Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari kelompok Mata Pelajaran Normatif di

SMK BPI
Dewasa ini kondisi dunia remaja yang notabene dihuni oleh individu-individu yang
cenderung labil lebih rentan terkontaminasi oleh faham-faham yang boleh dikatakan sesat dan
menyimpang dari kaidah keagamaan semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut merupakan salah
satu dari beberapa fenomena yang mengingatkan kita akan pentingnya kajian mengenai nilainilai keagamaan dalam dunia pendidikan, tidak terkecuali pada jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMK itu sendiri tentu tidak terlepas dari kaidah-kaidah dan metode pembelajaran seperti
kebanyakan mata pelajaran lain pada umumnya.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka kami melaksanakan observasi terhadap salah
satu SMK di kota bandung dan mengambil inisiatif untuk mengadakan wawancara dengan salah
seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tepatnya di SMK BPI. Selanjutnya sebagai
narasumber pada kegiatan wawancara tersebut adalah bapak Agus Salim, S.Ag.
Dari kegiatan tersebut di atas, kami memperoleh beberapa poin penting mengenai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMK tersebut, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Beberapa poin tersebut yaitu sebagai berikut:
1.

Metode Pembelajaran yang Digunakan


Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bapak Agus Salim S.Ag sebagai guru

terkait lebih mengedepankan metode pembelajaran yang Ia rancang sendiri. Ia mengambil


sumber referensi mengenai metode pembelajaran yang digunakan dari Alquran surat ALbaqarah
ayat 31, yang artinya adalah sebagai berikut :
dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)seluruhnya,kemudian
mengemukakannya nepada para malaikat lalu berfirman, sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itujika kamu memang orang-orang yang benar.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT secara langsung memberi tahukan/mengajarkan namanama dari benda-benda yang ada di muka bumi ini kepada nabi Adam AS secara serta-merta. Hal
itu dapat menjadi tuntunan bagi seorang guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa-

siswanya. Di samping itu, bapak Agus juga mengemukakan bahwa kebanyakan metode-metode
yang ada saat ini merupakan metode yang cenderung berputar-putar dan akan menyebabkan
siswa kebingungan. Padahal tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah supaya siswa menjadi
faham mengenai materi yang disampaikan. Jika metode yang digunaka terlalu berputar-putar dan
berbelit-belit maka yang akan terjadi adalah siswa itu sendiri menjadi kebingungan dan tujuan
dari pendidikan akan sulit terealisasikan.

2. Kegiatan Pembelajaran di Kelas


Mengingat tujuan utama dari Sekolah Menengah Kejuruan adalah mendidik siswa untuk
menjadi individu yang siap terjun kedalam masyarakat luas, maka materi yang cenderung lebih
ditekankan dalam hal ini pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Moral;
Kepercayaan;
Disiplin;
Tutur kata dan kesopanan;
Hal-hal tersebut akan menjadi bekal bagi siswa yang telah lulus dari jenjang pendidikan

SMK. Selain mengajarkan hal-hal tersebut, kegiatan pembelajaran juga dapat dilakukaan dengan
mengadakan praktikum yang bersifat keagamaan seperti praktikum shalat wajib, shalat jenazah,
dan sebagainya.
Penanaman nilai-nilai keagamaan di SMK BPI tidak hanya dilakukan pada mata
pelajaran Pendidikan Agam Islam saja, namun dilengkapi pula dengan kegiatan membaca dan
mengkaji beberapa Ayat dari kitab suci Alquran pada15menit pertama sebelum memulai kegiatan
pembelajaran. Namun kegiatan tersebut hanya dilakukan pada jam pelajaran pertama setiap pagi
hari.
Kegiatan pembelajaran di kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ditutup
dengan evaluasi secara langsung, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa untuk lebih
memahami materi yang disampaikan.
3. Permasalahan yang Sering Muncul dalam Kegiatan Pembelajaran

Masa remaja merupakan saat-saat untuk mencari jati diri, pada masa ini emosi seseorang
cenderung tidak stabil. Oleh karena itu kenakalan-kenakalan masa remaja memang tidak dapat
dihindari. Kenakalan yang sering muncul ketika kegiatan pembelajaran berlangsung adalah
kemalasan siswa untuk belajar. Setelah ditelusuri ternyata penyebab utamanya adalah ajakan dari
rekan semasa SMP.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru memberikan pengarahan kepada siswa-siswa
yang telah terjangkit wabah malas tersebut. Namun jika siswa tersebut tetap saja malas walau
telah diberi pengarahan berkali-kali maka pihak guru akan melimpahkan masalah tersebut
kepada pihak kesiswaan dan berlanjut ke pihak BK.
Permasalahan lainnya yang sering muncul dan perakibat fatal bagi siswa adalah
permasalahan yang justru timbul dari factor eksternal seperti perceraian dan sebagainya. Tercatat
sejak didirikan sampai saat ini terdapat 40 nama dari siswa-siswa yang telah dideportasi dari
sekolah. Ironisnya, 32 nama diantaranya dideportasi karena permasalahan keluarga, baik
perceraian, orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan anaknya, masalah financial, dan lain
sebagainya.
Permasalahan separti itulah yang sampai saat ini menjadi polemic besar dan sangat
dibutuhkan perhatian serta pemikiran yang benar-benar matang guna mencari suatu cara untuk
memeacahkan masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai