Analisis Kebijakan Kebijakan Terkait Pro
Analisis Kebijakan Kebijakan Terkait Pro
Kesehatan di Indonesia
Oleh:
Kelompok II (Konsentrasi Manajemen Keperawatan) :
Diah Fitri Purwaningsih
(22020114410005)
Herry Setiawan
(22020114410007)
Renny Triwijayanti
(22020114410014)
(22020114410015)
Fitria Purnamawati
(22020114410022)
(22020114410028)
(22020114410038)
(22020114410051)
A. Pendahuluan
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu
faktor penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan
modal utama manusia untuk dapat melakukan perannya di bidang
pembangunan ekonomi dan pendidikan. Masyarakat yang sehat dan mandiri
merupakan tujuan pembangunan kesehatan nasional, dituangkan dalam Visi
Indonesia Sehat 2015, strategi pembangunan kesehatan diarahkan pada misi
pembangunan kesehatan yaitu :1) Menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan; 2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat; 3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
rata dan terjangkau dan 4) Memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri
tersebut, upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan
pilar utama yang mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan
lainnya, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Depkes RI, 2007). Banyak permasalahan kesehatan di Indonesia dapat
dicegah melalui kegiatan promosi kesehatan. Namun, proses perubahan
perilaku di masyarakat tidaklah mudah maka perlu dikembangkan strategi
serta langkah-langkah yang dapat mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan beberapa hal yang tertuang dalam misi promosi kesehatan yaitu;
1)
Memberdayakan
individu,
keluarga,
kelompok-kelompok
dalam
pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan. Selain itu juga harus memahami peran
serta kewajiban pemerintah daerah dalam upaya pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan di era otonomi daerah atau desentralisasi.
B. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
1. Promosi Kesehatan diselenggarakan dalam rangka desentralisasi ke arah
otonomi daerah bidang Kesehatan Indonesia sehat
Disebutkan dalam UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan
Daerah. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah oleh
pemerintah kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka NKRI.
Dengan adanya desentralisasi diharapkan adanya peningkatan derajad
kesehatan masyarakat optimal berupa keadaan sehat dan produktif.
Sehingga untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2015 menurut UU No.36
tahun 1999 tentang Kesehatan diharapkan lebih mudah mencapai visi
tersebut.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
No.128/MENKES/SK/II/2004
menyatakan
bahwa
kesehatan
kabupaten/kota
(UPTD), Puskesmas
berperan
Menular
dan
(6)
Pengobatan.
Upaya
kesehatan
kab/kota;
memperkuat
pemberdayaan
masyarakat
oleh
melaksanaan
program
promosi
kesehatan
diperlukan
Sumber
Daya
Manusia
promosi
kesehatan
dan
profesionalisme
yang
tinggi.
Kompetensi
dan
Advokasi (Advocacy)
Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya
dapat memberikan dukungan, kemudahan dan semabcamnya dalam
upaya pembangunan kesehatan.
2.
3.
4.
Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi prinsip prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Ada tiga prinsip dasar kemitraan yang
harus diperhatikan dan dipraktikkan yakni :
1) Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang
bersifat hierarki (atas bawah) yang dilandasi kebersamaan atau
kepentingan bersama.
2) Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya
kejujuran dari masing masing pihak.
3) Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan
disemua pihak (win win solution). Demikian juga dalam hubungan
antara Puskesmas dengan pihak donator.
Tabel 1
Strategi
Sasaran Utama
ADVOKASI
Sasaran tertier
(Advocacy)
DPRD, Ka Daerah,
Ka Pusesmas
Hasil
Kebijakan
Berwawasan
Kesehatan
Tatanan
Rumah
Tangga
Institusi
Pendidikan
BINA SUASANA
(Social Support)
Sasaran sekunder:
Toma, PKK, Kader
Kemitraan dan
Opini
Tempat Kerja
Tempat
Umum
PEMBERDAYAAN
Sasaran primer
Gerakan
(Empowerment)
Individu
Masyarakat
Unit kerja
Mandiri
Sarana
Kesehatan
Edukator.
Perawat
memberikan
pendidikan
kesehatan
melalui
penyuluhan kesehatan.
2.
Role
Model.
Perawat
akan
memberikan
contoh
tentang
cara
ini
sejalan
dengan
Keputusan
Mentri
Kesehatan
No.
untuk
mencegah
penyakit,
meningkatkan
kesehatannya,
Sekolah
(UKS)
dimana
tujuan
dari
upaya
ini
untuk
dengan
surat
keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
kegiatan
pengabdian
masyarakat
yang
umumnya
juga
kesehatan ( JPK ).
e. Integrasi promosi kesehatan dengan program pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular (P2PTM).
E. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri, upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama
yang mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya. Tindakan
promosi kesehatan trsebut yaitu preventif, kuratif dan rehabilitative yang
dilaksanakan dalam bebagai sektor (pemerintah swasta, masyarakat, dan
LSM) sesuai dengan kebijakan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Tentang
Pedoman
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Puskesmas.
Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.