Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hyperplasia gingiva adalah suatu kondisi di mana gingiva mengalami perubahan volume dan
itu adalah salah satu keluhan yang paling sering dilaporkan oleh pasien. Hyperplasia gingiva
menghasilkan kondisi yang menguntungkan bagi akumulasi plak dan materia alba. Keadaan
tersebut menyebabkan meningkatnya kedalaman sulkus gingiva serta mengganggu dalam
menjalankan aktivitas kebersihan rongga mulut. Perubahan inflamasi oleh karena faktor primer
meningkatkan ukuran hyperplasia gingiva yang sudah ada, hal ini ditandai dengan pembesaran
gingiva besar yang muncul untuk menutupi permukaan gigi hingga pertumbuhan di mana mahkota
gigi benar-benar tertutup. Pembesaran mungkin berhubungan dengan satu atau lebih gigi,
melibatkan satu atau lebih kuadran.1,2
Pertumbuhan gingiva tidak selalu terkait dengan perubahan volume sel-sel jaringan, mungkin
juga dari perubahan ukuran sel-sel jaringan, dan umumnya terkait dengan faktor-faktor risiko
tertentu misalkan cara melakukan kebersihan mulut yang kurang baik dan sudah ada inflamasi
pada gingiva sebelummnya, terapi obat-obatan yang dapat mempengaruhinya, serta secara
herediter. Perawatan estetik pada gingiva dapat dilakukan dengan cara melakukan gingivektomi
dan gingivoplastik, di mana prosedur tersebut efektif dalam memperbaiki yang berkaitan dengan
estetika gigi, bagaimanapun juga pentingnya pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal harus
diperkuat dengan memadai kontrol biofilm plak gigi agar perawatan dapat dilakukan secara
maksimal.1,2
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka masyarakat yang kurang akan pengetahuan untuk
memperhatikan kondisi estetika di dalam rongga mulut diharapkan melalui informasi ini dapat
membantu para pembaca lebih memahami pentingnya pengetahuan terhadap kondisi estetika dan
mengetahui cara penanggulangannya dan tidak menunda untuk melakukan perawatan.
1.2 Tujuan dan manfaat
Untuk memperoleh pengetahuan tentang penatalaksanaan gingivektomi dan gingivoplastik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gingivektomi dan gingivoplastik


Gingivektomi adalah eksisi dinding jaringan lunak pada poket dengan tujuan untuk
mengurangi dan menghilangkan pocket dan inflamasi pada gingiva sehingga didapatkan kontur
gingiva yang normal baik anatomis maupun fisiologis, sedangkan gingivoplasti adalah tindakan
untuk mengembalikan kontur gingiva fisiologis yang dapat mencegah kambuhnya penyakit
periodontal.4
2.2 Indikasi dan kontraindikasi4,5
a. Indikasi
- Menghilangkan poket supraboni.
- Menghilangkan pembesaran gingiva fibrotik (poket gingiva).
- Hiperplasia gingiva inflamatif kronis.
- Hyperplasia gingiva karena obat.
- Menciptakan bentuk gingiva yang lebih estetik.
- Tidak menyebabkan berkurangnya daerah gingiva cekat.
- Fibromatosis herediter.
b. Kontraindikasi
- Poket infraboni.
- Gingiva cekat sempit.
- Penyakit sistemik yang tidak terkontrol.
- Kebersihan mulut yang buruk.
- Apabila frenulum terletak didaerah yang akan dibedah.
2.3 Keuntungan dan kerugian4,5
a. Keuntungan
- Teknik sederhana.

- Lapanganan penglihatan baik.


- Eliminasi poket sempurna.
- Morfologi gingiva dapat di rekonturing.
b. Kerugian
- Luka luas.
-Sakit pasca gingivektomi.
- Servikal gigi terbuka (sensitif, karies).
2.4 Alat dan bahan4

BUR BULAT

HANDLE

DRESING PERIODONTAL

SCALPEL NO.15

PISAU KIRKLAND

KAIN KASA

LAR. ANASTESI & SYRINGE

KURET
PISAU ORBAN

PROBE PERIODONTAL

POCKET MARKER

GUNTING/NIPPER

LAR. SALIN

SCALER

2.5 Fase-fase perawatan periodontal5,6


-Fase I (inisial/etiotropik/hygine) : kontrol plak, scaling, root planing, dan reevaluasi jaringan.
-Fase II (fase bedah) : memperbaiki prognosis dan estetika jaringan periodontal.
-Fase III (restorasi) : final restorasi, evaluasi.
-Fase IV (maintenance phase) : periodontal recall, checking.

2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan3,4


2.6.1 Pra bedah
- Persetujuan pasien (informed consent)
-Indikasi dan kontraindikasi perawatan misalnya melihat riwayat kesehatan.
-Pengendalian infeksi/initial phase.
-Pengendalian kecemasan.
-Premedikasi.
-Asepsis operator.
-Pemilihan anestesi yang tepat.

2.6.2 Pembedahan
-Melakuakn tehnik pembedahan sesuai dengan prosedur serta ketenangan dan kecermatan.
-Instrumentasi yang tepat dan steril.

-Pengendalian perdarahan.
-Penutupan luka
-Pemasangan dresing.
2.6.3 Pasca pembedahan
-Hindari makan atau minum selama satu jam.
-Jangan minum-minuman panas dan alkohol selama 24 jam.
-jangan berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
-Jangan makan makan yang keras, kasar dan lengket serta kunyahlah makanan dengan
sisiyang tidak dioperasi.
-Minumlah analgesik bila pasien merasa sakit setelah efek anestesi hilang, aspirin merupakan
kontraindikasi dalam penggunaan obat pascabedah
-Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari operasi dan bila perlu gunakan obat
kumur yang sudah di resepkan oleh dokter sesuai petunjuk sebagai pengontrolan plak.
2.6.4 Komplikasi
-Bila terjadi perdarahan tekanlah dressing selama 15 menit dengan menggunakan sapu
tangan bersih yang sudah dipanaskan, jangan berkumur dan segera hubungi dokter bila
perdarahan belum berhenti.
-Bila terjadi pembengkakan atau rasa sakit pasca perawatan segera hubungi dokter.
-Nyeri pada perkusi dikarenakan keradangan menjalar ke periodontal ligament, masih ada
iritan, atau periodontal dressing melampaui bidang oklusi.
-Rasa lesu dan lemah diakibatkan bateriaemia, segera hubungi dokter untuk dilakukan
pemeriksaan atau medikasi

2.7 Penatalaksanaan gingivektomi dan gingivoplastik4,7


-Lakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi (gambar 1).

-Ukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe terkalibrasi. Kedalaman ini
ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva dengan poket marker untuk membuat
titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap,
titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk outline insisi yang harus dilakukan (gambar 2-3).
-Buatiah insisi awal sedikit lebih ke apika dari titik-titik tersebut dengan pisau bermata lebar
seperti Kirkland No. 15. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan
berakhir pada ujung atau lebih kebawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Terkadang akes
sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal.
Pada keadaan ini, bevel dapat diperbaiki nantinva, menggunakan pisau bermata lebar untuk
mengerok atau bur intan kasar (gambar 4).
-Gunakan pisau bermata kecil seprti pisau orban

untuk mengeksisi jaringan di daerah

interproksimal. Perhatikan bahwa sudut mata pisau tersebut kira-kira sama dengan sudut mata
pisau yang lebar ketika melakukan insisi awal (gambar 5).
-Buang jaringan gingiva yang telah dieksisi menggunakan kuret. Bersihkan deposit yang
menempel pada permukaan akar. Pembersihan permukaan akar pada tahap ini menentukan
keberhasilan seluruh prosedur bedah (gambar 6).
-Sempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan (bulat) untuk mengerok
jaringan (gambar 7).
-Rapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper (gambar 8).
-Bilas daerah luka dengan air steril atau larutan salin steril untuk membersihkan partikel yang
tersisah.
-Tekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi air steril atau larutan salin steril selama
2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.
-Pasang dressing periodontal, mula-mula yang brukuran kecil, bersudut didaerah interproksimal,
menggunakan instrument plastic, selanjutnya pasang gulungan-gulungan yang lebih panjang
dibagian fasial, lingual dan palatal serta menghubungkan dengan dressing yang telah terpasang
di daerah interproksimal. Tutup seluruh daerah luka dengan dresing, tanpa mengganggu oklusi
atau daerah perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dresing dipasang terlalu lebar
sehingga terasa mengganggu (gambar 9).

-Ganti dresing dan buang debris pada daerah luka setiap minggu sampai jaringan sembuh
sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien.
-Setelah dresing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pengendalian plak dengan baik.

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 7

Gambar 6

Gambar 8

Gambar 9
2.8 Laporan kasus I
Pasien wanita, kaukasia, 34 tahun, datang mencari perawatan klinik untuk solusi estetik pada
gigi anterior nya yang disebabkan oleh pertumbuhan gingiva marginal yang tidak proporsional
setelah perawatan ortodonti. Pemeriksaan intra oral, hyperplasia dan estetik yang tidak
memuaskan dari gingiva sampai mahkota gigi #21 ditemukan. Pasien memiliki kesehatan
periodontal yang memuaskan, tidak ada tanda-tanda plak yang terlihat dan tidak ada darah saat
probing pada margin gingiva, walaupun terjadi hyperplastia gingiva. Pemeriksaan radiologi tidak
menunjukkan kelainan pada jaringan pendukung, dimana akar dapat diamati dan tidak ada angulasi
akar yang terlihat pada elemen #21.
Setelah diagnosis, perpanjangan koronal hyperplasia gingiva elemen #21 diamati. Perencanaan
klinis pada kasus melibatkan kinerja prosedur bedah periodontal oleh gingivoplasty dengan insisi
bevel luar, untuk pemulihan dari regularisasi lengkungan cekung elemen gigi yang terlibat. Selama
konsultasi, sebelum dilakukan operasi, pasien telah menerima perawatan periodontal dasar dan
pedoman tentang kebersihan bukal. Sebuah simulasi prabedah dilakukan dalam model plester up
pasien bertahap, diikuti dengan analisis klinis rencana proyeksi gingiva antara gigi seri atas
(Gambar 3A, 3B).
Setelah itu, sebuah antisepsis ekstra oral dilakukan dengan larutan yodium dan antisepsis
intraoral dengan larutan klorheksidin 2%, diikuti oleh anestesi lokal. Kemudian, menggunakan
probe periodontal (color-vue, Hu-Friedy, Chicago, USA) kedalaman sulkus gingiva yang
ditentukan, diikuti oleh penandaan jaringan gingiva eksternal melalui titik-titik kecil dilakukan
dengan probe periodontal sendiri (Gambar 4A dan B). Prosedur ini dilakukan pada vestibular dan
gingiva bagian proksimal melibatkan elemen # 21 dan bagian mesial dari # 22 (Gambar 5A).
Kemudian, insisi dengan bevel luar dilakukan, disertai dengan tanda-tanda probe periodontal
dengan Kirkland (Hu-Friedy, Chicago, USA) scapel di sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang
gigi, pembatasan semua jaringan yang akan diangkat (Gambar 5B, 6A). Dengan pisau bedah
Kirkland (Hu-Friedy, Chicago, USA), jaringan gingiva yang divulsed dan bergeser dari proximals
memungkinkan pengangkatan sedikit jaringan gingiva (Gambar. 6B, 7A dan 7B), sehingga

