Anda di halaman 1dari 21

PAING

Diperankan oleh :
1. Ade Rizky Ramadani sebagai
2. Aprillia Dwi M.

Tante
sebagai

3. Baitia Muhida

sebagai

Teman Peragawati

4. El Medina A.P

sebagai

Teman pedagang

5. Firyal Amira

sebagai

Pembantu Peragawati

6. Gaka Yoga Putra

sebagai

Sopir

7. Holifatul Sadia

sebagai

Anak perempuan Paing

8. Iqbal Misbachul Ulum

sebagai

Teman Pedagang

9. Khofifah Taslimah A. sebagai

Pemilik mebel

10. Mita Firlia Dita

sebagai

Teman Peragawati

11. M Iqbal

sebagai

Satpam

12. Muhsin Habib

sebagai

Suami Peragawati

13. Queen Safira R.

sebagai

Peragawati

14. Ramadhana Aditya

Pembantu Tante

sebagai

Anak laki-laki Paing

15. Rofiatul Hasanah

sebagai

Istri Paing

16. Zidan Afkarusyawwala

sebagai

Paing

Scene 1:
Paing tiba di Jakarta
Lokasi: Pinggir jalan
Paing

: Wah, benar kata orang-orang, Jakarta begitu panas. (menyeka keringat dan
berjalan cukup jauh)

Paing

: Harus kemana lagi aku mengadu peruntungan. Orang kampung sepertiku mana
mudah mencari pekerjaan. (duduk di pinggir jalan)
Ini terasa sangat
melelahkan. (mengambil minum dari dalam tas dan meminumnya) Sebaiknya
aku bergegas sebelum hari gelap. (bangkit dan berjalan)
Scene 2:
Tiba di mebel
Lokasi: Mebel

Paing

: Permisi.

Pemilik Mebel

: Iya, pak. Ada yang bisa dibantu?

Paing

: Nama saya Paing, Bu. Saya baru di Jakarta. Saya ingin melamar
pekerjaan disini.

Pemilik Mebel

: Kebetulan sekali. Saya sedang butuh karyawan. Siapa nama bapak tadi?
Paing ya?

Paing

: Iya Bu, saya Paing.

Pemilik Mebel

: Paing, apa sebelumnya kamu memiliki pengalaman di bidang mebel?

Paing

: Dulu saya bekerja sebagai petani di kampung, Bu. Tapi saya janji akan
berusaha dan belajar keras. Saya pasti bisa menggarap apapun di mebel
ini.

Pemilik Mebel

: Baiklah. Kamu saya terima disini. Namun kamu harus bekerja keras dan
banyak belajar dari karyawan yang lain. Kamu bilang kamu orang baru
kan? Kalau kamu mau kamu bisa tinggal di rumah saya, di belakang
mebel ini. Bagaimana?

Paing

: Dengan senang hati Bu. Terima kasih banyak.


Scene 3
Diperlihatkan kinerja Paing yang semakin baik dari hari ke hari.
Lokasi: Mebel

Scene 4
Paing menulis surat
Lokasi : Mebel
Paing

: Aku begitu merindukan anak-anak. (menulis surat)

Pemilik Mebel

: Sedang apa kamu Paing? (mendekati Paing)

Paing

: Saya sedang menulis surat kepada keluarga saya di kampung Bu. Saya
benar-benar merindukan mereka.

Pemilik Mebel

: Kenapa tidak kamu ajak mereka kesini saja?

Paing

: Apa boleh Bu? (Berbinar)

Pemilik Mebel

: Boleh-boleh saja. Saya yakin istri kamu pekerja keras juga seperti kamu.
Dia bisa membantu-bantu di rumah.

Paing

: Kalau begitu saya akan mengirim kabar ini pada mereka. Terima kasih
Bu. (menulis surat)
Scene 5
Istri dan anak-anak Paing menerima surat
Lokasi

: Rumah Paing di kampung

Anak Paing (laki-laki)

: (Berlari dari luar rumah) Bu ada surat.

Anak Paing (perempuan)

: Ada apa kok teriak-teriak mas?

Anak Paing (laki-laki)

: Apa sih kamu dek. Aku ngomong sama Ibu kok.

Istri Paing

: Ada apa sih kok rebut-ribut ?

Anak Paing (laki-laki)

: Ada surat Bu. Mungkin ini dari bapak.

Istri Paing

: Mana coba ibu lihat ? (mengambil dari anak laki-laki dan


membacanya)

Anak Paing (perempuan)

: Gimana Bu? Dari siapa?

Istri Paing

: Bapak nak. Bapak mengajak kita ke Jakarta.

