PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dan suatu proses
yaitu sistem kardiovaskuler, dimana salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler
adalah hipertensi, dimana hipertensi merupakan apabila tekanan darah sistolik diatas
140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg yang memberi gejala yang berkelanjut seperti
stroke, jantung koroner (kellicker 2010 :herlina, 2013).
Hipertensi dikenal juga dengan tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai
silent killer karena terjadi tanpa tanda dan gejala sehingga penderita tidak
mengetahui jika dirinya terkena hipertensi. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah
utama di dunia. Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High blood Pressure VII (JNC-VII), hampir 1 milyar
orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan data World Health
Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia.
Hipertensi diderita oleh 1 miliar orang di seluruh dunia. Diperkirakan, tahun 2025
melonjak menjadi 1,5 miliar orang. Data tahun 2010 di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita
hipertensi (WHO, 2013).
Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan efektif
banyak tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Padahal hipertensi
merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tidak terdeteksi sejak
dini. Data dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia/ Indonesian Society Of
Hipertension
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
tahun
2013,
didapatkan
dapat melebar dan meningkatkan sirkulassi darah. Ini dapat melaraskan seluruh tubuh
dan mengurnagi kelelahan dari aktivitas sehari-hari (Walker, 2011). Menurut
Safiyirrahman, (2008) air hangat juga meningkatkan aliran darah kebagian tubuh
yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pengumpulan zat sisa,
mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera, meningkatkan
pengiriman leokosit dan antibiotik ke daerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan alira darah serta
memberikan rasa hangat lokal.
Penelitian yang di lakukan oleh Khoiroh (2014) didapatkan hasil bahwa ratarata tekanan sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat yaitu 160
mmHg dan diastolik 100 mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat, hasil rata-rata tekanan darah menurun menjadi 150 mmHg, dan diastolik
menjadi 90 mmHg. Hasil penelitian Santoso (2015) juga menyebutkan bahwa setelah
dilakukan terapi rendam kaki air hangat didapatkan hasil rata-rata tekanan sistolik
148 mmHg dari 158,50 mmHg dan rata-rata tekanan diastolic 89,75 mmHg dari
95,00 mmHg.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12
Maret 2016 di Puskesmas Padang Selasa Palembang, jumlah penderita hipertensi
pada lansia tahun 2012 sebanyak 1353 orang, pada tahun 2013 sebanyak 1414 orang,
pada tahun 2014 sebanyak 1883 orang, dari data tersebut diketahui bahwa terjadi
peningkatan kejadian hipertensi setiap tahunya (Puskesmas Padang Selasa
Palembang, 2015)
1.2
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini
adalah belum diketahuinya apakah ada pengaruh antara terapi rendam kaki dengan air
hangat terhadap penderita hipertensi pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Selasa Palembang Tahun 2016 ?
1.3
Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui Pengaruh pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat
terhadap tekanan darah pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa
Palembang Tahun 2016.
1.4
Manfaat Penelitian
1.5
untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kaki dengan air terhadap penurunan
tekanan darah tinggi pada lansia. Jenis penelitian ini adalah pre and posttest only