Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

2. Mengetahui besarnya biaya yang harus


dikeluarkan dari perencanaan berbagai macam
lebar spillway.
3. Memperoleh kurva hubungan antara lebar
spillway dengan biaya yang harus dikeluarkan
4. Mengetahui lebar spillway yang paling
ekonomis
5. Mengetahui biaya minimum yang diperoleh
dari kurva hubungan lebar spillway dengan
biaya yang dikeluarkan.
1.4. Batasan Masalah
1. Tidak melakukan perhitungan sedimentasi
2. Percobaan beberapa macam lebar spillway.
3. Tidak memperhitungkan pondasi bendungan
4. Tidak membahas analisa dampak lingkungan
5. Bentuk tubuh bendungan dianggap stabil.

1.1. Latar Belakang


Kota Semarang merupakan daerah yang
mengalami masalah kekurangan suplai air baku
terutama pada musim kemarau dan terjadinya banjir
pada musim penghujan yang terjadi hampir setiap
tahun. Hal ini diperparah dengan pertumbuhan
penduduk setiap tahunnya dan kerusakan lingkungan
yang terjadi. Penurunan tanah akibat eksploitasi air
tanah yang berlebihan serta intrusi air laut melalui
sungai dan saluran air yang terjadi hampir setiap air
pasang juga terjadi di kota Semarang.
Pembangunan sebuah bendungan di Semarang
sangat dibutuhkan untuk menangani masalah diatas.
Waduk Jatibarang adalah salah satu bendungan yang
akan dibangun di Semarang. Waduk ini direncanakan
dengan membendung Sungai Kreo yang merupakan
anak Sungai Garang yang terletak di Semarang Barat,
dengan daerah tangkapan seluas 54 km2, luas genangan
110 Ha, dan volume tampungan sebesar 20 juta m 3.
Bangunan pelengkap yang paling penting dalam
suatu waduk adalah spillway (pelimpah). Spillway
merupakan
suatu
bangunan
yang
berfungsi
melimpahkan kelebihan air dari debit yang akan
dibuang sehingga kapasitas waduk dapat dipertahankan.
Perencanaan sebuah spillway diperlukan pertimbangan
dan perhitungan sehingga didapatkan suatu desain yang
efisien dan paling ekonomis. Dalam hal ini akan
dibahas tentang perencanaan lebar spillway yang paling
ekonomis.

Waduk Jatibarang

1.2. Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang ingin diselesaikan dalam
penyusunan tugas akhir ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Berapa tinggi air maksimum yang diperoleh
dari perubahan beberapa lebar spillway?
2. Berapa biaya yang harus dikeluarkan dari
perencanaan berbagai macam lebar spillway?
3. Bagaimana kurva hubungan antara lebar
spillway dengan biaya yang harus dikeluarkan?
4. Berapa lebar spillway yang paling ekonomis?
5. Berapa biaya minimum yang diperoleh dari
kurva hubungan lebar spillway dengan biaya
yang dikeluarkan?

Peta Das Waduk Jatibarang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan spillway waduk
Jatibarang adalah:
1. Mengetahui tinggi air maksimum untuk
perencanaan berbagai macam lebar spillway.

Studi yang pernah dilakukan


Studi yang pernah dilakukan adalah
mengenai Perencanaan Waduk Jatibarang Semarang
oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Semarang.
Waduk ini direncanakan dengan periode ulang 50
tahunan.
Data hujan yang digunakan berdasarkan
pengamatan dari stasiun hujan Panjangan, Patemon
dan Kalipancur tahun 1992 hingga 1996.

2.2.2. Perhitungan Distribusi


Sebelum memilih distribusi probabilitas yang
akan dipakai, dilakukan perhitungan analisa terlebih
dahulu terhadap data yang ada. Parameter-parameter
statistik yang dimiliki data adalah , S, Cs, Ck dan
Cv. Berdasarkan hasil perhitungan parameter
statistik tersebut dimana didapatkan harga Cs dan Ck
maka dipilih persamaan distribusi untuk diuji
sebagai perbandingan. Persamaan distribusi yang
dipilih adalah Distribusi Pearson Tipe III dan
Distribusi Log Normal.

Dari data perencanaan di dapatkan:


Elevasi dasar bendungan
: + 80.00 m
Elevasi puncak spillway
: + 148.90 m
Elevasi puncak bendungan
: + 157.00 m
Lebar mercu bendungan
: 200 m
Tipe spillway :Bathtub,Chute
Lebar spillway
: 15 m
Panjang kolam olakan
: 60 m
Pada perencanaan dalam Tugas Akhir ini
mengunakan elevasi puncak spillway dan data hujan
yang sama dengan studi sebelumnya. Spillway
direncanakan dengan tipe Ogee.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

2.2.

2.2.3. Uji Kecocokan Sebaran


Untuk menentukan apakah fungsi distribusi
probabilitas yang dipilih telah sesuai dan dapat
mewakili distribusi frekuensi dari sampel data yang
ada, maka diperlukan pengujian parameter. Dalam
masalah ini yang dipakai adalah Uji Chi Kuadrat
dan Uji Smirnov Kolmogorov.
Jikapada pengujian fungsi distribusi probabilitas
yang dipilih memenuhi ketentuan persyaratan kedua
uji tersebut, maka distribusi yang dipilih dapat
diterima.

Analisa Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu tentang
kehadiran dan gerakan air di alam, secara khusus
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem
kejadian air diatas, pada permukaan dan di dalam
tanah. Dalam suatu perencanaan bangunan air perlu
dilakukan analisa mengenai hal tersebut, analisa ini
digunakan untuk memperkirakan ketersediaan air
yang akan dimanfaatkan.

2.2.1. Analisa Frekuensi


Rangkaian data-data hidrologi yang tersedia
diolah dengan menggunakan pendekatan ilmu
statistika. Perhitungan analisa frekuensi diuraikan
dengan menggunakan beberapa teori distribusi
probabilitas kontinyu. Distribusi probabilitas yang
umum digunakan adalah:
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel Tipe I
Distribusi Gumbel Tipe III
3. Distribusi Pearson tipe III
4. Distribusi Log-Pearson Tipe III
5. Distribusi Frechet
6. Distribusi Log-Normal
Distribusi Log-Normal Dua Parameter
Distribusi Log-Normal Tiga Parameter.
Setiap jenis distribusi atau sebaran mempunyai
parameter statistic yang terdiri dari nilai rata-rata (
= ), standar deviasi ( = S ), koefisien variasi (Cv),
dankoefisien ketajaman (Ck).
Di dalam memilih satu sebaran atau fungsi
tertentu dibutuhkan suatu ketelitian karena untuk
satu rangkaian data tidak selalu cocok dengan sifatsifat sebaran, termasuk sebaran frekuensi atau
probabilitas tersebut walaupun nilai parameter
statistiknya hampir sama. Kesalahan dalam memilih
sebaran dapat mengakibatkan kerugian jika
perkiraan mulai desain terlalu besar (over estimate)
atau terlalu kecil (under estimate)

2.2.3.1. Uji Chi Kuadrat


Pada
dasarnya
uji
chi
kuadrat
dimaksudkan
untuk
menentukan
apakah
persamaan distribusi peluang yang telah dipilih
dapt mewakili dari distribusi statistik sampel data
yang dianalisis. Pengambilan keputusan ini
menggunakan parameter
, oleh karena itu
disebut uji chi kuadrat.
Prosedur uji Chi Kuadrat adalah:
1) Urutkan data pengamatan (dari besar ke
kecil atau sebaliknya)
2) Kelompokkan data menjadi G sub-grup,
tiap-tiap sub-grup minimal 4 data
pengamatan.
Tidak ada aturan yang pasti tentang
penentuan jumlah kelas (grup). H.A Sturges
pada tahun 1926 mengemukakan suatu
perumusan untuk menentukan banyaknya
kelas, yaitu:

3)
4)
5)

Dimana:
: banyaknya kelas
: banyaknya nilai observasi (data)
Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiaptiap sub-grup
Jumlahkan data dari persamaan distribusi
yang digunakan sebesar Ei
Tiap-tiap sub-grup hitung nilai
dan

6)
7)

mengingat adanya hubungan antara hujan dan


aliran sungai dimana besarnya aliran dalam
sungai utamanya ditentukan oleh besarnya hujan,
intensitas hujan, luas daerah hujan dan luas
daerah aliran sungai.

Jumlahkan seluruh G sub grup nilai


untuk menentukan nilai chi-kuadrat hitung.
Tentukan derajat kebebasan dk = G R 1
(nilai R=2, untuk distribusi normal dan
binomial, dan nilai R= 1, untuk distribusi
Poisson).

2.2.6.1. Metode Nakayasu


Pada unit hidrograf Nakayasu, perumusan
debit dirumuskan sebagai berikut:

2.2.3.2. Uji Smirnov Kolmogorov


Uji kecocokan Smirnov Kolmogorov
pada dasarnya sering juga disebut uji kecocokan
non parametrik, karena pengujiannya tidak
menggunakan distribusi tertentu.
Apabila nilai D lebih kecil dari nilai Do,
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima.
Apabila D lebih besar dari Do maka secara
teoritis pula distribusi yang digunakan tidak
dapat diterima.

Dimana:
= debit puncak banjir (m3/dtk)
= koefisien resapan
= luas DAS (km2)
` = tenggang waktu dari permulaan hujan
sampai puncak banjir (jam)
= waktu yang diperlukan oleh penurunan
debit, dari debit puncak menjadi 30 %
dari debit puncak (jam)

2.2.4. Kesimpulan analisa frekuensi


Pada
pengujian
uji
Smirnov

Kolmogorov,
meskipun
menggunakan
perhitungan matematis namun kesimpulan hanya
berdasarkan bagian tertentu (sebuah varian) yang
mempunyai penyimpangan terbesar, sedangkan
uji Chi kuadrat menguji penyimpangan distribusi
data pengamatan dengan mengukur secara
matematis kedekatan antara data pengamatan dan
seluruh bagian garis persamaan distribusi
teoritisnya.
2.2.5. Perhitungan Curah Hujan Periode Ulang
Setelah kecocokan dari distribusi yang
diasumsikan dapat dibenarkan secara statistik
dengan uji kecocokan, untuk menghitung curah
hujan periode ulang digunakan metode
persamaan dari Distribusi Pearson Tipe III dan
persamaan Distribusi Log Normal. Dari
perhitungan curah hujan menggunakan dua
persamaan distribusi tersebut dipilih harga
maksimum dari salah satu persamaan distribusi
tersebut.
2.2.6. Perhitungan hidrograf inflow
Dalam perencanaan bangunan air seperti
bendungan, spillway, konsolidasi dam, flood
control maupun drainase perlu memperkirakan
debit terbesar dari aliran sungai atau saluran yang
mungkin terjadi dalam suatu periode tertentu
yang disebut debit rencana periode tertentu yang
mungkin terjadi banjir rencana yang disebut
banjir rencana.
Perhitungan debit banjir rencana untuk
perencanaan
bendungan
ini
dilakukan
berdasarkan hujan harian maksimum yang terjadi
pada periode ulang tertentu. Hal ini dilakukan

2.2.7. Perhitungan reservoir routing


Untuk mengetahui besarnya debit outflow yang
keluar melalui spiilway dilakukan perhitungan
reservoir routing. Cara ini pertama kali
dikembangkan oleh L.G. Puls dari US Army Corps
of Engineering, Korps Zeni Angkatan Darat AS.
Untuk menghitung reservoir routing, diperlukan
data-data sebagai berikut:
1. Hubungan volume tampungan dengan elevasi
waduk
2. Hubungan elevasi permukaan air dan outflow
serta hubungan tampungan dan outflow
3. Hidrograf inflow
4. Nilai awal untuk S,I dan Q pada waktu t=0.
2.3. Analisa Hidrolika
2.3.1. Standart Tinggi Ruang Bebas Bendungan
Tinggi bendungan adalah tinggi air bendungan
tertinggi berdasarkan perhitungan flood routing
ditambah tinggi jagaan (free board). The Japanese
National Committee on Large Dams (JANCOLD)
telah menyusun standar minimal tinggi ruang bebas.
2.3.2. Perencanaan Dimensi Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah (spillway) adalah bangunan
beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir
yang masuk kedalam waduk agar tidak
membahayakan keamanan bendungan. Apabila
terjadi kecepatan aliran air yang besar akan terjadi
olakan yang dapat mengganggu jalannya air
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran air yang
masuk ke bangunan pelimpah. Maka kecepatan
aliran air harus dibatasi, yaitu tidak melebihi
3

kecepatan kristisnya. Ukuran bangunan pelimpah


harus dihitung dengan sebaik-baiknya, karena jika
terlalu kecil ada resiko tidak mampu melimpahkan
debit air banjir yang terjadi. Sebaliknya apabila
ukurannya terlalu besar, bangunan akan menjadi
semakin maha yang dapat mempengaruhi biaya
proyek secara keseluruhan.
Untuk perencanaan lebar spillway, direncanakan
lebarnya tidak memakai pilar dan dinding sejajar
dengan arah aliran sehingga lebar efektif dari
pelimpah sama dengan lebar pelimpah itu sendiri.
Dalam merencanakan spillway pada bendungan
Jatibarang ini dipilih mercu tipe ogee.

(spillway) adalah persamaan Bernoulli sebagai


berikut:

Dimana:
v0 : kecepatan aliran pada saat keadaan awal
(m/dtk)
v1 : kecepatan aliran pada saat kedalaman akhir
(m/dtk)
d0 cos : kedalaman air pada saat keadaan awal (m)
d1 cos : kedalaman air pada saat keadaan akhir (m)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/dtk2)
: koefisien pembagian kecepatan rata-rata
(dipakai nilai 1,1)
: sudut kemiringan
Hf : tinggi kehilangan tekanan (m)
n
R

:
: koefisien kekasaran dinding
: jari-jari hidrolis (m)

2.3.4. Perencanaan Kolam Olakan


Suatu bangunan peredam energy yang berbentuk
kolam, dimana prinsip peredam energinya yang
sebagian besar terjadi akibat proses pergesekan
diantara molekul-molekul air, sehingga timbul
olakan-olakan di dalam kolam tersebut dinamakan
peredam energy type kola olakan.
Berdasarkan buku Bendungan Type Urugan
yang ditulis oleh Suyono Sosrodarsono, kolam
olakan mempunyai empat type yaitu:
a) Kolam olakan datar type I
Adalah suatu kolam olakan dengan dasar yang
datar dan terjadinya peredam energy yang
terkandung dalam aliran air dengan benturan
secara langsung aliran tersebut ke atas
permukaan dasar kolam. Type ini hanya sesuai
untuk mengalirkan debit yang relative kecil dan
bilangan Froude < 1,7
b) Kolam olakan datar type II
Pada kolam olakan type I, terjadinya peredam
energy yang terkandung dalam aliran adalah
akibat gesekan di antara molekul-molekul air di
dalam kolam dan dibantu oleh perlengkapan
berupa gigi pemecah aliran di ujung dasar kolam
dan di bagian hilir kolam.
Kolam olakan ini cocol untuk debit yang besar (q
> 45 m3/dtk) dan bilangan Froude antara 1,7 2,5
c) Kolam olakan datar type III
Pada hakekatnya prinsip kerja kolam olakan type
III ini sama dengan type II, akan tetapi lebih
sesuai untuk debit yang agak kecil ( q < 18,5
m3/dtk) dan bilangan Froude > 4,5

Sumber : Design of Small Dams

Bentuk profil dari puncak spillway

Berbagai type mercu ogee dapat dilihat Gambar


dibawah ini:

Sumber: Kriteria Perencanaan 02, Tahun 1986)


Bentuk-bentuk Mercu Ogee
Dari berbagai tipe ogee di atas maka dipilih tipe
ogee dengan kemiringan pada upstream atau hilir
1:1 (tegak)
2.3.3. Perhitungan tinggi air di atas pelimpah
Perumusan yang dipakai untuk mengetahui
kondisi muka air di atas bangunan pelimpah
4

d) Kolam olakan datar type IV


Prinsip kerja kolam olakan type IV sama dengan
type II dan III, tetapi lebih sesuai untuk aliran
dengan bilangan Froude antar 2,5 4,5

2.4.3.2. Kontrol Daya Dukung


Kontrol daya dukung dilakukan dengan
menggunakan perumusan sebagai berikut:

2.4. Analisa Stabilitas


2.4.1. Kemiringan Lereng Bendungan
Jebolnya suatu bendungan urugan, biasanya
dimulai dengan terjadinya suatu gejala longsoran
baik pada lereng bagian hulu maupun pada lereng
bagian hilir bendungan tersebut, yang disebabkan
kurang memadainya stabilitas kedua lereng tersebut.
Karenanya dalam pembangunan suatu bendungan
urugan, stabilitas kemiringan kedua lereng
merupakan kunci dari stabilitas tubuh bendungan
secara keseluruhan. Dengan demikian dalam
merencanakan suatu bendungan, faktor-faktor yang
diperkirakan atau berpengaruh terhadap stabilitas
lereng bendungan dalam perhitungannya supaya
diambil kombinasi pembebanan yang paling tidak
menguntungkan.

2.4.3.3. Kontrol Geser


Kontrol geser dilakukan dengan menggunakan
perumusan sebagai berikut:

2.4.3.4. Kontrol terhadap ketebalan Saluran


Kontrol terhadap ketebalan Saluran ini
dilakukan dengan menggunakan perumusan
sebagai berikut:

2.4.2. Gaya-gaya yang bekerja pada pelimpah yaitu:


2.4.2.1. Gaya vertikal akibat berat sendiri
Sebuah bangunan akan mempunyai gaya
vertikal dari berta bangunan akibat adanya gaya
gravitasi. Berat bangunan bergantung kepada
bahan yang dipakai untuk membuat bangunan
itu sendiri.

2.5.

2.4.2.2. Gaya akibat tekanan air


Gaya akibat tekanan air dapat dibagi menjadi
gaya tekanan air dalam dan luar. Tekanan air
luar selalu bekerja tegak lurus terhadap muka
bangunan.
2.4.2.3. Gaya akibat tekanan tanah
Gaya akibat tekanan tanah adalah gaya tekan
yang diakibatkan oleh tanah samping dari
pondasi bangunan. Gaya ini diperhitungkan
karena dapat mempengaruhi kestabilan suatu
pondasi bangunan yaitu dapat menyebabkan
pergeseran (sliding).
2.4.3. Kontrol Stabilitas spillway dilakukan terhadap 4
hal yaitu:
2.4.3.1. Kontrol Guling
Kontrol guling dilakukan dengan menggunakan
perumusan sebagai berikut:

Analisa Biaya
Analisa
biaya
dilakukan
dengan
menggunakan HSPK (Harga Satuan Pokok
Kegiatan) untuk wilayah Semarang tahun 2010,
besarnya biaya yang dikeluarkan hanya ditinjau
berdasarkan volume urugan tanah dan beton yang
dibutuhkan untuk pelimpah. Percobaan beberapa
macam lebar spillway akan menghasilkan
berbedanya tinggi dan lebar bendungan sehingga
menyebabkan volume urugan tanah untuk
bendungan juga akan berubah. Setelah dilakukan
perhitungan biaya untuk beberapa macam lebar
spillway maka selanjutnya dapat dibuat menjadi
sebuah kurva hubungan antara lebar dan biaya yang
dibutuhkan. dari kurva tersebut dapat dilihat lebar
ekonomis spillway dan berapa biaya minimum dari
spillway tersebut.
BAB III
METODOLOGI

3.1.

Untuk mengetahui pada suatu bangunan


pelimpah tersebut stabil atau tidak dapat pula
dicari eksentrisitasnya, persamaan yang dipakai
adalah :
5

Persiapan
Persiapan merupakan langkah awal dari
perencanaan yang dilaksanakan dengan melakukan
survey kelokasi proyek yang bersangkutan yaitu
Sungai Kreo yang merupakan sungai yang
dibendung dalam perencanaan Waduk Jatibarang.
Survey ini juga bertujuan untuk mendapatkan

dokumentasi-dokumentasi yang mungkin


dilampirkan dalam Tugas Akhir ini.
3.2.

dapat

Perencanaan bangunan pelimpah dilakukan


berdasarkan perumusan yang terdapat dalam Bab II
Tinjauan Pustaka sub bab 2.3.2.

Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang menunjang dan
digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Data
yang digunakan adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung. Adapun datadata tersebut meliputi:
a) Data teknis dari perencanaan yang telah
dilakukan
b) Peta topografi, untuk mencari luasan dan
volume pada lokasi dimana bendungan akan
ditempatkan agar dapat dilakukan perhitungan
flood routing untuk mencari tinggi air
maksimum.
c) Data curah hujan, untuk mendapatkan curah
hujan efektif yang kemudian diolah hingga
memperoleh debit banjir rencana.
d) Data tanah, digunakan untuk perhitungan
lereng tubuh bendungan.

3.4.2. Perencanaan panjang kolam Olakan


Sebelum dilakukan perhitungan terhadap
kebutuhan panjang kolam olakan maka harus
ditentukan terlebih dahulu tipe kolam olakan yang
akan digunakan dalam perencanaan. Perencanaan
Kolam Olakan dilakukan berdasarkan perumusan
yang terdapat dalam Bab II Tinjauan Pustaka sub
bab 2.3.4
3.5. Analisa Biaya:
Analisa
biaya
dilakukan
dengan
menggunakan HSPK (harga Satuan Pokok Kegiatan)
untuk wilayah Semarang tahun 2011, besarnya biaya
yang dikeluarkan hanya ditinjau berdasarkan volume
urugan tanah dan beton yang dibutuhkan untuk
pelimpah.

3.3. Analisa hidrologi


3.3.1. Analisa frekwensi
Pada analisa frekwensi ini dilakukan
analisa terhadap data curah hujan, guna pemilihan
distribusi yang sesuai. Analisa tersebut dilakukan
dengan mengacu pada perumusan 2.1 sampai 2.5
pada Bab II Tinjauan Pustaka untuk mendapatkan
parameter-parameter statistik sehingga dapat
ditentukan persamaan distribusi yang akan
digunakan sebagai perbandingan.
3.3.2. Uji kecocokan
Pengujian pada distribusi yang terpilih
dapat dilakukan dengan menggunakan perumusan
dan langkah-langkah dalam Bab II Tinjauan
Pustaka dalam sub bab 2.2.3.
3.3.3. Perhitungan debit banjir rencana
Perkiraan debit banjir rencana didasarkan
atas teori hidrograf satuan, dalam tugas akhir ini
akan digunakan 2 macam teori hidrograf yaitu
hidrograf satuan Nakayasu, dan hidrograf satuan
snyder-alexejev yang perumusannya dapat dilihat
di Bab II Tinjauan Pustaka dalam sub bab 2.2.6.
3.3.4. Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir dilakukan berdasarkan
perumusan yang terdapat dalam Bab II Tinjauan
Pustaka sub bab 2.2.7.
3.4. Analisa hidrolika
3.4.1. Perencanaan Bangunan Pelimpah
6

3.6.

Kurva hubungan antara lebar spillway dengan


biaya
Kurva ini didapatkan dari percobaan
beberapa macam lebar spillway dengan biaya yang
dibutuhkan.

3.7.

Pemilihan biaya minimum.


Ditentukan dari kurva hubungan antara
lebar spillway dengan biaya.

3.8.

Analisa Stabilitas
Stabilitas
pada
pelimpah
ditinjau
berdasarkan empat keadaan yaitu terhadap guling,
daya dukung, geser, dan terhadap ketebalan saluran.
Perumusan yang digunakan dalam perhitugan ini
mengacu pada rumus (2.40) sampai dengan (2.48)

3.9.

Kesimpulan
Merupakan hasil analisa yang berupa grafik
hubungan antara lebar spillway dengan besarnya
biaya konstruksi bendungan yang ditinjau dari
pekerjaan urugan tubuh bendungan dan pekerjaan
pemasangan beton cyclop untuk pembuatan
spillway, sehingga bisa diketahui besarnya lebar
spillway paling ekonomis.

Start

yang diambil dari stasiun pencatat dengan jumlah data


yang tercatat sebanyak 29 tahun (tahun 1978 2006)
Tabel 4.2 Data curah hujan harian setelah diurutkan:
No.
Tahun
Tinggi hujan (mm)
1
2004
77
2
1994
90
3
1984
91
4
1999
93.3
5
2005
94
6
1983
96
7
2003
97.4
8
2002
97.9
9
1992
99
10
1998
102.2
11
2001
111.2
12
2006
111.5
13
1978
115
14
1990
115
15
1996
117
16
1995
124
17
1979
126
18
1986
130
19
1991
132
20
1987
138
21
1989
142
22
1982
157
23
1988
174
24
2000
175.2
25
1980
192
26
1997
193
27
1993
238
28
1981
253
29
1985
253
Sumber: Hasil Perhitungan

Persiapan
Pengumpulan Data
Data Hujan
Uji Distribusi Hujan
Persamaan Distribusi
Hidrograf banjir
Debit banjir rencana
Penelusuran banjir (flood routing)
Perencanaan beberapa macam lebar Spillway
Analisa Biaya untuk beberapa macam lebar spillway
Finish
Kurva hubungan antara lebar & biaya
Biaya Minimum

Kontrol kestabilan

finish
BAB IV

Kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan


untuk mencari beberapa parameter statistik yang
dibutuhkan. Perhitungan distribusi yang akan
dilakukan dipilih berdasarkan nilai koefisien
ketajaman dan koefisien kemencengan.

BAB IV
ANALISA HIDROLOGI
4.1. Analisa Frekuensi
Analisa
frekuensi
digunakan
untuk
memperbanyak data yang tersedia sehingga dengan
data tersebut dapat meramalkan kemungkinan
terjadinya kejadian-kejadian yang sesungguhnya.
Banjir dalam jumlah tertentu dapat diperkirakan
dengan menggunakan catatan-catatan yang memadai.
Analisa debit rencana pada sungai ini
berdasarkan curah hujan harian rata-rata maksimum

4.2. Perhitungan Distribusi


4.2.1. Distribusi Pearson Type III
Untuk mendapatkan parameter distribusi
Pearson Type III dibutuhkan beberapa analisa dari
data curah hujan. Sehingga dapat dihitung
parameter-parameter sebagai berikut:

4.3. Uji Kecocokan Sebaran


4.3.1. Uji Chi-Kuadrat
Didapat harga
=9,687. Dengan derajat
kebebasan (dk)= 5-2-1=2. Berdasarkan nilai kritis
untuk distribusi chi-kuadrat, maka nilai kritis
untuk uji chi-kuadrat pada derajat kepercayaan
diperoleh
nilai
.
Berdasarkan perhitungan didapat kesimpulan
bahwa
sehingga persamaan Distribusi
Pearson Type III tidak dapat diterima.

a) Nilai rata-rata
b) Standar deviasi

c) Koefisien Variasi
d) Koefisien Kemencengan

4.3.1.1. Untuk Persamaan Distribusi Log Normal


Didapat harga
= 4,62. Dengan derajat
kebebasan (dk)= 5-2-1=2. Berdasarkan nilai kritis
untuk distribusi chi-kuadrat, maka nilai kritis
untuk uji chi-kuadrat pada derajat kepercayaan
diperoleh
nilai
.
Berdasarkan perhitungan didapat kesimpulan
bahwa
sehingga persamaan Distribusi
Log Normal dapat diterima.

e) Koefisien Ketajaman

4.3.2. Uji Smirnov-Kolmogorov


4.3.2.1. Distribusi Pearson Type III
Dari perhitungan nilai D, di dapat harga D mak
= 0,1612 pada data peringkat ke m=11. Dengan
menggunakan data pada tabel nilai kritis Do
untuk Uji Smirnov-Kolmogorov, untuk derajat
kepercayaan 5% ditolak dan N=29, maka
diperoleh D0= 0,234 (dengan cara interpolasi).
Karena nilai Dmak lebih kecil dari D0 (0,1612 <
0,234) maka persamaan distribusi Pearson Type
III dapat diterima untuk menghitung distribusi
peluang data hujan.
4.3.2.2. Distribusi Log Normal
Dari perhitungan nilai D, di dapat harga D mak
= 0,1736 pada data peringkat ke m=15. Dengan
menggunakan data pada tabel nilai kritis Do
untuk Uji Smirnov-Kolmogorov, untuk derajat
kepercayaan 5% ditolak dan N=29, maka
diperoleh D0= 0,234 (dengan cara interpolasi).
Karena nilai Dmak lebih kecil dari D0 (0,1612 <
0,234) maka persamaan distribusi Log Normal
dapat diterima untuk menghitung distribusi
peluang data hujan.
4.4. Kesimpulan Analisa Frekwensi
Dari kedua uji kecocokan sebaran yang telah
dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.12 Kesimpulan Analisa Frekwensi

4.2.2. Distribusi Log Normal


Untuk mendapatkan parameter distribusi
Pearson Type III dibutuhkan beberapa analisa dari
data curah hujan. Sehingga dapat dihitung
parameter-parameter sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata
b) Standar deviasi

c) Koefisien Variasi

d) Koefisien Kemencengan

e) Koefisien Ketajaman

Distribusi
Pearson Type
III
Log Normal

Uji Chi Kuadrat

Uji SmirnovKolmogorov
Dmaks
Do

9,687

>

5,991

0,1612

<

0,234

4,62

<

5,991

0,1736

<

0,234

Ket.
Not
OK
OK

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Persamaan


Distribusi Pearson Tipe III tidak memenuhi
persyaratan kedua uji tersebut sedangkan untuk
Persamaan Distribusi Log Normal memenuhi
persyaratan kedua uji tersebut. Untuk perhitungan
curah hujan periode ulang digunakan persamaan
distribusi Log Normal karena memenuhi kedua uji
tersebut.
4.5. Perhitungan Curah Hujan Periode Ulang
Dalam perhitungan curah hujan periode
digunakan persamaan Log Normal. Contoh di bawah
ini akan diberikan untuk curah hujan dengan periode
ulang 50 tahun Dari perhitungan sebelumnya didapat
harga:
= 2,108
Standart Deviasi
= 0,144
Nilai k untuk periode ulang 50 tahun didapat dari
tabel nilai k =2,05.
R24 maksimum periode ulang 50 tahun:

Distribusi Hujan pada jam ke-t untuk Hujan


Terpusat Selama 5 jam
Jam
Hujan jam-jaman (cm) 50 tahun
ke
1
11.099
2
2.885
3
2.024
4
1.611
5
1.360
Jumlah
17.979
Sumber: Hasil Perhitungan

X = 253,046 mm
Sehingga curah hujan periode ulang yang
akan digunakan dalam perhitungan distribusi curah
hujan daerah adalah curah hujan dengan periode ulang
50 tahunan yaitu sebesar 253,046 mm.

4.7. Perhitungan Unit Hidrograf


4.7.1. Perhitungan Unit Hidrograf Nakayasu

Unit Hidrograf Nakayasu

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Q (m3/detik)

4.6. Distribusi curah hujan daerah


Perhitungan distribusi hujan ini menggunakan
cara unit hidrograf dengan curah hujan periode ulang
yang telah dihitung pada Distribusi Log Normal.
4.6.1. Rata-rata Hujan Sampai Jam ke T
Perhitungan rata-rata hujan (Rt) sampai jam
ke T adalah:

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
t (jam)

4.8. Perhitungan Debit Banjir Rencana


Grafik Rekapitulasi Hidrograf 50
Tahun

Debit (m3/dtik)

60
40
20

4.6.2. Curah hujan sampai jam ke T


Curah hujan hingga jam ke T dihitung sebagai
berikut:

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Waktu (jam)

Dapat dilihat bahwa debit maksimum terbesar pada


periode ulang 50 tahun dengan metode Nakayasu
adalah 45.8458 m3/dtk.
9

4.9. Penelusuran Banjir (Flood Routing)


Pada perhitungan desain flood routing, digunakan
hydrograph inflow metode Nakayasu dengan periode
ulang 50 tahun. Elevasi puncak spillway direncanakan
pada elevasi + 148.90 meter.

20
22.5
25
27.5

Debit (m3/dt)

30.00
20.00
10.00
0.00
30

Outflow
max

Elevasi

m3/dt
7.618
10.198
12.461
14.457
16.240
17.873

m
149.681
149.623
149.580
149.545
149.517
149.493

m
0.781
0.723
0.680
0.645
0.617
0.593

Elevasi
mercu
bendungan
m
152.681
152.623
152.580
152.545
152.517
152.493

152.472
152.455
152.439
152.423

72.472
72.455
72.439
72.423

Lebar
Tinggi
Lebar mercu
No. Spillway bendungan bendungan
m
m
m
5
72.681
1
12.02
7.5
72.623
2
12.02
10
72.580
3
12.02
12.5
72.545
4
12.01
15
72.517
5
12.01
17.5
72.493
6
12.01
20
72.472
7
12.01
22.5
72.455
8
12.01
25
72.439
9
12.01
72.423
10 27.5
12.01
Contoh perhitungan lebar mercu bendungan pada
lebar spillway 5 meter:
H
= 72, 681 m
b
= 3,6 x H1/3 3,0
= 3,6 x (72,681)1/3 3,0 = 12,02 m

Setelah mencoba berbagai ukuran lebar spillway,


kesimpulan yang diperoleh dari perhitungan reservoir
routing adalah semakin besar lebar spillway semakin
rendah ketinggian air yang melalui spillway tersebut. Hasil
dari perhitungan di atas ditabelkan dalam tabel 4.30 berikut
:Hubungan lebar spillway dengan tinggi air di atas spillway
Lebar
Outflow
Elevasi H
spillway
max
No.
m
m3/dt
m
m
1
5
7.618
149.681 0.781
2
7.5
10.198
149.623 0.723
3
10
12.461
149.580 0.680
4
12.5
14.457
149.545 0.645
5
15
16.240
149.517 0.617
6
17.5
17.873
149.493 0.593
7
20
19.313
149.472 0.572
8
22.5
20.711
149.455 0.555
9
25
21.954
149.439 0.539
10 27.5
23.061
149.423 0.523
4.10. Elevasi Puncak waduk
Elevasi puncak waduk diperoleh dari
penjumlahan tinggi air maksimum di atas spillway
dengan tinggi jagaan. Menurut JANCOLD (The
Japanese National Committee On Large Dams) tinggi
jagaan untuk bendungan urugan lebih dari 50 meter
dipakai tinggi jagaan sebesar 3 meter.
Perhitungan tinggi waduk berdasarkan lebar spillway
Lebar
spillwa
y
m
5
7.5
10
12.5
15
17.5

0.572
0.555
0.539
0.523

5.1. Lebar Mercu Bendungan


Berdasarkan ketinggian bendungan maksimum
yang di dapat dari hasil perhitungan flood routing
pada masing-masing lebar spillway dapat ditentukan
lebar mercu bendung. Perhitungan lebar mercu
bendungan pada masing-masing lebar spillway di
tabelkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Perhitungan lebar mercu bendungan:

40.00

10 t (jam) 20

149.472
149.455
149.439
149.423

BAB IV
ANALISA HIDROLIKA

Reservoir Routing pada L=5 m


50.00

19.313
20.711
21.954
23.061

5.2. Kemiringan Lereng Bendungan


Data-data tanah yang akan digunakan sebagai
bahan urugan:
Berat volume jenuh (sat) = 2,19 ton/m3
Kohesi tanah (C)
= 1,00 ton/m3
Sudut geser dala ()
= 25o
Berdasarkan data tanah di atas dapat ditentukan
kemiringan lereng bendungan. Sedangkan untuk angka
keamanan dalam perencanaan stabilitas lereng
bendungan digunakan SF = 1,5. Intensitas seismis kota
Semarang dalam peta zona gempa termask pada zona 2
dengan angka intensitas seismis gempa (k) sebesar 0,10
g.
Berikut ini adalah perhitugan kemiringan lereng
bendungan untuk bagian hulu dan hilir:
a) Kemiringan lereng bagian hulu:

Tinggi
bendungan
m
72.681
72.623
72.580
72.545
72.517
72.493

10

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2,5
b) Keiringan lereng bagian hilir

lebar spillway

volume urugan

m
5
7.5
10
12.5
15
17.5
20
22.5
25
27.5

m3
777700.6596
775264.5665
773452.9971
771411.8082
769248.156
768594.8928
767803.5653
766390.5116
765609.4871
764595.376

2
Grafik Hubungan Lebar Spillway dengan
Volume Urugan Bendungan
780000

Tinggi
Lebar Lebar
Segmen atas
dasar
m
m
m
1
8.04
12
48.18
2
13.4
12
72.3
3
21.18
12
107.31
4
29.4
12
144.3
5
36.61
12
176.745
6
53.04
12
250.68
7
69.11
12
322.995
8
72.68
12
339.06
9
66.97
12
313.365
10
53.4
12
252.3
11
38.4
12
184.8
12
25.54
12
126.93
13
16.97
12
88.365
14
11.61
12
64.245
15
7.32
12
44.94
16
2.68
12
24.06
V O L U M E T O T A L (M3)
Segmen

Tebal
Segmen
m
45.57
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
4.7

Volume Urugan (m3)

5.3. Perhitungan Volume Urugan Tanah untuk


macam-macam Lebar Spillway
Besarnya volume urugan tanah tergantung dari
besarnya lebar spillway yang digunakan dan
ketinggian bendungan yang didapat dari hasil
perhitungan reservoir routing. Untuk mempermudah
perhitungan volume urugan suatu bendungan, volume
urugan dibagi menjadi beberapa segmen dengan lebar
masing masing segmen sebesar 10 meteran.
5.3.1. Perhitungan Volume urugan tanah untuk lebar
spillway 5 meter
Perhitungan volume urugan untuk lebar spillway 5 m

775000
770000
765000
760000
0

10
15
20
Lebar Spilway
(m)

25

30

5.4. Perhitungan Dimensi Spillway


Bangunan pelimpah merupakan suatu bangunan
yang harus mampu melimpahkan kelebihan air dari
debit banjir yang akan dibuang sehingga kapasitas
bendungan dapat dipertahankan sampai batas
maksimum.
Kelebihan air akibat debit banjir yang tidak
terbuang akan mengakibatkan melimpahnya air banjir
melalui mercu bendungan. Hal ini sangat tidak
diharapkan terutama pada bendungan tipe urugan.
Tipe bangunan pelimpah / spillway pada
bendungan direncanakan memakai tipe spillway yang
biasa digunakan pada bendungan tipe urugan yaitu
pelimpah bebas mercu ogee. Perhitungan bentuk
pelimpah bebas mercu ogee adalah sebagai berikut :
Dari perhitungan sebelumnya didapat :
Q
= 16,24 m3/dtk
h0
= 0,617 mater
L
= 15,00 meter
P
= 4,00 meter
Perhitungan puncak pelimpah : (Berdasarkan buku
Small Dams)

Volume
m3
11024.458
5648.100
12634.929
22976.100
34549.772
69662.736
115757.522
255150.408
108948.470
70568.100
37785.600
17741.361
8515.970
4426.022
2084.004
227.106
777700.660

Jumlah volume urugan bendungan yang


dibutuhkan untuk lebar spillway 5 meter dengan
ketinggian bendungan sebesar 72,68 meter adalah
777700.660 m3.
Dengan cara yang sama dilakukan untuk lebar
spillway yang lain sehingga dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Hubungan Lebar Spillway dengan Volume Urugan

= 1,08 m3/dtk/m

11

Bentuk

lengkung

bagian

upstream

spillway

bendungan tipe ogee di cari dari grafik hubungan


dengan nilai

Dari grafik hubungan antara

, nilai

dan nilai

5.5. Tinggi air di atas bangunan pelimpah (spillway)


Perhitungan tinggi air di atas bangunan pelimpah
dilakukan berdasarkan perumusan Bernoulli. Berikut
ini adalah perhitungan tinggi air di atas bangunan
pelimpah untuk lebar spillway 15 meter:

dengan nilai k dan

nilai n (Tabel2.6), didapat:


k = 0,540
n =1,776
Persamaan lengkung bagian downstream spillway
bendungan tipe ogee adalah:

Tabel
5.13
Perhitungan
lengkung
downstream untuk spillway tipe ogee
Titik
X (m)
Y (m)
1
0.000
0.00
2
0.529
0.25
3
0.782
0.50
4
0.982
0.75
5
1.155
1.00
6
1.310
1.25
7
1.452
1.50
8
1.583
1.75
9
1.707
2.00
10
1.824
2.25
11
1.935
2.50
12
2.042
2.75
13
2.145
3.00
14
2.243
3.25
15
2.339
3.50
16
2.432
3.75
17
2.522
4.00
18
2.609
4.25
19
2.695
4.50

Gambar 5.2

Titik yang ditinjau untuk menghitung


muka air di atas spillway

5.5.1.Perhitungan tinggi muka air di titik 1


Dari perhitungan yang sudah dilakukan pada
lebar spillway 15 meter untuk kondisi di hulu
spillway adalah:
Q = 16,24 m3/s
h0 = 0.620 meter
L = 15 meter
g
= 9,81 m/s2
n = 0,02 (koefisien manning untuk beton
diplester, sumber: Anggraini, Ir, MSc,
Hidrolika Saluran terbuka)

= 25O
z0 = 0,25 = y (koordinat titik 1)
l
= 0,53 = x (koordinat titik 1)
Perhitungan kedalaman kritis (hcr) dan kecepatan
kritis (vcr) pada bagian hulu spillway adalah:

untuk selanjutnya hcr disebut d0


12

= 44O
z0 = 1,57 = y (koordinat titik 1)
l = 1,57 = x (koordinat titik 1)
v0 = 3,470 m/d
Dengan persamaan Bernoulli:

untuk selanjutnya vcr disebut v0


Dengan persamaan Bernoulli:

Dengan cara coba-coba dimasukkan harga d1 = 0,312


meter, sehingga didapat:

Dengan cara coba-coba dimasukkan harga d1


= 0,180 meter, sehingga didapat:

=0,232 meter
Kemudian dari nilai-nilai yang di dapat dari
hasil perhitungan di atas dimasukkan dalam
persamaan Bernoulli, sehingga:
=0,013 meter
Kemudian dari nilai-nilai yang di dapat dari hasil
perhitungan di atas dimasukkan dalam persamaan
Bernoulli, sehingga:

2,40 = 2,40 OK
Sehingga didapat tinggi air di atas titik 2
adalah 0,180 meter
5.5.3.Perhitungan tinggi muka air di titik 3
Dari perhitungan sebelumnya diketahui:
Q = 16,24 m3/s
h0 = 0,180 meter
L = 15 meter
g = 9,81 m/s2
n = 0,02 (koefisien manning untuk beton
diplester, sumber: Anggraini, Ir, MSc,
Hidrolika Saluran terbuka)
= 30O
z0 = 1,25 = y (koordinat titik 1)
l = 2,13 = x (koordinat titik 1)
v0 = 6,028 m/dtk
Dengan persamaan Bernoulli:

0,97 = 0,97 OK
Sehingga didapat tinggi air di atas titik 1 = 0,312
meter
5.5.2.Perhitungan tinggi muka air di titik 2
Dari perhitungan sebelumnya diketahui:
Q = 16,24 m3/s
h0 = 0,312 meter
L = 15 meter
g = 9,81 m/s2
n = 0,02 (koefisien manning untuk beton
diplester, sumber: Anggraini, Ir, MSc,
Hidrolika Saluran terbuka)
13

Dengan cara coba-coba dimasukkan harga d1


= 0,140 meter, sehingga didapat:

Dengan cara coba-coba dimasukkan harga d1


= 0,154 meter, sehingga didapat:

=0,917meter
Kemudian dari nilai-nilai yang di dapat dari
hasil perhitungan di atas dimasukkan dalam
persamaan Bernoulli, sehingga:
=0,526 meter
Kemudian dari nilai-nilai yang di dapat dari
hasil perhitungan di atas dimasukkan dalam
persamaan Bernoulli, sehingga:

4,41 = 4,41 OK
Sehingga didapat tinggi air di atas titik 4
adalah 0,140 meter
5.6. Perhitungan Kolam Olakan
Jenis kolam olakan sangat bergantung terhadap
Bilangan Froude. Untuk itu terlebih dahulu
menghitung bilangan Froude. Perhitungan panjang
kolam olakan adalah:
1. Dari perhitungan sebelumnya didapat harga:
v1
= 7,750 m/dtk
D1
= 0,140 meter
Maka Bilangan Froude adalah:

3,44 = 3,44 OK
Sehingga didapat tinggi air di atas titik 3
adalah 0,154 meter
5.5.4.Perhitungan tinggi muka air di titik 4
Dari perhitungan sebelumnya diketahui:
Q = 16,24 m3/s
h0 = 0,154 meter
L = 15 meter
g = 9,81 m/s2
n = 0,02 (koefisien manning untuk beton
diplester, sumber: Anggraini, Ir, MSc,
Hidrolika Saluran terbuka)
= 29O
z0 = 1,50 = y (koordinat titik 1)
l = 2,70 = x (koordinat titik 1)
v0 = 7,039 m/dtk
Dengan persamaan Bernoulli:

2. Menentukan tinggi air pada kolam

D2

14

= 8,875
= 8,875 D1
= 8,875 x 0,140
= 1,234 meter

BAB VI
ANALISA BIAYA DAN STABILITAS

3. Menentukan panjang kolam olakan


Untuk menentukan panjang kolam olakan dipakai
grafik hubungan antara bilangan Froude dan

5.8. Perhitungan Biaya yang dibutuhkan


6.1.1. Analisa harga satuan
Perhitungan analisa harga satuan didasarkan pada
standar biaya HSPK (Harga Satuan Pokok Kegiatan)
daerah kota Semarang tahun 2010. Dalam Tugas
Akhir ini perhitungan analisa biaya meninjau 2
variabel yaitu kegiatan pengurugan sirtu dan
pemasangan beton cyclop.
1. Perhitungan harga satuan pengurugan sirtu tiap m3
Harga satuan untuk pengurugan sirtu

Dalam grafik gambar 2.10, untuk bilangan


Froude sebesar 6,620 dengan jenis kolam olakan
tipe I didapat nilai

sebesar 6,190 sehingga

nilai panjang kolam olakan (L) adalah:


L

= 6,190 D2
= 6,190 x 1,234
= 7,675 meter
Jadi didapatkan panjang kolam olakan tipe I
sebesar 7,675 meter. Untuk mempermudah dalam
pelaksanaan maka dipakai panjang kolamolakan
sebesar 7,700 meter

URAIAN

Satuan

Koef.

Harga
Satuan

Jumlah

(Rp)

(Rp)

Upah tenaga
1

Pekerja

hari

0.500

33,000.00

16,500.00

Mandor

hari

0.010

44,000.00

440.00

5.7. Perhitungan Volume Spillway


Bahan
Dengan menggunakan program AutoCad
1.200 48,675.00 58,410.00
1 Sirtu
m3
diperoleh luas penampang spillway sebesar 35,7742
Total
75,350.00
m2. Dengan menggunakan luas permukaan ini maka
2. Perhitungan harga satuan pekerjaan pemasangan
diperoleh volume untuk masing-masing lebar spillway
beton cyclop tiap m3
seperti pada tabel berikut ini:
Perhitungan Volume Beton cyclop untuk berbagai Harga Satuan untuk pemasangan beton cyclop
macam spillway.
Harga Satuan Jumlah
URAIAN
Satuan
Koef.
Lebar Spillway
Volume
(Rp)
(Rp)
No
3
m
m
Upah
1.548
1 5
178.871
1 Pekerja
hari
33,000.00
51,084.00
0.309
2 7.5
268.3065
2 Tukang
hari
41,250.00
12,746.25
0.155
3 10
357.742
3 Mandor
hari
44,000.00
6,820.00
0.004
4 12.5
447.1775
4 Sopir
Hari
41,250.00
165.00
5 15
536.613
Bahan
0.565
6 17.5
626.0485
1 batu pecah 2/3
m
184,213.33
104,006.85
0.393
7 20
715.484
2 pasir muntilan
m
167,016.67
65,704.36
210
8 22.5
804.9195
3 portland cement
kg.
1,130.63
237,432.30
0.360
9 25
894.355
4 batu belah
m
131,784.58
47,442.45
0.075
10 27.5
983.7905
5 alat bantu
Set
34,650.00
2,598.75
Total Volume
5813.3075
Peralatan
Sebagai contoh perhitungan, Volume beton 1 concrete mixer
0.151
Jam
44,366.67
6,699.37
cyclop untuk lebar spillway 15 meter adalah:
0.411
2 concrete vibrator
Jam
37,400.00
15,371.40
Dengan program AutoCad diperoleh:
0.025
2
3 truk tangki air
Jam
125,950.00
3,173.94
Luas Penampang Spillway
= 35,7742 m
0.023
4
water
pump
Jam
33,000.00
755.70
Lebar Spillway
= 15 meter
Maka,
TOTAL
554,000.36
Volume
= Luas Penampang x Lebar
Dari perhitungan harga satuan di atas dapat dilihat
= 35,7742 x 15
untuk pekerjaan pengurugan sirtu dibutuhkan biaya
= 536,613 m3
sebesar Rp 75.350,00 per m3 sedangkan untuk
Sehingga untuk lebar 15 meter volume beton
yang dibutuhkan adalah 536,613 m3
15

6.2.1. Kontrol stabilitas spillway


6.2.2.1. Kontrol Guling
Pada kondisi muka air rendah (muka air
setinggi mercu)
Momen terhadap titik guliing dicari dari
hasil kali gaya-gaya yang bekerja pada
pondasi spillway. Hasil perhitungan
seperti pada tabel berikut ini:
Perhitungan momen uji ketahanan guling (muka air
rendah)

pekerjaan pemasangan beton cyclop dibutuhkan biaya


sebesar Rp 554.000,36 per m3
6.1.2. Rencana Anggaran Biaya
Setelah didapatkan harga satuan untuk masingmasing pekerjaan tiap m3, kemudian dapat dilakukan
perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk masingmasing lebar spillway.
1) Perhitungan biaya untuk pengurugan sirtu
Sebagai contoh perhitungan digunakan lebar
spillway dengan lebar 5 meter:
Dari perhitungan di dapat tiap m3 = Rp. 73.350,00
Kebutuhan volume urugan sirtu = 777.700,66 m3
Sehingga biaya pekerjaan urugan sirtu
= Rp 73.350,00 x 777.700,66
= Rp. 58.599.744.699,50
Perhitungan biaya total pada masing-masing lebar
spillway
Lebar
Spillway
m

Harga Urugan

Harga Spillway

(Rp)

(Rp)

Momen
guling

Momen
Penahan

gaya

Besarnya
gaya

jarak

G1

0.75

0.33

0.25

G2

12.25

0.50

6.13

G3

8.92

1.61

14.36

G4

5.00

1.50

7.50

Jumlah
(Rp)

G5

13.13

2.75

36.09

Hw

8.00

2.83

22.66
5.65

58,599,744,699.50

99,094,598.41

58,698,839,297.91

U01

7.54

0.75

7.5

58,416,185,086.08

148,641,897.61

58,564,826,983.68

U23

5.80

0.50

10

58,279,683,328.09

198,189,196.81

58,477,872,524.91

U45

9.86

1.75

12.5

58,125,879,745.04

247,736,496.01

58,373,616,241.06

U67

8.96

1.75

15

57,962,848,554.09

297,283,795.22

58,260,132,349.31

P1

3,07

1.17

17.5

57,913,625,168.86

346,831,094.42

58,260,456,263.28

P2

14.29

0.33

20

57,864,401,783.64

396,378,393.62

58,260,780,177.26

Jumlah

22.5

57,844,401,783.64

445,925,692.82

58,290,327,476.46

25

57,795,178,398.41

495,472,992.03

58,290,651,390.43

27.5

57,745,955,013.18

545,020,291.23

58,290,975,304.41

2.90
17.26
15.68
4.85
4.68
48.67

89.34

Angka keamanan SF > 1,2

Grafik Hubungan Biaya dan Lebar

1,83 1,2 Tidak terjadi guling


Pada kondisi selama terjadi banjir
Hasil perhitungan seperti pada tabel
berikut ini:
Perhitungan momen uji ketahanan guling (kondisi banjir)

58,700,000,000.00

Biaya (Rp)

58,600,000,000.00
58,500,000,000.00

Momen
guling

Momen
Penahan

58,400,000,000.00

gaya

Besarnya
gaya

jarak

58,300,000,000.00

G1

0.75

0.33

0.25

58,200,000,000.00

G2

12.25

0.50

6.13

G3

8.92

1.61

14.36

G4

5.00

1.50

7.50

G5

13.13

2.75

36.09

Wa cos 70

0.23

3.04

Wa sin 70

0.63

1.42

Hw

10.49

3.04

31.90

W1

6.62

1.29

8.55

U01

6.58

0.75

4.94

10

15
20
Lebar (m)

25

30

Dari gambar grafik diatas dapat diketahui lebar


ekonomis spillway dari waduk Jatibarang Semarang
dilihat dari aspek pekerjaan urugan sirtu dan
pemasangan beton cyclop adalah sebesar 15 meter
dengan total biaya Rp 58,260,132,349.31.

16

0.69
0.89

U23

5.10

0.50

2.55

U45

9.12

1.75

15.96

U67

8.355

1.75

P1

3.07

1.17

P2

14.29

Jumlah

0.33

0,26< 0,625 (tidak terjadi sliding)

14.62
4.85

6.2.2.3. Kontrol Daya Dukung


Pada kondisi muka air rendah (muka air
setinggi mercu)
Dari perhitungan sebelumnya di dapat:
Perhitungan momen kontrol Daya Dukung

4.68
65.37

88.58

Angka keamanan SF > 1,2

Gaya
yang
bekerja

1,35 1,2 Tidak terjadi guling


Diagram gaya-gaya yang bekerja dapat
dilihat pada lampiran gambar
6.2.2.2. Kontrol Geser
Pada kondisi muka air rendah (muka air
setinggi mercu)
Dari perhitungan sebelumnya diketahui :
Resultan gaya horizontal (H)
H = Hw + U01 + U23 + U45 + P1 U67 P2
= 8+7,54+5,80+9,86+3,0728,96 14,28
= 11.032 t/m
Resultan gaya vertikal (V)
V = G = 40,046 t/m
Resultan gaya vertikal (U)
U = U12 + U34 + U56
= 5,4 + 5,90 + 10,41
= 22,14 t/m
Angka keamanan SF > 1,2
f (gaya gesek) diambi 0,75 (pasangan batu)

Berat
Sendiri

Tekanan
Tanah

Notasi

Besar gaya
V

Uplift

0,61 < 0,625 (tidak terjadi sliding)


Pada kondisi selama terjadi banjir
Dari perhitungan sebelumnya diketahui :
Resultan gaya horizontal (H)
H= Hw + U01 + U23 + U45 + P1 U67 P2 W1
=10,49+6,58+5,10+9,12+3,078,3514,28-6,62
= 5,115 t/m
Resultan gaya vertikal (V)
V = G = 40,046 t/m
Resultan gaya vertikal (U)
U = U12 + U34 + U56
= 4,905 + 5,56 + 9,86
= 20,32 t/m
Angka keamanan SF > 1,2
f (gaya gesek) diambi 0,75 (pasangan batu)

vertikal

0.75

0.33

0.25

G2

12.25

0.50

6.13

G3

8.92

1.61

14.36

G4

5.00

1.50

7.50

G5

13.13

2.75

36.09

horisontal

P1

3.07

1.17

4.85

P2

-14.29

0.33

-4.68

2.83

22.64

U01

6.83

0.75

5.12

U23

-5.38

0.50

-2.69

U45

-9.32

1.75

-16.30

U67

8.50

1.75

14.88

U12

-5.06

0.50

-2.53

U34

-5.70

1.50

-8.55

U56

-10.04

2.75

-27.60

JUMLAH

momen

G1

Hw
Tekanan
Air

Jarak

19.25

-1.39

20.523

25.66

23.82

= momen Vertikal + momen horisontal


= 25,66+ 23.82
= 49,48 t m/ meter lebar
V = G = 40,05 t/m
Sehingga besarnya eksentrisitas jarak
antara titik tangkap gaya terhadap titik
tengah pondasi adalah sebagai berikut:

maka e = 0,51 0,58 OK


Tegangan yang terjadi pada pondasi
adalah:

= 21,447 t/m2 atau 1,438 t/m2 60


t/m2 OK
Pada kondisi selama terjadi banjir
Dari perhitungan sebelumnya di dapat:
17

Perhitungan momen kontrol Daya Dukung (Pada saat


Kondisi Banjir)
Gaya
yang
bekerja

Berat
Sendiri

Berat
Air
Tekanan
Tanah

Besar gaya

Notasi

0.75

0.33

0.25

G2

12.25

0.50

6.13

G3

8.92

1.61

14.36

G4

5.00

1.50

7.50

G5

13.13

2.75

36.09

0.63

1.42

0.89

Wa sin
Wa cos

-0.23

3.04

-0.69

P1

3.07

1.17

4.85

P2

-14.29 0.33

-4.68

2.83

22.64

U01

6,58

0.75

4,94

U23

-5,10

0.50

-2.25

U45

-9.12

1.75

-15,96

8.35

1.75

14.59

U67

Uplift

momen

G1

Hw
Tekanan
Air

Jarak

U12

4,905

U34
U56

JUMLAH

0.50

-2.45

-5,56

1.50

-8.34

-9,86

2.75

-27,11

16.86

-1.62

24.98

S = faktor keamanan, kondisi ekstrim = 1,2,


sedangkan kondisi normal =1,5
(Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen
PU.1986.Standart
Perencanaan Irigasi KP 02)
Pada kondisi muka air rendah (muka air
setinggi mercu)
Dari Tabel 6.6 Perhitungan gaya uplift
spillway (kondisi muka air normal)
didapatkan:
P7
= 5,00 t/m2
P8
= 4.30 t/m2
Besarnya berat air pada saluran adalah 0
Sehingga kontrol ketebalan saluran
adalah sebagai berikut:
Untuk titik 7

27,31

Untuk titik 8

23,15

Pada kondisi selama terjadi banjir


Dari Tabel 6.7 Perhitungan gaya uplift
spillway (kondisi banjir) didapatkan:
P7
= 4,63t/m2
P8
= 4,04 t/m2
Besarnya berat air pada saluran adalah kedalaman
air pada saluran dikalikan berat jenis air.
W7 = W8 = (h x ) = (1,23 x 1) = 1,23 t/m2
Sehingga kontrol ketebalan saluran adalah sebagai
berikut:
Untuk titik 7

Sehingga besarnya eksentrisitas jarak


antara titik tangkap gaya terhadap titik
tengah pondasi adalah sebagai berikut:

maka e = 0,51 0,58 OK


Tegangan yang terjadi pada pondasi
adalah:

= 21,80 t/m2 atau 1,462 t/m2 60 t/m2


OK
6.2.2.4. Kontrol terhadap ketebalan saluran
Kontrol tebal lantai saluran dihitung dengan
rumusan:

Untuk titik 8

dimana:
dx = tebal lantai pada titik 7 (m)
Px = gaya angkat pada titik 7 (t/m2)
Wx = berat bangunan pada titik 7, (t/m2)
= berat jenis bahan, (t/m3)

Kesimpulan: karena desain awal lantai saluran lebih


kecil dari persyaratan maka pada bagian-bagian
tertentu dari lantai saluran perlu dilakukan
penebalan untuk menghindari gaya angkat yang
bekerja.
18

BAB VII
KESIMPULAN

7.1. Kesimpulan
Dari uraian secara umum dan perhitungan pada babbab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Dari
perhitungan penelusuran banjir
dapat
disimpulkan bahwa semakin lebar spillway maka
tinggi muka air di atas mercu spillway akan semakin
turun dan sebaliknya.
Elevasi puncak spillway ditetapkan sama seperti
perencanaan sebelumnya yaitu pada elevasi +148.90
meter, sedangkan elevasi dasar bendungan pada
elevasi +80.00 meter.
2) Tinggi air maksimum untuk perencanaan berbagai
macam lebar spillway adalah sebagai berikut:
Perhitungan tinggi waduk berdasarkan lebar spillway
Lebar
spillway

Outflow
max

Elevasi

m
5
7.5
10
12.5
15
17.5
20
22.5
25
27.5

m3/dt
7.618
10.198
12.461
14.457
16.240
17.873
19.313
20.711
21.954
23.061

m
149.681
149.623
149.580
149.545
149.517
149.493
149.472
149.455
149.439
149.423

m
0.781
0.723
0.680
0.645
0.617
0.593
0.572
0.555
0.539
0.523

Elevasi
mercu
bendungan
m
152.681
152.623
152.580
152.545
152.517
152.493
152.472
152.455
152.439
152.423

Harga Spillway

(Rp)

(Rp)

58,599,744,699.50

99,094,598.41

58,698,839,297.91

7.5

58,416,185,086.08

148,641,897.61

58,564,826,983.68

10

58,279,683,328.09

198,189,196.81

58,477,872,524.91

12.5

58,125,879,745.04

247,736,496.01

58,373,616,241.06

15

57,962,848,554.09

297,283,795.22

58,260,132,349.31

17.5

57,913,625,168.86

346,831,094.42

58,260,456,263.28

396,378,393.62

58,260,780,177.26

22.5

57,844,401,783.64

445,925,692.82

58,290,327,476.46

25

57,795,178,398.41

495,472,992.03

58,290,651,390.43

27.5

57,745,955,013.18

545,020,291.23

58,290,975,304.41

Grafik Hubungan Biaya dan Lebar


58,700,000,000.00
Biaya (Rp)

58,600,000,000.00
58,500,000,000.00
58,400,000,000.00
58,300,000,000.00
58,200,000,000.00
0

10 15 20
Lebar (m)

25

30

6) Hasil dari perbandingan jumlah biaya yang


dibutuhkan yang meliputi biaya pembangunan
bendungan urugan dan biaya pembangunan spillway
denganlebar spillway didapatkan lebar efektif
spillway untuk waduk Jatibarang adalag sebesar 15
meter dengan total biaya Rp 58,260,132,349.31.
DAFTAR PUSTAKA
Primlani, Mohan, (1974), Design of Small Dams ,
Jay Print Pack, New Delhi.

3) Dimensi bangunan pelimpah (spillway) adalah:


a) Type pelimpah
: ogee
b) Tinggi pelimpah
: 4 meter
c) Elevasi puncak spillway
: + 148,90 meter
Dimensi Kolam Olakan :
a) Type kolam olakan
: kolam olakan datar type I
b) Panjang kolam olakan : 7,7 meter
4) Besarnya biaya yang dikeluarkan dari perencanaan
berbagai macam lebar spillway seperti pada tabel
dibawah ini:
Perhitungan biaya total pada masing-masing lebar
spillway
Harga Urugan

57,864,401,783.64

5) Kurva hubungan antara lebar spillway dengan biaya


adalah sebagai berikut:

Tinggi
bendun
gan
m
72.681
72.623
72.580
72.545
72.517
72.493
72.472
72.455
72.439
72.423

Lebar
Spillway

20

Soemarto, CD, (1999),


Erlangga, Jakarta.

Hidrologi

Teknik

Sudibyo, Ir, (2003), Teknik Bendungan , Pradnya


Paramita, Jakarta.
Soewarno, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik
untuk Analisa Data , Nova.
Takeda, Kensaku dan Sosrodarsono, Suyono, (2002),
Bendungan Type Urugan , Pradnya Paramita,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1986) : Standar
Perencanaan Irigasi Kp-02, Galang Persada CV,
Bandung.

Jumlah
(Rp)

Departemen Pekerjaan Umum, (1986) : Standar


Perencanaan Irigasi Kp-06, Galang Persada CV,
Bandung.

19

Anda mungkin juga menyukai