Anak Paing (laki-laki)

: Beneran Bu? Asik kita ke Jakarta! (meloncat-loncat dan lari


keluar rumah)

Anak Paing (perempuan)

: Aku seneng kita bisa ketemu bapak lagi Bu. (sambil


memeluk ibunya)

Istri Paing

: (mengangguk dan
perempuannya)

mengusap

usap

kepala

anak

Scene 6
Istri dan anak-anak Paing tiba di rumah pemilik mebel
Lokasi: Rumah pemilik mebel
Paing

: Permisi Bu. Perkenalkan Istri dan anak-anak saya

Pemilik Mebel

: (mengamati anak-anak dan istri Paing) Oh ini istrimu Paing?

Paing

: Iya Bu.

Pemilik Mebel

: Siapa nama kamu? (bertanya pada istri Paing)

Istri Paing

: Ijah Bu.

Pemiliki Mebel

: Oke Ijah. Mulai sekarang kamu bisa tinggal disini. Tapi di dunia ini gak
ada yang gratis ya. Kamu harus bekerja disini. Cuci semua pakaian
sekaligus menyetrikanya. Jika selama ini biaya makan Paing saya yang
menanggung tapi tidak berlaku untuk kalian. (menunjukkan jari pada
anak-anak dan istri Paing) Kalian bisa tidur di kamar yang sama dengan
Paing. Paham?

Istri Paing

: Baik Bu, kami paham. Terima kasih.

Pemilik Mebel

: Hmm... Antar istrimu Paing. Sepertinya Ia lelah. (berkata pada Paing)


Kamu istirahat saja sekarang Mulai besok kamu harus mulai kerja.
(berkata pada Istri Paing)

Istri Paing

: Iya Bu.

Pemilik Mebel

: (berlalu)

Paing

: Ayo, ikut aku!


Scene 7
Istri Paing mencuci & menyetrika pakaian kemudian Paing datang
Lokasi : Rumah pemilik mebel

Istri Paing

: Kang, aku hamil lagi. (sambil menyetrika)

Paing

: Oh ya? (terkejut)

Istri Paing

: Kok akang kayak gak seneng gitu sih?

Paing

: Bukan gitu. Akang lagi mikir kalau sebaiknya kita cepet-cepet pindah dari
sini aja.

Istri Paing

: Loh kenapa?

Paing

: Mau sampai kapan kita hidup menumpang terus begini. Akang ingin bisa
hidup mandiri. Nanti kita akan menyewa rumah dan akang ingin kita bisa
membangun usaha sendiri. Tidak melulu menjadi pelayan orang lain seperti
sekarang.

Istri Paing

: Apa itu tidak terlalu beresiko Kang?

Paing

: Tentu beresiko. Tapi niat Akang sudah bulat. Akang harap kehidupan kita
lebih baik kedepannya.

Istri Paing

: Ya semoga keputusan ini benar. (menghela nafas)


Scene 8
Paing izin untuk pindah rumah dan hidup mandiri
Lokasi : Mebel

Paing

: Permisi Bu, saya ingin membicarakan sesuatu.

Pemilik Mebel : Ada apa Paing? Sepertinya sangat penting sekali.


Paing

: Boleh saya duduk Bu?

Pemilik Mebel : Ya.


Paing

: (duduk) Sebelumnya saya berterima kasih karena selama bertahun-tahun


Ibu sudah banyak sekali membantu. Selain itu

Pemilik Mebel : Tunggu, tunggu! Apa maksud kamu Paing? Ada apa?
Paing

: Saya minta maaf Bu atas semua kesalahan saya. Dan saya ingin berhenti
bekerja.

Pemilik Mebel : Kenapa begitu? Kamu sudah tidak suka lagi bekerja dan tinggal disini?
Atau ada karyawan lain yang membuatmu tidak nyaman?
Paing

: Tidak Bu. Saya sangat bahagia bekerja disini. Semua teman-teman juga
sangat baik. Namun saya ingin belajar hidup mandiri Bu.

Pemilik Mebel : Tapi Paing jika kamu berhenti bekerja, kamu juga harus pergi
meninggalkan rumah ini. Mau tinggal dimana kamu?
Paing

: Ya Bu saya paham. Saya akan pergi dari sini secepatnya. Tapi beri saya
kesempatan beberapa hari untuk tinggal disini Selama saya mencari rumah
sewa/kontrak.

Pemilik Mebel : Baiklah jika tekadmu bulat. Kamu bisa berhenti bekerja mulai besok. Saya
beri kamu waktu seminggu untuk menempati rumah saya. Karena setelah
itu bisa saja kamar kamu saya berikan pada karyawan lain. Kamu paham?
Paing

: Iya Bu. Terima kasih. Saya permisi dulu Bu.

Pemilik Mebel : Hemm.


Scene 9
Lokasi Rumah Pemilik Mebel
(Istri Paing yang hendak pergi ke dapur tiba-tiba dipanggil Pemilik Mebel)
Pemilik Mebel : Ijah, kemari!
(Istri Paing mendekati Pemilik mebel)
Pemilik Mebel : suamimu sudah nemu kontrakan?
Istri Paing

: Sepertinya belum Bu.

