Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dan suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi


dengan stress lingkungan. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.


Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi dan Makhfudli, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah orang lanjut usia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2020 20% dari populasi Amerika akan
berusia 65 tahun, dengan pertumbuhan terbesar populasi diantara usia 85 tahun ke
atas (Kemenkes RI, 2013).
Di indonesia diperkirakan pada tahun 2017 jumlah lanjut usia meningkat
menjadi 9.0% dari seluruh penduduk Indonesia dengan umur harapan hidup 60 tahun
ke atas dan pada tahun 2024 akan meningkat menjadi 11.4% dengan harapan hidup
60 ke atas (BPS, 2014)
Lanjut usia akan mengalami gangguan fungsi tubuh akibat proses degeneratif,
dimana proses degeneratif ini akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh diantaranya

yaitu sistem kardiovaskuler, dimana salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler
adalah hipertensi, dimana hipertensi merupakan apabila tekanan darah sistolik diatas
140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg yang memberi gejala yang berkelanjut seperti
stroke, jantung koroner (kellicker 2010 :herlina, 2013).
Hipertensi dikenal juga dengan tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai
silent killer karena terjadi tanpa tanda dan gejala sehingga penderita tidak
mengetahui jika dirinya terkena hipertensi. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah
utama di dunia. Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High blood Pressure VII (JNC-VII), hampir 1 milyar
orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan data World Health
Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia.
Hipertensi diderita oleh 1 miliar orang di seluruh dunia. Diperkirakan, tahun 2025
melonjak menjadi 1,5 miliar orang. Data tahun 2010 di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita
hipertensi (WHO, 2013).
Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan efektif
banyak tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Padahal hipertensi
merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tidak terdeteksi sejak
dini. Data dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia/ Indonesian Society Of
Hipertension

(InaSH) menyebutkan bahwa faktor kematian paling tinggi adalah

hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia (InaSH,


2014).

Hasil

Riset

Kesehatan

Dasar

(Riskesdas)

tahun

2013,

didapatkan

kecenderungan prevalensi hipertensi diagnosis oleh tenaga kesehatan berdasarkan


wawancara yaitu 9,5% lebih tinggi dibanding tahun 2007 7,6%. Tiaga provinsi yaitu,
Papua, Papua Barat dan Riau terliaht ada penurunan. Enam provinsi tidak terjadi
perubahan seperti Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan
Barat, Aceh, dan DKI Jakarta. (Kemenkes RI, 2013).
Di Sumatera Selatan penyakit hipertensi merupakan Penyakit Tidak Menular
(PTM) yang menduduki peringkat pertama terbanyak di provinsi Sumatera Selatan.
Prevalansi penderita hipertensi pada usia 50-60 tahun atau lanjut usia pada tahun
2010 adalah 53,22% kasus, ditahun 2011 tercatat sebanyak 53,33% kasus, dan
ditahun 2012 sebanyak 54,33% kasus. (Dinkes Sumatera Selatan, 2012). Sedangkan
data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2013 diketahui bahwa penderita
hipertensi sebanyak 62.858 penderita dan pada tahun 2014 sebanyak 70.426 penderita
dan pada tahun 2015 sebanyak 79.192 penderita (Dinkes Kota Palembang 2015).
Pada penderita hipertensi penatalaksanaan bisa dilakukan dengan penanganan
farmakologi dan non-farmakologi. Penanganan secara farmakologi terdiri atas
pemberian obat yang bersifat diuretik, beta bloker, calcium channel blockers dan
vasodilator. Sedangkan penanganan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan
mengubah gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi dengan rendam kaki
menggunakan air hangat yang bisa dilakukan setiap saat (Kusumaastuti, 2008)
Efek air hangat pada penderita hipertensi yaitu menyebabkan pembuluh darah

dapat melebar dan meningkatkan sirkulassi darah. Ini dapat melaraskan seluruh tubuh
dan mengurnagi kelelahan dari aktivitas sehari-hari (Walker, 2011). Menurut
Safiyirrahman, (2008) air hangat juga meningkatkan aliran darah kebagian tubuh
yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pengumpulan zat sisa,
mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera, meningkatkan
pengiriman leokosit dan antibiotik ke daerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan alira darah serta
memberikan rasa hangat lokal.
Penelitian yang di lakukan oleh Khoiroh (2014) didapatkan hasil bahwa ratarata tekanan sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat yaitu 160
mmHg dan diastolik 100 mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat, hasil rata-rata tekanan darah menurun menjadi 150 mmHg, dan diastolik
menjadi 90 mmHg. Hasil penelitian Santoso (2015) juga menyebutkan bahwa setelah
dilakukan terapi rendam kaki air hangat didapatkan hasil rata-rata tekanan sistolik
148 mmHg dari 158,50 mmHg dan rata-rata tekanan diastolic 89,75 mmHg dari
95,00 mmHg.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12
Maret 2016 di Puskesmas Padang Selasa Palembang, jumlah penderita hipertensi
pada lansia tahun 2012 sebanyak 1353 orang, pada tahun 2013 sebanyak 1414 orang,
pada tahun 2014 sebanyak 1883 orang, dari data tersebut diketahui bahwa terjadi
peningkatan kejadian hipertensi setiap tahunya (Puskesmas Padang Selasa
Palembang, 2015)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang


pengaruh terapi pemberian air hangat terhadap tekanan darah lansia penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa Palembang Tahun 2016.

1.2

Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini

adalah belum diketahuinya apakah ada pengaruh antara terapi rendam kaki dengan air
hangat terhadap penderita hipertensi pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Selasa Palembang Tahun 2016 ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kaki dengan air hangat
terhadap tekanan darah lansia penderita hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Selasa Palembang tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum pemberian terapi rendam kaki dengan
air hangat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa Palembang
Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui tekanan darah setelah pemberian terapi rendam kaki dengan
air hangat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa Palembang
Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui Pengaruh pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat
terhadap tekanan darah pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa
Palembang Tahun 2016.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


Bagi penulis sendiri untuk memperluas pengetahuan dan pengalama penulis
dalam kegiatan penelitian terutama tentang penyakit hipertensi.
1.4.2 Bagi Puskesmas Padang Selasa Palembang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai penatalaksanaan hipertensi dengan metode terapi rendam kaki dengan air
hangat terhadap penderita hipertensi di puskesmas padang selasa unntuk mencegah
hipertensi dengan hidup sehat.
1.4.3 Bagi STIK Siti Khadijah Palembang
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai refrensi bagi
mahasiswa/mahasiswi STIK Siti Khadijah Palembang mengenai terapi rendam kaki
dengan air hangat terhadap tekanan darah penderita hipertensi pada lansia.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan komunitas yang dilaksanakan

untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kaki dengan air terhadap penurunan
tekanan darah tinggi pada lansia. Jenis penelitian ini adalah pre and posttest only

design. Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Selasa Palembang pada tanggal 18


s/d 30 april Tahun 2016, dengan sampel adalah lansia yang menderita hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa Palembang. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Accidental Sampling. Pengumpulan informasi
dari responden menggunakan tensi dan catatan untuk mengukur variabel tekanan
darah.

Anda mungkin juga menyukai