2
Bensin
Putu Winda Aryantini 4213100108
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Sukolilo,
Surabaya 60111
Pendahuluan
Bahan bakar bensin adalah senyawa hidrokarbon yang kandungan oktana atau
isooktananya tinggi. Senyawa oktana adalah senyawa hidrokarbon yang
digunakan sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan bakar bensin yang
dikenal dengan istilah angka oktana. Dalam pengertian ini bahan bakar bensin
dibandingkan dengan campuran isooktana atau 2,3,4 trimetilpentana dengan
heptana. Isooktana dianggap sebagai bahan bakar paling baik karena hanya
pada kompresi tinggi saja isooktana memberikan bunyi ketukan (detonasi) pada
mesin. Sebaliknya, heptana dianggap sebagai bahan bakar paling buruk. Angka
oktana 100, artinya bahan bakar bensin tersebut setara dengan isooktana murni.
Angka oktana 80, artinya bensin tersebut merupakan campuran 80% isooktana
dan 20% heptana. Bensin (premium, super) merupakan bahan bakar cair yang
digunakan oleh kebanyakan motor-motor bensin. Bensin adalah bahan bakar cair
yang mudah menguap, pada suhu 60 derajat celcius kurang lebih 35-60% sudah
menguap dan akan menguap 100% kira-kira pada suhu diatas 100 derajat
celcius (G.Haryono,1997:74). Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat
berwarna kekuningan yang jernih dan mempunyai nilai oktan 88. Bensin
premium mempuyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai pada mesin
dengan batas kompresi hingga 9,0 : 1 pada semua jenis kondisi, namun tidak
baik jika digunakan pada motor bensin dengan kompresi tinggi karena dapat
menyebabkan knocking. Bensin premium produk Pertamina memiliki kandungan
maksimum sulfur (S) 0,05%, timbal (Pb) 0,013% (jenis tanpa timbal) dan Pb 0,3%
(jenis dengan timbal), oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13 gr/100 l, tekanan uap 62
kPa, titik didih 215 C, serta massa jenis (suhu 15C). Bensin premium,
mempunyai sifat anti ketukan yang lebih baik dan dapat dipakai pada mesin
kompresi tinggi pada semua kondisi (Surbhakty 1978:36).
ada bahan bakar bubuk. Bubuk bahan bakar difumigasi melalui saluran pipa
mesin, karena kesulitan pada pengukuran akurat untuk kadar bahan bakar
bubuk yang sedemikian rupa, maka Diesel terfokus pada minyak mentah
yang jauh lebih mudah untuk digunakan.
2.
Rudolf Pawlikowski
Mulai tahun 1916, bekas rekan kerja Diesel mampu untuk pertama kalinya
menjalankan ICE dengan debu batu bara. Dalam perusahaanya yang
bernama Kosmos, Pawlikowsko membangun delapan mesin dengan bahan
bakar batubara (yang disebut RUPA motor) dengan menambahkan chamber
di mesin. Dimana bahan bakar bubuk batu bara dinyalakan. Tekanan
dikembangkan selama prapembakaran injeksi pada pembakaran utama di
chamber dan bahan bakar yang tersisa pada tekanan rendah diinjeksi
langsung. Pawlikowski juga mencoba untuk memecahkan masalah dengan
mengembangkan sistem penyesusaian tertentu cincin piston sehingga
membatasi bagian abu di bak mesin. Perusahaan The COSMOS ini ditutup
pada tahun 1928. Karya Pawlikowski berhenti pada tahun 1945 dan
menghasilkan 30 paten Mulai tahun 1925, atas dasar penelitian Pawlikowski
itu, empat Perusahaan Jerman mengembangkan mesin mampu berjalan
dengan debu batubara kering.
3.
4.
5.
6.
Hanomag
7.
8.
2.
3.
Gambar 2. Sikloheksana
Aromatic, misalnya Benzena C6H6
Senyawa benzena mempunyai rumus molekul C6H6, dan termasuk dalam
golongan senyawa hidrokarbon. Bila dibandingkan dengan senyawa
hidrokarbon lain yang mengandung 6 buah atom karbon, misalnya heksana
(C6H14) dan sikloheksana (C6H12), maka dapat diduga bahwa benzena
mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Dengan dasar dugaan
tersebut maka dapat diperkirakan bahwa benzena memiliki ciri-ciri khas
seperti yang dimiliki oleh alkena. Perkiraan tersebut ternyata jauh berbeda
dengan kenyataannya, karena benzena tidak dapat bereaksi seperti alkena
(adisi, oksidasi, dan reduksi). Lebih khusus lagi benzena tidak dapat bereaksi
dengan HBr, dan pereaksi-pereaksi lain yang lazimnya dapat bereaksi
dengan alkena. Sifat-sifat kimia yang diperlihatkan oleh benzena memberi
petunjuk bahwa senyawa tersebut memang tidak segolongan dengan alkena
ataupun sikloalkena. Senyawa benzena dan sejumlah turunannya
digolongkan dalam senyawa aromatik, Penggolongan ini dahulu sematamata dilandasi oleh aroma yang dimiliki sebagian dari senyawa-senyawa
tersebut. Perkembangan kimia pada tahap berikutnya menyadarkan para
kimiawan bahwa klasifikasi senyawa kimia haruslah berdasarkan struktur
dan kereaktifannya, dan bukan atas dasar sifat fisikanya. Saat ini istilah
aromatik masih dipertahankan, tetapi mengacu pada fakta bahwa semua
senyawa aromatik derajat ketidakjenuhannya tinggi dan stabil bila
berhadapan dengan pereaksi yang menyerang ikatan pi ().
Keterangan
Udara yang dimasukkan sangat
kurang dari kebutuhan teori
Udara yang dimasukkan kurang
dari kebutuhan teori
Udara yang dimasukkan sesuai
dengan kebutuhan teori
Udara yang dimasukkan lebih
banyak dari kebutuhan teori
Udara yang dimasukkan jauh
lebih banyak dari kebutuhan
teori
Campuran sesuai adalah campuran yang menghasilkan daya paling baik dengan
emisi gas buang yang ramah lingkungan untuk keadaan kerja tertentu. Ketika
mesin di-start dan masih dingin, komponen mesin juga masih dingin, banyak
bensin yang telah disemprotkan kembali mengembun. Agar bensin yang
tercampur dengan udara membentuk campuran yang mudah terbakar, bensin
harus diperbanyak. Pertimbangan lain, saat mesin masih dingin, penyesuaian
celah-celah pada komponen belum sebaik setelah temperatur kerja,
kemungkinan ada kebocoran kompresi yang lebih besar, disamping faktor
gesekan yang masih tinggi sehingga campuran yang sesuai adalah campuran
kaya, agar menghasilkan daya lebih besar. Selama temperatur berubah dari
dingin menjadi panas, berangsur-angsur bensin dikurangi sampai pada
perbandingan yang sesuai untuk kondisi panas. Pada temperatur kerja campuran
dirancang paling ramah lingkungan, = 0,9 1,1. Hal ini dipertahankan pada
berbagai kecepatan kerja mesin. Saat percepatan, dimana katup gas dibuka
dengan seketika, penambahan udara terjadi dengan seketika. Agar mesin tidak
mati maka bahan bakar juga harus ditambahkan dengan seketika. Untuk
keadaan beban penuh (saat kendaraan menanjak/katup gas terbuka penuh)
campuran harus menghasilkan daya maksimal, maka nilai yang sesuai = 0,85
0,95.
Tetapi saat kendaraan tidak memerlukan daya (saat jalan turun), jumlah bensin
dapat dikurangi dari kebutuhan untuk penghematan bahan bakar.
minuman, industri tekstil, pakaian jadi, industri kulit, dan barang dari kulit.
Memasuki tahun 2000 konsumsi BBM di sektor industri kembali meningkat,
bahkan pertumbuhan nya terbilang tinggi yaitu 23.5 %.
Dalam lingkup mikro perlu diwaspadai bahwa peningkatan pemakaian energi di
sektor industri dalam beberapa tahun terakhir bukan hanya terjadi karena proses
transformasi struktural yang cepat dari pertanian ke industri saja. Namun lebih
jauh dari itu diduga karena terjadi pemborosan pemakaian energi di sektor ini.
Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 telah membuat kurs rupiah
terdepresiasi sangat tajam. Keadaan ini sangat memukul industri dalam negeri
yang selama ini masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap mesinmesin produksi impor, sehingga banyak diantara mereka yang tak mampu untuk
meng-upgrade mesin-mesin produksinya. Sehingga banyak yang beroperasi
hanya mengandalkan mesin-mesin tua yang tentu saja sangat boros bahan
bakar. Indikasi ini bisa dilihat dari nilai intensitas energi pada tahun 1997 yaitu
4.196, nilai ini mengalami lonjakan yang cukup besar dari tahun 1996 yang
hanya 2.637. Intensitas energi yang kian besar berarti bahwa pemakaian energi
kian tidak efisien. Bila dilihat hubungan nilai tambah sektor industri dengan
pemakaian energi, ternyata sebelum dan sesudah krisis ekonomi mengalami
perubahan. Pada masa sebelum krisis ekonomi. pertumbuhan nilai tambah lebih
besar dari pertumbuhan pemakaian energi. Namun semenjak tahun 1998, yang
terjadi sebaliknya, pertumbuhan pemakaian energi lebih besar dari pertumbuhan
nilai tambahnya. Hal ini khusus terjadi pada industri makanan, industri tekstil,
industri kertas, dan industri kimia.
