Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BIOKIMIA

PENGARUH SUHU PADA REAKSI ENZIMATIK

Disusun Oleh :
Andi Ilham Pratama N.

(201310410311163)

Elsa Maya DW

(201310410311191)

Baiq Avin Rizki Anjarsari

(201310410311222)

Iloka Tikta Pamungkas

(201310410311298)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
pengaruh suhu pada reaksi enzimatik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
ibu dosen pembimbing mata kuliah biokimia ini agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pengaruh suhu pada reaksi
enzimatik ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 12 Maret 2016

Penyusun

BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 LATAR BELAKANG
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang,
kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi
sebagai biokatalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim terjadi dalam sel dan
sebagai besar enzim dapat diperoleh dengan ekstrasi dari jaringan tanpa merusak fungsinya
(Sirajuddin,2011).
Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik
sederhana yang umumnya dapat mengkatalisis berbagai reaksi kimia. Enzim mempunyai
spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi yang
dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja
pada suatu substrattertentu. Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa
tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadaan
biasa(fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit katalisator nonbiologi yang
dilengkapi sifat-sifat demikian (Sirajuddin,2011).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan urutanurutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari reaksi yang sederhana seperti replikasi
kromosom sampai reaksi yang sangat rumit, misalnya reaksi yang menguraikan molekul nutrient,
menyimpan, dan mengubah energi kimiawi. Masing-masing reaksi dikatalisis oleh sejenis enzim
tertentu. Diantara sejumlah enzim tersebut, ada sekelompok enzim yang disebut enzim pengatur.
Enzim dapat mengenali berbagai isyarat metabolis yang diterima. Melalui aktivitasnya, enzim
pengatur mengkoordinasikan sistem enzim dengan baik, sehingga menghasilkan hubungan
harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolis yang berbeda (Sirajuddin,2011).
Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan
penyakit.Analisis enzim dalam serum dapat digunakan untuk diagnosis penyakit, seperti :
infarktus otot jantung, prostate, hepatitis, dan lain-lain (Sirajuddin,2011).

1.1. DASAR TEORI


Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi
kimia dalam sistem biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalisis oleh
enzim. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari
seltanpa merusak fungsinya (Sadikin, 2001). Kepentingan medis enzim, enzim terdistribusi di
tempat-tempat tertentu didalam sel, kurang lebih sesuai dengan golongan dan fungsinya. Sebagai
contoh, enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan reparasi DNA terdapat di dalam inti sel
yang mengkatalisasi berbagai reaksi yang menghasilkan energi secara aerob terletak di dalam
mitokondria. Enzim yang berhubungan dengan biosintesis protein berada bersama ribosom.
Dengan demikian reaksi kimia dalam sel berjalan sangat terarah dan efisien (Sadikin, 2001). Ada
penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis enzim tertentu, misalnya pada efisiensi
enzim glukosa 6/fosfat dehidrogenase (G6PDH/G6PD). Sel darah merah penderita defisiensi
G6PDH ini sangat rentan terhadap pembebanan oksidatif, misalnya pada pemakian obat
analgetik tertentu dan obat anti malaria. Pada pemakaian obat-obatan tersebut dapat terjadi
hemolisis intrafaskuler (Sadikin, 2001).
Analisis enzim dalam serum pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai
penyakit. Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis ialah bahwa pada hakekatnya,
sebagian besar enzim terdapat dan bekerja dalam sel dan bahwa enzim tertentu dibuat
dalam jumlah besar oleh jaringan tertentu. Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak
ditemukandalam serum dan bila ditemukan, berarti sel yang membuatnya mengalami
disentegrasi. Bila enzim diukur dalam serum terutama di buat oleh jaringan atau organ tertentu,
maka peningkatan aktivitas dalam serum menunujukkan adanya kerusakan pada jaringan atau
organtersebut (Sadikin, 2001). Semua enzim pada hakikatnya adalah protein. Beberapa
diantaranya mempunyai strukturyang sederhana, sedangkan sebagaian besar lainnya memiliki
strruktur rumit. Namun kebanyakan enzim baru berfungsi sebagai katalis apabila disertai zat
yang bukan protein,yang disebut kofator. Suatu kafator dapat berupa ion logam sederhana seperti
Fe2+ atauCu2+, tetapi dapat pula berupa molekul organik kompleks yang disebut koenzim.
Bagian protein dari enzim disebut apoenzim. Kemudian, gabungan apoenzim dan kofaktornya

