COMBUSTIO
oleh :
Hernanda R.
G 0002076
Nita Dwi O.
G 0002110
Rahageng W.
G 0002203
Arum K.
G 0003061
Dwi Cahyani N.
G 0003081
Safir
G 0003177
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan referat ini
merupakan salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Laboraturium / UPF
Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Fakultas
3.
Dra. Kisrini, Apt, MSi selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi
Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
5.
Seluruh staf Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Kami berharap penyusunan referat ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya dalam menambah khasanah keilmuan mengenai luka bakar ( combustio ). Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, untuk itu kami
mohon masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan referat
ini.
DAFTAR ISI
JUDUL .1
KATA PENGANTAR .2
DAFTAR ISI ....3
BAB I PENDAHULUAN ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .5
BAB III ILUSTRASI KASUS .13
BAB IV PEMBAHASAN ....19
BAB V KESIMPULAN .....25
DAFTAR PUSTAKA .. ....26
BAB I
PENDAHULUAN
Combustio atau luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para
dokter. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat kecacatan yang relatif
tinggi disbanding dengan cedera oleh sebab yang lain. Luka bakar bukanlah luka biasa,
merupakan suatu bentuk trauma yang berat dengan banyak variasi dan permasalahan
yang kompleks. Luka bakar tidak hanya meliputi permasalahan yang terjadi pada kulit
saja tetapi juga mengenai keseimbangan cairan tubuh, lambung, jantung, ginjal, system
pertahanan tubuh, kehilangan atau kebutuhan energi yang mengalami perubahan secara
mendadak.
Penyebab luka bakar selain terbakar karena api secara langsung atau tidak
langsung, juga pajanan suhu yang tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman
luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan
suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Selain itu, berat luka juga tergantung juga pada luas dan letak
luka. Umur dan kondisi kesehatan sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Kerusakan yang terjadi pda kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan dalam bula pada luka bakar
derajat dua atau pengeluaran cairan dari keropeng pada luka bakar derajat tiga. Bila luas
luka bakar kurang dari 20 %, mekanisme kompensasi oleh tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik. Pada kebakaran
yang terjadi di ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan menyebabkan hambatan jalan napas, yang bisa
menimbulkan kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Luka bakar secara sederhana
dipahami sebagai trauma panas pada kulit. Dalam konteks penanganan trauma
(rudapaksa), harus dibedakan antara penyebab dan mekanisme trauma. Akibat
luka bakar karena panas tergantung dari tingginya suhu dan lamanya kontak atau
pemaparan.
B. PENYEBAB
Penyebab luka bakar dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Jilatan api ke tubuh (flash);
2. Kobaran api di tubuh (flame);
3. Terkena cairan panas (scald), dan perlu dibedakan, misalnya antara tersiram air
panas dan minyak panas;
4. Kontak dengan benda panas.
Adapun penyebab khusus luka bakar adalah sbb.:
1. Luka bakar listrik (sering dijumpai), dan harus dibedakan antara karena loncatan
bunga api listrik (flame) atau karena arus listrik (electrical current).
2. Luka bakar kimia, harus dibedakan antara yang berefek lokal (asam atau basa
kuat) dan yang berefek sistemik karena diserap tubuh (phenol);
3. Luka bakar karena suhu sangat dingin (frost bite) yang jarang di Indonesia
Luka bakar derajat II seluas > 40 % atau derajat III > 40 % atau mengenai
wajah, tangan kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak, atau akibat
tegangan
listrik
tinggi
(>1000V),
atau
dengan
komplikasi
patah
F. PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung
banyak elektrolit. Hal tersebut menyebabakan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
Luka bakar derajat berat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi. Pada
fase kritis apabila tidak segera ditangani dapat terjadi dehidrasi, sepsis yang dapat
berakhir pada kematian penderita. Pemaparan bahan kimia dapat memperdalam
derajat luka bakar. Yang paling aman pertolongan pertama pada luka bakar adalah
mengalirkan iair dingin ke daerah luka tersebut. Fase penyembuhan luka yang
terlalu lamaakan meniumbulkan penyembuhan luka dengan skar yang tebal yang
mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi- sendi anggota gerak dan
tampilan kulit yang buruk. Dan apabila hal ini tidak di tindak lanjuti maka akan
mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen.
H. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat inap
Penderita dengan luka bakar ringan hanya memerlukan perawatan luka secara
rawt jalan. Sedangkan penderita dengan luka bakar sedang (15 % >derajat II < 40
%, derajat III < 10 %) dan berat ( Derajat II > 40 %, derajat III > 10 %)
merupakan indikasi untuk rawat inap.
1. Tahap I ( Fase resusitasi / fase kritis)
Tahap ini berlangsung antara 2 6 minggu perawatan tergantung beratnya
luka bakar dan kondisi penyerta lainnya. Tujuan utama tahap ini adalah
mempertahankan hidup penderita. Tata laksana tahap ini meliputi :
a. Tatalaksana cairan
Pada penderita luka bakar sedang dan berat terjadi kehilangan
cairan tubuh yang sangat banhyak yang dapat mencapai 2 3 kali
jumlah cairan yang beredar di dalam pembuluh darah.Kondisi ini
terjadi pada awal awal terjadinya luka bakar. Untuk mengatasinya
dilakukan pemberian cairan dalam bentuk cairan elektrolit dengan
berbagai rumus Baxt6er dan lainnya. Pada hari hari berikutnya terapi
10
Tatalaksana nutrisi
Tata laksana dilakukan kombinasi antara nutrisi per oral dengan
nutrisi parenteral melalui infus. Tatalaksana nutrisi penting karena
dapat menentukan lamanya luka sembuh, lama perawatan di rumah
sakit, dan perwatan lainnya. Biaya untuk nutrisi penderita luka bakar
merupaka komponen yng tidak sedikit karena memerlukan pemberian
albumin perinfus untuk menjaga stabilitas asupan zat zat yang
dibutuhkan tubuh yang diangkut oleh albumin.Dengan jumlah kalori
yang diberikan maksimal 30 kalori/kgBB/hari.
karena
mencakup
pemberian
imuno
globulin
untuk
tingginya
kelembabpan
udara memudahkan
timbulnya infeksi pada luka bakar yang dirawat secara terbuka. Selai
11
BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. G
Umur
: 32 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pedididkan
: SLTA
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Pekerjaan
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Luka Bakar pada kedua kaki bawah sampai dengan pertengahan
paha
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Siang tadi kedua kaki pasien masuk kedalam tumpukan kulit padi yang terbakar
selama 10 menit sampai pertengahan kedua paha kanan-kiri. Ia berhasil keluar
dari dan mencari bantuan. Kemudian dibawa ke poliklinik di Karang Pandan,
dimana oleh dokter kedua kaki pasien disiram air dingin dan pasien diinfus pada
13
kedua lengan. Pasien mengeluh kakinya sakit sekali saat disiram air dingin.
Setelah satu jam pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.Moewardi dalam keadaan
sadar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
Riwayat TBC
: disangkal
Riwayat Hemofilia
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Suhiu: 37 C
14
5. Mata : Eksophtalmus (-), Reflek pupil (+/+), Pupil isokor (3mm/3mm), CA (-/-),
Si (-/-)
6. Telinga : Gangguan pendengaran (-)
7. Hidung: Rongga hidung, septum, mukosa dbn, epistaxis (-)
8. Mulut: Mukosa basah, bibir tidak sianosis
9. Leher : JVP tidak meningkat, kaku leher (-), kelenjar tiroid dBn, pembesaran
KGB (-)
10. Thorax: Bentuk simetris, perapasan regular, thorachoabdomial,retraksi (-)
Cor:
Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I-II interval Normal, regular, bising (-)
Pulmo:
Inspeksi: Pergerakan dada kanan = kiri
Palpasi: Fremitus Raba Kanan = kiri
Perkusi:
Auskultasi: SDV
sonor/sonor
(+/+), ST (-/-)
11. Abdomen:
Inspeksi: dinding perut// dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi: tympani, asites (-)
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
12. Ekstermitas:
Luka combutio
15
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium darah:
Hb : 9,9gr/dL
Hct : 30,7 %
Eritrosit : 4,2. 106/mm3
Leukosit : 6,3. 103L
Trombosit : 3, 97.103L
Waktu perdarahan : 2,00
Waktu Pembekuan : 4,00
HBsAg : (-)
E. DIAGNOSIS : Combutio Grade II 27%
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan:
1. Mengganti cairan yang hilang
2. Memelihara keseimbangan cairan tubuh dan suplai asam amino
3. Mencegah komplikasi:
a. Infeksi
b. Tukak lambung atau duodenum
4. Mengatasi nyeri
5. Mengatasi Anemia
Strategi:
1. Terapi cairan
a. Resusitasi
16
Rumus Bexter
Pada 24 jam I diberikan :
Ringer Laktat: 4 x BB x % luka bakar
4 x 60 x 27 = 6480 ml
!/2 dari 6480 diberikan 8 jam pertama. Jadi, 3240 ml dalam 8 jam. Dan 3240
ml sisanya diberikan dalam 16 jam kemudian.
17
32 th
18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tindakan Umum
Upaya pertama saat terbakar dalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala. Pertolongan pertama setelah sumber
panas dihilangkan adalah merendam daerah luk bakar dalam air atau
menyiraminya dengan air mengalir, sekurang-kurangnya lim belas menit. Ini
bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil. Dengan demikian, luka yang sebenarnya menuju
derajat II dapat berhentim pada derajat I, atau luka yang akan menjadi tingkat
III, bisa dihentikan pada tingkat II. ( Wim de Jong, 2006)
Prinsip penanganan utama dari luka bakar setelah mendinginkan daerah
yang terbakar adalah mencegah infeksi dan memberi kesemptan sisa-sisa sisa
sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan. (Wim de Jong, 2006)
19
B. Pembahasan Terapi
Terapi yang dipilih pada kasus Luka Bakar diatas adalah, antara lain:
1. Infus RL
2. Infus KAEN 3Bs
3. Infus Amiparen
4. Injeksi Tramadol
5. Injeksi Ranitidin
6. Silver sulfadiazine cream 1%
7. Injeksi Ceftazidim
8. Ferofumarat
9. ATS
B.1 Infus RL
Pada resusitasi luka bakar, kita menggunakan RL . RL merupkan
cairan fisiologis jika volume besar diperlukan. RL lebih mudah
didapatkan dan dapat diberikan pada usia berapapun.Laktat yang
terdapat dalam cairan ini akan dikonversi oleh hati menjadi bikarbonat
yang berguna untuk asidosis metabolik ringan RL baik untuk keadaan
defisit CES, kehilangan pada intra-operatif, cairan pilihan pad kasus
trauma. Walaupun begitu RL tidak memasok kalori. ( Karsono, 2000).
Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian kombinasi pemberian
nutrisi parenteral dengan pemberian protein, asam amino dan asam
lemakpada perawatan hari hari berikutnya.
20
21
22
23
24
25
BAB V
KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan zat
zat yang menghasilkan panas atau zat zat yang bersifat membakas. Berdasarkan
kedalamannya luka bakar dibagi menjadi luka bakar derajat I, derajat II superficial,
derajat II deep, derajat III. Berat luka bakar dihitung berdasarkan luasnya, dan dibagi
menjadi luka bakar ringan, sedang, dan berat.
Tatalaksana pokok luka bakar meliputi 4 tahap. Tahap pertama adalah tahap
resusitasi meliputi tatalaksana cairan, tatalaksana nutrisi, tatalaksana SIRS, sepsis dan
trombosis. Tahap kedua adalah fase penyembuhan luka, tahap ketiga adalah tahap
pengembalian fungsi gerak, dan tahap keempat adalah tahap estetika.
Tahap pertama dan tahap kedua adalah tahap yang sangat penting yang
menentukan kelanjutan hidup penderita, dan pengetahuan serta penguasaan ilmu farmasi
sangat membantu dalam tatalaksana tahap pertama dan kedua.
26