Anda di halaman 1dari 26

Referat Farmasi

COMBUSTIO

oleh :

Hernanda R.

G 0002076

Nita Dwi O.

G 0002110

Rahageng W.

G 0002203

Arum K.

G 0003061

Dwi Cahyani N.

G 0003081

Safir

G 0003177

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2008
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan referat ini
merupakan salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Laboraturium / UPF
Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Drs. Waluyo, Apt, selaku Kepala Laboratorium / UPF Farmasi

Fakultas

Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


2.

Drs. Soetarno, Apt, SU selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi


Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3.

Dra. Yul Mariah, Apt, MSi

selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF

Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


4.

Dra. Kisrini, Apt, MSi selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi
Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

5.

Seluruh staf Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Kami berharap penyusunan referat ini dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya dalam menambah khasanah keilmuan mengenai luka bakar ( combustio ). Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, untuk itu kami
mohon masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan referat
ini.

Surakarta, April 2008

DAFTAR ISI
JUDUL .1
KATA PENGANTAR .2
DAFTAR ISI ....3
BAB I PENDAHULUAN ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .5
BAB III ILUSTRASI KASUS .13
BAB IV PEMBAHASAN ....19
BAB V KESIMPULAN .....25
DAFTAR PUSTAKA .. ....26

BAB I
PENDAHULUAN

Combustio atau luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para
dokter. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat kecacatan yang relatif
tinggi disbanding dengan cedera oleh sebab yang lain. Luka bakar bukanlah luka biasa,
merupakan suatu bentuk trauma yang berat dengan banyak variasi dan permasalahan
yang kompleks. Luka bakar tidak hanya meliputi permasalahan yang terjadi pada kulit
saja tetapi juga mengenai keseimbangan cairan tubuh, lambung, jantung, ginjal, system
pertahanan tubuh, kehilangan atau kebutuhan energi yang mengalami perubahan secara
mendadak.
Penyebab luka bakar selain terbakar karena api secara langsung atau tidak
langsung, juga pajanan suhu yang tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman
luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan
suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Selain itu, berat luka juga tergantung juga pada luas dan letak
luka. Umur dan kondisi kesehatan sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Kerusakan yang terjadi pda kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan dalam bula pada luka bakar
derajat dua atau pengeluaran cairan dari keropeng pada luka bakar derajat tiga. Bila luas
luka bakar kurang dari 20 %, mekanisme kompensasi oleh tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik. Pada kebakaran
yang terjadi di ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan menyebabkan hambatan jalan napas, yang bisa
menimbulkan kematian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Luka bakar secara sederhana
dipahami sebagai trauma panas pada kulit. Dalam konteks penanganan trauma
(rudapaksa), harus dibedakan antara penyebab dan mekanisme trauma. Akibat
luka bakar karena panas tergantung dari tingginya suhu dan lamanya kontak atau
pemaparan.
B. PENYEBAB
Penyebab luka bakar dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Jilatan api ke tubuh (flash);
2. Kobaran api di tubuh (flame);
3. Terkena cairan panas (scald), dan perlu dibedakan, misalnya antara tersiram air
panas dan minyak panas;
4. Kontak dengan benda panas.
Adapun penyebab khusus luka bakar adalah sbb.:
1. Luka bakar listrik (sering dijumpai), dan harus dibedakan antara karena loncatan
bunga api listrik (flame) atau karena arus listrik (electrical current).
2. Luka bakar kimia, harus dibedakan antara yang berefek lokal (asam atau basa
kuat) dan yang berefek sistemik karena diserap tubuh (phenol);
3. Luka bakar karena suhu sangat dingin (frost bite) yang jarang di Indonesia

C. DERAJAT LUKA BAKAR


Derajat luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka :
1. Luka bakar derajat I
Mengenai lapisan luar epidermis. Merupakan luka bakar yang paling
ringan. Kulit yang terbakar menjadi kering, merah/ eritem, nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah
yang terbakar akan memutih. Pada derajat ini belum terbentuk lepuhan.
Penyembuhan terjadi spontan dalam 5 10 hari.
a. Luka bakar derajat II
Mengenai epdermis dan sebagian dermis, berupa inflamasi disertai
eksudasi. Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih, letak
lebih tinggi di atas kulit normal. Jika disentuh warnanya berubah menjadi
putih dan terasa nyeri.
Dibedakan menjadi 2 :
(i) derajat II dangkal ( superficial )

Kerusakan mengenai bagian superficial dermis

Organ organ kulit ( folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar


keringat ) utuh

Penyembuhan spontan 10 14 hari

(ii) derajat II dalam ( deep )

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

Organ kulit sebagian besar utuh

Penyembuhan lama, biasanya lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III


Mengenai seluruh lapisan kulit. Organ kulit rusak, tidak dijumpai bulae.
Permukaan bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan
kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Permukaan lebih rendah dari
kulit normal. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut atau bulu di
tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh tidak timbul rasa
nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Penyembuhan
lama karena tidak ada proses epitelisasi.
D. BERATNYA LUKA BAKAR
Beratnya luka bakar tergantung pada derajat dan luas kulit yang terkena
1. Ringan
Luka bakar derajat I atau luka bakar derjat II seluas < 15% atau derajat II <2
%.
2. Sedang
Luka bakar derjat II seluas 15 40 % atau derajat III < 10 % ( kecuali muka,
tangan dan kaki )
3. Berat

Luka bakar derajat II seluas > 40 % atau derajat III > 40 % atau mengenai
wajah, tangan kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak, atau akibat
tegangan

listrik

tinggi

(>1000V),

atau

dengan

komplikasi

patah

tulang/kerusakan jaringan lunak, atau gangguan saluran pernapasan.

E. PERHITUNGAN LUASNYA LUKA BAKAR


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan rumus 9 yaitu luas kepala, leher, dada, punggung, perut,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri, masing masing 9
%, sisanya 1 % adalah daerah genetalia. Rumus ini digunakan untuk menaksir
luasnya tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-1520 uintuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang
masing masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing masing 10 %,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing masing 15 %.

F. PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung
banyak elektrolit. Hal tersebut menyebabakan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke dalam bula yang


terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka
bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasi, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi
syok hipovolemik.
Paparan suhu yang tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit dan
pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. Akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan
protein ( terutama albumin yang mempunyai BM besar dan berfungsi mengangkut
makanan ) keluar dari dalam lumen pembuluh darah. Karena rusaknya pembuluh
darah tubuh mengalami dehidrasi masif dan cairan dalam pembuluh darah
menjadi lebih pekat. Selain itu suhu yang tinggi juga merusak lapisan dalam
(mukosa) pembuluh darah yang akan memicu terbentuknya sumbatan pada
pembuluh darah. Dan dalam beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya
reaksi radang sistemik yang berlebihan ( Sindrom Reaksi Perdangan sistemik
seluruh tubuh).
Pada derajat satu luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat paling lama
satu minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun. Derajat dua dangkal akan
sembuh dalam waktu dua minggu dengan pengobatan pencegahan infeksi
sekunder secara topikal ( dioleskan di kulit). Bila luka tidak sembuh pada minggu
kedua ( derajat 2 dalam atau 3), luka akan sembuh dengan melalui terbentuknya
jaringan granulasi (jaringan yang berwarna merah terang dan mengkilat) di daerah
luka. Luka dengan tipe seperti ini yang merupakan indikasi untuk dilakukan
tandur alih kulit.
G. KOMPLIKASI
Luka bakar derajat ringan tidak menimbulkan suatu komplikasi. Sedangkan, luka
bakar derajat sedang dapat meninggalkan jaringan parut, dan jika jaringan ini di
dapatkan pada sendi dapat menimbulkan kontraktur dan keterbatasan gerak sendi.

Luka bakar derajat berat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi. Pada
fase kritis apabila tidak segera ditangani dapat terjadi dehidrasi, sepsis yang dapat
berakhir pada kematian penderita. Pemaparan bahan kimia dapat memperdalam
derajat luka bakar. Yang paling aman pertolongan pertama pada luka bakar adalah
mengalirkan iair dingin ke daerah luka tersebut. Fase penyembuhan luka yang
terlalu lamaakan meniumbulkan penyembuhan luka dengan skar yang tebal yang
mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi- sendi anggota gerak dan
tampilan kulit yang buruk. Dan apabila hal ini tidak di tindak lanjuti maka akan
mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen.
H. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat inap
Penderita dengan luka bakar ringan hanya memerlukan perawatan luka secara
rawt jalan. Sedangkan penderita dengan luka bakar sedang (15 % >derajat II < 40
%, derajat III < 10 %) dan berat ( Derajat II > 40 %, derajat III > 10 %)
merupakan indikasi untuk rawat inap.
1. Tahap I ( Fase resusitasi / fase kritis)
Tahap ini berlangsung antara 2 6 minggu perawatan tergantung beratnya
luka bakar dan kondisi penyerta lainnya. Tujuan utama tahap ini adalah
mempertahankan hidup penderita. Tata laksana tahap ini meliputi :
a. Tatalaksana cairan
Pada penderita luka bakar sedang dan berat terjadi kehilangan
cairan tubuh yang sangat banhyak yang dapat mencapai 2 3 kali
jumlah cairan yang beredar di dalam pembuluh darah.Kondisi ini
terjadi pada awal awal terjadinya luka bakar. Untuk mengatasinya
dilakukan pemberian cairan dalam bentuk cairan elektrolit dengan
berbagai rumus Baxt6er dan lainnya. Pada hari hari berikutnya terapi

10

cairan merupakan kombuinasi terapi cairan elektrolit dan pemberian


nutrisi parenteral dengan pemberian protein, asam aamino esensial dan
lemak. Tata laksana ini dipantau secara ketat dan cermat sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan cairan pada penderita.
Pemantauan dilakukan sampai penderita selesai menjalani perawatan
di rumah sakit.
b.

Tatalaksana nutrisi
Tata laksana dilakukan kombinasi antara nutrisi per oral dengan
nutrisi parenteral melalui infus. Tatalaksana nutrisi penting karena
dapat menentukan lamanya luka sembuh, lama perawatan di rumah
sakit, dan perwatan lainnya. Biaya untuk nutrisi penderita luka bakar
merupaka komponen yng tidak sedikit karena memerlukan pemberian
albumin perinfus untuk menjaga stabilitas asupan zat zat yang
dibutuhkan tubuh yang diangkut oleh albumin.Dengan jumlah kalori
yang diberikan maksimal 30 kalori/kgBB/hari.

c. Tatalaksana SIRS, Sepsis dan trombosis


Tatalaksana SIRS dan sepsis membutuhkan biaya yang tidak
sedikit

karena

mencakup

pemberian

imuno

globulin

untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Fase penyembuhan luka


a. Perawatan luka bakar secara terbuka
Perawatan luka secara terbuka dilakukan dengan tidak menutup luka
bakar tersebut. Perawatan terbuka ini kurang sesuai dengan kondisi di
Indonesia, karena

tingginya

kelembabpan

udara memudahkan

timbulnya infeksi pada luka bakar yang dirawat secara terbuka. Selai

11

itu perawatan luka secara terbuka memudahkan penguapan yang akan


berakhir dengan mudah terjadinya dehidrasi berulang.
b. Perawatan luka bakar secara tertutup
Perawatan dilakukan dengan menutup luka bakar. Keuntungan dengan
cara aini adalah berkuranganya penguapan dan memperkecil terjadinya
infeksi dengan mengurangi pemaparan terhadap mikroorganisme.
Beberapa sediaan untuk perawatan luka bakar :
a. Sediaan perak
b. Sediaan lain : feracrylum 1 %, asam hyaluranic, bio keramik
3. Fase pengembalian fungsi organ anggota gerak
Fase ini dilakukan bila terdapat gangguan fungsi pada anggota gerak setelah
luka bakar sembuh. Biasanya hal ini dilakukan dengan membuang skar yang
mengganggu gerakan dan luka terbuka yang terbentuk karena tindakan ditutup
dengan kulit dengan ketebalan yang mencukupi, yang biasanya diambil dari
lipat paha penderita. Untuk mencegah pembentukan skar yang tebal dan
kontraktur dipasngkan pressure garment (pakaian yang dapat menekan dengan
kekuatan tertentu) yang dipakai oleh pasien antara 8 12 jam/hari.
4. Fase Estetika / Penampilan
Fase ini merupakan hal terakhir dan tersulit pada pasien luka bakar, karean
setipis dan sekecil apapun luka bakar akan menimbulkan bekas yang sulit
dihilangkan dan akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
menyamarkan berkas tersebut.Beberapa hal yang dapat dilakukan setelah luka
kering

dengan memberikan sediaan yang menghambat terjadinya keloid

( beberapa sediaan mederma, kenacort, silgeil) dengan berbagai komponen


yang berbeda, sampai saat ini belum memberikan hasil seperti yang
diharapkan.
12

BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. G

Umur

: 32 th

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Blora, Karang Pandan, Karang Anyar

Pedididkan

: SLTA

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Pedagang Tanaman Hias

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Luka Bakar pada kedua kaki bawah sampai dengan pertengahan
paha
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Siang tadi kedua kaki pasien masuk kedalam tumpukan kulit padi yang terbakar
selama 10 menit sampai pertengahan kedua paha kanan-kiri. Ia berhasil keluar
dari dan mencari bantuan. Kemudian dibawa ke poliklinik di Karang Pandan,
dimana oleh dokter kedua kaki pasien disiram air dingin dan pasien diinfus pada
13

kedua lengan. Pasien mengeluh kakinya sakit sekali saat disiram air dingin.
Setelah satu jam pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.Moewardi dalam keadaan
sadar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat Mondok RS : disangkal


4. Riwayat keluarga:
Riwayat Tumor

: disangkal

Riwayat TBC

: disangkal

Riwayat Hemofilia

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Peny. ginjal : disangkal


5. Riwayat sosioekonomi:
Tinggal di rumah bersama istri, anak serta adik
6. Riwayat kebiasaan:
Merokok 3 batang per hari
7. Riwayat gizi:
Makan 3 x sehari, tidak terlalu suka sayur-sayuran.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Compos Mentis, gizi kesan cukup
2. Vital Sign:
Tensi: 120/70mmHg

Nadi: 80x/menit, regular, isi cukup

Suhiu: 37 C

RR: 21X/menit, teratur

3. Kulit : Kering, turgor baik, rambut hitam, sawo matang


4. Kepala: Mesochepal

14

5. Mata : Eksophtalmus (-), Reflek pupil (+/+), Pupil isokor (3mm/3mm), CA (-/-),
Si (-/-)
6. Telinga : Gangguan pendengaran (-)
7. Hidung: Rongga hidung, septum, mukosa dbn, epistaxis (-)
8. Mulut: Mukosa basah, bibir tidak sianosis
9. Leher : JVP tidak meningkat, kaku leher (-), kelenjar tiroid dBn, pembesaran
KGB (-)
10. Thorax: Bentuk simetris, perapasan regular, thorachoabdomial,retraksi (-)
Cor:
Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I-II interval Normal, regular, bising (-)
Pulmo:
Inspeksi: Pergerakan dada kanan = kiri
Palpasi: Fremitus Raba Kanan = kiri
Perkusi:
Auskultasi: SDV

sonor/sonor
(+/+), ST (-/-)

11. Abdomen:
Inspeksi: dinding perut// dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi: tympani, asites (-)
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
12. Ekstermitas:
Luka combutio

13. Status Lokalis:


R: Cruris dextra et sinistra distal femur dextra et sinistra
L: hiperemis, oedem, melepuh

15

M: gerak terbatas karena nyeri, sulit untuk memflexikan lutut


F: nyeri, panas, dan parese pada cruris
14. Neurologis: saraf, otak, reflek, sensorik dBn
15. Genetalia: Laki-laki, scrotum teraba 2 testis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium darah:
Hb : 9,9gr/dL
Hct : 30,7 %
Eritrosit : 4,2. 106/mm3
Leukosit : 6,3. 103L
Trombosit : 3, 97.103L
Waktu perdarahan : 2,00
Waktu Pembekuan : 4,00
HBsAg : (-)
E. DIAGNOSIS : Combutio Grade II 27%
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan:
1. Mengganti cairan yang hilang
2. Memelihara keseimbangan cairan tubuh dan suplai asam amino
3. Mencegah komplikasi:
a. Infeksi
b. Tukak lambung atau duodenum
4. Mengatasi nyeri
5. Mengatasi Anemia
Strategi:
1. Terapi cairan
a. Resusitasi

16

Rumus Bexter
Pada 24 jam I diberikan :
Ringer Laktat: 4 x BB x % luka bakar
4 x 60 x 27 = 6480 ml
!/2 dari 6480 diberikan 8 jam pertama. Jadi, 3240 ml dalam 8 jam. Dan 3240
ml sisanya diberikan dalam 16 jam kemudian.

Pada 24 jam II dilanjutkan


Ringer Laktat : 4 x BB x % luka bakar
4 x 60 x 27 = 6480 ml
Diberikan sedemikin rupa sehingga didapatkan produksi urin 50-100 ml/jam
b. Rumatan
Infus KAEN 3B : Amiparen = 1:1
Dengan dosis disesuaikan dengan keadaan pasien, balance cairan, dan kadar
elektolit pasien.
2. Mencegah komplikasi
a. Infeksi
- Antinfeksi topical silver sulfadiazine cream 1%
Setelah luka dibersihkan & didebridement, oleskan 1-2x sehari
- Antibiotik Profilaksis injeksi Ceftazidim 1 g/12 jam IV
b. Tukak lambung atau duodenum
Injeksi Ranitidin 50 mg tiap 8 jam IV
c. Tetanus
injeksi ATS 1500UI
3. Mengatasi nyeri
Injeksi IV perlahan Tramadol 50 mg dalam I menit dapat diulang tiap 30-60
menit maksimal 400 mg 1 hari.
4. Mengatasi Anemia
Ferrofumarat 2 dd 200 mg

17

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA


Surakarta, 23 April 2008
R/ Infus RL flb No. XXVI
Infus KAEN 3B flb No. II
Infus Amiparen flb No. II
Injeksi Ceftazidim amp. No II
Injeksi Tramadol amp No. III
Injeksi Ranitidin amp No.III
Silver sulfadiazine cream 1% No.
Anti tetanus serum 1500 UI
Transfusi set No.I
Abbocath No. 22 No. I
DC
No.I
Spuit cc 10 No.I
Urin bag No. I
Spuit cc 3 No. VI
Simm
Ferofumarat tab mg 200 No. II
S 2 dd tab 1 d.c
Pro: Tn G

32 th

18

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tindakan Umum
Upaya pertama saat terbakar dalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala. Pertolongan pertama setelah sumber
panas dihilangkan adalah merendam daerah luk bakar dalam air atau
menyiraminya dengan air mengalir, sekurang-kurangnya lim belas menit. Ini
bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil. Dengan demikian, luka yang sebenarnya menuju
derajat II dapat berhentim pada derajat I, atau luka yang akan menjadi tingkat
III, bisa dihentikan pada tingkat II. ( Wim de Jong, 2006)
Prinsip penanganan utama dari luka bakar setelah mendinginkan daerah
yang terbakar adalah mencegah infeksi dan memberi kesemptan sisa-sisa sisa
sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan. (Wim de Jong, 2006)

19

B. Pembahasan Terapi
Terapi yang dipilih pada kasus Luka Bakar diatas adalah, antara lain:
1. Infus RL
2. Infus KAEN 3Bs
3. Infus Amiparen
4. Injeksi Tramadol
5. Injeksi Ranitidin
6. Silver sulfadiazine cream 1%
7. Injeksi Ceftazidim
8. Ferofumarat
9. ATS

B.1 Infus RL
Pada resusitasi luka bakar, kita menggunakan RL . RL merupkan
cairan fisiologis jika volume besar diperlukan. RL lebih mudah
didapatkan dan dapat diberikan pada usia berapapun.Laktat yang
terdapat dalam cairan ini akan dikonversi oleh hati menjadi bikarbonat
yang berguna untuk asidosis metabolik ringan RL baik untuk keadaan
defisit CES, kehilangan pada intra-operatif, cairan pilihan pad kasus
trauma. Walaupun begitu RL tidak memasok kalori. ( Karsono, 2000).
Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian kombinasi pemberian
nutrisi parenteral dengan pemberian protein, asam amino dan asam
lemakpada perawatan hari hari berikutnya.

20

RL mempunyai konsentrasi Natrium lebih sedikit 130 mEq/


L( kalo NaCl= 154 mEq/L) . Konsentrasi PHnya RL pun lebih tinggi
dibanding dibanding NaCl ( 6,5 dibanding 5) yang lebih mendekati
tingkat fisiologis. ( Oliver, 2008).
B.2. Silver SulfaDiazin ( SSD )
Ketika luka bakar terjadi, tubuh berupaya untuk memperbaiki
jaringan yang rusak. Badan akan mengerahkan seluruh darah dan
Antibodi ke lokasi luka bakar. Proses ini dapat menyebabkan
terbentuknya jaringan parut palsu eschar. Eschar merupakan jaringan
mati, ia tidak bernafas dan tidak memungkinkan lalu lintas keluar
masuknya bagian-bagian ke dalam kulit. Dengan begitu salep antibiotika
tidak bisa menembus masuk. Karena itu obat tidak akan menimbulkan
efeknya. Eschar juga menghalangi pertumbuhan sel-sel mati , maka
harus dihilangkan.
Untuk itu digunakan salep Silver Sulfadiazin ( SSD) sebagai
antiseptik yang mempunyai kandungan aktif yang mempunyai
kemampuan menembus kulit mati kemudian melunakkan jaringan kulit
mati, sehingga eschr dapat dilenyapkan.
In vitro, obat SSD menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur,
termasuk species yang telah resisten terhadap sulfonamid. SSD
mempunyai kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri khususnya
Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, E.Coli, Proteus dan
Pseudomonas. ( Tjay, 2005)

21

SSD tidak diinaktivasi oleh PABA. SSD digunakan untuk


mengurangi jumlah koloni mikroba dan mencegah infeksi luka bakar. Ag
dilepaskan secara pelan-pelan sampai mencapai kadar toksik yang
selektif untuk memberikan sifat bakterisidnya. Ag hanya sedikit diserap
tetapi sulfadiazin dapat mencapai kadar terapi bila permukaan yang
diolesi cukup luas ( Mariana,m 2004)
SSD sukar larut, maka tidak mengendapkan protein dan tidak
merangsang atau menimbulkan rasa sakit pada penggunan lokal.
Walaupun jarang terjadi, efek samping dapat timbul dalam bentuk rasa
terbakar, gatal dan erupsi kulit. Obat ini dalam bentuk cream (1-3 % )
Kandungan antimikroba SSD mempunyai waktu paruh 12 jam, yang
berarti harus diberikan 1 2 kali sehari. ( Tjay, 2005)
Setelah 2-3 hari, barulah kita memiliki gambaran yang tepat
tentang kondisi luka dan terapi apa yang mesti diberikan. SSD selalu
menjadi pilihan pertama karena salep ini juga mengandung antibiotika di
dalamnya. Disamping kandungan silver yang melakukan fungsi
debridemen.
Sediaan lain,kita mengenal tulle untuk mencegah permukaan luka
menempel langsung pada kassa.
Feracrylum 1% merupakan cairan multifungsi sebagai cairan
pencuci, pelembab dan anti septik, penghenti perdarahan dan bersifat
higroskopis kuat sehingga tidak mudah menempel pada kassa.cairan ini
tidak perih dan tidak menimbulkan alergi.

22

Butiran bio keramik yang berfungsi untuk menyerap dan


merangsang penyembuhan luka terbuka. Sediaan ini merangsang DMA
pembentukan kolagen tipe1 yang akan menyembuhkan luka tanpa skar.
Yang merupakan penyembuhan luka yang ideal. Namun sediaan ini amat
mahal.

B.3. Injeksi Ranitidin


Senyawa ini daya menghambatnya terhadap sekresi asam lebih
kuat daripada cimetidin, tetapi lebih ringan dibandingkan penghambat
pompa proton ( omeprazol ). Tidak merintangi perombakan oksidatif
dari obat-obat lain, sehingga tidak mengakibatkan interaksi yang tidak
diinginkan. Selain pada gastritis dan tukak lambung, obat ini juga
digunakan selama penggunaan prednison guna menghindari keluhan
lambung
Resorpsinya pesat dan baik, tidak dipengaruhi oleh makanan. BA
nya 50 60 %, plasma t nya kira-kira 2 jam. Sifatnya sangat hidrofil,
maka Ppnya ringan (15 %) dan sukar memasuki CCs. Ekskresinya
melalui kemih terutama dalam keadaan utuh.
Efek sampingnya mirip cimetidin, tetapi tidak menimbulkan
gynecomastia ( karena tidak bersifat antiandrogen ) dan efek-efek psikis
( perasaan kalut).
Dosis ranitidin 1 dd 300 mg sesudah makan malam atu 1 ampul/ 12
jam.

23

B.4. injeksi Tramadol


Dianggap sebagai analgetik opiat karena bekerja pusat, efek
sedang, sifat adiksi ringan, tapi tidak menekan pernafasan, tidak
mempengaruhi sisem kardiovaskuler dan motilitas lambung usus. 120
mg tramadol oral setara dengan 30 60 mg morfin oral. Untuk nyeri
sedang sampai hebat digunakan per rektal atau parenteral.
Efek samping berupa mual muntah, berkeringat, pusing, mulut
kering, obstipasi, nyeri kepala dan rasa letih.
Dosis : > 14 tahun 3 4 dd 50 100 mg, maks 400 mg perhari.
Anak anak 1 14 tahun 3 -4 dd 1 2 mg/ kgBB.
B. 5 injeksi Ceftazidim
Termasuk golongan sefalosporin generasi ke tiga. Aktifitas
terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas daripada
sefalosporin generasi pertama dan kedua, meliputi Pseudomonas dan
bacteroides. Resistensi terhadap laktamase lebih kuat, tapi khasiat
terhadap stafilokokus labih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan
MRSE.
Digunakan untuk infeksi berat Pseudomonas, ex. ISK, sebagai
profilaksis pada bedah prostat, meningitis e.c kuman gram negatif.
Dosis : i.m / i.v 2 dd 0,5 1 g.
B. 6 Ferofumarat

24

Mengandung Fe tertinggi sebesar 33 %, sifat merangsangnya


ringan dan tidak menimbulakan rasa logam, sehingga dipilih sebagai
hemopoietik pilihan pertama pada terapi oral.
Dosis 2 dd 200 mg ( = 65 mg Fe ) antara jam makan.
B. 7 infus KAEN 3Bs
Komposisi per 1 liter berupa Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq,
lactate 20 mEq, gukosa 27 g.
Diberikan untuk menyalurkan atau memelihara keseimbangan air
dan elektrolit pada keadaan dimana asupan oral tidak cukup atau tidak
mungkin.
B. 8 infus Amiparen
Komposisi per 1 liter berupa asam amino bebas 100 g, nitrogen
15,7 g, Na 2 mEq, asetat 120 mEq, asam amino rantai cabang 30 %.
Digunakan untuk suplai asam amino pada hipoproteinemia,
malnutrisi dan kondisi pra / post OP.
B. 9 ATS
Vaksin pasif anti tetanus digunakan sebagai profilaksis pada luka yang
dalam dan terinfeksi basil tetanus, biasanya dikombinasi dengan
kemoterapeutika.
Dosis untuk pencegahan 1500 UI, untuk pengobatan 5000 10000 UI.

25

BAB V
KESIMPULAN

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan zat
zat yang menghasilkan panas atau zat zat yang bersifat membakas. Berdasarkan
kedalamannya luka bakar dibagi menjadi luka bakar derajat I, derajat II superficial,
derajat II deep, derajat III. Berat luka bakar dihitung berdasarkan luasnya, dan dibagi
menjadi luka bakar ringan, sedang, dan berat.
Tatalaksana pokok luka bakar meliputi 4 tahap. Tahap pertama adalah tahap
resusitasi meliputi tatalaksana cairan, tatalaksana nutrisi, tatalaksana SIRS, sepsis dan
trombosis. Tahap kedua adalah fase penyembuhan luka, tahap ketiga adalah tahap
pengembalian fungsi gerak, dan tahap keempat adalah tahap estetika.
Tahap pertama dan tahap kedua adalah tahap yang sangat penting yang
menentukan kelanjutan hidup penderita, dan pengetahuan serta penguasaan ilmu farmasi
sangat membantu dalam tatalaksana tahap pertama dan kedua.

26

Anda mungkin juga menyukai