Selain itu ada dugaan bahwa pemakaian energi di sektor industri lebih besar dari
data yang disajikan oleh departemen energi dan sumber daya mineral. Selama
ini konsumsi energi di sektor industri khususnya untuk BBM dicatat dengan
pendekatan dari sisi supply yaitu berdasarkan pasokan langsung dari Pertamina.
Padahal kalau kita menyimak berita di media massa. ternyata selama ini banyak
penyelewengan penggunaan BBM oleh sektor industri yaitu berupa pengalihan
jatah BBM rumah tangga ke sektor industri. Hal ini terjadi karena adanya
disparitas harga yang cukup besar. dimana BBM untuk sektor industri sudah
tidak mendapat subsidi lagi dari pemerintah. Jadi sebenarnya intensitas energi di
sektor industri yang menunjukkan tingkat efisiensi pemakaian energi akan lebih
besar dari angka yang ada.
Berdasarkan fakta diatas, kita sebagai konsumen harus bijak dalam
menggunakan BBM. Apalagi keadaan ekonomi dalam negeri yang
memprihatinkan, semakin memperburuk keseimbangan alur alur perdagangan.
Dengan demikian sebagai masyarakat yang mengerti akan pentingnya
meghemat BBM sebagai sumber energi yang jumlahnya terbatas, maka perlu
dikembangkan energi alternatif.
Kebijakan penghapusan subsidi BBM pada tahun 2005 merupakan momentum
yang tepat bagi pemerintah untuk mengembangkan batubara sebagai energi
alternatif yang prospeknya cukup menjanjikan. baik dilihat dari cadangan yang
melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah dibanding BBM. Sebagai
contoh bila digunakan di sektor listrik, batubara lebih murah dibanding BBM.
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan solar, harga
10
11
Sementara rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar dan pelumas bagi industry
adalah Rp 1.77 Miliar (3.38% terhadap total faktor produksi) pada tahun 2008,
dimana komponen energi terbesar disumbangkan oleh bahan bakar Solar sekitar
Rp 834.13 juta (47.14% dari penggunaan energi industri), sedangkan
pengeluaran Industri untuk energi terbesar kedua adalah batubara, yaitu ratarata sebesar Rp. 213.53 juta (21.07%) pada tahun 2008. Dari sisi factor produksi
terlihat bahwa hamper seluruh komponen energi mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa input produksi yang berasal dari
bahan bakar dan pelumas bagi industri cukup penting dalam rangka untuk
meningkatkan daya saing industri di Indonesia. Nilai pengeluaran energi dan
proporsi berdasarkan jenis energi yang digunakan Industri di Indonesia
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh industri berdasarkan jenis energi
12
Harga BBM di Indonesia masih relative rendah karena disubsidi, sementara harga
minyak di dunia terus melejit.Harga BBM subsidi Rp 4.500/ liter, dan harga BBN
tidak bersubsidi rata-rata adalah Rp 9.000 / liter, sementara di beberapa Negara
hampir mencapai Rp 12.000 / liter. Murahnya harga BBM juga merupakan salah
satu penghambat konversi BBM ke Gas. Tetapi seperti beberapa pendapat
sebelumnya, bahwa menurunkan subsidi bukanlah pekerjaan yang mudah dan
harus ada kebijakan dan keseriusan dari seluruh pihak terkait.
Saat ini, harga crude oil hampir mencapai US$ 95. Kenaikan harga ini adalah
suatu hal yg tidak bisa dihindari mengingat meningkatnya konsumsi
perindustrian akan energi dan juga pemakaian bahan bakar di sektor
transportasi dan industri. Kenaikan harga crude oil akan berdampak lanjut
terhadap kenaikan harga bensin, harga barang dan jasa, yang akan merugikan
konsumen. Tidaklah mudah bagi pemerintah untuk menjadi penengah di dalam
perekonomian industri energi karena perindustrian ini terkait oleh politik luar dan
dalam negeri.Hubungan diplomasi antara Negara-negara produsen minyak
sangat terkait dalam penentuan harga minyak. Banyak analisa perindustrian di
bidang energi yang menuju kepada peningkatan harga minyak yang akan terus
melambung, karena kebutuhan perindustrian yang akan semakin meningkat.
Tetapi ada juga opini yang mengatakan bahwa perindustrian akan mengganti
bahan bakar dasar menjadi batu bara yang sekarang ini mempunyai harga dasar
yang lebih rendah.
13
14
dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari
dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu dengan yang lain.
Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di
lingkungan jalan raya, dan ada pula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi
kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang
panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau
lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di
udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas
buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif,
dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon
yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan
fotokimi (photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di
tempat asal sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak
pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.
Photocemical smog akan menghalangi pandangan, iritasi mata dan dapat
menjadi penyebab kanker.
