SKRIPSI
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Bogor,
Agustus 2008
ABSTRAK
GITA HANUM PURNAMASARI. Analisis Permintaan Benur Udang Windu
di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh
WAWAN OKTARIZA dan ACHMAD FAHRUDIN.
Benur yang banyak digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yaitu benur oslah. Permintaan benur oslah
merupakan permintaan turunan dari udang windu. Perubahan permintaan benur
oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan bersih
pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu. Tujuan dari penelitian ini
yaitu mengkaji karakteristik responden, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan benur oslah dan mengkaji elastisitas permintaan benur
oslah. Pembudiaya yang dijadikan responden sebanyak 60 orang terdiri dari 30
orang pembudidaya monokultur dan 30 orang pembudidaya polikultur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk
golongan umur yang produktif dengan pengalaman usaha antara 8-22 tahun dan
tingkat pendidikan rendah (SD). Luas lahan tambak responden sebagian besar
berkisar antara 1-2 ha dengan padat penebaran benur oslah antara 5.000-67.142
ekor/tahun. Harga udang windu responden sebagian besar berkisar antara Rp
37.142,00-Rp 42.855,00 per kg. Produksi terbesar responden monokultur lebih
besar dibandingkan responden polikultur sedangkan rata-rata pendapatan
responden monokultur lebih kecil dibandingkan responden polikultur.
Berdasarkan hasil analisis regresi model terbaik (linier) dapat diketahui bahwa
faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benur oslah yaitu luas
lahan dan produksi. Pendapatan, harga udang windu, dan sistem budidaya
berdasarkan komoditas (monokultur dan polikultur) tidak mempengaruhi secara
nyata permintaan benur oslah. Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, elastisitas
produksi sebesar 0,30, elastisitas pendapatan sebesar 0,19, dan elastisitas harga
udang windu sebesar 0,66. Secara keseluruhan nilai elastisitas permintaan benur
oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti bahwa perubahan permintaan
benur oslah lebih kecil dari pada perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan
harga udang windu.
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SKRIPSI
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: C44104029
Program Studi
Disetujui,
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Salawat serta salam semoga selalu terlimpah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta
pengikutnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1). Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat
berarti selama penyelesaian skripsi ini.
2). Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. dan Ir. Anna Fatchiya, M.Si yang telah
bersedia menjadi dosen penguji tamu.
3). Kepala Cabang Dinas (KCD) Perikanan Kecamatan Pasekan.
4). Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dede Dasuri dan Ibunda Icih Waningsih
yang telah memberikan curahan kasih sayang, doa, semangat, dan
pengorbanan yang begitu besar dalam membesarkan dan mendidik penulis,
serta Adiku tersayang, Reka Gustamala atas kasih sayangnya.
5). Teman-teman seperjuangan di Program Studi Manajemen Bisnis dan
Ekonomi Perikanan-Kelautan, Teman-teman Astri Indramayu dan seorang
sahabat yang baik hati yang telah memberikan motivasi dan doa, serta semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
ix
I. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................
1
1
5
6
6
8
8
9
10
10
11
13
13
14
16
17
21
26
26
26
26
28
28
28
28
29
29
30
30
31
32
34
35
Halaman
5.2. Kependudukan ..............................................................................
5.3. Budidaya Tambak Udang Windu ..................................................
5.3.1. Sistem Budidaya ..................................................................
5.3.2. Pengelolaan Tambak ............................................................
5.3.2.1. Pengelolaan Tambak Monokultur .............................
5.3.2.2. Pengelolaan Tambak Polikultur ................................
37
38
38
39
39
42
45
45
45
45
46
47
47
48
49
49
50
52
52
53
53
54
56
58
62
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi Perikanan Budidaya dan Perairan Umum Per jenis Usaha di
Indramayu Tahun 2004-2007 .................................................................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Udang Windu (Penaeus monodon) ........................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Daerah Penelitian ...........................................................................
69
70
72
74
79
80
85
86
90
10. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah .......
94
11. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln X) Permintaan Benur Oslah ........
98
12. Perhitungan Elastisitas Permintaan Benur Oslah pada Model Linier. 102
13. Dokumentasi Penelitian .......................................................................
103
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki potensi sumber daya laut dan pantai yang sangat besar dengan jumlah
pulau sebanyak 13.667 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km
(Murtidjo dan Mujiman 1989).
Perikanan merupakan salah satu sektor yang memberikan konstribusi
cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang kedua dunia, sehingga mengandung potensi budidaya yang tinggi,
terutama untuk pengembangan budidaya air payau (tambak). Produksi perikanan
budidaya Indonesia pada periode 2003 sampai 2007 mengalami kenaikan yang
signifikan dari 1.224.192 ton pada tahun 2003 menjadi 3.088.800 ton pada tahun
2007 (http://www.antara.co.id). Oleh karena itu, usaha budidaya memiliki
peluang yang lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan, terutama protein
ikan penduduk Indonesia serta dunia hari ini dan masa depan.
Usaha budidaya air payau komersial umumnya mengutamakan udang
windu dan udang vannamei karena kedua jenis udang ini dapat mencapai ukuran
besar dan mempunyai pasaran yang baik untuk ekspor. Diantara kedua jenis
udang tersebut, udang windu yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Udang
vannamei memiliki keterbatasan benih karena benih udang vannamei masih
diproduksi secara terbatas akibat induk yang berasal dari impor.
Udang windu merupakan andalan utama penggaet devisa negara karena
Indonesia memiliki luas lahan budidaya yang potensial untuk udang, yaitu
mencapai 1,2 juta ha, sementara sampai tahun 2005 luas tambak yang dibangun
baru mencapai 350 ribu ha dengan produktivitas rata-rata 0,6 ton per hektare per
tahun (http//.www.freelist.org). Hal ini berarti tingkat pemanfaatannya lahan
tambak udang Indonesia baru 29,17 % sehingga andalan utama penggaet devisa
negara yaitu udang hasil budidaya di tambak.
Lokasi paling potensial untuk budidaya udang windu yaitu di sepanjang
pantai, diantaranya Pesisir Timur Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Riau
dan Lampung), Pesisir Utara Pulau Jawa (Pantura), Pesisir Kalimantan, Bali dan
Nusa Tenggara, Sulawesi Serta Papua (Amri, 2003). Indramayu merupakan salah
satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Pantai Utara Jawa Barat yang menjadi
salah satu sentra pertambakan Jawa Barat. Kabupaten Indramayu memiliki garis
pantai terpanjang di Jawa Barat, yaitu sebesar 114,1 Km, sehingga mengandung
potensi perikanan yang sangat tinggi, terutama untuk pengembangan budidaya air
payau (tambak).
Kegiatan budidaya di Indramayu berdasarkan jenis usahanya terdiri dari
usaha budidaya tambak, kolam, mina padi, dan laut. Pada tahun 2004-2007, usaha
budidaya tambak dan kolam merupakan usaha yang menghasilkan produksi paling
besar dan selalu meningkat setiap tahunnya. Produksi hasil budidaya tambak
merupakan yang paling tinggi diantara produksi hasil budidaya kolam, mina padi,
dan laut. Pada tahun 2007 produksi hasil budidaya tambak sebesar 29.201,590
ton. Sedangkan produksi hasil budidaya kolam, mina padi dan laut masing-masing
sebesar12.331,11 ton , 5,50 ton, dan 45,69 ton (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Per Jenis Usaha di Indramayu Tahun
2004-2007 (dalam ton)
Jenis usaha
2004
2005
2006
2007
Tambak
19.791,00
20.090,50
25.542,40
29.201,59
Kolam
4.282,40
9.408,10
9.940,22
12.331,11
0,03
5,50
Laut
45,69
Total
24.073,43
29.498,60
35.482,62
41.583,89
Mina padi
12.784,18
56,73
7.343
157,85
0,70
68
9.593,00
42,57
3.159
22.535,03
100,00
10.570
Tabel 3. Luas Tambak dan Produksi Tambak di Indramayu per Kecamatan Tahun
2007 (sampai bulan November 2007)
No.
Kecamatan
Luas Tambak (Ha)
Produksi (Ton)
1
Kerangkeng
1.266,50
757,20
Karangampel
12,00
11,45
Juntinyuat
31,00
18,70
Balongan
190,36
243,49
Indramayu
1.219,45
2.332,12
Sindang
1.128,00
3.386,95
Pasekan
4.414,00
9.279,06
Lohbener
223,40
389,50
Arahan
918,45
112,62
10
Cantigi
7.042,37
6.378,36
11
Kandahnghaur
751,00
811,61
12
Patrol
74,00
440,27
13
Sukra
49,00
252,25
14
Losarang
5.215,50
3.349,20
22.535,03
28.762,74
Total
Kegiatan budidaya tambak udang windu akan berjalan dengan baik apabila
tersedia faktor-faktor produksi (input). Benih udang (benur) merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya tambak udang
windu. Pada tahun 2007 Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mematok
target produksi udang sebesar 410 ribu ton. Untuk bisa menghasilkan udang
sebanyak itu, DKP mengestimasi jumlah benur yang dibutuhkan sebanyak 40.465
juta ekor (http//.www.trobos.com). Kebutuhan benur tersebut tidak mungkin dapat
dipenuhi dengan jalan pengambilan benur secara alami dari laut. Benur windu
alami yang dapat tertangkap rata-rata mencapai 600 juta ekor per tahun. Benur
yang ditangkap biasanya campuran berbagai jenis udang, ada udang putih, windu,
dan kerosok. Bahkan bercampur pula dengan berbagai benih ikan. Menurut
penelitian di Indonesia pada umumnya campuran benur alam kebanyakan terdiri
dari udang putih 90-96%, benur windu hanya sebesar 4-6%, sedangkan sisanya
terdiri dari jenis udang lainnya (Suyanto dan Mujiman, 2005).
Kegiatan intensifikasi tambak menuntut kebutuhan benur jenis windu yang
jauh melebihi dari potensi benur alami, sehingga sekarang telah dikembangkan
usaha memproduksi benur windu secara buatan pada balai pembibitan atau
hatchery. Untuk memproduksi udang di tambak sebesar 1 ton, diperlukan benur
sebanyak 50.000 ekor. Pada intensifikasi tambak di Indonesia banyak yang dapat
mentargetkan produksi sebesar 7-8 ton/ha/musim tanam, berarti diperlukan benur
sebanyak 350.000 ekor/ha/musim sampai dengan 400.000 ekor/ha/musim tanam
(Suyanto dan Mujiman, 2005).
Pembudidaya yang ingin segera melakukan pembesaran udang windu akan
membeli benur dari pembenih kedua yang khusus membesarkan benur dari
hatchery. Pada umumnya, hatchery melepaskan benur dengan ukuran Pl-12-15
dan kemudian para pembenih kedua melakukan pengipukan selama 5-7 hari
hingga benur berukuran Pl-20-22 (Syahid, et al, 2006).
Penebaran benur dalam tambak harus disesuaikan dengan luas lahan. Padat
penebaran benur dalam tambak yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan akan
menjadi pemicu pada kegagalan budidaya udang windu. Budidaya tambak dengan
luas lahan terbatas dan kepadatan benur tinggi merupakan penyimpangan terhadap
keseimbangan lingkungan. Lingkungan yang tidak seimbang akan cenderung
mengalami penurunan kualitas. Menurunnya kualitas lingkungan tambak memicu
penyebaran wabah penyakit (Rukyani, 2000 dalam Amri, 2003).
Pada satu hektar lahan tambak biasanya diperlukan penebaran benur antara
1.000 ekor/ha/musim tanam sampai 600.000 ekor/ha/musim tanam tergantung
pada teknik budidaya apakah tradisional, semi intensif atau intensif. Padat
penebaran benur dalam tambak harus benar-benar diperhitungkan karena akan
berpengaruh pada poduksi dan akhirnya berpengaruh juga pada pendapatan.
Permintaan benur oslah merupakan permintaan turunan dari udang windu.
Adanya permintaan benur oslah oleh pembudidaya udang windu dikarenakan
adanya permintaan udang windu konsumsi oleh konsumen. Perubahan permintaan
benur oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan
bersih bagi pengusaha benur oslah maupun bagi pembudidaya udang windu. Oleh
karena itu, pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu harus
memperhatikan perubahan permintaan benur oslah terhadap faktor-faktor yang
mempengarhinya agar diperoleh nilai total penjualan dan keuntungan maksimum.
sangat tinggi karena harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual
dengan harga sama.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1). Bagaimana karakteristik dan keadaan umum usaha pembudidaya udang windu
di Kecamatan Pasekan, Indramayu?