Pemilik Mebel : Ingat saya


keempat.
Istri Paing

hanya kasih kesempatan seminggu dan ini sudah hari

: Iya Bu saya paham. Mungkin hari ini Kang Pain sudah menemukan rumah
yang pas.

Pemilik Mebel : Hah Ijah (menggelengkan kepala) Kenapa kamu tidak suruh suami
kamu membatalkan keputusannya sih. Kan sudah enak kerja disini, tinggal
disini. Gak usah susah-susah kayak sekarang. Lagian kasian anak-anakmu
kan kalau kalian pindah sekolah mereka gimana? Kalau rumah kalian jauh
dari sini kan berarti sekolah mereka harus pindah juga.
Istri Paing

: Keputusan Kang Paing sudah benar-benar kuat dan tidak bisa diganggu
gugat Bu. Saya tidak bisa berbuat apapun.

Pemilik Mebel : Duh, gimana sih? Masak iya dia gak mau dengerin kamu. Kan kasian
kamu sama anak-anak. Seenaknya sendiri aja. (kesal)
Istri Paing

: Maafkan kami Bu jika keputusan Kang Paing membuat Ibu kesal.

Pemilik Mebel : Hah, sudahlah. Saya sudah percaya sekali sama Paing. Bingung mau cari
penggantinya dimana. (memegang kening) Ya sudah Jah. Kamu bisa
pergi.
Istri Paing

: (berlalu ke dapur)
Scene 10
Paing menemukan kontrakan baru

Lokasi :
Paing

: Assalamualaikum.

Istri Paing

: Eh Bapak sudah pulang. Tumben jam segini udah pulang Pak?

Paing

: Iya Bu. Sekarang kita bisa cepat-cepat menempati rumah baru.

Istri Paing

: Maksudnya Pak? Sudah ada rumah yang cocok?

Paing

: Lokasinya dekat pasar. Daerah Jakarta Selatan. Rumahnya bersih dan


terawatt Bu. Ada dua kamar. Pokoknya pas banget deh.

Istri Paing

: Alhamdulillah kalo gitu Pak. Yasudah kalau gitu ibu kemasi barang-barang
dulu Pak.

Paing

: Nah iya, segera kemasi barang-barang kita. Besok pagi kita berangkat.
Sekarang Bapak mau ke Bu Khof mengebarkan mengenai kepindahan kita
besok.

(Mereka berduapun pergi ke arah yang berlawanan)


Scene 11
Tiba di rumah baru
Lokasi: rumah kontrakan Paing
Istri Paing

: Alhamdulillah, rumahnya nyaman banget Pak ya.

Anak (laki-laki)

: Sekarang Zidan punya kamar sendiri kan Pak ya?

Paing

: Iya. Tapi kamu tidur sekamar sama adik ya.

Anak (laki-laki)

: Yah, kirain bakal sendirian. (tertunduk lesu)

Istri Paing

: (mendekati Anak laki-laki) Kenapa sih? Kan sebagai kakak harus


selalu ngejagain adiknya. Masak gitu aja gak mau?

Anak (perempuan)

: Iya nih, masak gitu aja gak mau. Lagian harusnya aku dong yang
protes. Abis mas kalo tidur rame banget.

Anak (laki-laki)

: Eh, apa kamu bilang? (mengejar anak perempuan)

(Anak-anak saling kejar mengejar dan keluar rumah)


Paing

: Ada-ada saja ya Bu. (geleng-geleng kepala sembari tersenyum)

Istri Paing

: Iya Pak, Ibu senang melihat mereka tertawa tanpa beban seperti itu.
Jadi ingat masa kecil dulu.

Paing

: Bapak juga. (menerawang ke langit-langit) Oh iya Bu, besok


Bapak akan mulai cari kerja. Di dekat kita ada pasar. Bapak akan
mulai dari sana.

Istri Paing

: Bagus juga Pak. Sekarang Ibu beres-beres dulu Pak.

Paing

: Bapak Bantu ya Bu.

Scene 12
Pulang dari pasar
Lokasi : Depan rumah
(Istri Paing sedang menyapu ketika Paing datang)
Paing

: Assalamualaikum.

Istri Paing

: Waalaikumussalam. Gimana hari ini Pak?

Paing

: Bapak sudah punya ide Bu. Mulai besok Bapak akan membeli buah-buahan
dari tengkulak dan menitipkannya pada para pedagang. Bapak yakin kita
akan mendapat untung dengan cara begini.

Istri Paing

: Semoga saja demikian. Sekarang Bapak istirahat saja. Ibu buatkan kopi
dulu.

(Paing dan istrinya masuk kedalam rumah)


Scene 13
Lokasi : Beranda rumah
Istri Paing

: Pak, hari ini pagi sekali berangkatnya

Paing

: Iya Bu, Bapak ingin meningkatkan keuntungan kita. Semakin pagi


biasanya para tengkulak menjual buah dengan harga yang lebih
murah.

Istri Paing

: Tapi ini masih benar-benar pagi buta Pak. Belum lagi udaranya dingin,
nanti Bapak sakit. Toh, keuntungan kita yang bulan kemarin saja sudah
lebih dari cukup.

Paing

: Tidak apa-apa Bu. Bapak ingin kita semua hidup

Anak laki-laki

: Pak, mau berangkat ya?

Istri Paing

: Ya ampun Nak. Ini masih jam 2 pagi. Tumben kamu udah bangun?

Anak laki-laki

: Ah Ibu. Aku Cuma pengan Bantu-bantu aja kok Bu.

Paing

: Pasti ada maunya.

Istri Paing

: Ada apa Nak? Bicaralah!

Anak laki-laki

: Bapak tau aja. Begini, sekarang teman-teman sudah pada sunat. Jadi
kapan aku sunat Pak?

Paing

: Benar kan. Pasti ada maunya. Kamu doakan semoga hari ini Bapak
dapat rejeki. Supaya kita bisa segera mengadakan acara sunatan.

Istri Paing

: Ibu juga punya beberapa persediaan bahan-bahan makanan untuk


tumpeng dan kuenya. Gak usah terlalu memaksakan Pak. Cukup kita
adakan syukuran kecil-kecilan mengundang para tetangga saja.

Paing

: Bagus kalau gitu. Jadi mungkin lusa bisa kita adakan acaranya.

Anak laki-laki

: Yee.. Makasih ya Pak. (meloncat-loncat)

Paing

: Bapak berangkat dulu. Assalamualaikum.


Scene 14

Istri Paing

: Ifah... Ifah.

Anak perempuan : Iya Bu sebentar. Ada apa Bu?


Istri Paing

: Tolong antarkan kue-kue ini ke rumah Bu Ani ya.

Anak perempuan : Oh iya Bu.


Anak laki-laki

: Yey.. Akhirnya selesai juga sunatannya.

Istri Paing

: Iya nak, Alhamdulillah.

Anak perempuan : Sudah Bu, ini nampannya.


Istri Paing

: Ya sudah sana taruh di dapur ya nak.

Anak perempuan : Iya Bu.


Scene 15
Lokasi : Beranda rumah
Paing

: Assalamualaikum. Bu.. Bu

Istri Paing

: Ada apa Pak?

Paing

: Besok kita harus cari pekerjaan baru.

Istri Paing

: Maksud Bapak?

Paing

: Dagangan Bapak Bu. (terbata-bata) Dagangan Bapak digusur.

Istri Paing

: Pak Bapak serius? Malang betul nasib kita Pak.

Paing

: Sudahlah Bu. Jangan menyalahkan nasib. Bapak mau istirahat dulu


(masuk ke dalam rumah)
Scene 16
Lokasi : Pinggir jalan

Paing

: Kira-kira pekerjaan semacam apa yang bisa aku kerjakan.

(berjalan keluar masuk panggung)


Paing

: Sepertinya di ujung sana ada pangkalan bajaj. Sepagi ini mereka sudah ada
disini. Apa aku bisa menjadi supir bajaj seperti mereka? Bangun pagi tak
masalah buatku, tapi aku tidak bisa menyetir.

(Paing duduk lemas di pinggir jalan)


Paing

: Aku tau. Bagaimana kalau aku berjualan nasi untuk tukang-tukang bajaj
itu. (berlari pulang dengan sumringah)
Scene 17
Lokasi: Beranda rumah

(Anak laki-laki dan perempuan sedang asik bermain petak umpet)


Paing

: Ifah, Ifah..

Anak perempuan

: Iya Pak ada apa?

Paing

: Kamu tau semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat nasi


uduk kan?

Anak perempuan

: Iya Pak.

Paing

: Kalau begitu cepat pergi ke pasar dan beli semua bahan-bahannya. Ini
uangnya. Belilah sekiranya cukup membuat 10 nasi uduk.

Anak perempuan

: Baik Pak. Apa ada lagi?

Paing

: Tidak. Ayo cepat berangkat.

(tiba-tiba istri Paing datang dari dalam rumah)


Istri Paing

10

: Mau kemana Ifah Pak?

Paing

: Bapak suruh dia ke pasar Bu. Bapak akan berjualan nasi uduk.
Besokpagi-pagi sekali bapak akan berangkat. Ibu sudah harus
memasaknya saat tengah malam.

Istri Paing

: Ibu senang mendengarnya Pak. Semoga usaha Bapak lancar.

Anak laki-laki

: Amiin. Kalau nanti sudah punya banyak uang, aku mau beli sepatu
baru Pak ya.

Istri Paing

: Kamu ini selalu saja minta yang tidak tidak. Bapak baru saja
menemukan pekerjaan baru eh malah minta macam-macam.

Paing

: Sudah Bu. Doakan saja ya nak.