Pada negara-negara yang memiliki standar emisi gas buang kendaraan yang
ketat, ada 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang akan diukur yaitu senyawa
HC, CO, CO2, O2 dan senyawa NOx. Sedangkan pada negara-negara yang standar
emisinya tidak terlalu ketat, hanya mengukur 4 unsur dalam gas buang yaitu
senyawa HC, CO, CO2 dan O2.
1. Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbonmonoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di
Jakarta di sebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang
berbahan bakar solar terutama berasal dari metromini. Formasi CO
merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses
pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik
antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharger merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai
perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
penggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida
menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang
rendah polusi bagi kendaraan bermotor. Banyak CO dari gas buang itu
tergantung dari perbandingan bahan bakar dan udara (Arends&Berenschot
1980 :73).
2. Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan
terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon
terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran
15
3.
4.
16
17
kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti
nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga
senyawa lain dengan jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas
buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan.
Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon,
berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk
timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik,
dilepaskan keudara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu
lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang
berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara,
beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor
dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari
dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain. Proses
reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di
lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi
kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam sua tu rantai reaksi yang
panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau
lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di
udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas
buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif,
dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon
yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan
fotokimi (photochemical smog). Pembent ukan smog ini kadang tidak terjadi di
tempat asal sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak
pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin
Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb), beberapa
hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah
bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah
dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai
makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran,
susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri
makanan saat ini akan dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada
masyarakat kota maupun desa. Emisi gas buang kendaraan bermotor juga
cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi asam. Pengalaman di negara
maju membuktikan bahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya
ikatan tanah atau sedimen dengan beberapa mineral/logam, sehingga logam
tersebut dapat mencemari lingkungan.
18
19
penyakit atau kondisi medik lainnya pada seseorang ataupun kelompok orang.
Pengaruh ini tidak dibatasi hanya pada pengaruhnya terhadap penyakit yang
dapat dibuktikan secara klinik saja, tetapi juga pada pengaruh yang pada suatu
mungkin juga dipengaruhi faktor lainnya seperti umur misalnya. Telah banyak
bukti bahwa anak-anak dan para lanjut usia merupakan kelompok yang
mempunyai resiko tinggi di dalam peristiwa pencemaran udara. Anak-anak lebih
peka terhadap infeksi saluran pernafasan dibandingkan dengan orang dewasa,
dan fungsi paru-paru nya juga berbeda. Para usia lanjut masuk di dalam kategori
kelompok resiko tinggi karena penyesuaian kapasitas dan fungsi paru-paru
menurun, dan pertahanan imunitasnya melemah. Karena kapasitas paru-paru
dari penderita penyakit jantung dan paru-paru juga rendah, kelompok ini juga
sangat peka terhadap pencemaran udara. Berdasarkan sifat kimia dan
perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam
gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :
Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida
nitrogen, ozon dan oksida lainnya.
Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti
hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.
Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon.
Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.
1) Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama Mengganggu Saluran
Pernafasan
Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak
mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan
pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang
kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan nitrogen, partikulat
dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada
saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap
berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar
makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur
bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih
meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.
Oksida sulfur dan partikulat
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang
langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran
ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor
berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam
alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas buang
kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak
20
21
22
dewasa 60-80g/100 ml dan kelompok anak > 40 g/100 ml. Pada kadar
Pb-darah kelompok dewasa sekitar 40 g/100 ml diamati telah ada
gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam
aminolevulinat (ALA). Pengaruh pada enzim -ALAD dapat diamati pada
kadar Pb-darah sekitar 10g/100 ml. Akumulasi protoporfirin dalam
eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari terhambatnya aktivitas enzim
ferrochelatase , dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-darah 2030 g/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35 g/100 ml, dan pada anak
dengan kadar > 15 g/100 ml. Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas
enzim ALAD tidak menyatakan adanya keracunan yang membahayakan,
tetapi dapat menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh.
Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP adalam urin
mencerminkan adanya kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya
dapat merusak fungsi metokhondrial.
Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60g/100 ml, yang
dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak.
Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah banyak
dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. Sistem syaraf pusat anak
lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Gangguan terhadap
fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji psikologi diamati pada kadar
Pbdarah 50 g/100 ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi diamati
pada kadar Pbdarah 30 g/100 ml. Timbel dapat menembus plasenta,
dan karena perkembangan otak yang khususnya peka terhadap logam
ini, maka janinlah yang terutama mendapat resiko.
3) Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker
Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam
bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2m.
Beberapa dari bahanbahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena,
metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan
menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam
partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin
yang mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena,
etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit, kadar di dalam emisi
mesin bensin akan sama bes arnya dengan mesin solar.
Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik
diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan
tetapi untuk membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya
diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan.
Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi
epidemiologi. Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap dan dapat
mengendalikan berbagai faktor pengganggu (confounding) seperti misalnya
23
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor
diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa
yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun,
belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan
komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2
dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian
lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap
tahunnya. Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat
menyerap energi panas dan menghalangijalanya energi panas tersebut dari
atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat mengakibatkan
meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gununggunung es, yang
pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah.
Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada
tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2,
dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada
permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan
disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk
24
asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke
tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam
dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka
-rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan. Oksida nitrogen, NO
dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama
terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat
memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih
menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya
dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada
banayak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi
pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari
jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat
bervariasi. Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8
bualan terus menrus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis
tanaman.
Mengingat besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh beberapa senyawasenyawa
di dalam emisi gas buang kendaraan bermotor, maka Pemerintah melalui
Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan Peraturan Menteri No. 05 Tahun
2006 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan lama sebagai berikut :
1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor lama;
2) Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik yang berada pada kendaraan itu;
3) Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit
atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;
4) Uji emisi kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib
dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala;
5) Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengelolaan lingkungan hidup;
6) Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;
7) Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.
25
pada periode kedua ini, gejolah kenaikan harga minyak tersebut cenderung
berpengaruh pada tingkat inflasi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah dicapai selama dua puluh lima tahun
pembangunan Indonesia sejak tahun 1969, antara lain telah dipacu oleh
melimpahnya penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi akibat naiknya harga
ekspor minyak dunia. Hal itu dimungkinkan karena pangsa ekspor minya bumi
saat itu merupakan sebagian besar dari total ekspor Indonesia. Pada tahun 1970
pangsa ekspor minyak bumi masih 40,3%, terus meningkat mencapai tertinggi
pada tahun 1982, sebesar 82,4 %. Menjelang reformasi, tahun 1997, pangsa
ekspor minyak bumi tinggal sekitar 22% dari total ekspor Indonesia. (Dumairy,
1997, hal. 183). Namun, setelah itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai
menurun seiring dengan menurunnya penerimaan ekspor minyak bumi. Selain
turunnya harga minyak bumi, pangsa ekspor minyak Indonesia juga mulai
menurun seiring dengan semakin berkurangnya produksi minyak bumi di negeri
ini.
Selanjutnya,di masa reformasi sekarang ini gejolak kenaikan harga dunia justru
berpengaruh terhadap terhadap beban APBN yang menanggung subsidi
terhadap konsumen bahan bakar minyak. Sehubungan dengan itu, timbul
permasalahan bagi pemerintah antara pilihan menanggung subsidi yang
semakin besar atau menguragi subsidi dengan konsekuensi meningkatnya inflasi
karena naiknya harga BBM di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh posisi
Indonesia sudah tidak lagi menjadi bagian anggota OPEC, malahan sudah
menjadi negara pengimpor neto terhadap bahan bakar minyak (BBM).
26
tersebut telah didukung oleh bonanza (rezeki nomplok) minyak bumi yang
diterima Indonesia. Kenaikan devisa ekspor minyak saat itu dipicu oleh
melonjaknya harga minyak dunia akibat konflik antara Arab dan Izrael, di mana
negara-negara Arab anggota OPEC menghentikan ekspor ke negara-negara
pendukung Izrael. Krisis energi minyak dunia tersebut terjadi pada tahun 1973.
Indonesia yang saat itu masih sebagai anggota negara OPEC telah menikmati
rezeki petro dollar tersebut. Peretumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut
berlangsung hingga akhir tahun 1970-an. (Dumairy, 1997, ibid). Selanjutnya,
krisis minyak dunia sejak awal tahun 1970-an tersebut telah menyebabkan krisis
ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, negara-negara di Eropa
dan Jepang. Akibatnya, harga minyak dunia menurun drastis sejak awal tahun
1980-an. Hal itu berpengaruh pada kinerja perekonomian Indonesia. Di samping
dampak krisi ekonomi dunia mulai masuk ke Indonesia, keadaannya diperparah
oleh anjloknya harga minyak sehingga penerimaan ekspor berkurang drastis.
Akhirnya, hal itu berpengaruh terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Memasuki era Reformasi, yang ditandai oleh krisis moneter dan
ekonomi pada tahun 1998, gejolak harga minyak dunia yang cenderung terus
meningkat telah membuat pemerintah Indonesia kesulitan dalam memenuhi
anggaran pembangunan. Hal ini disebabkan oleh dasar patokan APBN adalah
harga minyak dunia, sementara posisi Indonesia sudah menjadi negara
pengimpor bersih terhadap minyak bumi (BBM). Untuk melindungi kepentingan
konsumen yang sebagian besar masih tergolong rendah, maka pemerintah
terpaksa memberikan subsidi harga BBM di dalam negeri. Namun hal ini tampak
semakin memperberat usaha pemenuhan keuangan pada APBN Indonesia setiap
tahunnya. Untuk mengurangi beban pada APBN tersebut, pilihan yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia adalah dengan mengurangi subsidi BBM. Namun
dampaknya cenderung menyebabkan kenaikan harga-harga umum.
Kebijakan pemerintah Indonesia mengurangi subsidi BBM dengan cara
menaikkan harga BBM sebesar rp.2000/liter untuk premium dan Rp. 1000/liter
untuk solar pada bulan juni 2013 telah diprediksi akan menyebabkan kenaikan
tingkat inflasi. Dampak utama dari kenaikan harga BBM tersebut adalah
kenaikan tarif angkutan dan biaya produksi di sektor industri, yang pada
gilirannya akan meningkatkan inflasi di semua sektor ekonomi. Para ahli
memperkirakan dampak kenaikan harga BBM bulan juli tersebut akan
meningkatkan inflasi sekitar 2,46 persen dari target pemerintah sekitar 7,2
persen. (Kompas, Rabu 19 Juni 2013, hal.19). Akan tetapi, bagi pihak yang
mendukung kebijakan pemerintah tersebut dengan alasan bahwa alokasi subsidi
BBM oleh pemerintah tidak tepat sasaran, sehinggan menimbulkan ketidak
adilan. Data susenas 2008 dan Bank Dunia 2010, menunjukkan bahwa 25%
rumah tangga yang berpendapatan (dan pengeluaran) tinggi justru menimati
subsidi BBM sekitar 77% per bulan. Sementara itu, 25% kelompok rumah tangga
berpenghasilan (dan berpengeluaran) rendah hanya menikmati alokasi subsidi
BBM sekitar 15%. Alasan kedua adalah harga patokan BBM di Indonesia jauh
27
lebih rendah dari pada harga BBM di berbagai negara, termasuk negara-negara
yang berpendapatan lebih rendah dari pada Indonesia. Sebagai contoh, di
negara Kamboja dan Laos harga BBM telah mencapai lebih dari Rp. 13.000,- per
liter. (Rafika Dwi H, 2013). Sehubungan dengan uraian tersebut, maka yang
menjadi permasalah pokok di dalam penelitian ini adalah Seberapa besar
pengaruh perubahan harga BBM terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan di
Indonesia.
1) Perkembangan Harga BBM
Perkembangan harga BBM di Indonesia sejak bulan April 1979 hingga Juni
2013. Selama periode tersebut, tampaknya pertumbuhan harga premium
dan solar menunjukkan tren pertumbuhan yang meningkat. Petumbuhan
harga solar secara rata-rata meningkat lebih cepat dari pada harga
premium. Selama periode tersebut, harga solar meningkat rata-rata 32,44
persen. Harga solar meningkat dar rp. 35/liter pada bulan April 1979 menjadi
rp. 5.500/liter pada bulan Juni 2013. Sementara itu harga premium
meningkat rata-rata 26,10 persen, yaitu dari rp. 100/liter menjadi rp.
6.500/liter pada periode yang sama.
Walaupun tren harga kedua komoditi itu menunjukkan peningkatan, namun
tingkat pertumbuhannya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Selama periode
1979-2013, terdapat 4 titik puncak pertumbuhan harga BBM di Indonesia
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 50 persen, yaitu pada tahun
1979, 1982, 1998 dan tahun 2005. Pada bulan April 1979, pemerintah
menetapkan harga premium dan solar masing-masing menjadi Rp.100 per
liter dan rp. 35 per liter. Bila dibandingkan dengan harga kedua komoditi itu
pada bulan April 1975, maka masing-masing meningkat sebesar 75,43
persen dan 59,09 persen. Kenaikan harga BBM pada bulan Mei 1980 dengan
tingkat perubahan yang lebih rendah dari periode sebelumnya, yaitu masingmasing meningkat 50 persen. Selanjutnya, kenaikan harga BBM pada bulan
Januari 1982 mencapai 60 persen untuk premium dan 61 persen untuk solar.
Sejak itu, perubahan harga BBM berfluktuasi dengan tren menurun hingga
Januari 1993.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada bulan Mei 1998 yang
masing-masing sebesar 71,43 persen untuk premium dan 57,89 persen
untuk solar telah membuat keadaan perekonomian Indonesia semakin berat.
Sementara perekonomian kita sedang dilanda krisis moneter yang dipicu
oleh anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, peristiwa
kenaikan harga BBM pada bulan Mei 1998 tersebut telah menambah faktor
pemicu kerusuhan yang terjadi saat itu di hampir seluruh pelosok negeri ini.
Sebagai dampak dari krisi ekonomi dan kerusuhan tersebut, ekonomi
Indonesia mengalami pertumbuhan negatif pada tahun tersebut.
Pertumbuhan harga BBM cendrung menurun sejak tahun 1998 hingga tahun
2003. Bahkan pada bulan oktober 2000 pemerintah membuat kebijakan
28
penurunan harga premium sebesar 4,17 persen dari rp. 1.200 per liter
menjadi rp. 1.150 per liter, sementara harga solar tetap dipertahankan
sebesar rp. 600 per liter.
Kenaikan harga BBM tertinggi selama 34 tahun terakhir terjadi pada bulan
Oktober 2005. Harga premium meningkat dari rp. 1.810 menjadi rp. 4.500
per liter atau meningkat sebesar 148, 61 persen. Sementara itu, harga solar
meningkat lebih tinggi, dari rp. 1.650 menjadi rp. 4.300 per liter atau
meningkat sebesar 160,6 persen. Kenaikan harga BBM tersebut antara lain
telah dipicu oleh keadaan perekonomian Indonesia yang terkena dampak
krisis ekoonomi global yang bermula dari krisis di Amerika Serikat.
Pada bulan Mei 2008, kenaikan harga BBM kembali dilakukan oleh
pemerintah masing-masing sebesar 33,33 persen untuk premium, dan 27,90
persen untuk solar. Namun, pada bulan Januari 2009 pemerintah
mengeluarkan kebijakan penurunan harga BBM untuk meringankan beban
masyarakat. Pada waktu itu, harga premium diturunkan sebesar 25 persen,
dari rp. 6.000 per liter menjadi rp. 4.500 per liter. Sementara itu, harga solar
diturunkan sebesar 18,8 persen dari rp. 5.500 per liter menjadi 4.500 per
liter. Terakhir, pada bulan juni 2013 pemerintah terpaksa meningkatkan lagi
harga BBM mengingat beban subsidi pada APBN semakin membesar akibat
harga impor BBM semakin tinggi. Pada masa tahun 1970-an hingga awal
tahun 1990-an Indonesia masih bertindak sebagai bagian dari negara
eksportir minyak (OPEC). Namun sejak pertengahan tahun 1990-an,
Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak secara netto. Oleh
karenanya, kenaikan harga minyak di pasaran dunia telah berdampak pada
melonjaknya besaran subsidi pada APBN. Untuk mengurangi beban subsidi
tersebut, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM.
1.
29
inflasi yang digunakan adalah data inflasi bulanan, yaitu tingkat inflasi yang
terjadi pada bulan yang bersamaan dengan terjadinya perubahan harga
BBM. Selama periode 1979 hingga 2013, tampak perkembangan inflasi
berfluktuasi dan mempunyai cenderung menurun. Pada bulan April 1979,
saat terjadi kenaikan harga BBM, tingkat inflasi sebeasar 3,20 persen.
Namun, pada saat pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harag BBM
pada bulan Juni 2013, ternyata tingkat inflasi hanya mencapai 1,03 persen.
Pada awal periode tersebut, April 1979 sampai dengan Januari 1984, tingkat
inflasi bulanan rata-rata di atas 3 persen. Setelah itu, tingkat inflasi yang
mengiringi perubahan harga BBM tersebut cenderung menurun, kecuali pada
bulan Mei 1998 dan Oktober 2005. pada bulan Mei 1998, tingkat inflasi
mencapai 5,24 persen, dan pada bulan Oktober 2005 mencapai puncaknya,
yaitu 8,70 persen. Secara tahunan, tingkat inflasi pada tahun 1998 mencapai
puncak tertinggi sepanjang sejarah sejak pemerintahan ORDE baru hingga
era reformasi, yaitu 77,63 persen. Tingkat inflasi tertinggi kedua terjadi pada
tahun 2005 yang mencapai 17,11 persen.
30
bulan Oktober 2005. Kenaikan harga premium sebesar 148,61 persen dan
harga solar sebesar 160,60 persen pada waktu itu diperkirakan telah
membawa peningkatan inflasi hingga menjadi 8,70 persen. Pada bulan
Januari 2009, baik perubahan harga BBM maupun tingkat inflasi sma-sama
kembali mencapai tutuk terendah. Pada waktu itu harga premium turun 25
persen dan harga solar turun 18,80 persen. Keadaan itu lalu diikuti oleh
tingkat inflasi yang negatif atau deflasi sebesar 0,07 persen. Keadaan
terakhir, pada bulan Juni 2013, pemerintah menaikkan harga premium
sebesar 44,44 persen dan solar sebesar 22,22 persen, sehingga tingkat
inflasi juga meningkat menjadi 1,03 persen.