2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan benur oslah?
3). Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan?
Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin disebut
exoskeleton, kecuali sambungan antar ruas sehingga udang tetap mudah bergerak
dan membungkuk. Tubuh udang windu dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
cephalotorax yang terdiri dari kepala dan dada, serta bagian abdomen yang terdiri
dari perut dan ekor ( Murtidjo dan Mujiman, 1989).
10
kemudian melakukan pengipukan selama 5-7 hari hingga benur berukuran Pl-20
sampai Pl-22. Benur berukuran lebih dari Pl-20 tersebut disebut juga dengan
istilah oslah (Syahid, et al, 2006).
Pengemasan, pengangkutan, dan jarak dari lokasi pembenihan ke lokasi
tambak sering kali menimbulkan masalah serius, terutama banyaknya benur yang
mati selama pengangkutan. Faktor utama yang dievaluasi selama pengangkutan
yaitu air sebagai media benur selama pengangkutan. Kondisi air diusahakan dalam
keadaan normal, baik temperatur, salinitas, derajat keasaman (Ph), dan
kandungan oksigen (Murtidjo, 2007). Benur sangat sensitif terhadap perubahan
temperatur. Jika temperaturnya tidak cocok, benur akan rentan dan mengalami
stres. Salinitas air selama pengangkutan diusahakan sama dengan salinitas air di
lokasi pembenihan. Kandungan oksigen terlarut sangat erat kaitannya dengan
kepadatan serta lama pengangkutan. Jika oksigen sedikit, maka jumlah benur yang
dapat ditampung juga sedikit, dengan waktu dan pengangkutan tidak lama.
Tingkat kepadatan benur dan lama pengangkutan agar resiko dapat dihindari dapat
dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran Benur, Kepadatan Benur dan Lama Pengangkutannya
Ukuran
PL
Kepadatan benur dan lama pengangkutan
(mm)
12 jam
6 jam
2 jam
5-8
500
600
1000
PL10
18-20
300
400
1000
PL15
21-30
200
300
500
PL20-PL30
31-35
100
200
300
PL31-PL40
>35
50
100
100
PL40
11
12
13
14
+ +
15
Dimana :
Qdx
= permintaan barang x
Px
= harga barang x
Py
= selera
Pen
= jumlah penduduk
Pp
D
Q (kuantitas)
Q1
Q0 Q2
16
D1
D0
D2
Q (kuantitas)
17
18
Keterangan
Perubahan (dalam persentase) permintaan
lebih kecil daripada perubahan harga
19
20
21
22
23
sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel tak bebas (dependent variable) dan
satu variabel bebas (independent variable), serta analisis regresi berganda dimana
sebuah variabel tak bebas (dependent variable) dipengaruhi oleh lebih dari satu
variabel variabel bebas (independent variable) (Gujarati, 1997).
25
Sistem budidaya
- Polikultur
- monokultur
non benur:
- Lahan
- Kapur
- Pakan
- Obat-obatan
- Tenaga kerja
Benur
Permintaan Benur
Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan :
- Luas lahan
- Produksi
- Harga udang windu
- Pendapatan
- Teknik budidaya
Model Ekonometrika
Permintaan benur
Karakteristik
pembudidaya
Analisis deskriptif
Perubahan
permintaaan benur
Analisis elastisitas
26
27
Observasi
udang windu
2.
3.
4.
Kegiatan budidaya
udang windu
wawancara
Perikanan Kecamatan
Kecamatan Pasekan
Pasekan
Karakteristik responden
Wawancara
Pembudidaya udang
dengan bantuan
windu
pengalaman usaha)
kuisioner
Wawancara
Pembudidaya udang
dengan bantuan
windu
kuisioner
6.
Faktor-faktor yang
Wawancara
Pembudidaya udang
mempengaruhi permintaan
dengan bantuan
windu
benur
kuisioner
Studi pustaka
Studi pustaka
28
29
X1
X2
= pendapatan (Rp/tahun)
X3
= produksi (kg/tahun)
X4
30
bo
= intersep
bi
X1
X2
= produksi (kg/thn)
X3
= pendapatan (Rp/panen)
X4
Di
ui
= faktor kesalahan
31
32
Dimana :
t hit =
bi
; (i = 1,2,3,..., n)
SE (bi )
bi
= jumlah pengamatan
Jika:
a. -ttabel < thit < ttabel maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas yang
diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
b. t hit < -ttabel atau t hit > ttabel maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas
yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
2. Uji F
Uji F menurut Gujarati (1997) digunakan untuk menunjukkan kemampuan
peubah-peubah bebas secara bersama-sama menjelaskan variasi dari peubah tak
bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Ho : bi = 0, i = 1,2,3,,6
H1 : salah satu atau semua bi 0
dimana : n
k
= jumlah sampel
= jumlah variabel dalam model
Jika:
a. Fhit > Ftabel maka tolak Ho, artinya semua variabel bebas mampu secara
bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.
b. Fhit < Ftabel maka terima Ho, artinya semua variabel bebas tidak mampu
secara baersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.
33
(2001) yaitu dengan melihat grafik normal probability plot, yaitu dengan melihat
penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot,
sedangkan untuk histogram dengan melihat kurva yang berbentuk genta
(lonceng). Dasar-dasar pengambilan keputusan berdasarkan grafik normal
probability antara lain :
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Autokorelasi
Autokorelasi menurut Gujarati (1997) adalah korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan
waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Model regresi harusnya
bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli
dengan data hasil regresi) bersifat tetap untuk tiap nilai X. Cara mendeteksi
autokorelasi menurut Santoso (2001) yaitu dengan menggunakan uji DurbinWatson yang diambil patokannya secara umum adalah sebagai berikut:
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Angka D-W diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka D-W diatas 2 berarti ada autokorelasi negatif
3. Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi diantara
variabel-variabel bebas dalam model regresi (Santoso, 2001). Bila variabelvariabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut multikolinearitas
sempurna. Multikolinearitas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya
derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Bila variabelvariabel bebas berkorelasi secara senpurna maka metode kuadrat terkecil tidak
dapat digunakan.
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF). VIF merupakan suatu cara mendeteksi multikolinearitas dengan
melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua
34
VIF (bi ) =
1
(1 R 2 i )
Dimana :
VIF (bi) = Variance Inlation Factor untuk masing-masing variabel
R2i
= koefisien determinasi
Satu asumsi penting dari model regresi linier yaitu bahwa gangguan
(disturbances) ui yang muncul dalam fungsi regresi populasi harus
homoskedastik, yaitu gangguan tersebut mempunyai varians yang sama.
Pelanggaran dari asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Metode informal dan
formal untuk mendeteksi heteroskedastisitas menurut Gujarati (1997), yaitu sifat
dasar masalah, metode grafik, pengujian park, pengujian Glejser (Glejser test),
dan pengujian rank dari korelasi Spearman.
Pendeteksian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
metode grafik. Untuk melihat ada atau tidaknya pola heteroskedastisitas maka e
dipetakan terhadap menggunakan grafik Scater Plot. Jika tidak ada pola yang
sistematis, maka diartikan bahwa varians setiap unsur residual adalah sama.
35
= bi (
Xi
)
Yi
= bi (
1
)
Yi
(bi) dengan rata-rata variabel bebas ( X ) . Elastisitas pada model Semi-log (ln Y)
menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:
= bi ( Xi )
3). Model Dobel-log
Nilai elastisitas dapat langsung diketahui dari nilai koefisien variabel
bebasnya (bi) . Elastisitas pada model Dobel-log menurut Sarwoko (2005) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
= bi
4.6. BATASAN DAN PENGUKURAN
36
4. Polikultur adalah sistem budidaya dengan dua komoditas dalam satu lahan
tambak, dimana benih yang ditebar yaitu benur windu dan benih ikan bandeng
(nener).
5. Umur yaitu umur pembudidaya pada saat diwawancara.
6. Tingkat Pendidikan yaitu pendidikan terakhir yang pernah pembudidaya
tempuh.
7. Pengalaman usaha yaitu pengalaman pembudidaya selama menjalankan
usaha budidaya sendiri.
8. Luas lahan yaitu luas lahan tambak yang pembudidaya miliki dan digunakan
untuk budidaya udang windu baik dengan sistem monokultur maupun
polikultur dengan satuan hektar (ha).
9. Produksi yaitu hasil panen pembudidaya selama satu tahun dengan satuan
kilogram per tahun (kg/tahun).
10. Harga udang windu yaitu harga jual hasil panen pembudidaya pada tingkat
harga yang berlaku pada saat panen berlangsung dengan satuan rupiah per
kilogram (Rp/kg).
11. Pendapatan adalah penerimaan usaha yang diterima pembudidaya dari hasil
produksi tambak udang windu selama satu tahun setelah dikurangi total biaya
usaha selama satu tahun dengan satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
12. Permintaan benur adalah jumlah kuantitas benur windu yang diminta para
pembudidaya udang windu selama satu tahun produksi.
13. Elastisitas permintaan adalah persentase perubahan permintaan benur windu
yang diminta para pembudidaya akibat dari satu persen perubahan luas lahan,
produksi, pandapatan, dan harga udang windu.
: Kecamatan Cantigi
Sebelah Timur
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
Sebelah Utara
: Laut Jawa
5.2. Kependudukan
12.396
Laki-laki
12.696
Total
25.092
38
1.328
Buruh tani
3.961
Buruh/swasta
657
Pegawai Negeri
139
Pengrajin
150
Pedagang
964
Peternak
131
Nelayan
936
Montir
24
Dokter
Pensiun PNS
15
POLRI
19
TNI
TKI
72
Jasa
61
Bidan desa
Pemulung
Total
1
176
8.637
39
polikultur adalah kegiatan budidaya yang memelihara dua atau lebih komoditas
dalam satu petak tambak dan yang paling banyak diusahakan yaitu budidaya
udang windu dan bandeng. Kegiatan budidaya monokultur di Kecamatan Pasekan
pada umumnya dilakukan dengan sistem budidaya tradisional (ekstensif). Padat
penebaran rata-rata 18.729 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran antara 10.00035.000 ekor/ha/musim tanam. Pada masa pemeliharaan, udang windu diberi pakan
tambahan berupa pelet, ikan gesek/rucah, gayas, dan keong. Pemberian pakan
tambahan tersebut dilakukan setelah masa pemeliharaan selama 1 bulan. Hal ini
dikarenakan pada masa pemeliharaan 1 bulan pertama masih tersedia pakan alami
yang pertumbuhannya dibantu dengan pemupukan. Pergantian air tambak bukan
hanya bergantung pada air pasang-surut tetapi juga dibantu dengan menggunakan
pompa air.
Pada budidaya polikultur penebaran benur pada suatu lahan tambak harus
disesuaikan juga dengan padat penebaran nener. Padat penebaran nener pada
tambak polikultur rata-rata sebesar 5.109 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran
penebaran antara 1.333-16.000 ekor/ha/musim tanam sedangkan padat penebaran
benurnya rata-rata sebesar 10.524 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran penebaran
antara 2.500-25.000 ekor/ha/musim tanam. Berdasarkan padat penebaran tersebut
maka sistem budidaya berdasarkan teknologi pada budidaya polikultur termasuk
sistem budidaya tradisional (ekstensif). Sebagian besar pembudidaya polikultur
tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan udang windu
tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran (feses)
bandeng. Pergantian air tambak bukan hanya bergantung pada air pasang-surut
tetapi juga dibantu dengan menggunakan pompa air.
40
41
siang, dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 4% dari
berat badannya. Kemudian pemberian pakan ditingkatkan sebanyak empat kali
sehari (pagi, siang, sore, dan malam) pada saat satu bulan menjelang panen
dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 3% dari berat badannya.
Pakan yang baik harus memiliki konversi sebesar 1,8-2. Artinya untuk
menghasilkan udang sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,8 sampai 2 kg.
Konversi pakan pada responden dapat diketahui dari perbandingan rata-rata
pemberian pakan dan produksi udang windu (Suyanto dan Mujiman, 2005).