Scene 18
Lokasi: tempat berdagang

Ngobrol Paing meme sama Bachul. Tiba-tiba Paing ditelepon sama anaknya suruh pulang.
Karena istrinya melahirkan. Daganan dititipkan pada temannya.
Meme

: Bagaimana keadaan istrimu Paing?

Paing

: Alhamdulillah istriku sehat Me.

Bachul

: Kapan perkiraan istrimu akan melahirkan?

Paing

: Aku tidak tahu, Chul. Saat ini usia kandungannya sudah 9 bulan lebih.
Mungkin minggu ini istriku melahirkan. Mengapa kamu bertanya begitu
Chul? Apa kamu mau membayar biaya persalinan istriku?

Bachul

: Enak saja kau Paing! Seperti tidak tahu keadaan ekonomi kawanmu ini
saja. Dapat uang dari mana aku.

Meme

: Paing, hape mu bunyi tuh! Cepat tengok!

Paing

: (mengangkat telepon) Halo Assalamualaikum. Ada apa Nak?


(terkejut)Apa ibumu melahirkan? Tunggu Bapak ya Nak. Sebentar lagi
Bapak ke sana.

Meme

: Istrimu melahirkan Paing? Waah selamat ya. Kamu sudah tambah


momongan lagi.

Bachul

: Baru saja kita membicarakan kehamilan istrimu. Selamat kawan!

Paing

: Terima kasih Bachul, Meme. Aku akan mengurus istriku di rumah sakit
dulu sekarang. Apa kalian tidak keberatan jika aku titipkan
daganganku?

Bachul

: Oh boleh boleh. Kami siap membantumu Paing.

11

Paing

: Kalau begitu, aku pergi dulu. Assalamualaikum.

Bachul & Meme

: Waalaikumsalam.

Bachul

: Dagangan Paing ini, kok, lumayan laris ya? Bagaimana kalau kita ambil
dagangannya? Itung-itung untuk menambah penghasilanlah.

Meme

: Tunggu sebentar. Apa kamu tidak takut mengambil dagangan Paing?


Waah, bisa-bisa repot jadinya jika Paing mengamuk.

Bachul

: Buat apa takut. Salah dia sendiri tidak segera mengambil dagangannya.
Apalagi orang-orang tidak mungkin tahu jika ini dagangan Paing. Dia
kan baru berjualan di sini beberapa hari.

Meme

: Ya sudahlah. Benar apa yang kamu katakan. Tapi bagaimana cara kita
mengambil alih dagangan Paing ini?

Bachul

: Begini, untuk lebih menguntungkan kita, apa mungkin kita mendirikan


tempat yang lebih layak agar dapat menarik perhatian orang-orang untuk
membeli dan menikmati dagangan ini?

Meme

: Boleh-boleh saja. Aku perhatikan dagangan Paing tidak ada apa-apanya.


Hanya meja begini bagaimana pembeli dapat makan dengan nyaman?
Tidak ada atapnya pula. Kalau hujan kehujanan. Kalau panas kepanasan.
Repot!

Bachul

: Ya sudah. Nanti kita pindahkan tenda dan gerobak dagangan kita ke


sini. Oh ya, juga bangku-bangkunya.

Meme

: Siap!
Scene 19
Lokasi : lorong rumah sakit

(Paing berlati tergesa-gesa. Ia Melihat kedua anaknya sedang duduk lesu di bangku Rumah
Sakit)
Anak perempuan

: Pak, Bapak sudah datang. Ibu di dalam Pak. Ifah takut Ibu kenapanapa Pak.

Paing

: Tenang Nak. Ibu pasti akan baik-baik saja.

Anak perempuan

: Semoga saja Pak.

(semua duduk dalam diam. Tenggelam dengan kecemasan masing-masing. Tak berapa lama
terdengar suara tangisan bayi)
Anak perempuan

12

: Itu pasti suara adik baru.

Anak laki-laki

: Iya, pasti adik kita sudah lahir.

Paing

: Alhamdulillah (sukud syukur)

(semua larut dalam kebahagiaan)

Scene 20
Lokasi: beranda rumah
Paing

: Bapak antar sampai sini saja ya Bu.

Istri Paing

: (mengangguk)

Paing

: Kalian jaga baik-baik Ibu dan adik kalian.

Anak-anak

: Baik Pak.

Paing

: Assalamualaikum.
Scene 21
Di pasar berantem

Meme

: Eh eh, Bachul, lihat, Paing datang tuh! Bagaimana ini?

Bachul

: Wah iya nih. Halah, sudah, santai saja.

Paing

: (melihat-lihat tempat dagangnya) Hey, kalian apa-apakan daganganku?


Mengapa jadi ada tenda dan gerobak segala? Siapa yang menyuruh kalian
melakukan ini?

Bachul

: Hey, Paing, siapa bilang ini daganganmu? Sekarang tempat ini adalah milik
kami!

Paing

: Apa?! Tidak bisa begitu! Tempat ini adalah tempatku berdagang dan kalian
tidak boleh seenaknya mengambil tempat ini dariku! (memukul meja)

Bachul

: (tertawa sinis) Tapi kenyataannya sekarang kami yang berjualan di sini.


Percuma jika kamu mengamuk. Orang-orang sudah terlanjur nyaman dengan
warung kami yang lebih nyaman dibanding punyamu.

Paing

: Kurang ajar! Jaga mulutmu Chul! (menarik kerah baju Bachul)

Bachul

: (tertawa sinis) Ayo Paing, pukul saja aku jika kamu berani.

(Kemudian Bachul dan Paing terlibat perkelahian yang cukup sengit)


Meme
13

: Bachul! Paing! STOP! Cukup!

(Bachul dan Paing menghentikan perkelahian mereka.)


Paing

: (tertawa sinis) Dasar penghianat! Ya, kalian semua penghianat! (pergi


meninggalkan pasar)

Scene 22
Lokasi : di dalam rumah
Paing

: Ternyata mereka mengkhianati Bapak Bu. Bapak kecewa sekali dengan


mereka. Bapak tidak tau harus berbuat bagaimana lagi.

Istri Paing

: Sudah Pak. Besok biar Ibu yang akan mulai cari kerja.

Paing

: Bagaimana bisa Bu. Ibu baru saja melahirkan. Ibu mau kerja apa?

Istri Paing

: Ibu masih kuat berjalan Pak. Bapak tenang saja. Ibu akan mencari
pekerjaan pada ibu-ibu yang dulu suka mencucikan pakaiannya pada Ibu.

Paing

: Tidak usah Bu. Ibu di rumah saja. Gimana bisa Ibu berkeliaran di luar sana
padahal baru saja melahirkan.

Istri Paing

: Kenapa selalu bawa-bawa melahirkan Pak? Ibu kuat. Bapak percaya saja
sama Ibu.
Scene 23
Lokasi : Pinggir jalan

Istri Paing

: Harus kemana lagi aku ini, sudah panas. Tak satupun rumah yang bisa
menolongku. Ada satu rumah yang belum kudatangi. Rumah tante. Dan
itu di ujung sana. Aku akan pergi kesana.

Scene 24
Istri kerumah tante
Lokasi : Rumah Tante
Rani

: (sedang menyapu) Mau cari siapa?

Fia

: Tante ada?

Rani

: Sedang istirahat baru saja pulang. Akhir-akhir ini tante sibuk sekali.

Fia

: Coba sampaikan padanya saya perlu sekali.

14

Rani

: Ya tunggu dulu ya.

Tante datang.
Tante : ada apa? Oh ini ya bayinya yang baru lahir itu? Aduh kenapa jadi begini.
Fia

: (mengangkat muka) Tante masih ingat saya?

Tante : Tunggu-tunggu saya ingat dulu. Oh ini istrinya Paing ya? Ada apa ya?
Fia

: begini tante, suami saa kehilangan pekerjaannya. Saya tidak tahu lagi harus
bagaimana. Tante tahu sendiri kebutuhan sekarang sangat sulit. Kami harus
membesarkan tiga orang anak, bisakah tante membantu kami?

Tante : Hmm, Paing mau jadi tukang kebun?


Fia

: Mau tante mau.

Tante : ada sih temenku dia seorang peragawati. Baru-baru ini tukang kebunnya pergi dan
dia pasti butuh tukang kebun baru. Banyak sekali tanaman mahal yang mati tidak
terawat kasihan sekali dia, eh apa benar Paing mau?
Fia

: benar tante, kang Paing pernah menjadi petani. Ia pasti akan bekerja dengan baik.

Tante : baiklah, oh ya jangan permasalahkan soal gaji, dia orang yang sangat kaya.
Suaminya saja ahli minyak di Amerika kalau begitu saya telpon dia dulu.
(dalam telepon)
Tante : Halo, eh lu jadi butuh tukang kebun gak sih? ...... Nah kebetulan nih ada tetangga
gue yang nganggur. ...Oh? iya? .... 90ribu?... yade besok ya.
Fia

: (membatin)

Fia

: Bagaimana tante?

Tante : besok Paing suruh langsung kesini saja nanti berangkat bareng saya.
Fia

: oh baik tante saya permisi pulang dulu terimakasih.


Scene 25
Paing bersama Tante ke rumah Pragawati
Lokasi : Rumah Pragawati

Tante

: (mengetuk gerbang) permisi...

Satpam : (membuka gerbang) berhenti disini sebentar.


Tante
15

: loh apa-apaan ini?

Satpam : maaf ibuk..


Tante

: apahh? Enggak suka. Kok ibuk sih? Tante dong, masih muda gini.

Satpam : baik saya ulang. Maaf tante. Anda siapa dan darimana dan ada keperluan apa?
Tante

: kamu ini satpam berapa lama disini? Saya sering kesini kok.

