Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH USHUL FIQH

Al-qur'an sebagai Sumber Hukum Islam


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini.
Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi besar muhammad
SAW. Karena dengan perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT.
Sehubungan dengan adanya penulisan makalah ini kami sebelumnya minta maaf. Sebaga
penulis makalah ini apabila ada kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam makalah ini, oleh
karena itu dalam pengkajian suatu yang ditelaah ini terletak suatu inti yang mana isi yang
terkandung di dalam yaitu pembahasan tentang adanya Al-Quran sebagai sumber ajaran
islam. Suatu fenomina yang jelas bahwasanya Al-Quran merupakan Kalamullah yang
diwahyukan melalui nabi Muhammad SAW.
Dari sinilah kami sebagai penulis, mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing bapak Achmad Mulyadi, M.Ag yang telah memberikan suatu arahan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikannya. Semoga Allah membalas atas kebaikan dan
menyertakannya atas kita.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kedudukan Al-Quran Sebagai Sumber Hukum
B. Macam-Macam Hukum Dalam Al-Quran
C. Asas-Asas Al-Quran Dalam Mentasyrikan Hukum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu pembuatan makalah ini alangkah lebih jelasnya dalam pembahasan
yang tercantum didalamnya yaitu bahwasanya Al-Quran merupakan sumber ajaran
islam oleh karena itu untuk lebih mengetahui secara detail, mari kita kaji bersama apa
dan bagaimana tentang adanya suatu Al-Quran itu yang merupakan sumber ajaran islam.
B. Tujuan
Fokus pada suatu rekanika yang jelas mari kita telaah bersama, apa yang
terkandung didalamnya, bagaimanakah proses permasalahan untuk dikaji dan
dipahaminya.
BAB
PEMBAHASAN

II

A.
Kedudukan
Al-Quran
Sebagai
Sumber
Hukum
Al-quran merupakan dasar hukum yang pertama dan utama dalam islam. Ia berisi
hukum, petunjuk dan pelajaran untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia, agar
mereka
memperoleh
kebahagiaan
dunia
dan
akhirat.
Allah
SWT.
berfirman
:
Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.
(Surat
Al-Baqarah,
ayat
2)
Firman-Nya
pulan
:
Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh,
bahwa bagi mereka ada pahala yang benar. (Surat Al-Isra, ayat 9)
Di antara isi khutbah Nabi Muhammad SAW. pada Hari Haji Wada ialah :
Aku tinggalkan padamu dua perkara, sekali-kali kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang teguh pada keduanya, yaitu : kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul-Nya.
Al-Quran diturunkan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia supaya mereka
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia bukankah diturunkan Allah untuk suatu
bangsa pada suatu zaman, tetapi untuk seluruh umat manusia di sepanjang masa. Karena
itu kandungan isinya cuku luas dan sempurna untuk mengatur dan menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia di berbabagi zaman. Pokok-pokok
hukum yang terkandung di dalamnya sejalan dengan hati nurani setiap orang dan prinsipprinsip umum serta ide pembinaan hukum yang dibawanya, menyebabkan Al-Quran
dapat
melayani
kebutuhan
zaman.
B.
Macam-macam
hukum
dalam
Al-Quran
Hukum-hukum dalam Al-Quran dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu :
1.
Hukum-hukum
Itikad
Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang wajib atas mukallaf mengimaninya,
seperti iman kepada Allah, Malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan

hari kiamat. Hukum-hukum ini termasuk pembahasan ilmu tauhid.


2.
Hukum-hukum
Akhlak
Yaitu berhubungan dengan sifat-sifat yang baik yang harus dipunyai oleh mukallaf dari
sifat-sifat yang buruk yang harus dijauhinya. Hukum-hukum ini termasuk pembahasan
ilmu
akhlak.
3.
Hukum-hukum
amaliyah
Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang berasal dari manusia berupa perkataan,
pebuatan, akad-akad dan tindakan-tindakan mukallaf lainnya. Bagian ini merupakan
pembahasan
ilmu
Ushul
Fiqh
yang
menghasilkan
ilmu
Fikik.
Hukum
Amaliyah
meliputi
dua
bagian
pulan,
yaitu
:
a.
Hukum-hukum
Ibadah
Berupa shalat, puasa, zakat, haji, nazar, sumpah dan lain-lainnya dari pada ibadat. Yang
dimaksud dengan hukum-hukum bagian ini ialah untuk mengatur dan memelihara
hubungan
manusia
dengan
Tuhannya.
b.
Hukum-hukum
Muamalat
Yaitu hukum yang mengatur bermacam-macam akad dan tindakan (tasarruf) mukallaf,
kejahatan, hukuman dan sebagainya selain dari pada shalat. Yang dimaksud dengan
hukum bagian ini ialah mengatur hubungan antara sebagian mukallaf dengan sebagian
lainnya, baik mereka sebagai pribadi-pribadi, golongan maupun bangsa .
C.
Asas-asas
Al-Quran
dalam
mentasyrikan
Hukum
Al-Quran mengumumkan, bahwa ia diturunkan semata-mata untuk memperbaiki
keadaan manusia, karena itulah ada perintah dan ada larangan.
Nabi itu menyuruh mereka mengerjakan yang maruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka yang buruk-buruk (Surat Al-Araf, ayat 157)
Dalam pembinaan hukum, al-Quran memperhatikan tigak asas :
1.
Tidak
menyulitkan
Dalil-dalil bahwa syariat islam ditegakkan atas dasar melenyapkan kesulitan cukup
banyak
di
antaranya
:
Firman
Allah
dalam
menyifatkan
Rasulullah
SAW.
:
Nabi itu membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka

(Surat
Al-Araf,
ayat
157)
Begitu
pula
firman-Nya
:
Allah menghendaki kelonggaran bagimu, dan tidak menghendaki kesempitan bagimu

(Surat
Al-Baqarah,
ayat
185)
2.
Menyedikitkan
taklif
(beban)
Asas ini merupakan konsekwensi dari pada asas tidak menyulitkan, karena banyak taklif
itu menyulitkan. Siapa yang meneliti perintah dan larangan yang ada dalam Al-Quran
tentu akan berkesimpulan bahwa jumlahnya sedikit, mungkin untuk diketahui dalam
waktu yang singkat dan mudah mengamalkannya. Perintah-perintah dan laranganlarangan itu tidak banyak perincian yang menyebabkan berat dalam pelaksanaan.
Ayat Al-Quran menunjukkan hal ini, di antaranya firman Allah :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal

yang jika diterangkan kapadamu, niscaya menyusahkan kamu; dan jika kamu
menanyakannya di waktu Al-Quran sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(Surat
Al-Maidah,
ayat
101)
3.
Berangsur-angsur
dalam
pembinaan
hukum
Ketika nabi dibangkitkan bermacam-macam adat telah melembaga di kalangan bangsa
arab, sebagian dari padanya dapat dibenarkan hidup terus dan sebagian lagi perlu
dihilangkan. Karena ia membawa mudarat kepada pribadi dan masyarakat.
Hikmah Allah SWT. menghendaki supaya dalam penjelasan hukum-hukum bagi mereka
ditempuh sistim berangsur-angsur, sehingga dengan tidak terasa akhiranya mereka
meninggalkan
adat-adat
kebiasaan
yang
buruk
itu.
Misalnya minum khamar adalah adat yang sudah melembaga dalam masyarakat arab
waktu itu. Dalam rangka pengharaman, mula-mula Allah menerangkan bahwa minum
khamar itu dosanya besar dan ada pula manfaat bagi manusia, hanya dosanya lebih
besar dari manfaatnya. Pada tahap kedua mereka dilarang mengerjakan salat dalam
keadaan mabuk dan barulah pada tahap ketiga khamar itu diharamkan sama sekali.
Atas dasar asas berangsur-angsur diperoleh pula asas yang lain yaitu mula-mula bersifat
global kemudian baru terperincai. Hal ini jelas apabila kita bandingkan antara ayat-ayat
Makkiyah
dengan
ayat-ayat
Madaniyah
.
BAB
PENUTUP

III

A.
Kesimpulan
- Bahsanya Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada nabi Muhammad SAW.
secara berangsur-angsur sejak malam jumat 17 Ramadhan tahun 41 dari umur nabi
SAW. sampai dengan 9 Dzulhijjah hari haji wada tahu 11 Hijriyah tahun 63.
- Al-Quran merupakan dasar hukum yang pertama dan utama dalam islam. Untuk
mengatur hidup dan kehidupan manusia supaya mereka memperoleh kebahagiaan di
dunia
dan
akhirat.
- Bahwa untuk diturunkan adanya Al-Quran semata karena untuk memperbaiki keadaan
manusia.
- Konsekwensinya bahwa Al-Quran mempunyai tiga bagian hukum. Hukum Itikad,
hukum
Akhlak,
dan
Hukum
Amaliyah.
B.
SARAN
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari
bapak pembimbingan dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan
semoga
makalah
ini
bermanfaat
bagi
yang
membaca.
Amien.

DAFTAR

PUSTAKA

- Al-Amidi, Saif Al-Din, Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam, dan Al-Hadits Mesir


Ushul
Al-Fiqh,
1970
- Ushul Fiqh, Perbandingan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh. Hlm 151

http://hadirukiyah.blogspot.co.id/2009/05/al-quran-sebagai-sumber-hukumislam.html

ASAS-ASAS HUKUM ISLAM


PENDAHULUAN
Perbuatan masyarakat islam yang terdapat dalam perbuatan pidana, perdata yang mekiputi
perkawinan, muamalah, perkawinan diatur dalam setiap hukum yang meliputi asas itu sendiri.
Sesuatu hal yang paling mendasar dari tiap hukum tercantum dari asas itu sendiri, sehingga
kita perllu mengetahui pengertian asas itu terlebih dahulu agar diketahui kejelasnnya.
Asas dalam hukum islam terbagi menjadi dua, yaitu asas umum yang mencantum segala
ketentuan semua hukum dalam islam itu sendiri. Dan asas khusus yang meliputi asas dalam
hukum pidana, muamalah, kewarisan. Pernikahan, dan kewarisan. Asas umum itu sendiri
meliputi asas keadilan yang selalu ditegaskan dalam islam untuk selalu ditegakkan dalam
kehidupan masyarakat. Asas kepastian hukum dan asas kemanfaatan juga terdapat
didalamnya.
Asas khusus itu sendiri seperti asas legalitas dalam hukum pidana, asas suka sama suka
dalam hukum muamalah, asas individual dalam hukum kewarisan, dan asas kekeluargan
dalam hukum perkawinan, dan masih banyak lagi asas khusus itu sendiri. Karena itulah
dalam hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya dalam makalah ini.
ASAS-ASAS HUKUM ISLAM
A. Pengertian
Asas berasal dari kta asasun yang artinya dasar, basis, pondasi. Secara terminologi asas
adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Jika dihubungkan dengan hukum, asas adalah
kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan berpendapat, terutama dalam
penegakan dan pelaksanaan hukum. Asas hukum berfungsi sebagai rujukan untuk
mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum.
B. Beberapa Asas Hukum Islam
Menurut Tim Pengkajian Hukum Islam Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman bahwa asas hukum islam terdi-ri dari (1) bersifat umum, (2)lapangan hukum
pidana, (3) lapangan hukum perdata. Mengenai asas-asas hukum yang lain seperti lapangan
tata negara, internasional dan lain-lain tidak disebutkan dalam laporan mereka.
Asas-asas umum
a. Asas keadilan
Dalam al quran, kata ini disebut 1000 kali. term keadilan pada umumnya berkonotasi dalam
penetapan hukum atau kebijakan pemwrintah. Konsep keadilan meliputi berbagai hubungan,
misalanya; hubungan individu dengan dirinya sendiri, hubungan antara individu dan yang
berpekara serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait. Keadilan dalam
hukum islam berarti keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi oleh manusia
dengan kemammpuan manusia untuk menuanaikan kewajiban itu.
Etika keadilan; berlaku adil dlam menjatuhi hukuman, menjauhi suap dan hadiah, keburukan
tyergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman, keputusan hukum bersandar pada apa yang
nampak, kewajiban menggunakan hukum agama.
b. Asas kepastian hukum
Dalam syariat Islam asas ini disebut artinya sebelum ada nas,
tidak ada hukum bagi perbuatan orang-orang yang berakal sehat. Bahwa pada dasarnya
semua perbuatan dan perkara diperbolehkan. Jadi selama belum ada nas yang melarang, maka

tidak ada tuntutan ataupun hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah QS Al
Isro' 15 ;

". Dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul."
c. Asas kemanfatan
Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi keadilan dan kepastian hukum tersebut diatas.
Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastiann hukum hendaknya memperhatikan
manfaat bagi terpidana atau masyarakat umum. Contoh hukuman mati, ketika dalam
pertimbangan hukuman mati lebih bermanfaat bagi masyarakat, misal efek jera, maka
hukuman itu dijatuhkan. Jika hukuman itu bermanfaat bagi terpidana, maka hukuman mati itu
dapat diganti dgengan denda.
Asas-asas hukum pidana
a. Asas legalitas
Asas legalitas maksudnya tidak ada hukum bagi tindakan manusia sebelum ada aturan. Asas
legalitas ini mengenal ini juga asas teritorial dan non teritorial. Asas teritorial menyatakan
bahwa hukum pidana islam hanya berlaku di wilayah di mana hukum islam diberlakukan.
b. Tidak berlaku surut
Hukum pidana Islam tidak menganut sistem berlaku surut ( ) artinya sebelum
adanya nas yang melarang perbuatan maka tindakan seorang tidak bisa dianggap suatu
jarimah, sehingga ia tidak dapat dijatuhi hukuman. Dasar hukum dari asas ini ialah {
} { } bahwasannya Allah SWT mengampuni
perbuatan yang telah lalu, Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada
mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ."
Tetapi ada pengecualian tidak berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah yang berat dan
sangat berbahaya apabila tidak diterapkan berlaku surut. seperti halnya; jarimah qozf, jarimah
hirabah (perampokan, terorisme). Jika kedua jarimah berlaku hukum tidak berlaku surut,
maka banyak kekacauan dan fitnah pada masyarakat.
c. Bersifat pribadi ( )
Dalam syariah Islam hukuman dapat dijatuhkan hanya kepada orang yang melakukan
perbuatan jinayah dan orang lain ataupun kerabatnya tidak dapat menggantikan hukuman
pelaku jinayah. Al quran telah menjelaskan dalam QS al an'am 164 ;


. Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang
kamu perselisihkan."
d. Hukum bersifat umum
Hukuman harus berlaku umum maksudnya setiap orang itu sama dihadapan hukum (equal
before the law) walaupun budak, tuan, kaya, miskin, pria, wanita, tua, muda, suku berbeda.
Contoh ketika masa Rasulullah ada seorang wanita yang didakwa mencuri, kemudian
keluarganya meminta Rasulullah membebaskan dari hukuman. Rasulullah dengan tegas
menolak perantaraan itu dengan menyatakan "seandainya Fatimah Binti Muhammad
mencuri, ikatan keluarganya tidak dapat menyelamatkannya dari hukuman hadd".
e. Hukuman tidak sah karena keraguan

