Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak
menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah
kematian perinatal dapat di di capai disamping dengan membuat
persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan mengusahakan agar
janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yangdilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut
menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu
timbulnya komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang
disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003).
Faktor faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan
lain lain. Dua hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah
tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin serta pelayanan petugas kesehatan.
Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka
kematian perinatal dan pelajaran yang lain
1.2 Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan referensi dan
tambahan wawasan terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses
pembelajaran matakuliah ASKEB IV (Patologi) dalam pokok bahasan Deteksi
dini komplikasi dan penyulit pada Bayi Baru Lahir. Selain itu pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah ASKEB IV
(Patologi)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah
lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart
yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam
pertama setelah kelahiran BBLN. (Sarwono, 2002 : 30 )
Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada bayi yang berusia 0-28
hari. (tumbuh kembang anak :17)
Asuhan neonatal adalah asuhan yang berhubungan dengan 4 minggu
pertama setelah kelahiran. (kamus kedokteran, Dorland :736)
2.2 Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupannya . sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di
anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam
setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :
Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
Mengetahui

sedini

mungkin

bila

terdapat

kelainan

atau

masalah

kesehatan pada neonatus.


Kunjungan bayi bertujuan :
Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
Untuk Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan
ntuk Pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan

penyakit

melalui

pemantauan pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup


bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.

2.3 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:


Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam

setelah bayi lahir.

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan


2.4 Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir
Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan, penangan bayi tersebut bergantung pada:
o Apakah bayi mepunyai kondisi atau masalah yang perlu kebutuhan segera ,
o apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian atau
tidak sama sekali
seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi
dapat meninggal bila tidak di tangani segera. Nilailah secepat mungkin setiap
bayi yang datang dengan tanda kegawatan, tida tergantung apakah anda di
panggil ke ruang bersalin untuk persalinan dengan penyulit, atau bayi yang di
bawa dari ruang bersalin, bangsal bayi atau dar rumah, maupun bayi yang di
rujuk dari rumah sakit lain atau puskesmas. Nilai ulang setiap bayi setelah
pemberian terapi atau jika tiba-tiba keadaannya meburuk.
v Penilaian cepat
Letakkan bayi padapermukaan yang hangat, di bawah pemancar dan dengan
pencahayan yang cukup.
o Periksa bayi dengan segera adakah tanda bahaya di bawah ini :
Megap-megap (merintih) atau tidak bernafas atau frekuensi napas kurang dari 20
kali/ menit
Perdarahan
Syok ( pucat, dingn, denyut jantung > 180 x/menit, tidak sadar atau kesadaran
menurun )
2.5 Deteksi Dini Untuk Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan
melihat
tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:

Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua

Riwayat kejang

Bergerak hanya jika di rangsang (letargis)


Frekuensi nafas <30 kali permenit atau >60 kali permenit
Suhu tubuh <36,5oC atau >37oC
Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
Merintih
Ada pustule pada kulit
Nanah banyak di mata dan mata cekung
Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
Turgor kulit kembali <1 detik
Timbul kuning atau tinja berwarna pucat
Berat badan menurut umur rendah dan atau masalah dalam pemberian

ASI

Bayi berat lahir rendah <2500gram atau >4000gram


Kelaianan congenital seperti ada celah di bibir atau langit-langit

Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran
(oleh tenaga di kamar bersalin) :
Tidak bernafas
Sesak nafas
Sianosis sentral ( kulit biru)
Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
Letargis
Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5c)
Kejang
Kondisi perlu tindakan awal
Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh
tenaga di kamarbersalin):
Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi
Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai
2.6 Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir Dan Neonatus
Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:
Prematuritas dan BBLR
Asfiksia
Infeksi bakteri
Kejang
Ikterus
Diare
Hipotermi
Tetanus neonatorum
Masalah pemberian ASI

Trauma lahir
Sindroma gangguan pernafasan
Kelainan congenital

Prematuritas Dan BBLR

BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi :


BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila lahir berat lahir kurang dari 1.500
gram,
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram.
Sedangkan bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari usia
kehamilan 37 minggu.
Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah multifaktorial, antara lain
asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan
dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim
ibu, trauma, dan lainnya
v Faktor Resiko BBLR

asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau
beberapa menit setelah lahir.

Sindrom Gawat Napas salah satu disebabkan karena faktor paru yang belum
matang tau TRDN sesak sementara pada bayi baru lahir karena cairan paru yang
berlebihan.

hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C).