Semakin rendah nilai konversi maka pakan udang windu tersebut semakin baik.
Rata-rata pemberian pakan tambahan sebanyak 238,8 kg/ha/musim tanam. Ratarata produksi udang windu sebesar 142,34 kg/ha/musim. Sehingga didapat nilai
konversi pakan udang windu sebesar 1,7. Artinya untuk menghasilkan udang
sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya
jika memang diperlukan. Obat-obatan yang digunakan biasanya ursal yang
berfungsi sebagai penambah nafsu makan udang dan raja bandeng yang berfungsi
untuk mencerahkan air. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi
tambak dengan air dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata
setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan bantuan pompa air.
4). Pemanenan
Pemanenan udang windu dilakukan setelah 3-4 bulan. Tetapi terkadang
panen terpaksa harus dilakukan setelah 1,5-2 bulan karena udang terserang
penyakit. Rata-rata kegiatan budidaya monokultur udang windu di Kecamatan
Pasekan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun (November- Februari dan
Maret-Juni) sehingga dalam satu tahun dilakukan dua kali pemanenan. Rata-rata
produksi udang windu sebesar 622,67 kg/tahun dengan rata-rata survival rate
(SR) sebesar 38,41%.
Kegiatan panen dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui
paralon dengan bantuan pompa air. Di sekitar paralon di pasang waring/wadong
sehingga udang yang ikut terbawa arus air akan masuk ke dalam waring/wadong
tersebut. Setelah air surut biasanya dilakukan pendorongan ke arah
waring/wadong dengan menggunakan bantuan karung yang berisi rumput. Jika
42
masih ada sisa udang yang tidak terbawa dilakukan mengambilan langsung
dengan tangan. Peralatan panen biasanya disediakan oleh buruh panen.
Kegiatan panen dilakukan oleh buruh dengan jumlah rata-rata sebanyak 8
orang/hektar/penen dengan upah antara Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang.
Perbedaan upah tersebut biasanya disesuaikan dengan hasil penen. Semakin besar
hasil panen maka upah akan semakin besar. Upah tersebut belum termasuk biaya
makan. Konsumsi buruh selama kegiatan panen ditanggung oleh pemilik tambak.
43
dan air dalam tambak. Harga nener yang digunakan yaitu nener dengan harga
antara Rp 60,00-90,00/ekor. Rata-rata penebaran benur oleh responden polikultur
yaitu 10.524 ekor/ha/musim tanam dan penebaran rata-rata nener sebesar 5.109
ekor/ha/musim tanam.
3). Pemeliharaan
Masa pemeliharaan udang windu pada tambak polikultur sama dengan
pada tambak monokultur, yaitu rata-rata selama 3-4 bulan sedangkan masa
pemeliharaan bandeng berkisar antara 4-8 bulan. Pada tambak polikultur, sebagian
besar pembudidaya tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan
tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran bandeng.
Pemberian pakan pada bandeng dilakukan setelah bandeng berumur 1 bulan
dengan frekuensi sebanyak 2 kali sehari (pagi dan sore) dan frekuensi
ditingkatkan pada saat 3 bulan menjelang panen sebanyak 3 kali sehari (pagi,
siang, dan sore).
Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya
jika memang diperlukan. Pada umumnya obat-obatan dan vitamin yang diberikan
sama dengan obat-obatan dan vitamin pada budidaya monokultur (ursal dan raja
bandeng). Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi tambak dengan air
dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata setiap 1 minggu sekali
dengan membuka dan menutup pintu air serta jika diperlukan menggunakan
bantuan pompa air. Frekuensi penggantian air ditingkatkan menjadi setiap hari
dengan rata-rata selama 3 jam pada saat bandeng berumur lebih dari 4 bulan.
4). Pemanenan
Kegiatan panen udang windu pada tambak polikultur terjadi dengan dua
kemungkinan, yaitu panen udang dilakukan pada saat masih terdapat bandeng dan
panen udang secara bersamaan dengan panen bandeng. Jika panen udang
dilakukan pada saat bandeng masih dipelihara maka pemanenan dilakukan dengan
menebar obat decis yang dapat melemaskan udang, kemudian udang di ambil
dengan tangan langsung. Sebelumnya air tambak di buang melalui pintu air
dengan bantuan pompa air sampai pelataran kelihatan. Jika pemanenan udang
dilakukan kebetulan bersamaan dengan panen bandeng maka panen dilakukan
secara bersamaan. Bandeng dipanen dengan menggunakan arad kemudian air di
44
tambak dibuang melalui pintu air dengan bantuan pompa air. Setelah air surut
biasanya dilakukan pendorongan ke arah waring/wadong dengan menggunakan
bantuan karung yang berisi rumput. Jika masih ada sisa udang yang tidak terbawa
dilakukan mengambilan langsung dengan tangan. Rata-rata produksi udang windu
sebesar 327,33 kg/tahun dan rata-rata produksi bandeng sebesar 3.442 kg/tahun.
Rata-rata survival rate (SR) udang windu sebesar 28,80%. Peralatan panen
biasanya disediakan oleh buruh panen.
Upah buruh pada saat panen udang (tidak bersamaan dengan panen
bandeng) sama dengan upah tenaga kerja pada panen udang monokultur. Upah
buruh pada saat panen udang bersamaan dengan panen bandeng, ditentukan
berdasarkan hasil panen bandeng. Jika panen bandeng dapat 1 Ton, maka upah
buruh sebesar Rp 200.000,00 atau Rp 200,00 per kilogram bandeng yang
dihasilkan untuk satu kelompok arad. Satu kelompok arad biasanya terdiri dari 6-8
orang. Tetapi jika hasil panen kurang dari 1 Ton, maka upah tenaga kerja antara
Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang. Konsumsi buruh selama kegiatan panen
ditanggung oleh pemilik tambak.
Dibawah ini disajikan tabel pengelolaan tambak polikultur (udang dan
bandeng) menurut bulan selama satu periode.
Tabel 9. Pengelolaan Tambak Polikultur (Udang dan Bandeng)
Bulan
Keterangan
1 2 3 4
5
6
7
8
9
Persiapan petak
tambak
Penebaran
- Nener
- Benur
Pemeliharaan
-Nener
-Benur
Pemanenan
-bandeng
-udang windu
Sumber : diolah dari data primer (2008)
10
11 12
orang
Polikultur (n=30)
orang
25-31
16,67
32-38
20,00
20,00
39-45
11
36,00
26,66
46-52
20,00
10,00
53-59
10,00
10,00
60-66
7,00
16,67
67-73
7,00
0,00
Jumlah
30
100
30
100
46
orang
orang
3-7
10,00
13,33
8-12
30,00
20,00
13-17
26,67
30,00
18-22
23,33
23,33
23-27
10,00
6,67
28-32
0,00
3,33
33-37
0,00
3,33
Jumlah
30
100
30
100
orang
24
80,00
17
56,70
SMP
10,00
20,00
SMA
6,70
13,30
Diploma
0,00
10,00
S1
3,30
0,00
30
100,00
30
100,00
Jumlah
47
Jumlah
Polikultur (n=30)
Jumlah
1-2
21
70,00
14
46,67
3-4
26,67
23,33
5-6
3,33
13,33
7-8
0,00
6,67
9-10
0,00
3,33
11-12
0,00
0,00
>13
0,00
6,67
Jumlah
30
100,00
30
100,00
48
Jumlah
Jumlah
5.000-67.142
15
50,00
18
60,00
67.143-129.285
10
33,33
30,00
129.286-191.428
10,00
0,00
191.429-253.571
3,33
3,33
253.572-315.714
3,33
3,33
315.715-377.857
0,00
0,00
377.858-440.000
0,00
3,33
Jumlah
30
100,00
30
100,00
49
bahwa permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan sangat tinggi karena benur
yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh pembudidaya dan harga
benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual dengan harga sama.
6.2.3. Produksi
Harga udang windu yaitu harga jual udang windu pada saat panen. Harga
udang windu responden monokultur berkisar antara Rp 35.000,00-Rp 60.000,00
per kg dengan rata-rata sebesar Rp 44.500,00 per kg. Harga udang windu
responden polikultur berkisar antara Rp 20.000,00-Rp 55.000,00 per kg dengan
50
Jumlah
Jumlah
20.000-25.713
0,00
3,33
25.714-31427
0,00
3,33
31.428-37.141
20,00
23,33
37.142-42.855
10
33,33
30,00
42.856-48.569
10,00
6,67
48.570-54.283
0,00
20,00
>54.284
0,00
13,33
30
63,33
30
100,00
Jumlah
Sumber : diolah dari data primer (2008)
6.2.5. Pendapatan
51
Rata-rata
Kisaran
Penerimaan
(Rp/tahun)
6.400.00026.211.666,67
14.337.954,67
11.873.712
7.750.000-
3.797.000-
3.943.000-
47.449.000 23.893.406,67
88.746.500
1.810.875-
2.769.000-
36.850.000 19.312.926,67
63.253.500
Pendapatan
(Rp/tahun)
Kisaran
Biaya
(Rp/tahun)
Rata-rata
Revenue cost
ratio (R/C)
1,83
1,81
52
Model atau bentuk persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan terbagi
menjadi empat model yaitu model linier, model semi log (ln y), model semi log
(ln x), dan model dobel log. Dari keempat model tersebut akan dipilih satu model
yang terbaik yaitu yang sesuai dengan kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrik.
Peubah-peubah yang dipilih dan diduga dapat memberikan penjelasan
tentang permintaan benur oslah adalah satu peubah tidak bebas (dependent
variable) dan beberapa peubah bebas (independent variable). Peubah tidak bebas
yang digunakan yaitu permintaan benur oslah dengan satuan ekor per tahun.
Sedangkan peubah bebas yang dipilih dan diduga mempengaruhi permintaan
benur oslah yaitu luas lahan dengan satuan hektar, produksi dengan satuan
kilogram per tahun, pendapatan dengan satuan rupiah per tahun, harga udang
windu dengan satuan rupiah per kilogram, dan dummy sistem budidaya
berdasarkan komoditasnya (monokultur dan polikultur).
Variabel harga benur tidak dimasukkan dalam model karena tidak adanya
variasi data atau data tidak berbeda untuk setiap responden. Harga benur oslah
yang harus dibayar pembudidaya responden di Kecamatan Pasekan sama, yaitu
sebesar Rp 25,00 per ekor.
Model dugaan permintaan benur oslah diperoleh dari data primer hasil
wawancara dengan pembudidaya udang windu selama penelitian berlangsung.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara analisis regresi kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square) dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows.
Model dugaan permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan
menggunakan 5 variabel bebas, yaitu luas lahan (X1), produksi (X2), pendapatan
(X3), harga udang windu (X4), dan Dummy sistem budidaya berdasarkan
komoditas (D). Hasil analisis regresi terhadap variabel-variabel yang diduga
mempengaruhi permintaan benur oslah dengan menggunakan model linier, model
semi-log (ln x), model semi-log (ln-y), dan model dobel log dapat dilihat pada
Tabel 18.
53
Semi-log (ln y)
Semi-log (ln x)
Dobel log
Konstanta
-48008,300
9,768
-859417,000
1,466
X1 (Ha)
12861,670**
0,132**
50576,888**
0,642**
X2 (kg/thn)
51,506*
0,001**
27639,636
0,577**
X3 (Rp/thn)
0,001
1,15E-008
12444,369
-0,047
X4 (Rp/kg)
1,257
1,15E-005
50803,824
0,601*
-22873,700
-0,353*
-13872,200
-0,112
R2
0,646
0,602
0,533
0,694
R2 (adj)
0,613
0,566
0,489
0,666
F ratio
19,727
16,362
12,313
24,514
1,873
1,579
1,928
1,545
DW
N
60
60
60
60
54
maka permintaan benur oslah akan semakin tinggi. Sedangkan pada model dobellog, koefisien peubah pendapatan (X3) bertanda negatif, hal ini berarti tidak sesuai
dengan anggapan a priori. Variabel harga udang windu (X4) pada keempat model
memiliki tanda koefisien positif. Hal ini sesuai dengan a priori, yang artinya
semakin tinggi harga udang windu dalam satu kilogram maka permintaan benur
oslah akan semakin meningkat. Variabel Dummy (D) memiliki tanda koefisien
negatif untuk keempat model, hal ini sesuai dengan anggapan a priori. Artinya,
permintaan benur oslah untuk budidaya monokultur lebih banyak dibandingkan
dengan permintaan benur oslah untuk budidaya polikultur.
Berdasarkan evaluasi kriteria ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa
model dobel-log tidak dapat digunakan karena ada satu variabel yang tanda
koefisiennya tidak sesuai dengan anggapan a priori yaitu variabel pendapatan.
Model linier, model semi-log (ln y), dan model semi-log (ln x) dapat digunakan
karena semua peubah memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan a priori. Oleh
karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan untuk model linier, semi-log (ln y),
dan semi-log (ln x).
Model regresi linier, semi-log (ln y), dan semi-log (ln x) akan diuji secara
statistik. Pengujian model secara statistik meliputi uji tingkat kebaikan model
(R2), uji pengaruh parameter secara serantak (uji F) dan uji pengaruh parameter
secara individual (uji t).
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan
model. Pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) pada
model linier sebesar 0,646. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur sebesar
64,6%, sedangkan sisanya sebesar 35,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak terdapat dalam model. Model semi-log (ln y) memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,602. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas
yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur
sebesar 60,2%, sedangkan sisanya sebesar 39,8% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak terdapat dalam model. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)
55
pada model semi-log (ln x) sebesar 0,533. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel
bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan
benur sebesar 53,3%, sedangkan sisanya sebesar 46,7% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Uji F pada model linier menunjukkan bahwa nilai F ratio(19,727) lebih
besar dari F tabel (2,45) dan signifikan pada selang kepercayaan 95%, artinya
seluruh variabel bebas dalam model linier secara bersama-sama berpengaruh
terhadap permintaan benur oslah. Uji F pada model semi-log (ln y) menunjukkan
bahwa F ratio (16,362) lebih besar dari nilai F tabel (2,45) dan signifikan pada
selang kepercayaan 95% , hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam
model semi-log (ln y) secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan
benur oslah. Pada model semi-log (ln x) variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh terhadap permintaan benur oslah. Hal ini dapat dilihat dari nilai F
ratio (12,313) pada model semi-log (ln x) lebih besar dari pada nilai F tabel (2,45)
dan signifikan pada selang kepercayaan 95%.
Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel luas
lahan, produksi, pendapatan, harga udang windu, dan dummy terhadap permintaan
benur oslah. Jika dari hasil analisis regresi didapat nilai t hitung lebih besar dari
pada nilai t tabel maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap
permintaan benur oslah.
Semi-log (ln y)
Semi-log (ln x)
t hitung
t hitung
t hitung
Konstanta
-1,151
20,049
-1,901
X1 (Ha)
3,125**
2,737**
3,148**
X2 (kg/thn)
1,869*
2,243**
1,455
X3 (Rp/thn)
1,277
0,859
0,608
X4 (Rp/kg)
-1,553
-1,113
-1,519
-1,295
-1,709*
-0,539
56
Keterangan : **
*
Uji t pada model linier menunjukkan bahwa terdapat dua variabel bebas
yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur oslah, yaitu variabel luas
lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,125) lebih besar
dari t tabel (2,021) dan variabel produksi (X2) pada selang kepercayaan 90%
dimana nilai t hitung (1,869) lebih besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log
(ln y) terdapat tiga variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan
benur, yaitu variabel luas lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t
hitung (2,737) lebih besar dari t tabel (2,021), produksi (X2) pada selang
kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (2,243) lebih besar dari t tabel (2,021), dan
Dummy (D) pada selang kepercayaan 90% dimana nilai t hitung (-1,709) lebih
besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log (ln x) terdapat satu variabel bebas
yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur, yaitu variabel luas lahan (X1)
pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,148) lebih besar dari t tabel
(2,021).
Berdasarkan evaluasi kriteria statistik maka model terbaik adalah model
linier karena memiliki nilai determinasi (R2) terbesar yaitu sebesar 64,6%. Oleh
karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan hanya untuk model linier.
57
normal probability plot, seperti yang tersaji pada Gambar 5. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa nilai Y (dependent variable) menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis tersebut, sehingga model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual
Dependent Variable: Yi
Expected Cum
Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
58
VIF
X1 (Ha)
0,307
3,259
X2 (Kg/thn)
0,271
3,687
X3 (Rp/thn)
0,158
6,319
X4 (Rp/kg))
0,879
1,137
0,490
2,040
Constant
Uji asumsi heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scater Plot. Pada Gambar
6 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola
tertentu, sehingga pada model regresi linier tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Scatterplot
Regression
Studentized
Residual
Dependent Variable: Yi
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
59
oslah yang digunakan yaitu model linier. Adapun persamaannya adalah sebagai
berikut:
Yi = -48008,3 + 12861,670X1** + 51,506X2* + 0,001X3 + 1,257X4
(41705,818) (4116,382)
(27,565)
(0.001)
(0,809)
-22873,700D + ui
(17661,352)
Keterangan : ** nyata pada selang 95%
*
X1
X2
= produksi (kg/thn)
X3
= pendapatan (Rp/tahun)
X4
Di
ui
= faktor kesalahan
Interpretasi:
a). Luas lahan (X1)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas luas lahan
memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 12.861,520. Hal ini berarti apabila
luas lahan tambak bertambah sebesar 1 ha maka permintaan benur oslah akan
meningkat sebesar 12.862 ekor/tahun, cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem budidaya tambak udang windu di Kecamatan Pasekan adalah sistem
tradisional. Hal tersebut sesuai dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi luas lahan maka permintaan benur oslah semakin tinggi.
Variabel luas lahan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap permintaan benur oslah. Dalam prakteknya, rata-rata penebaran benur
oslah responden sebesar 26.553 ekor/ha/tahun lebih besar dari pada peningkatan
penebaran benur hasil analisis regresi. Hal tersebut dapat dikarenakan
ketersediaan benur oslah kurang mencukupi. Pada saat musim tebar, tidak sedikit
responden yang harus berebut benur oslah.
60
61
dapat dikarenakan pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari
biaya operasional yaitu sebesar 17,52% untuk budidaya monokultur dan 10,03%
untuk budidaya polikultur karena selain benur pembudidaya juga harus
mengalokasikan penerimaannya untuk persiapan lahan, obat-obatan, kapur, dan
pakan. Pendapatan bagi pembudidaya polikultur harus dialokasikan juga untuk
pembelian nener. Pembudidaya juga mengalokasikan pendapatan usahanya untuk
kebutuhan lain, seperti kebutuhan sehari-hari, dan beberapa responden
menggunakan pinjaman untuk modal usahanya. Selain itu, kenaikan pendapatan
tidak diikuti dengan kenaikan luas lahan yang dimiliki sehingga berapapun
pendapatan responden maka permintaan benur oslahnya cenderung tetap.
d). Harga udang windu (X4)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas harga udang windu
memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 1,257. Hal ini berarti apabila harga
udang windu meningkat sebesar Rp. 1.000,00/kg maka permintaan benur oslah
akan meningkat sebesar 1.257 ekor/tahun, cateris paribus. Hal tersebut sesuai
dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga udang windu maka
permintaan benur oslah semakin tinggi.
Variabel harga udang windu (X4) tidak berpengaruh secara nyata pada
selang kepercayaan 95% dan 90% terhadap permintaan benur oslah, hal ini dapat
dikarenakan walaupun harga udang windu tinggi tapi jika tidak diikuti dengan
hasil produksi yang tinggi maka pendapatan yang diperoleh akan rendah sehingga
permintaan benur juga akan rendah.
e). Dummy (D)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas Dummy sistem
budidaya berdasarkan komoditasnya memiliki tanda koefisien negatif yaitu
sebesar -22.873,723. Hal ini berarti jumlah permintaan benur oslah oleh
pembudidaya monokultur lebih tinggi sebesar 22.873,723 ekor/tahun
dibandingkan dengan pembudidaya polikultur, cateris paribus. Hal tersebut sesuai
dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin ke polikultur maka permintaan
benur oslah semakin rendah. Hal ini dapat dikarenakan dalam budidaya polikultur
padat penebaran benur oslah harus disesuaikan dengan padat penebaran nener.
Variabel Dummy (D) tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dan
62
90% terhadap permintaan benur oslah karena dalam prakteknya ternyata ada
pembudidaya monokultur dan polikultur yang padat penebaran benurnya sama
dalam 1 ha luas lahan.
Jenis elastisitas
0,48
Inelastis
Produksi (X2)
0,30
Inelastis
Pendapatan (X3)
0,19
Inelastis
0,66
Inelastis
63
akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,66%,
cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap harga udang
windu yaitu inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil
daripada perubahan harga udang windu.
Elastisitas permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan secara
keseluruhan tidak elastis (inelastis). Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor
diantaranya benur oslah merupakan komoditas pokok bagi pembudidaya tambak
udang windu dalam menjalankan usahanya yang ditunjukkan dari nilai elastisitas
pendapatan yang bernilai positif dan kurang dari 1 (Sugiarto, et al, 2002), benur
oslah memiliki sedikit komoditas pengganti terutama bagi pembudidaya
monokultur, Pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari
pendapatan karena pembudidaya juga harus mengalokasikan pendapatannya untuk
kebutuhan pokok sehari-hari, permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan
sangat tinggi karena benur yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh
pembudidaya dan harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual
dengan harga sama, dan permintaan benur oslah merupakan permintaan barang di
daerah produksi sehingga permintaanny akan tidak elastis jika dibandingkan
dengan permintaan barang di pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
7.1. Kesimpulan
65
3). Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, yang berarti bahwa apabila luas lahan
meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta
meningkat sebesar 0,48%, cateris paribus. Elastisitas produksi sebesar 0,30,
yang berarti bahwa apabila produksi meningkat sebesar 1% akan
menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,30%,
cateris paribu. Elastisitas pendapatan sebesar 0,19, yang berarti bahwa
apabila pendapatan meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur
oslah yang diminta meningkat sebesar 0,19%, cateris paribus. Elastisitas
harga udang windu sebesar 0,66, yang berarti bahwa apabila harga udang
windu meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang
diminta meningkat sebesar 0,66%, cateris paribus. Secara keseluruhan nilai
elastisitas permintaan benur oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti
bahwa perubahan permintaan benur oslah masing-masing lebih kecil dari pada
perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan harga udang windu.
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Anonim. 2007. Broodstock Center: Antara Solusi dan Kontroversi. Artikel.
http//.www.trobos.com/show_article.php?rid=13&aid=682 (Diakses :
Januari 2008)
______. 2008. Target Produksi Perikanan Budidaya Tak Tercapai. Artikel.
http//.www.antara.co.id/arc/2008/2/1/target-produksi-perikananbudidaya-taktercapai (diakses : Agustus 2008).
Bilas, Richard. 1989. Teori Mikroekonomi Edisi kedua. Hutauruk G. Penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Microeconomic Theory, 2nd Edition.
Dahuri R. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. Artikel.
http//.www.freelist.org/arcives/ppi/12-2005/msg00315.html (diakses :
Agustus 2008)
Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain S. Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari Basic Econometrics.
Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan . UI Press
Komara A. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benih
Ikan Patin di Deddy Fish Farm Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
(Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Koutsoyiannis A. 1977. Theory of Econometrics. New York: Harper and Row
Publishers, INC
Lipsey RG, PN Courant, DD Purvis, dan PO Steiner. 1995. Pengantar
Mikroekonomi. Wasana AJ, Kirbrandoko. Penerjemah. Jakarta: Binarupa
Aksara. Terjemahan dari Economics 10th Ed.
Murtidjo. 2007. Benih Udang Windu Skala Kecil. Yogyakarta: Kanisius
Murtidjo BA dan A Mujiman. 1989. Tambak Air Payau (Budidaya Bandeng dan
Udang). Yogyakarta: Kanisius
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediet dan Aplikasinya. Mahendra IB
dan A Aziz. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Intermediate
Microeconomics.
