Dewi
: Iya kak, kakak sangatlah cantik, andai kakak lebih bisa membantu
pasti kakak akan terlihat lebih cantik.( duduk, dan berhenti menyapu)
Laras
Dewi
Laras
ibu,
Laras
: Ke sawah?? Aku tidak mau, nanti kuku dan kulitku kotor terkena lumpur.
Pergi saja sana bersama Dewi. Aku tidak mau.
Ibu
:Laras, memangnya kenapa kalau kuku dan kulitmu terkena lumpur? Dewi
saja yang setiap hari membantu ibu pergi kesawah terkena lumpur,
Alhamdulillah sampai sekarang ia baik baik saja.
Laras
Ibu
Laras
pergi
Dewi
Ibu
Dewi
Ibu
: Aku bilang tidak , ya tidak !!! aku tidak mau pergi ke sawah .. ibu tidak
usah samakan aku dengan si Dewi.
Sudah sudah Ibu saja yang pergi sana sama si Dewi wah, karena tidak
mungkin lagi ada laki-laki yang tertarik pada wajah Ibu yang sudah keriput
itu,
: (duduk sambil mengusap dada,lemas)Dewi : Kakak, tidak seharusnya
kakak bicara seperti itu, jika kakak tidak ingin ikut pergi membantu ibu
kesawah.ya sudahh tidak usah bicara seperti itu.
: Kauuu !!!!! ( menunjuk, mendorong Dewi dan
meninggalkan semuanya)..
: Ibu, ibu tidak apa apa,,, ?? (merangkul )
: Sudah, sudah, ibu tidak apa-apa, ayo kita pergi
kesawah..nanti keburu siang.. (berdiri)
:Ibu, kalau ibu tidak kuat biar Dewi saja yang pergi ke sawah, ibu istirahat
saja di rumah, ,, (mengajak duduk)
: Tidak Dewi, (mengusap kepala Dewi )Ibu baik baik saja.. Ayo kita
pergi(berdiri kembali, dan pergi kesawah)
Setelah ibu dan kedua adiknya pergi ke sawah, Laras pun kembali ke rumah, saat ia
ingin kembali mempercantik wajahnya, ternyata alat alat kecantikan yang ia miliki sudah
habis, Laras merasa kesal, yang ia lakukan hanya mondar mandir tak karuan, ia pun terlelah
sampai tertidur.
Laras
Hari sudah menjelang siang,Laras pun terbangun dari tidurnya,, ia teringat dengan
alat-alat kecantikannya yang sudah habis, tak lama kemudian ibu dan kedua adiknya datang.
Tanpa basi basi Laras langsung menghampiri ibunya yang baru sampai di pintu dan masih
terlihat lelah.
Laras
Dewi
Ibu
Laras
Dewi
Ibu
:Bu!! Alat alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus segera membelikan yang
baru, ??
:Kak, ibu baru saja pulang, seharusnya kakak bisa lebih menghargai ibu,,
:Laras, ibu masih lelah, besok saja ya, pasti ibu belikan(duduk menghela
nafas)
:Tidak bu !! ( membentak ibu ) aku ingin sekarang
:Kakak.. !!!( kesal terhadap kakaknya )
:Sudah Tak apa apa Dewi, biar ibu beli sekarang(bicara kepada dewi) tapi
Laras, ibu tak tahu alat kecantikan seperti apa yang kamu maksud,kamu
harus ikut.
Laras
harus
Juned
Laras
Juned
Laras
Juned
Laras
Dewi
Laras
Laksana disambar petir ibu Darmi itu mendengar ucapan putrinya. Tapi dia hanya
terdiam sambil menahan rasa sedih. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju
ke pasar.Sesampainya di pasar,seorang pedagang buah buahan menawarkan dagangannya
kepada Laras, dengan ucapannya yang sedikit merayu.
pedagang buah:Ayo neng..buahnya..buahnya..!! ( menawari)
buahnya manis maniiiis ko neng seperti neng. ( merayu)
Laras
:Oh terima kasih( sambil memilih buah dan
membelinya )..
Pedagang
Laras
Pedagang
Laras
Ibu
Dewi
Sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaan anaknya. Ternyata ia sedang berdoa
kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu. Laras melihat mulut ibunya
komat-komit sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas.
Laras
Laras
:Ibu...! Ibu... ! Apa yang terjadi dengan kakiku, Bu,? Adduuhhh kerass sekali
bu(tanya Laras sambil
berteriak.)Maafkan Laras, Maafkan Laras Bu!
Bu Laras tidak akan mengulanginya lagi, Bu!(seru Laras semakin panik).
Sang ibu dan adiknya menangis melihat anak dan kakaknya berubah menjadi batu. Namun,
apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Gadis
durhaka itu hanya bisa menangis dan menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala
anaknya berubah menjadi batu, sang Ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya.
Semua orang yang lewat di tempat itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa
lama, cuaca pun kembali terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Laras telah menjelma
menjadi batu. Batu itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh
masyarakat setempat, batu itu mereka beri nama Batu Menangis.