Penanganan umum perawatan BBLR atau prematur setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan
pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia,
karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya
pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan
tubuhnya
Upaya yang paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah
sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode
kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang
lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya
dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan
sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup
kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas
Minum sangat diperlukan BBLR dan prematur, selain untuk pertumbuhan
juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman
utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi
keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri,
terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di
dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal.

BBLR dan bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya infeksi


sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah
memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar,
tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur harus
mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein,
lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar
zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai
untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling
lambat dalam enam bulan pertama.
Asfiksi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibatakibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul.
Penyebab
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
Faktor ibu: Preeklampsia dan eklampsia. Pendarahan abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta), Partus lama atau partus macet, Demam selama
persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) atau Kehamilan Lewat Waktu
(sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat:Lilitan tali pusat, Tali pusat pendek, Simpul tali pusat atau
Prolapsus tali pusat
Faktor Bayi:Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep), Kelainan bawaan (kongenital), Air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu

harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya


tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
sepengetahuan penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
Manifestasi Klinis

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap

Denyut jantung kurang dari 100 x/menit

Tonus otot menurun,

Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,

Kejang

Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Diagnosis

Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan fisik :

Nilai Apgar

Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat
setelah kelahiran.Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan
metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi
obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima
kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata Apgar
belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Kriteria Penilaian Skor Apgar:

War
na
kuli
t

Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

Ak
ro
ni
m

seluruhnya
biru

warna kulit tubuh normal


merah muda, tetapi tangan
dan kaki kebiruan
(akrosianosis)

warna kulit tubuh,


tangan, dan kaki normal
merah muda, tidak ada
sianosis

A
pp
ea
ra

nc
e
Den
yut
jant
ung

tidak ada

<100 kali/menit

>100 kali/menit

Pu
ls
e

Res
pon
s
ref
eks

tidak ada
respons
terhadap
stimulasi

meringis/menangis lemah
ketika distimulasi

meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas

Gr
im
ac
e

Ton
us
oto
t

lemah/tida
k ada

sedikit gerakan

bergerak aktif

Ac
tiv
ity

lemah atau tidak teratur

menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur

R
es
pir
ati
on

Per
nap
asa
n

tidak ada

Interpretasi skor
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumla
h skor

Interpr
etasi

7-10

Bayi
normal

4-6

Agak
rendah

Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan


lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas.

0-3

Sangat
rendah

Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Catatan

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang
baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat
peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes
berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat
mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan
akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan
medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan
kesehatan bayi tersebut.

Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim APGAR
dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks,
tonus otot/keaktifan, dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun
1963 oleh dokter anak Dr. Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di
Jerman, Spanyol, dan Perancis. Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan American
Pediatric Gross Assessment Record.
Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda How Ready Is
This Child, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary effort,
Irritability, Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan
warna).
Nilai Apgar

Nilai 0-3 : Asfiksia berat

Nilai 4-6 : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
Pemeriksaan penunjang : Foto polos dada, USG kepala, Laboratorium : darah
rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
PenyulitMeliputi berbagai organ yaitu :

Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis

Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan


paru, edema paru.

Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans.

Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH. Hematologi : DIC

Penatalaksanaan

ResusitasiTahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar . Baca juga :


Penanganan Terkini Resusitasi Bayi Baru Lahir. Tindakan resusitasi bayi baru
lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
Memastikan saluran terbuka: Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi
bahu diganjal 2-3 cm. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. Bila
perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
Memulai pernafasan :Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan
balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
Mempertahankan sirkulasi :Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara Kompresi dada.
Langkah-Langkah Resusitasi
Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.

Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.

Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.

Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui ambubag


atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi
mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV
40 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Bila: 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 60 100
ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 60 100 dan tidak ada
peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. < 10 x /
menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung : Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain

mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan
lain menahan belakang tubuh bayi.
Lakukan penilaian denyut jantungsetiap 30 detik setelah kompresi dada.
Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika denyut
jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis
0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.
Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 5 menit.
Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah : 1. Mengantisipasi kebutuhan akan
resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak
jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan
meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2. Mempersiapkan alat dan tenaga
kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : Alat pemanas
siap pakai Oksigen Alat pengisap Alat sungkup dan balon resusitasi Alat
intubasi Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :Indikasi : Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30
detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik. Dosis : 0,1-0,3
ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander :Indikasi : Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi


mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. Hipovolemia
kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat,
perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon
yang adekuat. Jenis cairan : Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer
Laktat). Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat: Indikasi : Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang
mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus
disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis : 1-2 mEq/kg
BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%). Cara : Diencerkan dengan
aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan
kecepatan minimal 2 menit. Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan
kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus
adekuat dan stabil. Indikasi : Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang
ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. Jangan diberikan pada
bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab
akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi. Dosis : 0,1
mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml). Cara : Intravena, endotrakeal atau bila
perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Suportif:Jaga kehangatan. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah da

Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia
neonatorum, hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada
susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar,
letargi, rewel atau masih normal. Spasme pada tetanus neonatorum hamper
mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut harus dibedakan karena
manajemen keduanya berbeda.
Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14,
tidak disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).

Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga


50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak
terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu pertama
> 2 mg/dl (Kosim, 2008).
kejang pada bayi baru lahir

adalah kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari

Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan


suatu tanda adanya penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau
penyakit lain.

Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak

Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL

Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan


nutrisi otak
MANIFESTASI
Kejang tersamar

Hampir tidak terlihat

Menggambarkan perubahan tingkah laku

Bentuk kejang :
o

Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai

o Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap,


mengunyah, menelan, menguap
o Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata
berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata
o Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh
pada anggota gerak atas dan bawah
o

Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea

Untuk memastikan : pemeriksaan EEG

Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
Kejang klonik
Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran

Dapat disebabkan trauma fokal

BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala
untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan
dengan BB>2500 gram
Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri
diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
Kejang tonik
Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi
dengan komplikasi perinatal berat
Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
Kejang mioklonik
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang
berulang dan terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro
Gemetar

Sering membingungkan

Kadang terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar (hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular)

Gerakan tremor cepat

Tidak disertai gerakan cara melihatabnormal atau gerakan bola mata

Dapat timbul dengan merangsang bayi, sedangkan kejang tidak timbul


dengan perangsangan

Gerakan dominan adalah gerakan tremor

Pergerakan ritmik anggota gerak pada gemetar dihentikan dengan melakukan


fleksi anggota gerak
Apnea
Pada BBLR pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik,
sering diikuti dengan hiperapnea 10-15 detik
Berhentinya pernafasan tidak disertai perubahan denyut jantung, tekanan
darah, suhu badan, warna kulit

Bentuk pernafasan disebut pernafasan periodik disebabkan belum


sempurnanya pusat pernafasan di batang otak
Serangan apnea tiba-tiba disertai kesadaran menurun pada BBLR dicurigai
adanya perdarahan intracranial

Perlu pemeriksaan USG

Manifestasi kejang pada BBL

Tremor/gemetar

Hiperaktif

Kejang-kejang

Tiba-tiba menangis melengking

Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran

Pergerakan tidak terkendali

Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal

ETIOLOGI
Kejang bayi dengan asfiksia disertai oleh hipoglikemia, hipokalsemia,
perdarahan intracranial, edema otak

Pada bayi cukup bualn penyebab kejang yang terjadi


o

48 jam pertama : asfiksia, trauma lahir, hipoglikemia

o Antara hari ke 5-ke 7 : hipokalsemia yang terjadi bukan karena


komplikasi
o

Antara hari ke 7-ke 10 : infeksi, kelainan genetik

PENILAIAN
Jenis kejang?
Bagian mana dari tubuh yang mengalami kejang?
Sudah berapa lama kejang terjadi?
Merupakan kejang yang ke berapa kali?
DIAGNOSIS
Anamnesa
Keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan kelahiran
Riwayat kehamilan

Bayi kecil untuk masa kehamilan

Bayi kurang bulan

Ibu tidak disuntik TT

Ibu menderita DM

Riwayat persalinan

Persalinan dengan tindakan

Persalinan presipitatus

Gawat janin

Riwayat kelahiran

Trauma lahir

Lahir asfiksia

Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril

Pemeriksaan kelainan fisik

Kesadaran

Suhu tubuh

Tanda-tanda infeksi lain

Penilaian kejang
Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal, nistagmus, gerakan
mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya episode apnea, adanya
kelemahan umum yang periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas,
tubuh kaku

Lama kejang

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal pungsi

EKG

EEG

Biakan darah

Titer untuk toksoplasmosis, rubela, citomegalovirus, herpes

Foto rontgen kepala

USG kepala

PENANGANAN
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang

Menjaga jalan nafas tetap bebas

Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang

Mengobati penyebab kejang

Penanganan kejang pada BBL


Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-37C
Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,
hisung dan nasofaring
Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to
Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit

Infus

Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit


sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv

Nilai kondisi bayi tiap 15 menit

Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr

Cari faktor penyebab


o

Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM

Apakah mungkin bayi prematur

Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia

Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika

o Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium


untuk mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah,
gula darah, kimia darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
o

Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)

Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali


Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan
dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam

Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg


tiap 12 jam
Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium
glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga
teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi
infus dextrose 10%

Hipotermi
Pengertian Hipotermia
Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:

Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam


batasan normal 36-37,5C.

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan


suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5C per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan


suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5C per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.

C. Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a.

b.

Hipotermia sedang:

Kaki teraba dingin

Kemampuan menghisap lemah

Tangisan lemah

Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

Hipotermia berat

c.

Sama dengan hipotermia sedang

Pernafasan lambat tidak teratur

Bunyi jantung lambat

Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic

Stadium lanjut hipotermia

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

Bagian tubuh lainnya pucat

Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada

punggung, kaki dan tangan

(sklerema) .

D. Etiologi
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Sepsis
4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
5. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin

E. Komplikasi
a.

gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)

b.

Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan


darah sistolik

c.

Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

d.

Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

Penanganan
v Intervensi :
1.

Jelaskan pada anggota keluarga bahwa neonatus lebih rentan terhadap


kehilangan panas.

2.

Ajarkan tanda-tanda awal hipotermia : kulit dingin, pucat, menggigil.

3.

Jelaskan perlunya minum air 8-10 gelas setiap hari

4.

Jelaskan perlunya menghindari alkohol pada cuaca yang sangat dingin.

5.

Ajarkan untuk mengenakan pakaian ekstra.

v Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
v Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan
selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah
secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga
minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).

Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC
pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
1. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
2. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin,
seperti pada waktu menimbang bayi.
3. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
4. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena
pintu, jendela terbuka.

v Cara Mengatasi Hipotermi


o Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering,
memakai topi dan selimut yang hangat.
o Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit.
o Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5
-37,5o C), berarti usaha meenghangatkan berhasil.
o Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras.

Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :


1. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan suhu
(membaik).
2. Bila bayi tidak dapat minum
3. Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
4. Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau ada
bagian tubuh
bayi yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan
baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak
perlu dirujuk. Nasihati ibu cara merawat bayi lekat/ metode Kanguru dirumah.
Departemen kesehatan RI 2009
Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum Adalah penyakit yang dideritaolehbayibarulahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebabkejang yang seringdijumpaipada BBL
yang bukan karena trauma Kelahiran atauasfiksia, tetapi disebabkan
infeksiselama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali
pusat atau perawatan tidak aseptic (IlmuKesehatanAnak, 1985)
Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan
yang lebih dari 60 kali per menit ,adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat
ekspirasi serta adanya retraksi suprasternal,interkostal,epigastrium saat
inspirasi.Penyakit ini merupakan penyakit membrane hialin,dimana terjadi
perubahan atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner komponen ini
merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru.
Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada
akhir ekspirasi. Penyakit ini terjadi pada bayi mengingat produksi surfaktan yang
kurang . Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas
menjadi terganggu dan alveolus akan kembali kolaps pada setiap akhir ekspirasi

v
o
o
o
v

dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan tekanan negative intra thorak yang
lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat . Keadaan kolapsnya paru
dapat menyebabkan gangguan pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan
asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa
sebab,apabila gangguan pernapasan tersebut disertai dengan tanda-tanda
hipoksia (kekurangan oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan
penyebab kematian bayi baru lahir. Kalau seandainya bayi selamat dan tetap
hidup akan beresiko tinggi dan terjadi kelainan neorologis dikemudian hari.
Penyebab Gangguan Pernafasan
penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis
kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru paru ,hemia
diafragmatika
obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia , makrolasia .
Penilaian
Tanda tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui
dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga
serta warna kulit bayi.
Ciri Ciri Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan

a) Nafas bayi berhenti lebih 20 detik


b) Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
c) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit
d) Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin menunjukan tanda
tambahan gangguan nafas.
v Penatalaksanaan
Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Yang Mengalami Gangguan
Pernafasan Antara Lain:
1. Beri oksigen dengan kecepatan sedang
2. Jika bayi menglami apnea :
( Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
( Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis sentral , nafas megap
megap atau bunyi jantung menetap kurang dari 100 kali /menit,lakukan
resusitasi dengan memakai balon dan sungkup.
3. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40 mg, tangani
sebagai hipoglikemia .
5. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas berat manejemen
spesifik menurut jenis gangguan nafasnya
6. Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan
v Cara Mencegah Terjadinya Gangguan Pernafasan:

Jadi untuk mencegah terjadinya ganguan pernapasan Segera lakukan


resusitasi pada bayi baru lahir, apabila bayi :
- tidak bernapas sama sekali / bernapas dengan megap-megap
- bernapas kurang dari 20 kali per menit.
2.7 Manajemen Segera Pada Tanda Bahaya:
Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah : tidak bernafas atau megapmegap, sianosis atau sukar bernafas.
Tidak bernafas atau megap-megap
Penanganan umum
Keringkan bayi, ganti kain basah dan bungkus dengan pakaian hangat kering
Jika belum di lakukan, segera klem dan potong tali pusat
Letakkan bayi di tempat yang keras dan hangat untuk resusitasi
Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan perawatan dan
resusitasi
Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama
kehidupan. Indikator terpenting bahwa di perlukan resusitasi ialah kegagalan
nafas setelah bayi lahir.
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN PADA RESUSITASI NEONATUS
( Ruang yang hangat & terang
( Meja / tempat resusitasi
( Sumber pemancar panas
( Kain : bersih, kering, hanga
( Sarung tangan & pelindung lain
( Jam
( Plester
Perlengkapan Penghisap
(
(
(
(

Penghisap manual,
Mekanik kateter penghisap: 5F, 8F, 10F, 12F
Pipa lambung no 8F, semprit 20 ml
Penghisap mekonium
PERALATAN BALON & SUNGKUP

(
(
(
(
(

( Balon resusitasi
Katup pelepas tekanan
Sungkup bayi cukup & kurang bulan
Tabung dan sungkup
Oksigen 90 100%
Sumber oksogen dg flowmeter
TUJUAN RESUSITASI

Agar ventilasi adekuat, O2 dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan O2
ke otak, jantung dan alat vital lainnya.

PENATALAKSAAN RESUSITASI

PENILAIAN

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:


( Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
pada letak kepala.
Segera setelah bayi lahir:
( Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur,
bernafas megap megap atau tidak bernapas

KEPUTUSAN

Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila:


( Bayi tidak bernafas atau bernafas megap megap
( Air ketuban bercampur mekonium

TINDAKAN

Mulai melakukan resusitasi segera bila:


Bayi tidak bernapas atau megap megap:
Lakukan tindakan resusitasi BBL
Bila air ketuban bercampur mekonium:
Lakukan resusitasi dengan manajemen
bercampur mekonium

air

ketuban

Tempat Resusitasi
(
(
(
(

Tempat rata, keras, bersih dan kering


Meja atau tikar
3 lembar kain hangat, kering & bersih diatas meja
Dipan ibu: 45 cm dari perineum ibu

Cara Membersihkan Jalan Napas


Tergantung:

( Ada / tidak ada mekonium


( Tingkat keaktifan bayi
Dilakukan pada mulut terlebih dahulu kemudian hidung.
Ada mekonium, tetapi bayi bugar:
( Bersihkan sekret dari mulut dan hidung
( Kateter penghisap 12 atau 14 F

Tindakan yang dilakukan bila jalan napas sudah bersih,


Untuk:
( Merangsang napas
( Mencegah kehilangan panas, dengan cara:
Mengeringkan tubuh, singkirkan kain basah, dan reposisi kepala

Rangsangan Yang Dapat Membantu Bayi Bernapas:


( Menepuk atau menyentil telapak kaki
( Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas bayi

Rangsangan Yang Berbahaya

TINDAKAN BERBAHAYA
(
(
(
(
(
(

Menepuk punggung
Menekan rongga dada
Menekan pada keperut
Dilatasi sfingter ani
Kompres dingin, panas
Menggoyang goyang tubuh

AKIBAT YANG BISA TERJADI


( Perlukaan
( Patah tulang, pneumotoraks, distress
napas, kematian
( Pecahnya hati, limpa
( Robeknya sfingter ani
( Hipotermi, hipertermi, luka bakar
( Kerusakan otak

Ventilasi Tekanan Positip (Vtp)


(
(
(
(
(
(

Penilaian dan langkah awal 30


Bayi tidak bernapas / megap megap
Frekuensi jantung < 100 ./ menit
( dan warna kulit tetap sianosis)
VTP
Oksigenasi 100%

Resusitasi tidak dimulai, apabila keadaan bayi:


( UK < 23 minggu (berat < 400 gram)

( Anencepali
( Trisomi 13, 18

Resusitasi Dihentikan, apabila:


( Setelah semua langkah dilakukan dengan cara yang benar, tetapi:
Bayi tidak ber-respon, setelah resusitasi 10 menit.

ASUHAN PASCA RESUSITASI


Resusitasi bayi baru lahir:
( Berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudaj langkah atau ventilasi, diperlukan
pemantauan dan dukungan.
( Belum / Lurang Berhasil
3X ventilasi tetapi belum bernapas / megap megap, perlu dilakukan rujukan
( Tidak Berhasil
Sesudah 10 menit tetapi bayi tidak bernapas

RESUSITASI BERHASIL

KONSELING
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi yang telah
dilakaukan dan ajari ibu dan keluarga yaitu dengan cara: menialai pernafasan,
tetap menjaga kehangatan bayi, serta waspadai tanda bahaya.
ASUHAN NEONATAL
Minimal 2 jam pertama
a. Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
b. Pemantauan sekasama 2 jam pertama
c. Jaga bayi tetap hangat dan kering
d. Waspadai apabila Kondisi bayi memburuk

BAYI PERLU RUJUKAN


1.
2.
3.
4.

Ventilasi 2 menit tetapi tetap tidak bernapas / megap megap


Frekuensi napas < 40 / menit atau > 60 / menit
Tarikan dinding dada
Merintih (napas bunyi saat ekspirasi) atau megap megap (napas bunyi saat
inspirasi)
5. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
6. Bayi lemas

RESUSITASI TIDAK BERHASIL

Ventilasi 10 menit tetapi bayi tidak bernapas makan hentikan resusitasi,


berikan:
1. Konseling berupa dukungan moral kepada ibu dan keluarga

2. Asuhan ibu
3. Asuhan tindak lanjut
4. Pencatatan

ASUHAN TINDAK LANJUT PASCA RESUSITASI


TANDA BAHAYA, berupa:
( Gangguan napas
( Hipotermi
( Kemungkinan infeksi bakteri
( Ikterus
( Gangguan saluran cerna

Sianosis atau sukar bernafas


Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi< 30 atau > 60 x per
menit, tarikan dinding dada kedalam atau merintih)
Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napasbersih
Beri oksigen 0,5 l/menit lewatkateter hidung atau nasal prong
Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang di tuju.
Jaga bayi tetap hangat.bungkus bayi dengan kaim lunak, kering, selimuti dan
pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.

Pemberian oksigen hanya pada sianosis atau sukar bernapas.

Jika terdapat tarikan dinding dada kedalam, atau megap-megap, atau

sianosis menetap, tingkatkan konsentrasi oksigen dengan kateter nasal, nasal


prong, atau kap oksigen
oCatatan:
Pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat menimbulkan
kebutaan.
Manajemen segera pada tanda bahaya

Perdarahan

Manajemen segera

Hentikan perdarahan yang tampak (misalnya perdarahan dan tali pusat),ulangi


penjepitan atau pengiktan tal pusat, jika perdarahan dari tempat khitan atau
sirkumsisi, tekan kompres perdarahan dengan kompres steril.
Beri vit k1 1 mg IM
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan golongan dan reaksi silang
Lakukan manajemen umum perdarahan dan kemudian lengkapi penilaian lebih
lanjut.

Syok
Manajemen segera

Jika perdarahan sebagai penyebab syok :


Beri segera cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan dosis 10 mL/kg
BB di berikan selama 10 menit
Bila tanda syok masih berlanjut ulangi lagi dosis diatas sesudah 20 menit
Beri segera tranfusi darah O, Rhesus negatif (bila tersedia)

Kemudian beri infus glukosa 10% dengan dosis rumatan sesuai dengan umur

bayi
Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
Hangatkan bayi
Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut.
Jika perdarahan bukan penyebab syok :
Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg BB/jam selama 1 jam
pertama
Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat

Cari tanda-tandasepsis (misalnya gangguan napas, suhu tubuh tidak normal,

muntah) dan mulai terapi kecurigaan sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
Setelah kondisi stabil,lengkapi penilaian lanjut.

Kejang

Manajemen segera
Atasi kejang dengan fenobarbital
Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan
dalam waktu 5 menit.
Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB dosis
tunggal secara IM
Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
Beri oksigen, bila perlu
Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah< 45 menit, tangani
untuk hipoglikemi
lakukan manajemen lanjut kejang.
Tidak sadar
Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila perlu beri oksigen
Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.

Anda mungkin juga menyukai