67
LAMPIRAN
69
69
umur
(thn)
35
38
70
49
56
65
50
38
40
43
46
45
33
40
39
55
60
54
40
40
45
50
68
45
45
46
35
38
42
50
25
55
34
60
62
65
30
35
42
55
40
45
50
42
55
35
Pendidikan
SD
SMA
SD
SD
SD
SD
SD
SMA
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SMP
SD
SD
SMP
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
S1
SMP
SD
SD
SD
SD
SD
SMP
SD
SD
SD
SMP
SMA
SD
SD
SMA
SD
D3
SMA
SD
SMA
Pengalaman
usaha (thn)
20
12
20
25
20
10
15
12
25
7
18
15
15
15
15
10
15
15
25
5
20
20
9
10
15
20
10
9
7
10
4
15
10
20
33
18
15
10
20
15
19
12
15
22
15
5
Modal
Awal
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Sendiri
Sistem
Budidaya
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Monokultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
70
Lampiran 2. (Lanjutan)
Responden
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
umur
(thn)
40
30
32
42
37
50
26
48
45
60
64
35
27
40
Pendidikan
SMP
SMP
SD
SD
SMP
SD
D3
SD
SD
SD
SPG
SMP
SD
SD
Pengalaman
usaha (thn)
16
7
12
15
20
10
3
30
25
11
23
14
15
20
Modal
Awal
Sendiri
Pinjaman
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Sendiri
Sendiri
Pinjaman
Sendiri
Sendiri
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Pinjaman
Sistem
Budidaya
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
Polikultur
71
Yi
(ekor/thn)
50000
20000
20000
100000
300000
50000
80000
152000
200000
40000
45000
60000
100000
90000
180000
20000
100000
100000
80000
60000
60000
30000
100000
20000
80000
140000
120000
20000
60000
60000
20000
40000
50000
50000
60000
30000
10000
80000
5000
20000
100000
60000
120000
44000
100000
80000
X1
(ha)
3
1,5
1
3
3
1
2
5
3
2
1
2
2,5
2
3
1
2
2
3
1
2
1
2
1
4
2
4
1
1,5
1
1,25
2
2
6
2
3
1
7
1
1
3
2
5
4
3
4
X2
(kg/thn)
250
200
400
2000
1800
200
400
800
2000
400
300
1120
400
600
900
200
300
300
400
300
450
400
600
200
600
1200
1000
160
400
400
100
200
200
100
80
300
100
800
60
200
400
200
1000
400
800
400
X3
(Rp/thn)
4148700
6104250
6895634
36850000
30183500
4019750
12758734
12746625
32551000
5360150
4700000
32809750
10739900
6264500
24144000
3203000
4010750
3887250
7335750
6305542
6047250
5913250
12367000
2734750
14047500
23542700
22590250
1810875
5882500
6256500
3885500
11268500
5398750
5632500
6445000
14765000
3707750
48706000
5758750
2769000
27313500
9239500
36048250
19394300
27706500
11791500
X4
(ekor/kg)
40
35
45
55
50
35
30
40
50
55
35
55
40
55
40
55
50
45
50
30
45
50
50
35
40
50
50
50
50
55
40
55
50
45
35
35
50
50
40
70
45
55
55
50
50
40
D
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
72
Lanjutan Lampiran 3
Responden
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Yi
(ekor/thn)
200000
90000
100000
20000
50000
30000
440000
80000
20000
48000
40000
20000
75000
300000
X1
(ha)
15
2,5
10
4
2,5
2
13
5
2
1,5
1
5
3
8
X2
(kg/thn)
400
600
500
100
500
100
800
120
120
120
400
200
300
220
X3
(Rp/thn)
39436000
25681000
45171000
12188750
22143500
7747750
63253500
27376000
6265000
4097000
16752500
17247000
13914500
38284000
Keterangan :
Yi
X1
X2
= Produksi (Kg/tahun)
X3
= Pendapatan (Rp/tahun)
X4
= Size (ekor/kg)
X4
(ekor/kg)
50
60
50
50
55
55
35
40
55
35
40
55
40
50
D
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
73
R1
R2
R3
R4
R5
R6
Penerimaan (TR)
Udang windu (kg)
harga (rp/kg)
Total Penerimaan
250
200
400
2.000
1.800
200
50.000
55.000
45.000
35.000
40.000
55.000
12.500.000
11.000.000
18.000.000
70.000.000
72.000.000
11.000.000
105.000
60.000
35.000
105.000
120.000
35.000
A. Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
1.200.000
2.400.000
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan
Peralatan
500.000
500.000
250.000
300.000
250.000
b. Mesin pompa
a. Rumah jaga
37.500
400.000
250.000
500.000
300.000
300.000
c. Paralon
10.000
31.250
50.000
125.000
100.000
31.250
d. Ember
2.800
4.000
2.000
3.000
3.000
2.000
e. Saringan
2.000
2.000
2.500
4.000
2.000
2.000
f. Anco
10.000
4.000
3.200
10.000
2.000
2.000
g. Senter
50.000
62.500
41.666
75.000
62.500
50.000
1.917.300
1.063.750
634.366
3.522.000
839.500
422.250
B. Biaya Variabel
1. Pemeliharaan
lahan
2.500.000
1.000.000
1.000.000
3.960.000
6.000.000
1.800.000
2. Benur
1.250.000
500.000
500.000
2.500.000
7.500.000
1.250.000
800.000
1.440.000
16.200.000
1.440.000
3. Pakan
a. Ekobes
b. Manggalindo
c. Bintang
6.880.000
d. Gulkoin
18.000.000
e. Gesek
f. Gayas
g. keong
4. Obat-obatan
a.Samponi
b.Ursal
500.000
84.000
150.000
42.000
168.000
c.Raja bandeng
d.Supersid
252.000
112.000
300.000
136.000
20.000
e.Lodan
f. Cesan
g. Akodan
5. Pupuk
a. Urea
150.000
b. TS
250.000
70.000
5.625.000
250.000
c. Bristan
6. Kapur
7. Solar
8. Upah TK saat
panen
9. Resiko Panen
Total biaya variabel
500.000
250.000
500.000
2.000.000
1.500.000
500.000
300.000
300.000
420.000
2.000.000
1.800.000
400.000
500.000
300.000
600.000
1.000.000
1.800.000
600.000
6.434.000
3.832.000
10.470.000
29.628.000
40.977.000
6.558.000
74
Lanjutan Lampiran 4.
Keterangan
R7
R8
R9
R10
R11
R12
Penerimaan (TR)
Udang windu (kg)
harga (rp/kg)
Total Penerimaan
400
800
2.000
400
300
1.120
60.000
50.000
40.000
35.000
55.000
35.000
24.000.000
40.000.000
80.000.000
14.000.000
16.500.000
39.200.000
175.000
105.000
85.000
35.000
70.000
3.200.000
1.200.000
A. Biaya Tetap
1. PBB
70.000
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan
Peralatan
600.000
a. Rumah jaga
250.000
400.000
250.000
b. Mesin pompa
300.000
600.000
250.000
50.000
46.875
100.000
c. Paralon
1.500.000
200.000
80.000
250.000
375.000
300.000
300.000
200.000
31.250
d. Ember
3.000
2.000
2.000
2.000
3.000
3.000
e. Saringan
1.600
3.000
2.000
1.600
2.500
2.000
f. Anco
g. Senter
Total Biaya Tetap
B. Biaya Variabel
1. Pemeliharaan
lahan
2. Benur
5.000
5.000
2.000
6.250
2.000
4.000
41.666
62.500
50.000
65.000
62.500
65.000
721.266
4.494.375
1.961.000
1.039.850
2.355.000
850.250
800.000
8.000.000
3.000.000
1.000.000
600.000
1.000.000
2.000.000
3.825.000
5.000.000
1.000.000
1.125.000
1.500.000
1.920.000
1.600.000
3. Pakan
a. Ekobes
2.400.000
240.000
b. Manggalindo
c. Bintang
32.000.000
d. Gulkoin
e. Gesek
5.700.000
3.000.000
1.250.000
f. Gayas
g. keong
4. Obat-obatan
a.Samponi
500.000
b.Ursal
84.000
c.Raja bandeng
275.000
600.000
672.000
816.000
d.Supersid
e.Lodan
45.000
f. Cesan
g. Akodan
5. Pupuk
a. Urea
b. TS
500.000
c. Bristan
6. Kapur
600.000
7. Solar
8. Upah TK saat
panen
1.000.000
500.000
4.000.000
1.200.000
700.000
600.000
800.000
9. Resiko Panen
800.000
1.000.000
2.000.000
1.000.000
600.000
1.000.000
10.520.000
22.759.000
45.488.000
7.600.000
9.445.000
5.540.000
3.000.000
200.000
1.000.000
500.000
400.000
75
Lanjutan Lampiran 4.
Keterangan
R13
R14
R15
R16
R17
R18
Penerimaan (TR)
Udang windu (kg)
harga (rp/kg)
Total Penerimaan
400
600
900
200
300
300
50.000
35.000
50.000
35.000
40.000
45.000
20.000.000
21.000.000
45.000.000
7.000.000
12.000.000
13.500.000
875.000
70.000
350.000
35.000
35.000
70.000
A. Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan
Peralatan
a. Rumah jaga
250.000
300.000
250.000
200.000
312.500
b. Mesin pompa
300.000
250.000
300.000
300.000
250.000
300.000
37.500
25.000
75.000
37.500
50.000
50.000
c. Paralon
d. Ember
5.000
2.500
4.000
3.000
2.000
2.000
e. Saringan
1.600
2.500
2.000
2.500
4.000
4.000
f. Anco
5.000
12.500
5.000
2.000
6.250
6.250
50.000
63.000
50.000
42.000
42.000
42.000
1.524.100
725.500
1.036.000
422.000
589.250
786.750
B. Biaya Variabel
1. Pemeliharaan
lahan
1.000.000
2.100.000
3.000.000
1.000.000
800.000
600.000
2. Benur
2.500.000
2.250.000
4.500.000
500.000
2.500.000
2.500.000
1.920.000
5.760.000
g. Senter
3. Pakan
a. Ekobes
b. Manggalindo
3.840.000
4.500.000
2.100.000
c. Bintang
d. Gulkoin
e. Gesek
f. Gayas
500.000
120.000
500.000
g. keong
4. Obat-obatan
a.Samponi
200.000
b.Ursal
140.000
84.000
c.Raja bandeng
170.000
102.000
d.Supersid
e.Lodan
300.000
f. Cesan
g. Akodan
260.000
5. Pupuk
a. Urea
b. TS
c. Bristan
6. Kapur
36.000
125.000
7. Solar
8. Upah TK saat
panen
700.000
480.000
1.800.000
2.500.000
300.000
600.000
480.000
9. Resiko Panen
400.000
1.500.000
1.000.000
400.000
400.000
600.000
7.736.000
14.010.000
19.820.000
3.375.000
7.400.000
8.826.000
600.000
3.750.000
250.000
1.000.000
500.000
76
Lanjutan Lampiran 4.
Keterangan
R19
R20
R21
R22
R23
R24
Penerimaan (TR)
Udang windu (kg)
harga (rp/kg)
Total Penerimaan
400
300
450
400
600
200
40.000
60.000
45.000
40.000
40.000
55.000
16.000.000
18.000.000
20.250.000
16.000.000
24.000.000
11.000.000
75.000
35.000
140.000
35.000
50.000
35.000
A. Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan
Peralatan
1.000.000
a. Rumah jaga
375.000
200.000
375.000
b. Mesin pompa
375.000
250.000
250.000
250.000
250.000
50.000
46.875
75.000
30.000
62.500
c. Paralon
300.000
250.000
25.000
d. Ember
3.750
3.000
3.750
2.000
3.000
2.000
e. Saringan
2.000
2.500
2.500
2.000
2.000
2.000
f. Anco
5.000
6.250
4.000
6.250
7.500
62.500
43.333
62.500
31.500
50.000
31.250
948.250
586.958
912.750
356.750
725.000
1.345.250
B. Biaya Variabel
1. Pemeliharaan
lahan
2.000.000
3.000.000
1.800.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
2. Benur
2.000.000
1.500.000
1.500.000
750.000
2.500.000
500000
720.000
4.800.000
1.920.000
g. Senter
3. Pakan
a. Ekobes
3.600.000
b. Manggalindo
5.400.000
c. Bintang
d. Gulkoin
e. Gesek
f. Gayas
187.500
2.500.000
200.000
1.000.000
400.000
g. keong
4. Obat-obatan
a.Samponi
b.Ursal
c.Raja bandeng
500.000
168.000
136.000
98.000
102.000
d.Supersid
240.000
e.Lodan
f. Cesan
g. Akodan
5. Pupuk
a. Urea
600.000
b. TS
500.000
560.000
c. Bristan
600.000
1.200.000
6. Kapur
7. Solar
8. Upah TK saat
panen
1.000.000
9. Resiko Panen
7.716.000
1.000.000
750.000
1.000.000
1.200.000
1000.000
480.000
720.000
1.500.000
600.000
640.000
600.000
600.000
900.000
900.000
600.000
600.000
600.000
11.107.500
13.290.000
9.730.000
10.908.000
6.920.000
77
Lanjutan Lampiran 4.