sehingga enzim menjadi aktif disebut holoenzim (Sirajuddin, 2011). Sebagian besar protein
dicerna menjadi asam amino, selebihnya menjadi tripeptida dan dipeptida. Pencernaan atau
hidrolisis protein di mulai di dalam lambung. Asam klorida lambung membuka gulungan protein
(proses denaturasi), sehingga enzim pencernaan dapat memecah ikatan peptida. Asam klorida
mengubah enzim pepsinogen tidak aktif yang dikeluarkan oleh mukosa lambung menjadi bentuk
aktif pepsin. Makanan hanya sebentar berada di dalam lambung, pencernaan protein hanya
terjadi hingga di bentuknya campuran polipeptida, protese dan pepton (Yuniastuti, 2007). Ludah
adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar ludah tersebut
terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-langit. Air ludah 99,5% terdiri
dari air. Sisanya bermacam-macam. Ada zat-zat seperti kalsium ( zat kapur), fosfor, natrium,
magnesium dan lain-lain.
Di samping itu juga terdapat mucin, amylase, enzim-enzim, bahkan golongan darah,
lemak, zat tepung, vitamin juga dan sebagainya (Machfoedz, 2008). Mucin adalah bahan yang
dapat menyebabkan sifat air menjadi kental, licin. Amilase adalah enzim yang dapat memecah
(mencerna) zat tepung hidrokarbon (nasi, roti, singkong, jagung,terigu, sagu, dan lain-lain)
menjadi zat tepung lain yang lebih halus dengan tujuan mencernanya, sehingga nantinya dapat
diserap oleh dinding usus halus. Hidrokarbon seperti nasi, roti, singkong, jagung, terigu, sagu,
dan lain-lain itu dalam ilmu kimia susunannya disebut polisakarida. Setelah dicerna oleh amilase
akan berubah manjadi disakarida, yakni zat tepung yang susunan kimianya lebih sederhana. Bila
masuk lambung dan usus akan dicerna lagi menjadi lebih sederhana lagi, menjadi monosakarida,
yakni glukosa atau zat gula darah. Itulah sebabnya jika kita makan singkong, dikunyah agak
lama, akan terasa manis. Hal ini disebabkan karena zat tepung bila dicerna oleh amilase akan
menjadi zat yang makin manis rasanya (Machfoedz, 2008).
Enzim adalah bahan yang dapat atau memang bertugas untuk mempercepat suatu
reaksi bahan seperti halnya memecah bahan tertentu menjadi bahan lain secara kimia, sedangkan
enzim itu sendiri tidak berubah dari aslinya. Enzim-enzim lainnya adalah lisozime, lipase,
esterase, dan lain-lain. Istimewa lisozime dapat membunuh kuman, sebab enzim ini akan
memecah atau merusak dinding sel bakteri atau kuman itu, sehingga dinding sel itu mengalami
lisis atau hancur (Machfoedz, 2008). Pencernaan protein dilanjutkan di dalam usus halus oleh
campuran enzim protase. Pankreas mengeluarkan cairan yang bersifat sedikit basa dan

mengandung berbagai prekursor protase seperti tripsinogen, kimotripsinogen,


prokarboksipeptidase, dan proelastase. Enzim-enzim ini menghidrolisis ikatan peptida tertentu.
Sentuhan kimus terhadap mukosa usus halu smerangsang dikeluarkannya enzim
enterokinase yang mengubah tripsinogen tidak aktif yang berasal dari pankreas menjadi tripsin
aktif. Perubahan ini juga dilakukan oleh tripsin sendirisecara otokatalitik. Di samping itu tripsin
dapat mengaktifkan enzim-enzim proteolitik lain berasal dari pankreas. Kimotripsinogen diubah
menjadi beberapa jenis kimotripsin aktif, prokarboksipeptidase dan proelastase diubah menjadi
karboksipeptidase dan elastase aktif. Enzim-enzim pankreas ini memecah protein dari
polipeptida menjadi peptida lebih pendek yaitu tripeptida, dipeptida, dan sebagian menjadi asam
amino (Yuniastuti, 2007).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam
selmaupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih
cepatdaripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katalis yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi seperti juga
katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia.Reaksi kimia
ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yangmenghasilkan energi atau
mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, 1994). Enzim alkohol dehidrogenase tidak dapat
mengkatalisis reaksi dehidrogenasi padasenyawa bukan alkohol (Sadikin, 2001).
Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja.
Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum
pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.
Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37 C. Sebagian besar enzim
menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai 60 C, karena terjadi denaturasi (Hafiz
Soewoto,2000) .
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut
dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu tertentu,
yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga ada
kondisi optimum yang disebut sebagai suhu optimum.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Saiful, Mirzan Moh., dan Hasan, Moh. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari
Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.), Jurnal natural Science, Vol 1 (1) Hal 13. Universitas Tadulako.
Manatar, Jardewig, E., Pontoh, Julius, Runtuwene, Max, R., J., 2012. Analisis Kandungan
Pati Dalam Batang Tanaman Aren (Arenga pinnata), Jurnal Ilmiah Sains, Vol 12, No 2,
Halaman 1-4, FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Ompusunggu, Henny, Saurmauli, E., Juwita dan Silaban Ramlan, 2012, Kajian
Biomedik Enzim Amilase dan Pemanfaatannya Dalam Industri. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Campbell, Neil, A. dkk. 2010. Biology Ninth Edition. United state of America : Pearson.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai