Epidemiologi
(3,4)
Demam dengue dan demam berdarah dengue terdapat di daerah kota dan
pedesaan di Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. DBD di
Indonesia pertama kali ditemukan pd tahun 1968 di RS Sumber Waras Jakarta dan RS
Sutomo Surabaya. penyakit ini cenderung meningkat dan meluas keseluruh wilayah
nusantara. Tahun 1997 penyakit DBD telah menjangkau hampir seluruh desa dari seluruh
propinsi di wilayah republik indonesia.
Meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dgn :
1. urbanisasi
2. ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor
3. masyarakat belum mendukung kebiasaan hidup bersih
4. letak
geografi
indonesia
sebagai
negara
tropis,
memungkinkan
Patofisiologi
1. meningkatnya
permeabilitas
vascular
menyebabkan
kebocoran
plasma
(4)
(5)
. Pada penderita dengan renjatan berat, volume plasma menurun sampai lebih dari 30%.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma bila tidak segera diatasi
dapat mengakibatkan anoksia jaringan, perdarahan saluran cerna, asidosis metabolik dan
kematian. (5)
PATOGENESIS (5,6)
3
Sampai saat ini, sebagian besar ahli masih menganut the secondary heterologous
infection hypothesis atau the sequential infection hypothesis. Teori ini menyatakan bahwa
demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfesi dengue pertama kali
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan.
Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka
mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan
perdarahan. Disamping itu trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan factor
trombosit 3 yang mengaktivasi system koagulasi
Akibat aktivasi factor Hagemann (factor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi
system koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam
proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product
(FDP). Aktivasi factor XII akan menggiatkan juga system kinin yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Menurunnya factor koagulasi oleh
aktivasi system koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.
SECONDARY HETEROLOGOUS DENGUE INFECTION
Virus replication
Platelet aggregation
Impaired
platelet
function
Coagulation activation
Complement activation
plasmin
Thrombocytopenia
Consumptive coagulopathy
Clotting factors
Kinin system
Kinin
FDP
EXCESSIVE HEMORRHAGE
Anaphylatoxin
Vascular
permeability
SHOCK
MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan penyakit Infeksi virus dlm tubuh manusia sangat tergantung dari kekebalan
hospes, serotype dan virulensi virus,dan populasi nyamuk Aedes yang tinggi pada lingkungan.
infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever,
dengue hemorrhagic fever dan dengue shock syndrome.
Dasar diagnosis demam berdarah dengue menurut WHO (1975) : (7)
Gejala klinik :
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif, petekia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
3. hepatomegali
4. tanpa atau dengan gejala syok seperti : nadi lemah, cepat, tekanan nadi menurun <20
mmHg, tekanan darah menurun sampai tekanan sistolik <80 mmHg. Kulit teraba dingin
dan lembab, sianosis di sekitar mulut dan penderita menjadi gelisah.
Laboratorium :
1. trombositopenia (<100.000 /L)
2. peningkatan hematokrit >20%.
Derajat penyakit demam berdarah dengue :
Derajat I
(7)
Derajat II
: Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain (gusi
berdarah, perdarahan gastrointestinal, epistaksis).
Derajat III
: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan
penderita menjadi gelisah.
Derajat IV
: Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.
(8,9,10)
Demam mendadak, pharyngeal congestion, nyeri abdomen, dan kejang demam sering
terjadi.
Bila demam disertai banyak keringat, terjadi perubahan pada frequensi nadi dan
tekanan darah, ini dapat diketahui dari extremitas yang dingin. Penyembuhan terjadi
setelah therapy cairan dan elektrolit.
Pada masa konvalesen seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan /kaki.
(5)
menunjukan mekanisme homeostasis masih utuh. Pada tahap DSS kompensasi, curah jantung
dan tekanan darah normal kembali.
Penurunan tekanan darah merupakan manifestasi lambat DSS, berarti sistem
homeostasis sudah terganggu dan kelainan hemodinamik sudah berat, sudah terjadi
dekompensasi. Mula-mula tekanan nadi turun, <20mmHg misalnya 100/90, karena tekanan
sistolik turun sesuai dengan penurunan venous return dan volume sekuncup, dan tekanan
diastolik meninggi sesuai dengan peningkatan tonus vascular.