Keterangan
R25
R26
R27
R28
R29
R30
Penerimaan (TR)
Udang windu (kg)
harga (rp/kg)
Total Penerimaan
600
1200
1.000
160
400
400
50.000
40.000
40.000
40.000
40.000
35.000
30.000.000
48.000.000
40.000.000
6.400.000
16.000.000
14.000.000
100.000
80.000
160.000
35.000
50.000
35.000
3.000.000
6.000.000
A. Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan
Peralatan
a. Rumah jaga
b. Mesin pompa
c. Paralon
400.000
400.000
300.000
600.000
300.000
1.000.000
1.000.000
300.000
250.000
300.000
400.000
100.000
100.000
60.000
30.000
30.000
125.000
d. Ember
3.000
2.800
3.750
1.875
3.000
3.500
e. Saringan
5.000
10.000
2.000
1.000
1.250
8.000
f. Anco
2.000
2.000
6.000
2.000
2.000
62.500
62.500
30.000
31.250
31.250
50.000
4.672.500
7.657.300
861.750
349.125
1.017.500
923.500
B. Biaya Variabel
1. Pemeliharaan
lahan
2.000.000
1.200.000
2.000.000
400.000
1.000.000
800.000
2. Benur
2.000.000
3.500.000
3.000.000
500.000
1.500.000
1.500.000
g. Senter
3. Pakan
a. Ekobes
4.800.000
b. Manggalindo
3.000.000
c. Bintang
d. Gulkoin
2.880.000
e. Gesek
5.760.000
1.200.000
1.000.000
4.800.000
1.500.000
170.000
100.000
168.000
70.000
f. Gayas
g. keong
4. Obat-obatan
a.Samponi
100.000
1.000.000
b.Ursal
c.Raja bandeng
d.Supersid
e.Lodan
f. Cesan
200.000
g. Akodan
5. Pupuk
a. Urea
600.000
b. TS
1.120.000
1.120.000
c. Bristan
6. Kapur
100.000
400.000
7. Solar
8. Upah TK saat
panen
2.000.000
1.620.000
1.200.000
600.000
960.000
500.000
600.000
420.000
9. Resiko Panen
800.000
400.000
1.000.000
600.000
600.000
600.000
11.280.000
16.800.000
16.548.000
4.240.000
9.100.000
6.820.000
2.000.000
400.000
500.000
500.000
78
Pendapatan (TR-TC)
(Rp/Tahun)
4.148.700
6.104.250
6.895.634
36.850.000
30.183.500
4.019.750
12.758.734
12.746.625
32.551.000
5.360.150
4.700.000
32.809.750
10.739.900
6.264.500
24.144.000
3.203.000
4.010.750
3.887.250
7.335.750
6.305.542
6.047.250
5.913.250
12.367.000
2.734.750
14.047.500
23.542.700
22.590.250
1.810.875
5.882.500
6.256.500
356.211.360
11.873.712
1.810.875
36.850.000
79
R1
R2
R3
R4
R5
R6
Penerimaan (TR)
a. Udang windu (kg)
harga (Rp/kg)
Penerimaan Udang
100
200
200
100
80
300
50.000
35.000
40.000
45.000
55.000
55.000
16.500.000
5.000.000
7.000.000
8.000.000
4.500.000
4.400.000
b. Bandeng (kg)
600
1.600
700
2.000
2.300
600
harga (Rp/kg)
10.000
7.500
9.000
9.000
9.500
9.000
Penerimaan Bandeng
Total Penerimaan
6.000.000
12.000.000
6.300.000
18.000.000
21.850.000
5.400.000
11.000.000
19.000.000
14.300.000
22.500.000
26.250.000
21.900.000
44.000
320.000
50.000
960.000
70.000
90.000
Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
150.000
4. Penyusutan Peralatan
a. Rumah jaga
250.000
312.500
250.000
37.500
312.500
b. Mesin pompa
250.000
250.000
500.000
500.000
375.000
c. Pintu air
100.000
100.000
200.000
250.000
250.000
4.000
3.750
3.750
37.500
5.000
5.000
d. Saringan
16.000
10.000
20.000
25.000
12.500
15.000
f. Senter
62.500
31.250
62.500
62.500
65.000
75.000
726.500
1.027.500
1.086.250
1.872.500
1.090.000
960.000
500.000
1.500.000
500.000
900.000
2.000.000
1.400.000
a. Benur
500.000
1.000.000
1.250.000
1.250.000
1500.000
750.000
b. Nener
240.000
2.080.000
325.000
1.300.000
1.105.000
260.000
10.200.000
875.000
e. Ember
500.000
125.000
Biaya Variabel
1. Pemeliharaan lahan
2. Benih
3. Pakan Udang
a. Ekobes
480.000
b. Gulkoin
240.000
4. Pakan Bandeng
a. Grobes
2.820.000
b. STP
2.520.000
500.000
c. Komped
9.400.000
5. Obat-obatan
a.Samponi
b.Ursal
98.000
70.000
70.000
168.000
c.Raja bandeng
85.000
170.000
85.000
102.000
d.Supersid
e. Akodan
3.000.000
f. Elsan
60.000
g. Akotion
174.000
6. Pupuk
a. Urea
75.000
b. TS
250.000
7. Solar
250.000
150.000
300.000
400.000
650.000
750.000
150.000
300.000
770.000
490.000
1.000.000
400.000
460.000
1.120.000
9. Resiko Panen
800.000
500.000
700.000
300000
300.000
1.200.000
6.388.000
6.704.000
7.815.000
14.995.000
18.715.000
6.175.000
80
Lanjutan Lampiran 6.
Keterangan
R7
R8
R9
R10
R11
R12
Penerimaan (TR)
a. Udang windu (kg)
100
800
60
200
400
200
40.000
40.000
50.000
20.000
45.000
35.000
4.000.000
32.000.000
3.000.000
4.000.000
18.000.000
7.000.000
b. Bandeng (kg)
800
6.000
2.000
500
5.000
1.500
harga (Rp/kg)
9.000
9.000
8.000
7.500
8.500
9.000
7.200.000
54.000.000
16.000.000
3.750.000
42.500.000
13.500.000
11.200.000
86.000.000
19.000.000
7.750.000
60.500.000
20.500.000
35.000
280.000
40.000
25.000
105.000
70.000
250.000
375.000
300.000
harga (Rp/kg)
Penerimaan Udang
Penerimaan Bandeng
Total Penerimaan
Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
1.500.000
3. Sewa Pompa
500.000
4. Penyusutan Peralatan
a. Rumah jaga
300.000
37.500
b. Mesin pompa
312.500
500.000
250.000
300.000
375.000
c. Pintu air
112.500
250.000
125.000
90.000
375.000
200.000
2.500
6.000
3.750
5.000
7.500
4.000
12.500
8.000
10.000
10.000
15.000
10.000
31.250
62.500
75.000
50.000
75.000
87.500
806.250
2.644.000
1.066.250
680.000
1.252.500
1.046.500
800.000
3.000.000
850.000
400.000
3.000.000
600.000
a. Benur
250.000
2.000.000
125.000
500.000
2.500.000
1.500.000
b. Nener
390.000
1.950.000
900.000
260.000
1.625.000
650.000
e. Ember
d. Saringan
312.500
e. Anco
f. Senter
Total Biaya Tetap
Biaya Variabel
1. Pemeliharaan lahan
2. Benih
3. Pakan Udang
a. Ekobes
480.000
4. Pakan Bandeng
a. Grobes
b. STP
18.800.000
4.200.000
c. Komped
8.400.000
1.875.000
20.000.000
4.700.000
5. Obat-obatan
a.Samponi
b.Ursal
56.000
84.000
c.Raja bandeng
51.000
84.000
85.000
d.Supersid
e. Akodan
f. Elsan
g. Akotion
6. Pupuk
a. Urea
300.000
750.000
1.250.000
500.000
7. Solar
250.000
2.000.000
500.000
250.000
2.500.000
240.000
2.200.000
400.000
390.000
1.240.000
600.000
9. Resiko Panen
200.000
1.500.000
500.000
500.000
600.000
600.000
6.686.000
34.650.000
12.175.000
4.301.000
31.934.000
10.214.000
b. TS
75.000
1.500.000
1.000.000
81
Lanjutan Lampiran 6.
Keterangan
R13
R14
R15
R16
R17
R18
Penerimaan (TR)
a. Udang windu (kg)
1.000
400
800
400
400
600
35.000
40.000
40.000
50.000
40.000
30.000
35.000.000
16.000.000
32.000.000
20.000.000
16.000.000
18.000.000
b. Bandeng (kg)
5.000
1.500
1.500
1.600
10.000
6.000
harga (Rp/kg)
8.000
9.000
8.500
9.000
8.000
7.500
40.000.000
13.500.000
12.750.000
14.400.000
80.000.000
45.000.000
75.000.000
29.500.000
44.750.000
34.400.000
96.000.000
63.000.000
175.000
160.000
120.000
160.000
2.400.000
120.000
harga (Rp/kg)
Penerimaan Udang
Penerimaan Bandeng
Total Penerimaan
Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
1.500.000
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan Peralatan
a. Rumah jaga
b. Mesin pompa
c. Pintu air
e. Ember
d. Saringan
37.500
500.000
300.000
300.000
375.000
375.000
37.500
312.500
400.000
375.000
300.000
600.000
450.000
250.000
200.000
250.000
625.000
200.000
6.000
3.200
4.000
6.000
12.500
4.000
18.750
10.000
16.000
10.000
25.000
10.000
e. Anco
2.000
f. Senter
50.000
40.000
62.500
62.500
62.500
75.000
776.750
1.275.700
1.102.500
1.188.500
5.300.000
1.384.000
1.500.000
810.000
1.500.000
4.000.000
7.000.000
1.600.000
a. Benur
3.000.000
2.288.000
2.500.000
2.000.000
5.000.000
2.250.000
b. Nener
3.250.000
780.000
455.000
1.040.000
6.500.000
1.560.000
2.400.000
480.000
1.440.000
25.000
Biaya Variabel
1. Pemeliharaan lahan
2. Benih
3. Pakan Udang
a. Ekobes
480.000
b. Ikan gesek
1.500.000
d. Bintang
3.200.000
4. Pakan Bandeng
a. Grobes
23.500.000
b. STP
2.500.000
3.360.000
21.000.000
23.500.000
500.000
2.500.000
1.500.000
56.000
2.800.000
280.000
140.000
204.000
170.000
3.000.000
450.000
7.050.000
5. Obat-obatan
a.Samponi
500.000
b.Ursal
168.000
c.Raja bandeng
204.000
d.Supersid
e. Akodan
f. Elsan
6. Pupuk
a. Urea
1.500.000
150.000
b. TS
7. Solar
8. Upah TK saat panen
9. Resiko Panen
Total biaya variabel
150.000
250.000
250.000
625.000
500.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
625.000
1.400.000
600.000
540.000
620.000
2.800.000
2.640.000
500.000
500.000
500.000
500.000
1.500.000
1.500.000
38.175.000
8.830.000
15.941.000
21.420.000
51.264.000
35.935.000
82
Lanjutan Lampiran 6.
