Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

Rinitis Alergi pada Dewasa dengan Otitis Media Supuratif Akut

Disusun Oleh:
Nadia Ghaisani Qumairi
110100137
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2016
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyerahkan hardcopy dan
softcopy makalah ilmiah kepada dr. Irwan
Nama
Nadia Ghaisani

Full Text

Power Point

Soft Copy

Tanda Tangan

Qumairi

Yang menerima,

Telah disetujui,

Maret 2016

Maret 2016

(dr. Irwan Pernandi Sagala)

(dr. Irwan Pernandi Sagala)

Rinitis Alergi pada Dewasa dengan Otitis Media Supuratif Kronik

Shadam Nemati1, RezaJafari Shakib2, Maryam Shakiba3, Nematollah Araghi4,


Seyyede Zeinab Azimi1
Abstrak:
Pendahuluan:
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah satu dari beberapa penyebab
gangguan pendengaran pada negara berkembang. OMSK merupakan kelainan
multifaktor yang menetap akibat adanya inflamasi telinga tengah. Mekanisme
patofisiologi dari hubungan antara rinitis alergi (RA) dan OMSK masih dalam
perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan RA dan
OMSK pada dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian case-kontrol.
Metode:
Subjek adalah 62 orang dewasa (23 laki-laki, 39 wanita) dengan OMSK dan 61
kontrol. OMSK didiagnosis ketika terdapat riwayat kronik (menetap sekurangkurangnya 3 bulan) otorhea, akumulasi dari eksudat mukopurulen di eksternal
kanal auditori atau telinga tengah dan/atau perforasi membran timpani melalui
otoskopi. Seluruh subjek di evaluasi untuk RA melalui gejala alergi dan menjalani
tes kulit untuk 23 alergen paling umum. Analisis data statistik menggunakan SPSS
versi 16.
Hasil:
Prevalensi dari gejala rinitis (alergi dan bukan alergi) terlihat lebih tinggi pada
kasus dibanding kontrol (62.5% vs. 37.5%, P=0.02). Prevalensi RA (dibuktikan
dengan tes kulit positif) juga terlihat lebih tinggi pada dewasa dengan OMSK
dibandingkan kontrol (24.6% dan 13.8%, berurutan). Berdasarkan usia, model
regresi logistic menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok. Pasien dengan RA dan non-RA 3.27- (95% CI=1.15-9.29; P=0.036)
dan 2.57- (95% CI= 1.01-6.57; P=0.048) memiliki peningkatan risiko berkembang
menjadi OMSK, berurutan, dibandingkan dengan orang yang sehat.
Kesimpulan :
Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah prevalensi dari RA pada
pasien dengan OMSK dari kontrol. Hal ini dapat berguna untuk mengevaluasi dan
mengontrol faktor ini pada pasien OMSK.
Kata kunci:
Alergi, Hipersensitivitas, Penyakit Otolaringologi, Otitis Media, Rinitis, Supuratif,
Tes Kulit.
Tanggal diterima : 24 Agustus 2014

Tanggal disetujui : 15 Oktober 2014


Pendahuluan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah masalah besar yang
dihadapi petugas kesehatan seluruh dunia. Kondisi ini ditandai dengan inflamasi
yang persisten pada telinga tengah dan kavitas mastoid yang diikuti dengan
otorhea melalui perforasi membrane timpani, persisten lebih dari 6 minggu (1). Di
dunia penderita OMSK adalah 65-330 juta orang, dan sekitar 60% diantaranya
menderita gangguan pendengaran yang signifikan (2, 3).
Patogenesis OMSK terdapat beberapa faktor, dan paling banyak pasien
dengan OMSK memiliki riwayat otitis media akut, atau otitis media efusi dalam
waktu dekat. Pathogenesis melibatkan disfungsi tuba eustachius (TE), immature,
atau status imunologi buruk, alergi saluran nafas atas, faktor keluarga, ditemukan
pada saudara, jenis kelamin laki-laki, perokok pasif, dan faktor lainnya (4,5).
Namun, faktor risiko OMSK sendiri belum dapat ditentukan (6).
Dengan prevalensi 10-30%, rinitis alergi (RA) adalah penyakit alergi
paling umum. RA muncul bersamaan dengan beberapa penyakit lain, misalnya
sinusitis, asma, konjungtivitis alergi, dan dermatitis atopic (7-10). Pada sebuah
penelitian menunjukkan adanya peningkatan prevalensi sakit kepala tipe migraine
pada pasien dengan RA (11,12). Hubungan antara RA dan OMSK telah didalilkan
sejak beberapa tahun. Bukti dari mekanisme patofisiologi yang menghubungkan
kedua penyakit ini terus berkembang (13). Disebabkan kedekatan anatomi antara
TE dan nasofaring, kelainan alergi seperti RA dapat menyebabkan gangguan TE
dikarenakan inflamasi dan edema (14,15), dan beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa alergi disebabkan oleh obstruksi TE. Analisa dari mediator
inflamasi mengindikasi bahwa mukosa telinga tengah dapat memberi respon pada
antigen sama dengan pada mukosa dari saluran nafas bagian bawah (16).
Meskipun hubungan pasti antara RA dan OMSK belum didemonstrasikan,
terdapat sejumlah penelitian yang menjelaskan hubungan ini (5, 15, 17, 18).
Dari keberadaan beberapa penelitian, meninggalkan kontroversi tentang
hubungan antara RA dan OMSK, dan beberapa penelitian mengharuskan
hubungan prevalensi dan pengaruh alergi pada pathogenesis OMSK (5, 13, 15, 17,
18). Karena hal itu, kami mengangkat penelitian terakhir untuk meneliti hubungan
antara rinitis alergi dan otitis media supuratif akut pada populasi dewasa yang di
rujuk ke Rumah Sakit Universitas ENT-HNS di Rasht, kota yang paling banyak
populasinya di Iran bagian utara.
Metode

Dalam penelitian case kontrol, 62 pasien yang merupakan kandidat untuk


tympanoplasty dan mastoidectomy karena OMSK telah dipilih, begitu juga 61
kontrol. Kontrol dipilih dari pasien yang dirujuk ke rumah sakit yang sama untuk
trauma kepala dan leher minor, tanpa riwayat OMSK atau gangguan telinga.
Satu dari kasus dan 3 dari kontrol di eksklusikan dari penelitian
disebabkan ketidakmampuan melanjutkan pengobatan atau terdapat
dermographism.
Semua subjek diperiksa oleh ahli telinga, hidung, dan tenggorokan, dan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk rinoskopi anterior dan
otoskopi, dilakukan.
Penelitian dilakukan di Amiralmomenin Educational Hospital dan pusat
penelitian ENT dari Guilan University of Medical Sciences (GUMS) di Rasht,
Iran. Informed consent tertulis diminta dari seluruh partisipan. Protokol penelitian
telah disetujui oleh komite etik GUMS.
OMSK ditegakkan ketika terdapat 3 riwayat kronik (menetap lebih dari 3
bulan) dari otorhea, penumpukan eksudat mukopurulen pada meatus auditori
eksterna atau telinga tengah dan/atau perforasi membrane timpani pada otoskopi.
RA ditegakkan apabila terdapat klinis tanda dan gejala dari rinitis,
termasuk rinorhea, obstruksi nasal atau kongesti, nasal pruritus, dan bersin,
terutama paroksismal (berdasarkan dari kuesioner standar (19)). Posterior nasal
drip, pucat, dan edema nasal dan mukosa konka yang tidak disebabkan oleh gejala
flu dapat memperkuat diagnosis klinis. Pasien dengan dua atau lebih gejala diatas
selama lebih dari 1 jam setiap hari di diagnosis dengan RA (19). Rinitis
ditegakkan dengan skin test positif (SPT). Diagnosis RA ditegakkan oleh spesialis
THT yang tidak mengetahui situasi otologi pasien.
Semua subjek menjalani SPT untuk 23 jenis allergen umum
(AllergoPharma Products, Reinbeck, Germany) yang berhubungan di Iran Utara
oleh seorang ahli imunologi, yang tidak mengetahui status otology dan rhinology
pasien. Allergen termasuk 6 macam rumput, 4 daun, 9 pohon, 2 tungau, allergen
kucing, dan Cladosporium.
Kontrol positif diberikan histamine hydrochloride (10 mg/mL) dan kontrol
negative diberikan diluent (AllergoPharma). Ukuran indurasi dinilai setelah 15
menit, SPT dianggap positif apabila indurasi setidaknya 3 mm lebih besar dari
kontrol negatif. Semua subjek yang hamil atau memiliki riwayat konsumsi
antihistamin, immunotherapy allergen spesifik tertentu, atau dermographism

dieksklusikan dari penelitian. Hasil SPT positif dapat memastikan diagnosis RA,
dan hasil negative sebagai non-RA.
Semua data dianalisis menggunakan SPSS versi 16. Dan fisher exact tes
digunakan untuk menguji perbedaan signifikan dari kedua grup. Nilai P kurang
dari 0.05 dinilai signifikan. Odds ratio dan 95% confidence interval juga
diperhitungkan.
Hasil
Total dari 61 kasus (22 laki-laki dan 39 perempuan) dengan rata-rata usia
37.114.3 tahun (antara 15-70 tahun) dan 58 kontrol (27 laki-laki dan 31
perempuan) dengan rata-rata usia 28.311.7 tahun (antara 15-70 tahun) terdapat
pada penelitian. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua grup dalam usia
(P=0.047). diantara 61 kasus dengan OMSK, 26 (42.6%) pasien pada telinga
kanan, 25 (41%) pada telinga kiri, dan 10 (16.4%) pada kedua telinga terlibat.
Rasio laki-laki : perempuan adalah 1.7:1, namun perbedaanya tidak signifikan. 37
(60.7%) pasien memiliki riwayat OMSK pada masa anak-anak (<18 tahun); yang
lain menderita OMSK pada masa dewasa. Waktu pasti gejala OMSK bagi pasien
yang terkena OMSK masa anak-anak tidak dicantumkan.
Perbandingan pada pasien dengan gejala rinitis (alergi dan non-alergi)
lebih tinggi pada kasus dibandingkan kontrol (62.5% vs. 37.5%, P=0.02).
Prevalensi RA (gejala rinitis dengan SPT positif 24.6% (n=15) dan 13.8% (n=8)
dari kasus dan kontrol berurutan. RA lebih banyak dijumpai pada pasien dengan
OMSK dibandingkan kontrol, meskipun perbedaannya tidak signifikan (P=0.065).
Dengan menggunakan model regresi logistic, setelah memperbaiki faktor
usia, perbedaan antara kedua kelompok menjadi signifikan. Pasien dengan RA dan
non-RA memiliki 3.27- (95% CI=1.15-9.29; P=0.036) dan 2.57-(95% CI= 1.016.57; P=0.048) meningkatkan risiko berkembangnya OMSK, berurutan,
dibandingkan dengan individu yang sehat. Pasien dengan riwayat OMSK pada
masa anak-anak lebih banyak memiliki RA dibandingkan grup kontrol (29.7% vs
13.8%, P=0.038).

Diantara semua subjek dengan RA, 52.2% (n=12) memiliki posterior nasal
drip, 34.8% (n=8) memiliki hipertrofi konka inferior, dan 60.7% (n=14) memiliki
gejala konka edema dan pucat. Alergen di dalam rumah, terutama tungau
(dermatophagoides farina dan dermatophagoides pteronyssinus) merupakan
alergen dengan prevalensi terbanyak dari kedua kelompok, sedangkan di luar
rumah seperti tepung sari dan daun lebih sedikit prevalensinya (Tabel 2).

Diskusi
Dikarenakan OMSK berhubungan dengan otitis media dan alergi berulang
dan memperberat otitis media kronik dengan efusi, dapat dikatakan bahwa alergi
juga memperberat OMSK. Penelitian sebelumnya telah melaporkan prevalensi RA
pada otitis media dengan efusi, yaitu antara 24-89% (14, 20, 21). Terdapat
beberapa penelitian yang meneliti hubungan OMSK dan alergi, namun tetap
menjadi kontroversi dan tidak terdapat hubungan yang pasti antara RA dan
OMSK (5, 18, 22-24). Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara

OMSK dan RA. Penemuan ini sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian (5, 18,
22), namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Fliss et al.
dan Bakhshaee et al. (23, 24). Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan
metode dalam evaluasi RA. Dalam penelitian Lasisi, total konsentrasi serum
immunoglobulin E (Ig E) sebagai tes adanya alergi (18), sementara penelitian
terbaru menunjukkan bahwa disebabkan oleh rendahnya sensitivitas dan
spesifisitas, total konsentrasi serum Ig E tidak dapat digunakan sebagai parameter
untuk skrening penyakit atopik (25). Bakhshaee et al. melaporkan 29.41%
prevalensi dari RA pada dewasa dengan OMSK, yang lebih tinggi dari prevalensi
pada penelitian kami; meskipun mereka menggunakan total konsentrasi serum IgE
sebagai parameter untuk mendiagnosis alergi. Dalam penelitian ini, kriteria
diagnosis untuk RA merupakan hasil positif pada SPT minimal 1 jenis alergen
dan/atau total konsentrasi serum Ig E tinggi, begitu juga pemeriksaan klinis dan
riwayat rinitis. Total IgE lebih dari 100 IU/ml dianggap sebagai tes untuk
menentukan riwayat RA (24).
Fliss d.k.k. mengumpulkan data selama mengunjungi klinik pediatric dan
melakukan anamnesis pada orang tua menggunakan kuesioner dan dengan melihat
rekam medis apabila diperlukan (23). Gorgulu et al. mengukur total dan
konsentrasi IgE allergen spesifik, dan juga jumlah hitung eosinofil. Evaluasi
endoskopi rhinopharynx juga dilakukan. Kesimpulannya reaksi positif pada
setidaknya 1 dari 20 alergen bersamaan dengan tes alergen spesifik atau total
konsentrasi IgE >300 IU/ml atau positif pada hitung eosinofil darah (5). Hong
d.k.k. mengerjakan tes alergi yang menilai total IgE dan radioallergosorbent
chemiluminescence assays untuk memeriksa keberadaaan hipersensitivitas yang
diperantarai IgE (22).
OMSK dapat merupakan komplikasi dari otitis media akut atau otitis
media efusi, yang keduanya lebih banyak ditemukan pada masa awal anak (4). RA
juga lebih sering berkembang sebelum usia 20 tahun (26). Sejauh pengetahuan
kami ini merupakan penelitian pertama dalam hal ini yang membagi pasien
dengan OMSK menjadi dua kelompok sesuai dengan waktu terkena penyakit.
Dalam penelitian ini, RA lebih sering pada OMSK yang berkembang sejak masa
anak-anak. Kesimpulannya, pada penelitian kami, seperti penelitian oleh Mion
(17), meneliti pasien usia dewasa. Kami menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara SPT positif dan OMSK (table 1), meskipunkami melaporkan adanya
hubungan antara RA dan OMSK pada penelitian ini. Temuan ini sesuai dengan
hasil penelitian Caffarelli d.k.k. (27) yang menampilkan bahwa adanya RA dan
SPT negatif memerlukan evaluasi untuk otitis media efusi. Dalam penelitian kami,
prevalensi SPT positif pada OMSK hamper sama dengan penelitian diatas (26.2%
dan 26.74%, berurutan). Selanjutnya, pada penelitian ini, allergen di dalam rumah

lebih tinggi prevalensinya pada kasus OMSK. Prevalensi tinggi ini dapat
disebabkan kelembaban cuaca pada Iran bagian utara,seperti yang ditunjukkan
sebelumnya (28).
Kesimpulan
RA lebih sering dijumpai pada pasien OMSK. Menghindar dari allergen
dapat menurunkan risiko ini dan meningkatkan hasil dari terapi bedah. Penelitian
lebih lanjut dalam hal ini memerlukan izin.
Mengetahui
Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr. Esmaeel Asgari untuk bantuan
dalam melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga kami ucapkan untuk
Sinonasal Research Center dari Amiralmomenin Hospital dan kantor penelitian
dari GUMS untuk bantuan mereka.

Anda mungkin juga menyukai