mengekspos batas-batas tepi gingiva baru. Segera setelah pengangkatan potongan jaringan gingiva
dari permukaan gigi, prosedur pengerokan sisa jaringan dimulai dari permukaan gingiva kasar
yang memiliki batas tidak teratur (Gambar 8A).
Prosedur periodontal yang paling halus untuk mendapatkan bentuk dan batas yang memadai
dilakukan dengan bantuan gunting bedah Castroviejo (Golgran, So Paulo, Brazil) diikuti oleh
mengerok gingiva yang dilakukan dengan bagian aktif dari Kirkland scalpel, scrapping,
menghaluskan dan contouring gingiva yang tersisa jaringan (Gambar 8B, 9A dan B). Instruksi
pasca operasi berhasil dengan menunjukkan penggunaan 0,12% larutan chlorhexidine dan
perhatian dengan makanan. 30 hari setelah operasi telah menunjukkan aspek klinis yang baik
dibuktikan dengan tidak adanya perdarahan oleh periodontal probing (Gambar 10A). Setelah
perkembangan selama 2 bulan proporsi gingiva memuaskan terkait kesehatan periodontal yang
sangat baik di daerah itu (gambar 10b).

2.9 Laporan kasus II


Pasien laki-laki, 20 tahun, dilaporkan di Departement of periodontology, Seema Dental
College and Hospital, Rishikes, India, dengan keluhan utama pembengkakan gingiva disekitar
gigi kiri atas dan gigi posterior kiri bawah dan tidak dapat mengunyah makanan dari sisi kiri.
Pasien mengatakan trauma pada sisi kiri wajahnya tiga bulan lalu setelah itu gingiva nya bengkak
dan secara bertahap meningkat menjadi ukuran yang sekarang. Namun, tidak ada korelasi yang
ditemukan antara trauma dan pembesaran gingiva. Pasien datang berobat hanya ketika
pembengkakan mulai mengganggu pengunyahan. Riwayat penyakit tidak berkontribusi dalam
kasus ini. Dia tidak bisa memberikan sejarah keluarga yang memadai karena ia buta huruf dan
tidak mampu memberikan rincian.
Setelah pemeriksaan intraoral, gingiva tampaknya terlalu membesar di sisi kiri. Pembesaran
gingiva dispanjang premolar pertama sampai molar kedua di kedua lengkung rahang atas
(Gambar 1) dan lengkung mandibular (Gambar 2). Pembesaran gingiva, keras dan diikuti dengan
fibrotik dari komponen yg terinflamasi, mungkin karena ketidakmampuannya untuk menjaga
kebersihan mulut yang baik. Pembesaran gingiva diperpanjang dari bukal pada mukosa lingual
palatal. Pembesaran melibatkan marginal, interdental, dan attached gingiva. Periodontal probing
mendapatkan kantong yg dalam berkaitan dengan gigi yang terlibat. Mobilitas juga terlibat di
semua gigi yang terlibat.
2.1. Pemeriksaan radiologi. Foto panoramik mengungkapkan adanya tulang yang tersisa berkisar
30 sampai 35% pada sisi kiri kedua lengkung. Kehilangan tulang sudah parah pada pertemuan
dengan molar satu kiri rahang atas dan molar satu kiri rahang bawah. (Gambar 3).
2.2. Pemeriksaan histologis. Biopsi insisi yang dilakukan menunjukkan epitel skuamosa berlapis
melapisi stroma jaringan ikat. Di beberapa area, perataan rete ridges terlihat sedangkan di daerah
lain muncul memanjang. Jaringan ikat muncul padat collagenized dan terlihat diselingi dengan
fibroblas plump dan berbentuk seperti spindel. Beberapa sel inflamasi kronis terdiri dari limfosit
yang terlihat tersebar di seluruh bagian. Area kecil untuk ukuran endotel pembuluh darah juga
jelas dilapisi (Gambar 9).
Berdasarkan temuan di atas, diagnosisnya tidak dapat dipungkiri adalah fibromatosis gingiva
dengan periodontitis agresif
2.3. Pengobatan. Terapi awal terdiri dari terapi periodontal konvensional. Pembengkakan jaringan
telah diangkat dengan bevel gingivectomi eksternal dengan anestesi lokal. Operasi dilakukan
dalam dua tahap, lengkung maksila kiri di tahap awal (Gambar 4 dan 5) dan lengkung mandibula
kiri pada tahap kedua (Gambar 6). jarak antara kedua prosedur adalah tiga minggu. Periodontal
dresing diterapkan. Antibiotik, B-kompleks, dan agen anti-inflamasi yang diresepkan selama satu
minggu.
Penyembuhan pascaoperasi lancar. Periodontal dressing telah diangkat setelah satu minggu.
Daerah bedah diirigasi dengan betadine dan air salin. Instruksi pasca operasi diperkuat dan pasien

