Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN


3.1.1
LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
PT Kalimantan Prima Persada (KPP) telah berdiri sejak
tahun 2003 dan telah mencapai kinerja yang optimal terkemuka
kontribusi yang sangat baik di industri pertambangan. PT
Kalimantan Prima Persada (KPP) adalah perusahaan jasa
pertambangan yang terintegrasi, anak perusahaan dari PT
Pamapersada Nusantara. KPP didirikan untuk mengatur konsep
baru pembangunan pertambangan untuk memperluas pasar dan
menyediakan jasa di bidang pertambangan batubara dari
kontraktor ke perdagangan.
Ruang lingkup bisnis KPP meliputi jasa pertambangan
kontraktor, manajemen jalan, jasa manajemen pelabuhan dan
perdagangan batubara. Sampai saat ini, KPP telah beroperasi lima
proyek di Kalimantan Selatan dan satu proyek di Kalimantan
Timur.
Untuk memastikan profesionalisme dan kualitas pelayanan
KPP, KPP menerapkan Integrated KPP Management System
(IKM) dan empat pilar budaya perusahaan KPP; Kompetensi,
Integritas, Sinergy dan Keselamatan. Selain itu, KPP juga
berkomitmen untuk memberikan manfaat kepada masyarakat
dengan menerapkan program CSR di bidang ekonomi, kesehatan,
pendidikan, infrastruktur, lingkungan dan hubungan pemerintah.

48

49

Lokasi pertambangan PT. Kalimantan Prima Persada


terletak secara administratif pada Kecamatan Bungur, Kabupaten
Tapin, Kalimantan Selatan
a.

Dari Palangka Raya menuju Banjarmasin dengan jarak


tempuh 190 Km melalui jalan darat dalam waktu 4 jam
menggunakan kendaraan roda empat dengan kondisi jalan
beraspal.

b.

Kemudian dari Banjarmasin perjalanan dilanjutkan ke


Tapin ( sampai di mess Bypass KPP ) dengan jarak tempuh
84 Km melalui jalan darat dalam waktu 2,4 jam
menggunakan kendaraan roda empat dengan kondisi jalan
beraspal.

c.

Dari mess menuju

office

PT. Kalimantan Prima

Persada dengan jarak tempuh 5 Km melalui jalan darat


dalam waktu 15 menit menggunakan kendaraan bus dengan
kondisi jalan tanah.
d.

Dari Mess menuju Lokasi kuasa pertambangan Job


Site PT. Kalimantan Prima Persada dengan jarak tempuh 10
Km melalui jalan darat dalam waktu 30 menit menggunakan
kendaraan bus dengan kondisi jalan tanah. (Peta Kesampaian
daerah di Lampiran A)

50

3.1.2

KEADAAN IKLIM DAN CURAH HUJAN


Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, daerah
Kalimantan Selatan termasuk daerah dengan tipe iklim A dan
E. Type A mencakup wilayah pegunungan dengan luas
1.835.000 Ha dan tipe E mencakup wilayah pantai timur
selatan dan barat kanan Sungai Barito dengan luas 1.865.000
Ha. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson di atas,
maka wilayah Kabupaten Tapin pada 3 (tiga) tahun terakhir
termasuk daerah dengan tipe E atau agak kurang lebih 6
(enam) bulan kering dan nilai Q = 1 bulan kering mempunyai
curah hujan < 100 mm dan bulan basah > 100 mm
Tabel 3.1 Tabel Curah Hujan

3.1.3

FLORA DAN FAUNA


Persebaran dan jenis flora dan fauna Kalimantan
Selatan di pengaruhi oleh Flora dan Fauna Asiatis. Kabupaten
Tapin terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran
rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah
kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa rawa
sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air
tawar, namun pembukaan lahan untuk di jadikan perumahan,

51

sawah, dan lain lain secara signifikan membuat hutan rawa


terancam hilang di beberapa tempat.
Kawasan dataran tinggi yang sejuk sebagian merupakan
hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah. Fauna
yang menjadi maskot Kabupaten Tapin adalah Bekantan.
Sementara flora yang menjadi maskot Kabupaten Tapin
adalah Kasturi. Berikut satwa yang tergolong langka yang
berada di Kabupaten Tapin yang terdapat pada hutan suaka
alam dan wisata :

3.1.4

Bekantan
Kera Abu abu
Elang
Beruang Madu
Kijang Pelaihari
Owa owa
Elang Raja Udang
Cabakak
Rusa Sambar
Biawak
Kuau
Pecuk Ular

SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN


Kabupaten Tapin adalah salah satu kabupaten di
provinsi

Kalimantan

Indonesia. Ibukota kabupaten ini

Selatan,
terletak

diRantau.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah +2.700,82 km dan


berpenduduk sebanyak kurang lebih 326.812 jiwa.

52

Suku

asli

adalah suku

Banjar dan

suku

Dayak Harakit atau Dayak Tapin bagian dari suku Dayak


Meratus. Suku bangsa di kabupaten Tapin antara lain:
1. Suku Banjar: 114.265 jiwa
2. Suku Jawa: 21.727 jiwa
3. Suku Bugis: 106 jiwa
4. Suku Madura: 1.296 jiwa
5. Suku Bukit: 112 jiwa
6. Suku Mandar: 1 jiwa
7. Suku Bakumpai: 12 jiwa
8. Suku Sunda: 1.244 jiwa
9. Lainnya: 2.503 jiwa
Berdasarkan data Statistik BPS Kabupaten Tapin,
jumlah rumah tangga pada Tahun 2007 mencapai 43.149
rumah tangga, dengan populasi penduduknya 153.655 orang
yang terdiri dari 75.700 laki-laki dan 77.875 perempuan.
Jika dilihat dari sebaran penduduk Wilayah Kabupaten
Tapin, dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tapin
banyak berada di Kecamatan Binuang yaitu sekitar 15,3

53

persen. Kemudian disusul oleh Kecamatan Tapin Utara


dengan jumlah penduduk mencapai

13,1

persen dan

Kecamatan Tapin Tengah sebesar 12,1 persen. Sedangkan


jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Piani yaitu
sebesar 3,2 persen.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Tapin Utara yaitu 285 orang per km2. Kemudian
diikuti oleh Kecamatan Binuang dengan tingkat kepadatan
penduduk 112 orang per km2. Sedangkan tingkat kepadatan
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Candilaras Utara
yaitu sebesar 22 orang per km2. Oleh karena area Candilaras
Utara terlalu besar, maka kepadatan penduduk didaerah itu
menjadi rendah

54

3.1.5

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

ORGANIZATION STRUCTURE
RANTAU MINING PROJECT

Rantau4.1.5
Mining
Project
Manager
Project secretary

MD
Officer

Enginering Site
Dept.
Head

Production &
CPP Dept.
Head

Plant Site Dept.


Head

ICI
Officer

Supply Mgmt
Site Dept.
Head

SHE Site Dept.


Head

HRP & GA Dept.


Head

FAT Dept
Head

55

55

3.2

KONDISI GEOLOGI
3.2.1
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Secara regional daerah Tapin Kalimantan Selatan
termasuk kedalam Cekungan Barito bagian utara. Cekungan
barito merupakan salah satu cekungan Tersier, terletak di
wilayah Kalimantan bagian selatan dan tengah.
Secara fisiografi cekungan ini mempunyai batas sebagai
berikut :
o Di sebelah utara oleh Kuching High dan Patermoster
o
o
o

Cross High,
Di sebelah timur oleh Meratus High,
Di sebelah selatan oleh Cekungan Laut Jawa, dan
Di sebelah barat oleh Paparan Sunda
Stratigrafi Regional
Batuan tertua yang tersingkap di Cekungan Barito

adalah batuan Pra Tersier yang merupakan batuan dasar dari


Cekungan Barito, Batuan Pra Tersier terdiri dari batuan beku
bersusun menengah dan sedimen laut dalam, diterobos granit
muskovit berumur Kapur Akhir.
Fase

transgresi

pada

Tersier

diawali

dengan

pengendapan batuan Formasi Tanjung berumur Eosen, diikuti


oleh pengendapan Formasi Berai pada lingkungan laut
dangkal. Puncak dari fase transgresi ditandai dengan
pengendapan batu napal dari Formasi berai bagian atas yang

56

menunjukan ciri-ciri sedimen laut dalam. Pada kala Miosen


Tengah, Cekunga Barito mulai terangkat di bagian barat dan
timur, sehingga seolah-olah terputus hubungannya dengan
laut terbuka di timur. Pada kala ini diendapkan Formasi
Warukin dalam lingkungan delta hingga paralas sedimentasi
Tersier berakhir pada fase regresi dengan diendapkannya
Formasi Dahor pada lingkungan paralas.
Pengendapan batuan Formasi TAnjung sampai Formasi
Warukin berlangsung secara menerus, sedangkan Formasi
Dahor secara setempat, tidak selaras di atas Formasi Warukin.
Kegiatan gunung berapi yang terjadi kala Eosen
Oligosen menghasilkan lava bersusunan andesit-basalt, serta
batuan terobosan hipabsal berupa sill dan retas yang bersifat
basalt yang menerobos Formasi Tanjung dibeberapa tempat.
Endapan

Aluvium

merupakan

endapan

termuda,

umumnya menempari daerah-daerah di sepanjang tepian


S.Amandit,s Tapin, Sungai Barabai sera cabang-cabangnya.
Endapan

Aluvium

merupakan

endapan

termuda,

umumnya menempati daerah-daerah di sepanjang tepian


S.Barito dan S.Kapuas serta cabang-cabangnya.
Menurut Sam Supriatna, dkk. (Puslitbang Geologi
Bandung, 1980), formasi pembawa endapan batubara di
daerah ini adalah Formasi Tanjung, Formasi Montalat,

57

Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi Dahor. Ciriciri umum dari masing-masing Formasi di atas diterangkan
sebagai berikut:

Formasi Tanjung
Formasi ini bagian bawahnya merupakan perselingan

antara batupasir gampingan, batupasir, batulempung, dan


konglomerat, mengandung sisipan batubara. Bagian atas
merupakan perselingan antara batupasir kuarsa mengandung
muskovit, batu lanau, batu pasir, mengandung sisipan tipis
batugamping dan batubara.
Formasi ini berumur Eosen, diendapkan dilingkungan
delta dan laut dangkal terbuka. Tebal Formasi diperkiraan
1.300 meter.

Formasi Berai
Batugamping,

warna

putih

kekuningan

putih

kecoklatan, umumnya berlapis baik berbutir halus, sangat


padat, mengandung fosil foraminifera besar, bersisipan
batulempung, abu-abu,agak menyerpih, batunapal, abu-abu
gelap, setempat kadang-kadang ada sisipan tipis batubara
setebal beberapa centimeter. Formasi ini diendapkan secara
selaras diatas Formasi Tanjung.

Formasi Warukin

58

Terdiri batupasir kuarsa, berwarna kuning, berbutir


sedang-kasar, mengandung sisipan batulempung, batulanau,
batubara umur Formasi ini diperkirakan Miosen TengahMiosen Akhir, diendapkan dilingkungan paralas delta. Tebal
Formasi ini diperkirakan sekitar 300 500 meter.

Formasi Dahor
Terdiri dari batupasir kuarsa, putih, kurang padat,

sebagian berupa pasir lepas, bersisipan lempung, lanau, lignit,


dan limonit. Umur formasi ini diperkirakan Miosen Akhir
Pliosen, diendapkan dilingkingan paralas, Tebal Formasi
diperkirakan sekitar 300 meter. (Peta Geologi Lembar
Amuntai di Lampiran B)

3.2.2

KONDISI GEOLOGI DAERAH PEGAMATAN


Daerah penelitian berada pada formasi warukin.
Formasi ini di endapkan pada lingkungan neritic dan deltaic

59

dengan ketebalan 1000-2400 meter, dan merupakan formasi


paling produktif, berumur Miosen tengah sampai Plestosen
bawah. Pada formasi ini ada tiga lapisan paling dominan,
yaitu :
Batulempung dengan ketebalan 100 meter
Batulumpur dan batu pasir dengan ketebalan 600-900
meter, dengan bagian atas terdapat deposit batubara

sepanjang 10 meter
Lapisan batubara dengan tebal cadangan 20-50 meter,
yang pada bagian bawah lapisannya terdiri dari pelapisan
pasir dan batupasir yang tidak kompak dan lapisan bagian
atasnya yang berupa lempung dan batulempung dengan

ketebalan 150-850 meter.


Formasi warukin ini hubungannya selaras dengan formasi
berai yang ada di bawahnya. (Peta Geologi
Pengamatan di lampiran C)

Daerah

60

3.3

ALAT DAN BAHAN


a. 1 unit laptop, untuk proses pengolahan data.
b. Alat tulis lengkap, untuk proses penulisan data.
c. Kamera, untuk dokumentasi.
d. Alat hitung kalkulator, untuk melakukan perhitungan.
e. Perlengkapan K3

3.4

TATA LAKSANA
3.4.1
LANGKAH KERJA
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, berikut adalah
langkah kerjanya:
1. Observasi lapangan.
2. Pengumpulan data.
3. Pengolahan data.
3.4.2

METODE
Di dalam melaksanakan penelitian Tugas Akhir

ini,

penulis menggabungkan antara beberapa metode, yaitu :


1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
akurat mengenai geometri jalan angkut dengan cara tanya
jawab langsung kepada bagian office dan bagian lapangan.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung bagaimana proses
pengangkutan tanah penutup (overburden) dari front
hingga ke disposal.
3. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data
yang mendukung serta mempunyai kaitan dengan tugas
akhir ini yang bersifat teoritis dengan cara membaca buku,
jurnal dan lainnya.
3.

Pengelompokan Data.

61

Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil wawancara,


observasi

dan

penelitian

kepustakaan,

kemudian

dikelompokan menjadi data sekunder dan data primer.


Data sekunder adalah data penunjang yang didapat peneliti
dari pihak Perusahaan, Instansi yang terkait dengan
penelitian. Data primer adalah data yang diambil peneliti
dilapangan dan diolah peneliti.
4.

Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa
perhitungan dan penggambaran yang selanjutnya disajikan
dalam bentuk grafik-grafik atau rangkaian perhitungan.

5.

Pembahasan
Melakukan analisa terhadap data-data hasil penelitian
sehingga didapatkan solusi guna penyelesaian masalah
yang ada.

6.

Kesimpulan dan Saran


Sebagai

rekomendasi

kepada

perusahaan

untuk

menyelesaikan permasalahan di lapangan yang terkait


dengan hasil penelitian ini.

62

3.4.3

BAGAN ALIR

Mulail

Rumusan masalah:
1. Apakah geometri jalan angkut di PT. Kalimantan Prima Persada
sesuai dengan alat angkut yang digunakan menurut teori?
2. Apakah jarak pandang yang aman sudah sesuai dengan standar?

Studi

Data Primer

1.
1.
2.
2.
3.
4.
5.

Pengambilan Data

Data Sekunder
Pengolahan Data dan Analisa
1. Data
Peta situasi tambang
Analisa
kebutuhan
adalah
berat
alat angkut, Rolling
Lebar Jalan
Lurus rimpull dengan parameter perhitungan
2. Data
kondisi
geologi
Resistance
Grade Resistance
Lebar Jalandan
Tikungan
3. Spesifikasi Alat Angkut
Segmen
GradeTikungan
Jalan, Lebar Jalan dan kecepatan rata-rata
tiap alat angkut
Jari-jari Jalan,
pada Jalan
4. Kesediaan
Alat
Cycle Time Alat Angkut
Pembagian Segmen Jalan
Selesai
Kesimpulan
Hasil
dandan

63

3.4.4

WAKTU PENELITIAN
Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti telah
menyiapkan rencana kegiatan. Ini berfungsi agar semua
kegiatan penelitian dapat berjalan sesuai dengan diharapkan
dan selesai dengan tepat waktu. Penelitian Tugas akhir ini di
laksanakan pada kurun waktu 60 hari. Pada tanggal 25 Mei
25 Juni 2016 di PT Kalimantan Prima Persada Project Site
Rantau Desa Sabah Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin
Provinsi Kalimantan Selatan.

Kegiatan
Induksi Perusahaan
Pemahaman Materi di office
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Presentasi di Perusahaan
Evaluasi Presentasi

April
IV

Mei
II

Juni
III

IV

II

III

Anda mungkin juga menyukai