Satpam : maaf saya kurang memperhatikan orang-orang yang datang. Disitu kadang saya
merasa sedih.
Tante

: sudahlah cepat. Panggilyonkan majikanmu!

Satpam : (mengangkat telfon) baik nya.


Satpam : Tante sudah ditunggu di teras belakang.
Tante

: nah gitu dong say. (menuju teras belakang). Lesi lesi lama gak ketemu, sini peluk
sini sama Tante. (berkata pada Paing) Eh, kamu tunggu disini aja ya.

Paing

: Iya Tante.
Scene 26
Pembantu Peragawati menyuruh masuk
Lokasi : Rumah Tante

Firyal

: ngelamun ya? Dipanggil-panggil kok diam saja, ayo ikut aku!

(Paing kaget)
Firyal

: kamu kerja disini? Siapa namamu? Jangan kayak tukang kebun yang dulu.

Paing

: memangnya kenapa?

Firyal

: huh nyebelin. Sudah genit, gak tau diri lagi orangnya. Syukur nyonya cepat
memecatnya.

Paing

: ia diusir?

Firyal

: Jelas dong. Habis kerjanya sembarangan, banyak tanaman yang mati tuh. Banyak
yang hilang, pasti dijual buat beli miras , suka teler sih.

Paing

: Masak sih?

Firyal

: Yaudah kalau ngga percaya. Kamu dipanggil nyonya di halaman belakang.

Scene 27
Istri kerumah tante
16

Lokasi : Halaman Belakang Rumah Tante


Tante

: Duh sis, lama ga ketemu ya. Itu tuh aku bawain tukang kebun yang kemarin aku
bilang

Cun

: Iya kangen nih sis, mana tukang kebunnya ?

Tante

: ngga tau. Kok lama ya?

Cun

: bentar bentar. (menelefon pembantunya) suruh tukang kebun di depan untuk


menemui saya di halaman belakang.

Tante

: dih, disini ga perlu teriak-teriak lagi ya.

Cun

: 2015 ga perlu teriak-teriak lagi kali.

Paing datang..
Paing

: permisi buk, saya Paing. Saya ingin melamar pekerjaan disini.

Cun

: namanya Paing. Gitu aja?

Paing

: ya begitulah orang-orang memanggil saya

Cun

: mana KTP mu?

Paing

: sebentar buk. (mengambil ktp)

Cun

: kamu bisa membaca?

Tante

: bisalah. Dulu lulusan smp kan?

Paing

: iya.

Cun

: Eh kalo ngomong yang keras dong! Ini bukan gubug, rumah segede ini kamu
ngomong gitu. Bisik-bisik mah!

Paing

: iya bu.

Cun

: yasudah. Kamu bisa bekerja mulai hari ini. Jangan pulang tiap hari, gajimu akan
habis buat transport. Dibelakang masih ada kamar kosong bisa kamu pakai.
Tanyakan pada Iyem semua. Dan satu lagi, seluruh taman dan kebun di rumah ini
kamu yang mengurus setiap pagi dan sore. (menimbang sesuatu) tanya pada Iyem
apa saja alatnya dan cara penggunaannya. Untuk tanamangantung dan pot-pot
kecil, tanyakan pada saya cara merawatnya bila kamu tak tahu. Ingat, jangan
kerja sembarangan. Karena semua mahal, bahkan gajimu setahun tak cukup.

Paing

: (mengangguk)
Scene 28

17

Habib bertemu Firyal dan Titot bekerja


Lokasi : Halaman Belakang Rumah Tante
Paing sedang bekerja..
Habib

: hei kalian kemari

Paing dan Iyem : iya pak


Habib

: kamu pembantu baru ya? Sudah tau kan prosedur kerjanya.

Paing

: iya pak, sudah tau. Tapi, beberapa ada yang belum saya mengerti.

Habib

: kalau begitu segera tanyakan kepada Iyem. Tapi, menurut saya


pekerjaanmu sudah bagus. Buktinya, dalam waktu seminggu kebun saya
sudah rapi kembali. Saya senang mempekerjakan kamu, terimakasi.

Paing

: iya pak, sama-sama. Saya akan bekerja lebih giat lagi.

Habib

: ohya, Iyem nanti malam istri saya akan mengadakan pesta bersama temantemannya. Tolong siapkan segala keperluannya.

Iyem

: emang apa saja keperluannya?

Habib

: tanyakan saya pada nyonya. Baik, saya pergi dulu.

Iyem dan Paing : Iya baik pak.


Scene 29
Nyonya mengadakan pesta dengan temannya
Lokasi : Halaman Belakang Rumah Tante
Mita

: Good evening honey

Queen

: Oh my God, eh kok tiba tiba kesini sih (Cium pipi) ?

Mita

: Loh sis, lo lupa sekarang kalo kita ngadain arisan ?

Queen

: Biasa lah sis, kebanyakan jalan jalan gini sih.

Mita

: Oh gitu ya, jadi gue ga diajak nih ?