diintruksikan kembali setelah satu minggu. Dan setelah satu bulan untuk evaluasi pascaoperasi.
Penyembuhan lancar setelah satu bulan (Gambar 7 dan 8). Pasien merasa puas dengan hasilnya.

BAB III
RINGKASAN
Hyperplasia gingiva adalah suatu kondisi di mana gingiva mengalami perubahan volume dan
itu adalahsalah satu keluhan yang paling sering dilaporkan oleh pasien. Hiperplasia gingiva
menghasilkan kondisi yang menguntungkan bagi akumulasi plak dan materia alba. Keadaan tersebut
menyebabkan meningkatnya kedalaman sulkus gingiva serta mengganggu dalam menjalankan
aktivitas kebersihan rongga mulut.
Pertumbuhan gingiva tidak selalu terkait dengan perubahan volume sel-sel jaringan, mungkin
juga dari perubahan ukuran sel-sel jaringan, dan umumnya terkait dengan faktor-faktor risiko tertentu
misalkan cara melakukan kebersihan mulut yang kurang baik dan sudah ada inflamasi pada gingiva
sebelummnya, terapi obat-obatan yang dapat mempengaruhinya, serta secara herediter.
Gingivektomi adalah eksisi dinding jaringan lunak pada poket dengan tujuan untuk
mengurangi dan menghilangkan pocket dan inflamasi pada gingiva sehingga didapatkan kontur
gingiva yang normal baik anatomis maupun fisiologis, sedangkan gingivoplastik adalah tindakan
untuk mengembalikan kontur gingiva fisiologis yang dapat mencegah kambuhnya penyakit
periodontal.
Penegakan diagnosa dari anamnesa, indikasi dan kontaindikasi harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan gingivektomi dan gingivoplastik, serta harus juga memperhatikan hal-hal yang
penting dalam melaksanakannya seperti fase-fase perawatan, tata cara pra bedah, pada saat dilakukan
pembedahan, dan juga pasca pembedahan serta harus mempertimbangkan segala seuatu tentang
komplikasi yang akan terjadi nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dixit A, Dixit S, Kumar P. Unnusual gingival enlargement: a rare case report. Hindawi publishing

corporation. 2014.
2.

Rilling L.E, Martos J, CantoB.R, Kodama A.B. Gingivectomy for restoring regular concave arch:
case report. Dental press implantology. 2011 Oct-Des; 5(4):82-89.

3. Gingivektomi dan bedah periodontal. Oktober 2010. (Diakses tanggal 21 Maret 2015). Tersedia di:
http://dscku.blogspot.com/2011/05/gingivektomi-dan-bedah-periodontal.html.
4. Fedli P.F, Vernito A.R, Gray J.L. Silalobus periodontal. 4th edition
5.

Gingivektomi dan gingivoplastik. (Diakses tanggal 21 Maret 2015). Tersedia di:


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/prsedur_bedah_gingivektomi.pdf.

6.

Rencana perawatan periodontal. (Diakses tanggal 21 Maret 2015). Tersedia di:

file:///C:/Users/DELL/Downloads/pe_252_slide_rencana_perawatan_periodontal
%20(1).pdf.
7.
Cohen E.S. Atlas of cosmetics and reconstructive periodontal surgery. 3 rd edition.
USA; PMPH:2007:39-44.

Anda mungkin juga menyukai