Keterangan
R19
R20
R21
R22
R23
R24
Penerimaan (TR)
a. Udang windu (kg)
500
100
500
100
800
120
40.000
40.000
35.000
35.000
55.000
50.000
200.00.000
4.000.000
17.500.000
3.500.000
44.000.000
6.000.000
b. Bandeng (kg)
10.000
6.000
3.000
1.500
12.000
6.000
harga (Rp/kg)
8.500
8.000
8.500
9.000
9.000
9.500
850.00.000
48.000.000
25.500.000
13.500.000
108.000.000
57.000.000
105.000.000
52.000.000
43.000.000
17.000.000
152.000.000
63.000.000
275.000
140.000
70.000
75.000
455.000
125.000
a. Rumah jaga
500.000
250.000
375.000
250.000
375.000
300.000
b. Mesin pompa
625.000
375.000
312.500
312.500
600.000
600.000
c. Pintu air
500.000
180.000
125.000
100.000
625.000
250.000
9.000
3.750
6.000
3.000
12.000
7.500
25.000
10.000
10.000
6.250
37.500
12.500
harga (Rp/kg)
Penerimaan Udang
Penerimaan Bandeng
Total Penerimaan
Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan Peralatan
e. Ember
d. Saringan
e. Anco
f. Senter
Total Biaya Tetap
12.500
75.000
62.500
62.500
62.500
150.000
75.000
2.009.000
1.021.250
973.500
809.250
2.254.500
1.370.000
5.000.000
2.400.000
1.000.000
700.000
5.000.000
2.000.000
Biaya Variabel
1. Pemeliharaan lahan
2. Benih
a. Benur
2.500.000
500.000
1.250.000
750.000
11.000.000
2.000.000
b. Nener
3.000.000
2.990.000
585.000
325.000
7.670.000
3.250.000
3. Pakan Udang
a. Ekobes
b. Ikan gesek
1.750.000
4. Pakan Bandeng
a. Grobes
4.700.000
b. STP
c. Komped
12.600.000
35.250.000
50.400.000
28.200.000
21.000.000
5. Obat-obatan
a.Samponi
70.000
b.Ursal
168.000
c.Raja bandeng
340.000
68.000
168.000
204.000
204.000
d.Supersid
e. Akodan
f. Elsan
6. Pupuk
a. Urea
1.500.000
900.000
450.000
300.000
650.000
1.000.000
3.000.000
400.000
500.000
5.000.000
1.000.000
b. TS
2.500.000
7. Solar
5.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
840.000
600.000
2.400.000
1.200.000
9. Resiko Panen
1.000.000
600.000
500.000
500.000
3.000.000
600.000
57.820.000
38.790.000
19.883.000
8.443.000
86.492.000
34.254.000
83
Lanjutan Lampiran 6.
Keterangan
R25
R26
R27
R28
R29
R30
Penerimaan (TR)
a. Udang windu (kg)
harga (Rp/kg)
Penerimaan Udang
120
120
400
200
300
220
35.000
55.000
50.000
35.000
50.000
40.000
4.200.000
6.600.000
20.000.000
7.000.000
15.000.000
8.800.000
8.000
b. Bandeng (kg)
2.000
160
400
3.000
2.000
harga (Rp/kg)
8.500
9.000
9.000
8.000
9.000
9.500
17.000.000
1.440.000
3.600.000
24.000.000
18.000.000
76.000.000
21.200.000
8.040.000
23.600.000
31.000.000
33.000.000
84.800.000
50.000
52.500
35.000
175.000
120.000
400.000
Penerimaan Bandeng
Total Penerimaan
Biaya Tetap
1. PBB
2. Gaji penjaga
2000.000
1.200.000
3. Sewa Pompa
4. Penyusutan Peralatan
a. Rumah jaga
312.500
b. Mesin pompa
250.000
c. Pintu air
100.000
e. Ember
d. Saringan
312.500
375.000
300.000
500.000
250.000
500.000
250.000
250.000
1.000.000
100.000
125.000
250.000
375.000
400.000
2.000
2.000
3.750
3.000
6.000
6.000
10.000
5.000
6.250
12.500
12.000
20.000
e. Anco
f. Senter
5.000
62.500
62.500
75.000
62.500
62.500
150.000
787.000
472.000
1.062.500
3.128.000
1.125.500
3.676.000
800.000
800.000
960.000
1.000.000
900.000
6.000.000
a. Benur
500.000
1.200.000
1.000.000
500.000
3.750.000
7.500.000
b. Nener
780.000
130.000
260.000
975.000
1.950.000
2.340.000
3. Pakan Udang
a. Manggalindo
1.200.000
4. Pakan Bandeng
a. Grobes
9.400.000
940.000
7.050.000
18.800.000
b. STP
c. Komped
7.990.000
5. Obat-obatan
a.Samponi
500.000
b.Ursal
168.000
c.Raja bandeng
1.000.000
168.000
70.000
68.000
d.Supersid
e. Akodan
65.000
f. Elsan
g. Akotion
6. Pupuk
a. Urea
1.500.000
b. TS
7. Solar
1.000.000
500.000
375.000
500.000
2.500.000
750.000
1.000.000
400.000
240.000
450.000
600.000
1.450.000
1.600.000
9. Resiko Panen
600.000
300.000
600.000
500.000
600.000
600.000
14.148.000
3.471.000
5.785.000
10.625.000
17.960.000
42.840.000
84
Pendapatan (TR-TC)
(Rp/Tahun)
3.885.500
11.268.500
5.398.750
5.632.500
6.445.000
14.765.000
3.707.750
48.706.000
5.758.750
2.769.000
27.313.500
9.239.500
36.048.250
19.394.300
27.706.500
11.791.500
39.436.000
25.681.000
45.171.000
12.188.750
22.143.500
7.747.750
63.253.500
27.376.000
6.265.000
4.097.000
16.752.500
17.247.000
13.914.500
38.284.000
579.387.800
19.312.926,67
2.769.000
63.253.500
85
Regression
Descriptive Statistics
Yi (ekor/tahun)
X1 (Ha)
X2 (kg/tahun)
X3 (Rp/tahun)
X4 (Rp/kg)
D
Mean
81983,33
3,0875
475,0000
2E+007
43333,33
,5000
Std. Deviation
77025,52772
2,73429
434,31419
13688173,69
8216,69789
,50422
N
60
60
60
60
60
60
Correlations
Pearson CorrelationYi
X1
X2
X3
X4
D
Sig. (1-tailed)
Yi
X1
X2
X3
X4
D
N
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Yi
1,000
,640
,532
,714
,067
-,034
.
,000
,000
,000
,304
,399
60
60
60
60
60
60
X1
,640
1,000
,146
,749
-,002
,358
,000
.
,133
,000
,494
,002
60
60
60
60
60
60
Variables Entered/Removedb
Model
1
Variables
Entered
D, X4,aX3,
X1, X2
Variables
Removed
Method
.
Enter
X2
,532
,146
1,000
,578
-,198
-,343
,000
,133
.
,000
,065
,004
60
60
60
60
60
60
X3
,714
,749
,578
1,000
-,114
,274
,000
,000
,000
.
,192
,017
60
60
60
60
60
60
X4
,067
-,002
-,198
-,114
1,000
-,143
,304
,494
,065
,192
.
,138
60
60
60
60
60
60
D
-,034
,358
-,343
,274
-,143
1,000
,399
,002
,004
,017
,138
.
60
60
60
60
60
60
86
Lanjutan Lampiran 8.
Model Summaryb
Change Statistics
Model
1
R
R Square
,804a
,646
Adjusted
R Square
,613
Std. Error of
the Estimate
47888,41646
R Square
Change
,646
F Change
19,727
df1
df2
DurbinWatson
1,873
Sig. F Change
,000
54
F
19,727
Sig.
,000a
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2E+011
1E+011
4E+011
df
5
54
59
Mean Square
4,524E+010
2293300431
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X1
X2
X3
X4
D
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-48008,3 41705,818
12861,670
4116,382
51,506
27,565
,001
,001
1,257
,809
-22873,7 17661,352
a. Dependent Variable: Yi
Standardized
Coefficients
Beta
,457
,290
,260
,134
-,150
t
-1,151
3,125
1,869
1,277
1,553
-1,295
Sig.
,255
,003
,067
,207
,126
,201
Correlations
Zero-order
Partial
,640
,532
,714
,067
-,034
,391
,246
,171
,207
-,174
Part
,253
,151
,103
,126
-,105
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,307
,271
,158
,879
,490
3,259
3,687
6,319
1,137
2,040
87
Lanjutan Lampiran 8.
Coefficient Correlationsa
Model
1
Correlations
Covariances
D
X4
X3
X1
X2
D
X4
X3
X1
X2
D
1,000
,287
-,508
,146
,651
3E+008
4103,816
-10,276
1E+007
317078,4
X4
,287
1,000
-,113
-,005
,269
4103,816
,655
,000
-15,385
5,997
X3
-,508
-,113
1,000
-,777
-,793
-10,276
,000
1,31E-006
-3,660
-,025
X1
,146
-,005
-,777
1,000
,487
1E+007
-15,385
-3,660
2E+007
55309,684
X2
,651
,269
-,793
,487
1,000
317078,4
5,997
-,025
55309,684
759,831
a. Dependent Variable: Yi
Collinearity Diagnosticsa
Model
1
Dimension
1
2
3
4
5
6
Eigenvalue
4,632
,663
,452
,199
,041
,013
a. Dependent Variable: Yi
Condition
Index
1,000
2,644
3,201
4,822
10,624
19,236
(Constant)
,00
,00
,01
,00
,00
,99
X1
,00
,00
,07
,25
,64
,03
Variance Proportions
X2
X3
,00
,00
,08
,00
,00
,04
,12
,00
,54
,85
,25
,10
X4
D
,00
,00
,02
,01
,06
,91
,01
,19
,00
,40
,18
,23
88
Lanjutan Lampiran 8.
Residuals Statisticsa
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of
Predicted Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum
-18538,5
-1,623
Maximum
299125,2
3,507
Mean
81983,33
,000
Std. Deviation
61919,13262
1,000
9000,521
32466,176
14453,352
4558,173
60
-27956,5
-101835
-2,127
-2,313
-120521
-2,415
1,101
,000
,019
293586,0
150415,4
3,141
3,579
208547,5
4,060
26,134
1,026
,443
81825,19
,00000
,000
,002
158,14178
,015
4,917
,048
,083
62343,32609
45814,33113
,957
1,064
57108,93861
1,134
4,420
,152
,075
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Histogram
Dependent Variable: Yi
Dependent Variable: Yi
1.0
Expected Cum
Prob
20
15
10
5
0
-3
-2
-1
Mean = 3.12E-16
Std. Dev. = 0.957
N = 60
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Scatterplot
Dependent Variable: Yi
Regression
Studentized
Residual
Frequency
a. Dependent Variable: Yi
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
89
Regression
Descriptive Statistics
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Mean
10,9760
,8722
5,8324
16,1959
10,6581
,5000
Std. Deviation
,84878
,67894
,81933
,87536
,19855
,50422
N
60
60
60
60
60
60
Correlations
Pearson CorrelationYi
X1
X2
X3
X4
D
Sig. (1-tailed)
Yi
X1
X2
X3
X4
D
N
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Yi
1,000
,626
,693
,654
,065
-,148
.
,000
,000
,000
,310
,129
60
60
60
60
60
60
X1
,626
1,000
,312
,744
-,009
,358
,000
.
,008
,000
,474
,002
60
60
60
60
60
60
Variables Entered/Removedb
Model
1
Variables
Entered
D, X4,aX3,
X1, X2
Variables
Removed
Method
.
Enter
X2
,693
,312
1,000
,626
-,152
-,413
,000
,008
.
,000
,123
,001
60
60
60
60
60
60
X3
,654
,744
,626
1,000
-,068
,276
,000
,000
,000
.
,302
,016
60
60
60
60
60
60
X4
,065
-,009
-,152
-,068
1,000
-,154
,310
,474
,123
,302
.
,120
60
60
60
60
60
60
D
-,148
,358
-,413
,276
-,154
1,000
,129
,002
,001
,016
,120
.
60
60
60
60
60
60
90
Lanjutan Lampiran 9.
Model Summaryb
Change Statistics
Model
1
R
R Square
,833a
,694
Adjusted
R Square
,666
Std. Error of
the Estimate
,49064
R Square
Change
,694
F Change
24,514
df1
df2
5
54
Sig. F Change
,000
DurbinWatson
1,545
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
29,506
12,999
42,505
df
5
54
59
Mean Square
5,901
,241
F
24,514
Sig.
,000a
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X1
X2
X3
X4
D
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1,466
4,031
,642
,147
,577
,178
-,047
,182
,601
,357
-,112
,232
a. Dependent Variable: Yi
Standardized
Coefficients
Beta
,513
,557
-,049
,141
-,067
t
,364
4,350
3,247
-,260
1,686
-,485
Sig.
,717
,000
,002
,796
,098
,630
Correlations
Zero-order
Partial
,626
,693
,654
,065
-,148
,509
,404
-,035
,224
-,066
Part
,327
,244
-,020
,127
-,036
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,407
,193
,161
,814
,299
2,457
5,194
6,193
1,228
3,340
91
Lanjutan Lampiran 9.
Coefficient Correlationsa
Model
1
Correlations
Covariances
D
X4
X3
X1
X2
D
X4
X3
X1
X2
D
1,000
,406
-,642
-,022
,805
,054
,034
-,027
-,001
,033
X4
,406
1,000
-,265
-,030
,396
,034
,127
-,017
-,002
,025
X3
-,642
-,265
1,000
-,554
-,797
-,027
-,017
,033
-,015
-,026
X1
-,022
-,030
-,554
1,000
,154
-,001
-,002
-,015
,022
,004
X2
,805
,396
-,797
,154
1,000
,033
,025
-,026
,004
,032
a. Dependent Variable: Yi
Collinearity Diagnosticsa
Model
1
Dimension
1
2
3
4
5
6
Eigenvalue
5,258
,477
,256
,008
,000
,000
a. Dependent Variable: Yi
Condition
Index
1,000
3,320
4,530
25,834
121,859
193,777
(Constant)
,00
,00
,00
,00
,06
,94
X1
,00
,03
,45
,17
,31
,04
Variance Proportions
X2
X3
,00
,00
,00
,00
,00
,00
,31
,00
,63
1,00
,06
,00
X4
D
,00
,00
,00
,01
,07
,93
,00
,22
,11
,19
,40
,08
92
Lanjutan Lampiran 9.
Residuals Statisticsa
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of
Predicted Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum
9,4845
-2,109
Maximum
12,5686
2,252
Mean
10,9760
,000
Std. Deviation
,70718
1,000
,099
,291
,151
,034
60
9,5320
-1,04202
-2,124
-2,224
-1,16468
-2,311
1,409
,000
,024
12,4800
1,26691
2,582
2,828
1,51966
3,036
19,831
,266
,336
10,9729
,00000
,000
,003
,00315
,003
4,917
,021
,083
,70779
,46939
,957
1,013
,52704
1,033
3,015
,041
,051
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a. Dependent Variable: Yi
Histogram
Dependent Variable: Yi
1.0
Expected
Cum Prob
10
8
6
4
2
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0
-3
-2
-1
Mean = 3.88E15
Std. Dev. =...
Scatterplot
Dependent Variable: Yi
Regression
Studentized
Residual
Frequency
Dependent Variable: Yi
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-2
93
Lampiran 10. Hasil Regresi Model Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah
Regression
Descriptive Statistics
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Mean
10,9760
3,0875
475,0000
2E+007
43333,33
,5000
Std. Deviation
,84878
2,73429
434,31419
13688173,69
8216,69789
,50422
N
60
60
60
60
60
60
Correlations
Pearson CorrelationYi
X1
X2
X3
X4
D
Sig. (1-tailed)
Yi
X1
X2
X3
X4
D
N
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Yi
1,000
,541
,590
,648
,037
-,148
.
,000
,000
,000
,390
,129
60
60
60
60
60
60
X1
,541
1,000
,146
,749
-,002
,358
,000
.
,133
,000
,494
,002
60
60
60
60
60
60
Variables Entered/Removedb
Model
1
Variables
Entered
D, X4,aX3,
X1, X2
Variables
Removed
Method
.
Enter
X2
,590
,146
1,000
,578
-,198
-,343
,000
,133
.
,000
,065
,004
60
60
60
60
60
60
X3
,648
,749
,578
1,000
-,114
,274
,000
,000
,000
.
,192
,017
60
60
60
60
60
60
X4
,037
-,002
-,198
-,114
1,000
-,143
,390
,494
,065
,192
.
,138
60
60
60
60
60
60
D
-,148
,358
-,343
,274
-,143
1,000
,129
,002
,004
,017
,138
.
60
60
60
60
60
60
94
R
R Square
,776a
,602
Adjusted
R Square
,566
Std. Error of
the Estimate
,55944
R Square
Change
,602
F Change
16,362
df1
df2
5
54
Sig. F Change
,000
DurbinWatson
1,579
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
25,605
16,900
42,505
df
5
54
59
Mean Square
5,121
,313
F
16,362
Sig.
,000a
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X1
X2
X3
X4
D
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
9,768
,487
,132
,048
,001
,000
1,15E-008
,000
1,05E-005
,000
-,353
,206
a. Dependent Variable: Yi
Standardized
Coefficients
Beta
,424
,370
,185
,102
-,209
t
20,049
2,737
2,243
,859
1,113
-1,709
Sig.
,000
,008
,029
,394
,271
,093
Correlations
Zero-order
Partial
,541
,590
,648
,037
-,148
,349
,292
,116
,150
-,227
Part
,235
,192
,074
,096
-,147
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,307
,271
,158
,879
,490
3,259
3,687
6,319
1,137
2,040
95
Correlations
Covariances
D
X4
X3
X1
X2
D
X4
X3
X1
X2
D
1,000
,287
-,508
,146
,651
,043
5,60E-007
-1,4E-009
,001
4,33E-005
X4
,287
1,000
-,113
-,005
,269
5,60E-007
8,93E-011
-1,4E-014
-2,1E-009
8,18E-010
X3
-,508
-,113
1,000
-,777
-,793
-1,4E-009
-1,4E-014
1,79E-016
-5,0E-010
-3,4E-012
X1
,146
-,005
-,777
1,000
,487
,001
-2,1E-009
-5,0E-010
,002
7,55E-006
X2
,651
,269
-,793
,487
1,000
4,33E-005
8,18E-010
-3,4E-012
7,55E-006
1,04E-007
a. Dependent Variable: Yi
Collinearity Diagnosticsa
Model
1
Dimension
1
2
3
4
5
6
Eigenvalue
4,632
,663
,452
,199
,041
,013
a. Dependent Variable: Yi
Condition
Index
1,000
2,644
3,201
4,822
10,624
19,236
(Constant)
,00
,00
,01
,00
,00
,99
X1
,00
,00
,07
,25
,64
,03
Variance Proportions
X2
X3
,00
,00
,08
,00
,00
,04
,12
,00
,54
,85
,25
,10
X4
D
,00
,00
,02
,01
,06
,91
,01
,19
,00
,40
,18
,23
96
Maximum
13,0090
3,086
Mean
10,9760
,000
Std. Deviation
,65877
1,000
,379
,169
,053
60
13,0160
1,12394
2,009
2,178
1,32138
2,260
26,134
,175
,443
10,9841
,00000
,000
-,006
-,00804
-,012
4,917
,019
,083
,68403
,53521
,957
1,007
,59497
1,030
4,420
,034
,075
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Histogram
Dependent Variable: Yi
Dependent Variable: Yi
1.0
-3
-2
-1
Regression Standardized...
Expected Cum
Prob
14
12
10
8
6
4
2
0
Mean =
-2.64E-16
Std. Dev. ...
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Scatterplot
Dependent Variable: Yi
Regression
Studentized
Residual
Frequency
a. Dependent Variable: Yi
4
2
0
-2
-4
-2
-1
1.0
97
Regression
Descriptive Statistics
Mean
81983,33
,8722
5,8324
16,1959
10,6581
,5000
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Std. Deviation
77025,52772
,67894
,81933
,87536
,19855
,50422
N
60
60
60
60
60
60
Correlations
Pearson CorrelationYi
X1
X2
X3
X4
D
Sig. (1-tailed)
Yi
X1
X2
X3
X4
D
N
Yi
X1
X2
X3
X4
D
Yi
1,000
,609
,539
,623
,087
-,034
.
,000
,000
,000
,255
,399
60
60
60
60
60
60
X1
,609
1,000
,312
,744
-,009
,358
,000
.
,008
,000
,474
,002
60
60
60
60
60
60
Variables Entered/Removedb
Model
1
Variables
Entered
D, X4,aX3,
X1, X2
Variables
Removed
Method
.
Enter
X2
,539
,312
1,000
,626
-,152
-,413
,000
,008
.
,000
,123
,001
60
60
60
60
60
60
X3
,623
,744
,626
1,000
-,068
,276
,000
,000
,000
.
,302
,016
60
60
60
60
60
60
X4
,087
-,009
-,152
-,068
1,000
-,154
,255
,474
,123
,302
.
,120
60
60
60
60
60
60
D
-,034
,358
-,413
,276
-,154
1,000
,399
,002
,001
,016
,120
.
60
60
60
60
60
60
98
R
R Square
,730a
,533
Adjusted
R Square
,489
Std. Error of
the Estimate
55036,29452
R Square
Change
,533
F Change
12,313
df1
df2
5
54
Sig. F Change
,000
DurbinWatson
1,928
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2E+011
2E+011
4E+011
df
5
54
59
Mean Square
3,730E+010
3028993715
F
12,313
Sig.
,000a
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X1
X2
X3
X4
D
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-859417
452135,4
50576,888 16541,632
27639,636 19930,313
12444,369 20369,519
50803,824 39995,252
-13872,2 25971,816
a. Dependent Variable: Yi
Standardized
Coefficients
Beta
,446
,294
,141
,131
-,091
t
-1,901
3,058
1,387
,611
1,270
-,534
Sig.
,063
,003
,171
,544
,209
,595
Zero-order
,609
,539
,623
,087
-,034
Correlations
Partial
,384
,185
,083
,170
-,072
Part
,284
,129
,057
,118
-,050
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,407
,193
,161
,814
,299
2,457
5,194
6,193
1,228
3,340
99
Correlations
Covariances
D
X4
X3
X1
X2
D
X4
X3
X1
X2
D
1,000
,406
-,642
-,022
,805
7E+008
4E+008
-3E+008
-9440755
4E+008
X4
,406
1,000
-,265
-,030
,396
4E+008
2E+009
-2E+008
-2E+007
3E+008
X3
-,642
-,265
1,000
-,554
-,797
-3E+008
-2E+008
4E+008
-2E+008
-3E+008
X1
-,022
-,030
-,554
1,000
,154
-9440755
-2E+007
-2E+008
3E+008
5E+007
X2
,805
,396
-,797
,154
1,000
4E+008
3E+008
-3E+008
5E+007
4E+008
a. Dependent Variable: Yi
Collinearity Diagnosticsa
Model
1
Dimension
1
2
3
4
5
6
Eigenvalue
5,258
,477
,256
,008
,000
,000
a. Dependent Variable: Yi
Condition
Index
1,000
3,320
4,530
25,834
121,859
193,777
(Constant)
,00
,00
,00
,00
,06
,94
X1
,00
,03
,45
,17
,31
,04
Variance Proportions
X2
X3
,00
,00
,00
,00
,00
,00
,31
,00
,63
1,00
,06
,00
X4
D
,00
,00
,00
,01
,07
,93
,00
,22
,11
,19
,40
,08
100
Maximum
219260,3
2,442
Mean
81983,33
,000
Std. Deviation
56219,50363
1,000
32689,004
16975,927
3868,683
60
182517,4
220739,7
4,011
4,409
266687,3
5,459
19,831
,674
,336
81008,50
,00000
,000
,008
974,83018
,033
4,917
,029
,083
56787,57451
52652,62892
,957
1,030
61158,31128
1,138
3,015
,099
,051
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a. Dependent Variable: Yi
Histogram
Dependent Variable: Yi
Dependent Variable: Yi
Expected Cum
Prob
1.0
15
10
5
0
-2
-1
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Mean = 1.14E15
Std. Dev. =...
0.0
Dependent Variable: Yi
4
2
0
-2
-4
-2
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Scatterplot
Regression
Studentized
Residual
Frequency
20
101
= bi (
Xi
)
Yi
= 12861,670 (3,088/81983,333)
= 0,48
b). Produksi (X2)
= bi (
Xi
)
Yi
= 51,506 (475/81983,333)
= 0,30
c). Pendapatan (X3)
= bi (
Xi
)
Yi
= 0,001 (15593319,300/81983,333)
= 0,19
d). Harga udang windu (X4)
= bi (
Xi
)
Yi
= 1,257(43333,333/81983,333)
= 0,66
102
Udang windu
Rumah jaga
99