Queen

: Ya sorry sis, kan gue kesana sama suami (tertawa kecil)

Tia

: Oh jadi gini ya duluan tanpa gue ?

Mita dan Queen

: Yaiyalah sis, apa kabar ? ( Cium pipi )

Mita

: Sis, lo kemana aja sih ? lama deh.

18

Tia

: Sorry ya dateng telat, gue nih habis nyalon biar necis dikit gitu.

Tia + Queen + Mita : (tertawa)


Tia

: eh tau ga sih ? tadi gue nyalon, ada diskonan gede sis

Mita

: Serius lo ? emang apaan ?

Tia

: Diskon spa gede gedean, 50% dari biasanya.

Queen

: Wah, lumayan tuh. Gimana kalo beso kita spa bareng disana oke?

Tia dan Mita

: Siap bos !

Habib

: Loh ini temen temen kamu ?

Queen

: Iya nih, eh ikutan party sekalian yuk

Habib

: Nggak deh, aku mau ke kantor aja.

Queen

: Malem malem gini ke kantor ?

Habib

: Hehe iya, ada meeting dadakan barusan ditelpon sama sekretaris.

Queen

: Oh yaudah, selamat bekerja papa sayang (salim tangan)


Scene 30
Nyonya menyuruh Paing untuk mengambil uang
Lokasi : Halaman Belakang Rumah Tante

Queen

: Paing, kemari !

Paing

: iya Nyonya ada apa?

Queen

: Paing kamu ganti pakaian dulu ya ke bank ambil uang. Tuan akan ke Abudabi
nanti sore, sebentar lagi mobilnya dari kantor akan datang mengantarmu. Inget!
Kamu yang ambil sendiri dan bawa KTPmu, jangan sekali-kali menyerahkannya
pada sopir, dia tidak bisa dipercaya. Kacamata dan kase di mobil suka ilang. Dan
bawakan tas itu kemari (sambil menunjuk tas yang ada di atas meja)

Paing

: Ini nyonya tasnya.

Queen

: sebelum ke bank kamu Kemang ya, fotokopi buku dan cuci cetak film ini.
Ditinggal aja, setelah dapat uang dari bank, kembalilah untuk membayar fotokopi
dan foto. Terus ke laundry ambil pakaian Tuan sekalian bayar tagihan minggu
lalu. Suruh sopir cepat ke kantor jemput Tuan dan bilang jangan mampir-mampir.
Kamu kembali kesini naik taksi, paham?

Paing

: Baik nyonya saya paham.

19

Scene 31
Paing bercakap-cakap dengan supir
Lokasi : Mobil
Paing

: Pak!

Gaka

: Boh, kok awakmu le?

Paing

: Maaf Pak, saya kurang mengerti bahasanya.

Gaka

: Halah sok kota kamu. Mau kemana ini ?

Paing

: Ke bank dulu.

Gaka

: Mau apa ke bank ?

Paing

: Di suruh ambil uang.

Gaka

: Ya wes,ayo masuk mobil !!

(Mereka masuk dalam mobil)


Paing

: Pak nanti habis ngantar saya bapak suruh jemput tuan ke kantornya!

Gaka

: Iya saya sudah ngerti. Kok kamu yang ambil uang sekarang kan biasanya saya ?

Paing

: Nggak tau pak, saya Cuma disuruh nyonya.

Gaka

: Pasti wes nggak percaya sama saya, saya yang dikira maling lah. Kan saya selama
ini sudah ..berusaha jujur.

Paing

: Yang sabar pak

Gaka

: sabar gimana ? sudah berapa kali dituduh.

Paing

: Yaudah Pak.

Scene 32
Pembagian gaji
Lokasi : rumah peragawati
Queen : Iyemmm! Kemari. Kalau kamu ndak lari, tak potong gajimu
Queen : Kumpulin semua pembantu, hari ini pembagian gaji.
Firyal

20

: Baik nyonya.

(Paing masuk)
Queen : Ini gajimu (sambil memberikan kepada pembantunya) Terima kasih sudah mau
bekerja disini, kalian bisa kembali ke kampung halaman bila kalian mau.
Paing

: Baik Nyonya, saya akan kembali ke kampung halaman.

Firyal

: Baik.

Gaka

: Iya.

Olom

: Baik Nyonya.
Scene 33
Paing pulang ke rumah
Lokasi : kontrakan Paing

Paing

: Assalamualaikum.

Anak laki-laki

: Bapak.. (memeluk Paing)

Anak perempuan

: Pak, aku kangen Pak.

Istri Paing

: Pak, Alhamdulillah Bapak sudah pulang.

Paing

: Ini Bu (menyerahkan amplop) Besok

Istri Paing

: Mau kembali pagi sekali, ya? (membuka amplop)

Paing

: Aku ingin ke pasar lagi, berkelahi! (menerawang)

(Istri Paing terkejut hingga tidak mampu berkata-kata)

21

Anda mungkin juga menyukai