Keraguan di sini berarti segala yang kelihatan seperti sesuatu yang terbukti, padahal dalam
kenyataannya tidak terbukti. Atau segala hal yang menurut hukum yang mungkin secara
konkrit muncul, padahal tidak ada ketentuan untuk itu dan tidak ada dalam kenyataan itu
sendiri. Putusan untuk menjatuhkan hukuman harus dilakukan dengan keyakinan, tanpa
adanya keraguan. Sebuah hadis menerangkan "hindarkan hudud dalam keadaan ragu, lebih
baik salah dalam membebaskan daripada salah dalam menghukum".
Seperti halnya kasus yang dicontohkan Abdul Qodir Audah dalam kasus pencurian, misalnya
kecurigaan mengenai kepemilikan dalam pencurian harta bersama. Jika seorang mencuri
sesuatu yang dia miliki bersama orang lain, hukuman hadd bagi pencuri menjadi tidak valid,
karena dalam kasus harta itu tidak secara khusus dimiliki orang, tetapi melibatkan
persangkaan adanya kepemilikan juga dari pelaku perbuatan itu.
Asas-asas mmuamalat
a. Asas taba,dulul mana'fi'
Asas taba,dulul mana'fi' berrti bahwa segala bentuk kegitan muamalat harus memberikan
keuntungan dan manfaat bersama bagi pihak-pihak yang terlibat. Asas ini merupakan
kelanjutan dari prinsip atta'awun sehingga asas ini bertujuan menciptakan kerjasama antar
individu atau pihak-pihak dalam masyarakat dalam rangka saling memenuhi keperluanya
masing-masing dalam rangka kesejahteraaan bersama.
b. Asas pemerataan
Asas pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang muamalat yang
menjhendaki agar harta tidak diuasai oleh segelintir orang sehingga harta itu harus
terdistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya maupun miskin. Oleh karena
itu dibuat hukum zakat, shodaqoh, infaq, dsb. Selain itu islam juga menghalalkan bentukbentuk pemindahan pemilikan harta dengan cara yang sah seperti jual beli, sewa menyewa
dsb.
c. Asas suka sama suka
Asas ini menyatakan bahwa segala jenis bentuk muamalat antar individu atau antar pihak
harus berdasarkan kerelaan masing-masing. Kerelaan disiini dapat berarti kerelaan
melakukan suatu bentuk muamalat, maupun kerelaan dalam menerima atu menyerahkan harta
yang dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalat lainya.
d. Asas adamul gurur
Asas adamul gurur berarti bahwa setiap bentuk muamalat tidak boleh ada gurur, yaitu tipu
daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lainya
sehingga mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu
transaksi atau perikatan.
e. Asas al-birri wa al-taqwa
Asas ini menekankan bentuk muamalat yang termasuk dalam kategori suka sama suka ialah
sepanjang bentuk muamlat dan pertukaran manfaat itu dalam rangka pelaksanaan saling
menolong antar sesama manusia untuk al-birr wa taqwa, yakin kebajikan danm ketqwaan
dalam berbagai bentuknya.
f. Asas musyarokah
Asas musyarakah, yakni kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi
pihak yang terlibat melainkan juga bagi keseluruhan masyarakat manusia.
Asas-asas kewarisan
a. Asas ijbari
Asas ijbari secara harfiah berarti memaksa. Unsur memaksa dalam hukum waris ini karena
kaum muslimin terikat untuk taat kepada hukum allah sebagai konsekwensi logis dari
pengakuannya kepada ke-Esaan Allah dan kerasulan muhammad.
b. Asas individual

