. letak as dan gaya berat (gravitasi) sangat
mempengaruhi terhadap besar-kecilnya tahanan yang diberikan. Manual
contact Manual contact dimaksudkan agar pasien mengerti arah gerakan yang
diminta oleh terapis dan sebaiknya dilakukan dengan kedua tangan sehingga
mudah untuk memberikan tahanan ataupun assisted. Stimulasi verbal
(komando) Rangsangan suara dapat memacu semangat aktivitas penderita.
Dalam memberikan aba-aba kepada penerita harus jelas dan sering diulangulang. Body position dan body mechanic Terapis berdiri pada grove dan
menghadap ke pasien sehingga memungkinkan selalu memperhatikan pasien
agar dalam melakukan latihan di rumah sama seperti yang diajarkan terapis. Traksi dan aproksimasi. Traksi adalah tarikan yang membuat saling menjauhnya
segmen yang satu terhadap segmen yang lain atau usaha mengulur segmen
pada suatu ekstrimitas. Aproximasi adalah saling menekanya atau memberikan
tekanan pada suatu segmern atau ekstrimitas. Aproximasi bertujuan untuk
stabilisasi sendi. Pola gerak Pola gerak pada ekstrimitas atas adalah flksiabduksi-eksoroasi, fleksi-adduksi-eksorotasi, ektsensi, abduksi-eksorotasi,
ekstensi-abduksi-endorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi. Teknik yang digunakan
pada kasus ini adalah repeated contration. Repeated contration adalah suatu
teknik isotonic untuk kelompok agonis, yang dilakukan pada bagianbagian
tertentu, dari lintasan gerakan dengan jalan memberikan restrech yang
disusun dengan kontraksi isotonic. Dan tujuan dari teknik ini antara lain
memperbaiki kekuatan otot dan daya tahan, memperbaiki lingkup gerak sendi
secara aktif, menurunkan ketegangan atau penguluran antagonis, serta
penguatan (strengtening).
Dengan traksi cervical. Dengan traksi cervical
diharap terjadi penambahan ruangan pada intervertebralis maka penyempitan
yang dapat menekan akar saraf dapat berkurang, serta diperoleh relaksasi otototot leher. Dalam percobaan traksi yang diberikan pada susunan vertebrae
cervicalis. oleh Olachis dan Strohm disebutkan bahwa dalam keadaan lordosis
servical normal. Traksi diberikan dengan tarikan diperoleh regangan jarak antara
prosessus spinosus pada vertebrae yang berbatasan sebesar 1-1,5 mm. Copy the
BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