A. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3x dalam 24 jam.
Sementara
untuk
bayi
atau
anak-anak,
diare
didefinisikan
sebagai
Diare karena virus ini biasanya tak berlangsung lama, hanya beberapa
hari (3- 4 hari) dapat sembuh tanpa pengobatan (selft limiting disease).
Penderita akan sembuh kembali setelah enetrosit usus yang rusak diganti
oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah matang, sehingga dapat
menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik (Mansons,
1996).
Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bakteri non invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri
noninfasif adalah: Vibrio cholerae, E.colli, sedangkan golongan bakteri
invasif adalah Salmonella sp (Vila J et al., 2000). Diare karena bakteri
invasif dan noninvasif terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus berikut
ini: cAMP (cyclic Adenosin Monophosphate), cGMP (cyclic Guanosin
Monophosphate), Ca-dependet dan pengaturan ulang sitoskeleton
(Mandal et al., 2004).
b. Imunodefisiensi
Dinding usus mempunyai mekanisme pertahanan yang baik. Bila terjadi
difisiensi Ig A dapat terjadi bakteri tumbuh lama. Demikian pula defisiensi
CMI cell mediated immunity dapat menyebabkan tubuh tidak mampu
menangkal infeksi dan invasi parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan
bakteri, virus, parasit, dan jamur yang masuk dalam usus akan
berkembang dengan baik sehingga bakteri tumbuh dan akibat lebih lanjut
diare kronik dan malabsorsi makanan (Suharyono, 2008).
c. Malabsorpsi
makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare (Suharyono, 2008).
d. Alergi
Aktivasi media-media infamator dapat merusak mukosa pada intestinal
sehingga mengganggu absorbsi nutrisi.
e. Keracunan
f. Sebab-sebab lain
Penyebab lainnya seperti faktor psikologis bisa terjadi karena Stress,
cemas, ketakutan dan gugup (Suharyono, 2008).
C. Epidemiologi
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun
1996, 12% penyebab kematian adalah diare. Disebutkan akibat diare, dari
1000 bayi, 70 bayi meninggal sebelum merayakan hari ulang tahunnya yang
pertama. Ditemukan pula bahwa dari 7 bayi yang dikubur, 1 diantaranya
meninggal karena diare. Statistic menunjukkan bahwa setiap tahun diare
menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan 2/3nya adalah balita dengan
korban sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2008).
Menurut Riskesdas (2007) prevalensi tertinggi diare terdapat pada anak
balita sebesar 16,7%. Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur,
diare
merupakan
penyebab
kematian
peringkat
ke-13.
Sedangkan
E. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
Sehat
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk
atau syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Sedang (120-
Lemas >40
Denyut nadi/mata
Kuat <120
140)
Keterangan
-
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan
Gejala klinis
Sedang
Berat
Baik (CM)
Gelisah
Apatis-koma
Keadaan umum
Kesadaran
Sirkulasi
Nadi
N (120)
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kusz maull
Ubun-ubun
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Mata
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Normal
Oliguri
Anuri
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Urin
Kebutuhan Cairan Anak
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat
seperti protein, lemak dan mineral. Pada
anak
pemasukan dan
Berat Badan
Total/24 jam
Cairan/Kg BB/24
jam
3 hari
3.0
250-300
80-100
10 hari
3.2
400-500
125-150
3 bulan
5.4
750-850
140-160
6bulan
7.3
950-1100
130-155
9 bulan
8.6
1100-1250
125-165
1 tahun
9.5
1150-1300
120-135
2 tahun
11.8
1350-1500
115-125
4 tahun
16.2
1600-1800
100-1100
6 tahun
20.0
1800-2000
90-100
10 tahun
28.7
2000-2500
70-85
14 tahun
45.0
2000-2700
50-60
18 tahun
54.0
2200-2700
40-50
Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998),
Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI
(1988), menyatakan
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
50
100
25
175
Sedang
75
100
25
200
Berat
125
100
25
250
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15
hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,
dan sering
yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering,
malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara
umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih
mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan (Simadibrata, 2006).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau
tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa
mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie, 2010).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010).
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelumdan selama
diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan
lain-lain (Juffrie, 2010).
3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya
tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan
lain-lain.
Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur
cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002)
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik adalah
sebagai berikut :
a. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi
intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk
menentukan
adanya
infeksi.
Jika
pasien
dalam
keadaan
Skrining
awal
CBC,protrombin
time,
kalsium
dan
karotin
akan
j.
(b)
(c)
l.
dalam
mikroskopik,melanosis
anthraguinone laksatif.
n. Rangkaian Pemeriksaan
mendeteksi
coli
dan
Usus
IBD
indikasi
Halus
termasuk
colitus
penggunaan
kronis
Pemeriksaan
yang
optimal
barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa
diinjeksikan.
o. Imaging Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui
pemeriksaan imaging jika diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain
abdominal
dapat
mengkonfirmasi
pankreatitis
kronis.
Studi
Seri
disebut
formula
yang
tidak
lengkap
karena
banyak
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
glukosa 5% + 1 bagian
NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-
c. Obat-obatan
perubahan
cairan
rumatan
yang
disebabkan
oleh
b. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk
bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolenkoma,
pernafasan
Kussmaul,
gangguan
dinamik
sirkulasi
nilai
elektrolit
serum
sehingga
terapi
cairan
dapat
yang
dipakai
untuk
menghitung
defisit
Na.
Hal
ini
total
cairan
tubuh
(dalam
L).
ekspansi
cairan
dalam
gilirannya
akan
menimbulkan
perpindahan
yang
berlebihan dari air ke dalam sel otak pada saat rehidrasi sebelum
kelebihan Na sempat dikeluarkan, kejadian ini dapat dihindari dengan
melakukan koreksi hipernatremi secara pelan dalam waktu beberapa
hari. Itulah sebabnya terapi cairan perlu disesuaikan agar Na serum
kembali normal tidak melebihi 10 m Eq/24 jam.
Defisit Na pada dehidrasi hipernatremi adalah relatif kecil dan volume
cairan ekstraseluler relatif masih tetap tak berubah sehingga jumlah
air dan Na yang diberikan pada tahap ini perlu dikurangi bila
dibandingkan pada dehidrasi hipo-isonatremi. Jumlah yang sesuai
adalah pemberian 60 - 75 ml/kg/24 jam dari larutan 5% dektrosa yang
mengandung kombinasi bikarbonat dan khlorida.
Jumlah dari cairan dan Na rumatan perlu dikurangi dengan sekitar
25%
pada
tahap
ini
karena
mempunyai
ADH
(antidiuretic
penderita
dengan
hormone)
yang
hipernatremi
tinggi
yang
modifikasi
cara
pemberian
terapi
cairan.
Walaupun dehidrasi
saja.
Pemberian
obat
loperamide
sebagai
antibiotika
yang
tidak
rasional
rasional
(antibiotic
associated diarrhea).
Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian antibotika
dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik.
Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau
kencing berkurang, rasa haus yang nyata sampai kejang atau kesadaran
menurun (Wulandari, 2012).
H. Asuhan Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
-
Turgor kulit
Membran mukosa
2) Abdomen
-
Nyeri
Kekauan
Bising usus
Kram
Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
-
c. Intervensi
Pantau cairan IV
Melalui mulut
7) Rencana pemulangan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Fr.
Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran. Semarang: Universitas Diponegoro.
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa. Jakarta: gaya baru
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta.
Hadi,S.,2002.Gastroenterologi.Bandung: Penerbit Alumni.
Juffrie,M.,et al,2010.Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit IDAI.
Kearney David et al. Chronic Diarrhea. Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology, Prentice-Hall International,Inc,1996:14-17.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar. Dan R.T Mayon-White. 2004. Lecture
notes penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.
Angka
Kesakitan
Diare
pada
Anak
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/download/860/802,
pada tanggal 14 April 2016.
Balita,
diakses