Asas ini menyatakan bahwa harta warisan dapat dibagi-bagikan pada masing-masing ahli
waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam pelaksanaanya seluruh harta warisan
dinyatakan dalam nilai tertentu yang kemudian dibagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya menurut kadar bagian masing-masing.
c. Asas bilateral
Seseorang menerima hak kewarisan kedua belah pihak yaitu pihak kerabat keturunan lakilaki dan dari pihak perempuan.
d. Asas keadilan yang berimbang
Asas keadilan atau keseimbangan disni mengandung arti bahwa harus senantiasa terdapat
keseimbangan antara hak dan kewajiban; antara hak yang diperoleh seseorang dengan
kewajiban yang harus ditunaikanya. Dalam hukum kewarisan islam, harta peninggalan yang
diterima ahli waris dari pewaris merupakan kelanjutan tanggung jawab pewaris terhadap
keluarganya.
e. Asas akibat kematian
Kewarisan terjadi jikalau ada pihak yang meninggal dunia. Jika peralihan harta sebelum
kematian, berarti bukan kewarisan.
Asas-asas hukum perkawinan
a. Asas kesukarelaan
Kesukarelaan berarti saling menerima baik kekurangan maupun kelebihan antara kedua
calon. Kesukarelaan itu tidak harus terdpat diantara kedua calon suami isteri, tetapi juga
diantara kedua orang tua kedua belah pihak. Kesukarelaan orang tua yang menjadi wali
seorang wanita, merupakan sendi asasi perkawinan islam.
b. Asas persetujuan kedua belah pihak
Tidak boleh ada permaksaan dalam melangsungkan sebuah pernikahan. Persetujuan seorang
gadis untuk dinikahkan dengan seorang pemuda,misalnya harus diminta dulu oleh wali atau
orang tuanya.
c. Asas kebebasan memilih pasangan
Seorang laki-laki dan perwmpuan berhak untuk memilih calon pasangannya. Ketika terjadi
suatu pemaksaan dalam sebuah pernikahan, ada pilihan untuk meneruskan pernikahan itu
atau tidak.
d. Asas kemitraan suami isteri
Kedudukan seorang suami dan isteri dalam beberapa hal sama dan dalam hal lain berbeda;
suami menjadi kepala keluarga, istri penanggung jwab masalah rumah tangga.
e. Untuk selama-lamanya.
Perkawinan dilaksanakan untuk melangsungkan keturunan dan membina cinta serta kasih
sayang serlamanya. Oleh karena itu perkawinan mut'ah dilarang, karena tidam sesuai dengan
tujuan pernikahan.
f. Monogami terbuka
Perkawinan di dalam islam bersifat monogami. Karena beberapa hal seorang suami dapat
menikah lagi, atas persetuuan isterinya.
Kaidah-Kaidah Fiqh
Secara terminlogi kaidah berarti asas, pondasi, atau fondamen segala sesuatu. Secara
terminologi dalah segala ketentuan-ketentuan umum yang bersifat tetap dan kully
(menyeluruh) yang mencakup semua masalah-masalah partikular (juziyah)yang sumber
hukumnya bisa diambil dari hukum kully tersebut.dengan menguasai kaidah fiqh maka kita
kan mengetahui hakekat fiqh, dasar-dasar hukumnya, landasan pemikiran dan rahasiarahasisa terdalamnya.

Contoh; (1) hukum berrputar di sekitar illatnya. Ada illat ada hukum, tidak illat tidak ada
hukumnya. (2) hukum berubah karena perubahan waktu dan tempat (3) adat yang baik dapat
dijadikan hukum. (4) orang yang menentut sesuatu hak atau menuduh seseorang melakukan
sesuatu harus membuktikan hak atau tuduhanya. (5) tertuduh dapat mengingkari tuduhan
yang ditunjukkan padanya dengan sumpah.
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang universal yang mengatur segala perilaku masyarakatnya secara
khusus, adapun asa hukum dalam hukum islam meliputi asas yang umum yakni asas
keadilan, asa kepastian hukum, asas kemanfaatan.
Asas keadilan adalah asas yang paling pokok atau titik tolak, proses dan sasaran hukum
islam. Asas kepastian hukum adalah hukuman tidak dapat dijatuhkan atas suatu perbuatan
kecuali ada peraturan yang telah mengatur, asas kemanfaatan, dalam melakukan keadilan dan
kepastian hukum hendaknya kelihat kemanfaatan bagi perlaku itu sendiri ataupun masyarakat
lain.
Asas umim dalam islam diperinci dengan kekhususannya dalam bidang-bidamg tersendiri
yaitu dalam bidang hukum pidana, bidang hukum muamalat, bidang hukum pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Daud, Hukum Islam , Jakarta; Raja Grafindo 1993
Praja,Juhaya s, Fisafat Hokum Islam , Bandung; UIB 1995
Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 2005
Munajat,makrus Dekontruksi Hukum Pidana Islam , Sleman; Logung 2004
Santoso,Topo Membumikan Hukum Pidana Islam Jakarta ; Gema Prees Insani 2003
Muhammad abau zahrah, al jarimah wa iqob fi islami, www.al-islam.com
Kaki Lima, Formulasi Nalar Fiqh, Kediri: Purna Siswa 2005 Lirboyo, 2005
http://septian-septiancom.blogspot.co.id/2011/03/asas-asas-hukumislam.html

Anda mungkin juga menyukai