DSS berlanjut dengan kegagalan mekanisme homeostasis. Efektivitas dan integritas
sistem cardio vascular rusak , perfusi myocard dan curah jantung menurun, sirkulasi makro &
mikro terganggu, dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
ireversibel , terjadi kerusakan sel dan organ dan pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
Indikator fase syok : (7)
Leukopenia <5000/mm
DIAGNOSIS BANDING
(5)
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa
seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis, dan
malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan demam
berdarah dengue dengan penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah sepsis, meningitis
meningokok, idiophatic thrombocytopenic purpura (ITP), leukemia dan anemia aplastik.
Diagnosis banding yang paling penting ialah Chikungunya haemorrhagic fever (CHF)
yaitu demam berdarah yang disebabkan virus Chikungunya yang termasuk Arbovirus
kelompok A. Demam Chikungunya sangat menular dan biasanya seluruh keluarga terkena
dengan gejala demam mendadak, masa demam lebih pendek,tapi suhu diatas 40C. Ruam
makulopapular, injeksi conjungtiva dan rasa nyeri pada sendi. Proporsi uji bendung positif,
petekia, dan epistaksis hampir sama dengan demam berdarah dengue. Pada demam
Chikungunya tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
Tabel Perbandingan Kriteria Diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever dan Chikungunya Fever
Manifestasi
Durasi demam 2-4 hari
Dengue (%)
23,6
Chikungunya (%)
62,5
5-7 hari
59,0
31,2
>7 hari
Manifestasi perdarahan
17,4
6,2
Uji torniquet
83,9
77,4
Petekia
46,5
31,3
Rash konvalesen
10,1
0,0
Epistaksis
18,9
12,5
Gusi berdarah
1,5
0,0
Melena/hematemesis
11,8
0,0
Hepatomegali
Syok
90,0
35,2
75,0
0,0
Ptechiae dan echimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi diantaranya sepsis,
meningitis meningokok.pada sepsis anak sejak semula tampak sakit berat,demam naik
turun,gejala radang misalnya bronchopneumonia, hepatitis, nefritis, leukositosis. Pada
meningitis meningokok rangsang meningeal (+), kelainan LCS (+).
Pada hari pertama ITP dibedakan dengan demam berdarah dengue dengan demam yang
cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan
jumlah trombosit pada demam berdarah dengue lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemi stadium lanjut. Pada leukemi, demam tidak
teratur, kelenjar limfe pada umumnya teraba, anak sangat anemik. Pemeriksaan darah tepi dan
sumsum tulang akan lebih memperjelas diagnosis leukemi.
Pada anemia aplastik, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut. Anak sangat anemik,
demam timbul karena infeksi sekunder dan pada pemeriksaan darah tepi akan ditemukan
pansitopeni.
8
(10)
1. shock
2. encephalopathy
3. convulsi
4. encephalitis
5. kerusakan hepar
6. acute renal failure
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(5,11)
Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi), harus dimonitor setiap 3-4 jam pada
kasus DHF atau DSS
Perubahan metabolik :
Asidosis metabolik ditemukan pada pasien dalam keadaan syok, dan harus dikoreksi
secepatnya
Kelainan koagulasi :
Jumlah trombosit <100000/uL ditemukan antara hari ke-3 sampai ke-7 sakit. Meningkatnya
hematokrit merupakan bukti adanya kebocoran plasma yang biasanya ditemukan, juga pada
kasus derajat ringan, walaupun tentunya tidak sehebat seperti dalam keadaan renjatan hasil
laboratorium lain yang sering ditemukan adalah hipoproteinemi, hiponatremi, sedikit
meningginya kadar transaminase serum, dan urea nitrogen darah. Pada beberapa penderita
ditemukan asidosis metabolic. Jumlah leukosit bervariasi antara leukopeni dan leukositosis.
Kadang-kadang ditemukan albuminuria ringan yang bersifat sementara. (5)
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Uji netralisasi
PENATALAKSANAAN
(5,6,8,12)
Pada dasarnya bersifat supportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien demam
berdarah dengue dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus demam berdarah dengue
dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit
ke-3.
Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Pasien
perlu diberi minum banyak, 50 mL/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa teh manis, sirup, susu,
sari buah atau oralit. Hiperpireksi diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling
10
dengan kompres es dan alkohol 70%. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam
dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila pasien
terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan per-oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>20 vol%). Volume dan komposisi cairan yang
diperlukan seperti cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang,yaitu cairan rumatan
ditambah defisit 6% (kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang).
Cairan yang diperlukan untuk dehidrasi sedang menurut kgBB/24 jam adalah :
Water Loss/kgBB
PWL
NWL
CWL
Jumlah
3 10 kg
80 mL
100 mL
25 mL
205 mL
10 15 kg
70 mL
80 mL
25 mL
175 mL
15 25 kg
50 mL
65 mL
25 mL
140 mL
Untuk tiap kenaikan suhu badan 1C diatas 37C, NWL harus dinaikkan 12%.
Kebutuhan cairan rumatan :
BB : 10 kg ,
10-20 kg
> 20 kg
Kristaloid
o Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
o Larutan ringer asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat
(D5/RA)
o Larutan NaCl 0,9% (garam faali=GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan garam
faali (D5/GF)
Ada Kedaruratan
11
Tanda syok
Muntah terus menerus
Kejang
Muntah darah
Batuk darah
Jumlah trombosit
< 100.000/uL
Rawat inap
Jumlah trombosit
>100.000/uL
- Rawat jalan
- Parasetamol
- Kontrol tiap
hari sampai
demam
hilang
Rawat jalan
12
13
ada
perbaikan
Gelisah
Distres pernapasan
Frekuensi nadi meningkat
Hematokrit tetap tinggi/
meningkat
Tekanan nadi < 20 mmHg
Diuresis kurang/tidak ada
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekanan darah stabil
Diuresis cukup (12 ml/kgBB/jam)
Ht turun (2 kali pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
Tetesan dinaikkan
Ht meningkat
10-15 ml/kgBB/jam
tetesan dinaikkan bertahap
Perbaikan
5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
sesuaikan tetesan
Distres pernapasan
Ht naik
3 ml/kgBB/jam
Ht menurun
Koloid
20-30 ml/kgBB
10 ml/kgBB
Perbaikan
Gambar
14
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak napas/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Lanjutkan cairan
10 ml/kgBB/jam
20 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat
Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FPP
10-20 (max 30) ml/kgBB/jam
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, trombosit
Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Syok teratasi
Ht tetap tinggi/naik
Koloid 20 ml/kgBB
15
Trombosit >50000/mL
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarmo , Garna H, Hadinegoro S. Infeksi dan Penyakit Tropis. Buku Ajar Ilmu kes
Anak edisi I. FKUI, Jakarta : 2002
2. Rampengan TH, Laurentz IR. Penyakit Infeksi Tropik pd Anak. EGC,Jakarta : 1993.
3. RS Sumber Waras . Tiga Dekade DBD di Indonesis. RS Sumber Waras, Jakarta : 1997.
4. WWW.pediatriconcall.com
5. Staf Pengajar IKA FKUI. Ilmu Kesehatan Anak edisi 2.FKUI, Jakarta : 1985.
6. WWW.eMedicine.com
7. Panitia lulusan Dokter FKUI 2002-2003. Tatalaksana Demam Dengue & Demam
Berdarah Dengue. Updates in pediatric emergencies. FKUI, Jakarta : 2002 .
8. Medline plus. Medical encyclopedia
9. WWW.google.com
10. WWW.medstudents.com
11. Darmowandono W. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Virus Dengue. IKA FK
UNAIR, Surabaya: 2002.
12. Kustiman S. Pengamatan Klinik & Penatalaksanaan DBD. Ebers papyrus, Jakarta:
2001.
17
18