PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak
menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah
kematian perinatal dapat di di capai disamping dengan membuat
persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan mengusahakan agar
janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yangdilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut
menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu
timbulnya komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang
disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003).
Faktor faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan
lain lain. Dua hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah
tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin serta pelayanan petugas kesehatan.
Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka
kematian perinatal dan pelajaran yang lain
1.2 Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan referensi dan
tambahan wawasan terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses
pembelajaran matakuliah ASKEB IV (Patologi) dalam pokok bahasan Deteksi
dini komplikasi dan penyulit pada Bayi Baru Lahir. Selain itu pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah ASKEB IV
(Patologi)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah
lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart
yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam
pertama setelah kelahiran BBLN. (Sarwono, 2002 : 30 )
Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada bayi yang berusia 0-28
hari. (tumbuh kembang anak :17)
Asuhan neonatal adalah asuhan yang berhubungan dengan 4 minggu
pertama setelah kelahiran. (kamus kedokteran, Dorland :736)
2.2 Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupannya . sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di
anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam
setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :
Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
Mengetahui
sedini
mungkin
bila
terdapat
kelainan
atau
masalah
pencegahan
penyakit
melalui
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
Riwayat kejang
ASI
Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran
(oleh tenaga di kamar bersalin) :
Tidak bernafas
Sesak nafas
Sianosis sentral ( kulit biru)
Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
Letargis
Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5c)
Kejang
Kondisi perlu tindakan awal
Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh
tenaga di kamarbersalin):
Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi
Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai
2.6 Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir Dan Neonatus
Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:
Prematuritas dan BBLR
Asfiksia
Infeksi bakteri
Kejang
Ikterus
Diare
Hipotermi
Tetanus neonatorum
Masalah pemberian ASI
Trauma lahir
Sindroma gangguan pernafasan
Kelainan congenital
asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau
beberapa menit setelah lahir.
Sindrom Gawat Napas salah satu disebabkan karena faktor paru yang belum
matang tau TRDN sesak sementara pada bayi baru lahir karena cairan paru yang
berlebihan.
Kejang
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat
setelah kelahiran.Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan
metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi
obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima
kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata Apgar
belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Kriteria Penilaian Skor Apgar:
War
na
kuli
t
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
Ak
ro
ni
m
seluruhnya
biru
A
pp
ea
ra
nc
e
Den
yut
jant
ung
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Pu
ls
e
Res
pon
s
ref
eks
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/menangis lemah
ketika distimulasi
meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas
Gr
im
ac
e
Ton
us
oto
t
lemah/tida
k ada
sedikit gerakan
bergerak aktif
Ac
tiv
ity
menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
R
es
pir
ati
on
Per
nap
asa
n
tidak ada
Interpretasi skor
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumla
h skor
Interpr
etasi
7-10
Bayi
normal
4-6
Agak
rendah
0-3
Sangat
rendah
Catatan
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang
baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat
peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes
berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat
mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan
akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan
medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan
kesehatan bayi tersebut.
Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim APGAR
dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks,
tonus otot/keaktifan, dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun
1963 oleh dokter anak Dr. Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di
Jerman, Spanyol, dan Perancis. Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan American
Pediatric Gross Assessment Record.
Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda How Ready Is
This Child, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary effort,
Irritability, Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan
warna).
Nilai Apgar
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
Pemeriksaan penunjang : Foto polos dada, USG kepala, Laboratorium : darah
rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
PenyulitMeliputi berbagai organ yaitu :
Penatalaksanaan
Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan
lain menahan belakang tubuh bayi.
Lakukan penilaian denyut jantungsetiap 30 detik setelah kompresi dada.
Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika denyut
jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis
0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.
Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 5 menit.
Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah : 1. Mengantisipasi kebutuhan akan
resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak
jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan
meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2. Mempersiapkan alat dan tenaga
kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : Alat pemanas
siap pakai Oksigen Alat pengisap Alat sungkup dan balon resusitasi Alat
intubasi Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :Indikasi : Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30
detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik. Dosis : 0,1-0,3
ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia
neonatorum, hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada
susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar,
letargi, rewel atau masih normal. Spasme pada tetanus neonatorum hamper
mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut harus dibedakan karena
manajemen keduanya berbeda.
Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14,
tidak disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).
adalah kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari
Bentuk kejang :
o
Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
Kejang klonik
Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran
BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala
untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan
dengan BB>2500 gram
Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri
diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
Kejang tonik
Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi
dengan komplikasi perinatal berat
Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
Kejang mioklonik
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang
berulang dan terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro
Gemetar
Sering membingungkan
Kadang terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar (hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular)
Tremor/gemetar
Hiperaktif
Kejang-kejang
ETIOLOGI
Kejang bayi dengan asfiksia disertai oleh hipoglikemia, hipokalsemia,
perdarahan intracranial, edema otak
PENILAIAN
Jenis kejang?
Bagian mana dari tubuh yang mengalami kejang?
Sudah berapa lama kejang terjadi?
Merupakan kejang yang ke berapa kali?
DIAGNOSIS
Anamnesa
Keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan kelahiran
Riwayat kehamilan
Ibu menderita DM
Riwayat persalinan
Persalinan presipitatus
Gawat janin
Riwayat kelahiran
Trauma lahir
Lahir asfiksia
Kesadaran
Suhu tubuh
Penilaian kejang
Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal, nistagmus, gerakan
mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya episode apnea, adanya
kelemahan umum yang periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas,
tubuh kaku
Lama kejang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal pungsi
EKG
EEG
Biakan darah
USG kepala
PENANGANAN
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
Infus
Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr
Hipotermi
Pengertian Hipotermia
Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
C. Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a.
b.
Hipotermia sedang:
Tangisan lemah
Hipotermia berat
c.
(sklerema) .
D. Etiologi
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Sepsis
4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
5. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin
E. Komplikasi
a.
b.
c.
d.
Penanganan
v Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
v Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
v Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan
selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah
secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga
minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC
pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
1. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
2. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin,
seperti pada waktu menimbang bayi.
3. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
4. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena
pintu, jendela terbuka.
v
o
o
o
v
dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan tekanan negative intra thorak yang
lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat . Keadaan kolapsnya paru
dapat menyebabkan gangguan pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan
asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa
sebab,apabila gangguan pernapasan tersebut disertai dengan tanda-tanda
hipoksia (kekurangan oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan
penyebab kematian bayi baru lahir. Kalau seandainya bayi selamat dan tetap
hidup akan beresiko tinggi dan terjadi kelainan neorologis dikemudian hari.
Penyebab Gangguan Pernafasan
penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis
kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru paru ,hemia
diafragmatika
obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia , makrolasia .
Penilaian
Tanda tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui
dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga
serta warna kulit bayi.
Ciri Ciri Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan
Penghisap manual,
Mekanik kateter penghisap: 5F, 8F, 10F, 12F
Pipa lambung no 8F, semprit 20 ml
Penghisap mekonium
PERALATAN BALON & SUNGKUP
(
(
(
(
(
( Balon resusitasi
Katup pelepas tekanan
Sungkup bayi cukup & kurang bulan
Tabung dan sungkup
Oksigen 90 100%
Sumber oksogen dg flowmeter
TUJUAN RESUSITASI
Agar ventilasi adekuat, O2 dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan O2
ke otak, jantung dan alat vital lainnya.
PENATALAKSAAN RESUSITASI
PENILAIAN
KEPUTUSAN
TINDAKAN
air
ketuban
Tempat Resusitasi
(
(
(
(
TINDAKAN BERBAHAYA
(
(
(
(
(
(
Menepuk punggung
Menekan rongga dada
Menekan pada keperut
Dilatasi sfingter ani
Kompres dingin, panas
Menggoyang goyang tubuh
( Anencepali
( Trisomi 13, 18
RESUSITASI BERHASIL
KONSELING
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi yang telah
dilakaukan dan ajari ibu dan keluarga yaitu dengan cara: menialai pernafasan,
tetap menjaga kehangatan bayi, serta waspadai tanda bahaya.
ASUHAN NEONATAL
Minimal 2 jam pertama
a. Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
b. Pemantauan sekasama 2 jam pertama
c. Jaga bayi tetap hangat dan kering
d. Waspadai apabila Kondisi bayi memburuk
2. Asuhan ibu
3. Asuhan tindak lanjut
4. Pencatatan
Perdarahan
Manajemen segera
Syok
Manajemen segera
Kemudian beri infus glukosa 10% dengan dosis rumatan sesuai dengan umur
bayi
Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
Hangatkan bayi
Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut.
Jika perdarahan bukan penyebab syok :
Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg BB/jam selama 1 jam
pertama
Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat
muntah) dan mulai terapi kecurigaan sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
Setelah kondisi stabil,lengkapi penilaian lanjut.
Kejang
Manajemen segera
Atasi kejang dengan fenobarbital
Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan
dalam waktu 5 menit.
Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB dosis
tunggal secara IM
Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
Beri oksigen, bila perlu
Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah< 45 menit, tangani
untuk hipoglikemi
lakukan manajemen lanjut kejang.
Tidak sadar
Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila perlu beri oksigen
Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.