kelompok
Tabel 4. Hubungan antara perubahan harga BBM dan Inflasi menurut kelompok
pengeluaran Mei 2008-Juni 2013
31
Perubahan harga BBM pada Tabel di atas merupakan modifikasi dari data harga
premium dan harga solar. Di mana harga kedua jenis BBM itu disatukan, lalu
diuhitung persentase perubahannya. Pada awalnya, penelitian ini merencanakan
untuk menyajikan data inflasi menurut kelompok pengeluaran dengan rentangan
waktu 1979-2013. Akan tetapi, data hanya tersedia untuk 3 tahun, yaitu dari
2008, 2009 dan 2013. Dengan demikian, data tersebut tidak bisa digunakan
untuk keperluan regresi. Namun demikian, penulis mencoba untuk
menganalisisnya secara kualitatif dengan mengamati tren perkembangan
selama 3 tahun tersebut. Data pada tabel, di atas mengindikasikan bahwa
perubahan harga BBM cenderung berpengaruh lebih dominan terhadap tingkat
inflasi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok transportasi dan
komunikasi dari pada terhadap kelompok pengeluaran yang lainnya. Angka
dalam tanda kurung menunjukkan tingkat perubahan inflasi dari bulan sebelum
dilakukan perubahan harga BBM. Pada bulan Mei 2008, seiring dengan terjadi
perubahan harga BBM sebesar 30,68 persen, tampak perubahan tingkat inflasi
pada kelompok bahan makanan meningkat sebesar 1,17 poin dibandingkan
dengn tingkat inflasi pada bulan April 2008. Begitu juga dengan tingkat inflasi
pada kelompok transportasi dan komunikasi meningkat 3,41 poin dibandingkan
dengan data pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi kelompok sandang, dan
kelompok pendidikan dan olahraga, masing-masing cuma naik 0,11 poin dan
0,24 poin. Sebaliknya inflasi pada kelompok perumahan dan kesehatan justru
menurun, masing-masing 0,04 poin dan 1,19 poin. Sementara inflasi pada
kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau tidak mengalami perubahan.
Penurunan harga BBM pada bulan Januari 2009 sebesar 21,74 persen telah
berpengaruh terhadap penurunan tingkat inflasi pada kelompok bahan makanan
sebesar 2,05 poin dan penurunan pada inflasi kelompok transportasi dan
komunikasi sebesar 2,32 poin, kelompok perumahan 0,15 poin, dan kelompok
sandang sebesar 0,5 poin. Sebaliknya, inflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman dan tembakau, kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan dan
olah raga justru mengalami peningkatan. Fenomena pada bulam Juni 2013, juga
mengisyaratkan pengaruh perubahan harga BBM yang berpengaruh lebih
dominan terhadap inflasi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok
transportasi dan komunikasi.
32
33
34
dan Kilang Balongan. Pertimbangan lainnya adalah adanya excess produksi BBM
subsidi akibat kebijakan pembatasan tersebut.
Tabel 5. Produksi Kilang Minyak Pertamina
Dengan ketersediaan infrastruktur kilang nasional saat ini, produksi BBM oleh
nasional baru dapat memenuhi sekitar 56% kebutuhan BBM nasional. Ditambah
dengan teknologi kilang yang sudah tua mengakibatkan efisiensi kilang semakin
lama semakin menurun. Diperkirakan jika kondisi kilang minyak nasional tidak
ada perbaikan dan penambahan kapasitas kilang baru, dengan asumsi
pertumbuhan
kebutuhan BBM 4% per tahun, pada tahun 2015 Indonesia akan mengalami
defisit BBM hingga mendekati 50% dari total kebutuhan nasional. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM
semakin besar dan cenderung merugikan Indonesia mengingat harga BBM impor
yang dibeli oleh Indonesia dalam hal ini Pertamina merupakan harga spot yang
banyak dipengaruhi oleh aksi spekulan.
Kini Indonesia kembali merencanakan pembangunan dua kilang minyak baru
dengan kapasitas masing-masing 300.000 bph, yaitu Kilang Balongan Baru
Indramayu ditargetkan beroperasi 2017 dan Kilang Tuban, ditargetkan beroperasi
2018. Dengan dibangunnya dua kilang baru tersebut, akan memberikan
tambahan produksi BBM sebesar 17,89 juta KL yang terdiri dari premium 7,79
juta KL, solar 7,23 juta KL, dan avtur sebesar 2,87 juta KL. Selain dua kilang
tersebut, Pemerintah juga berencana untuk membangun kilang sendiri dengan
menggunakan dana APBN dengan kapasitas 300 MBCD dimulai pada tahun 2012
dan diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2019.
Selain penambahan kilang, Pertamina juga berencana melakukan refurbishment
kilang untuk meningkatkan kualitas produksi, antara lain refurbishment Kilang
Plaju, kero treater Kilang Dumai-BLPP untuk pengalihan minyak tanah menjadi
avtur, penambahan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Kilang CilacapProyek Langit Biru Cilacap (PLBC), bottom upgrading BLPP Kilang Balikpapan,
dan revamping Kilang Dumai. Melalui refurbishment Kilang Plaju Pertamina
35
mentargetkan penambahan produksi premium sebesar 120 ribu KL, dan avtur
2,61 juta KL melalui proyek kero treater Kilang Dumai pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 akan terdapat penambahan produksi Premium 1,9 juta KL melalui
proyek RFCC Kilang Cilacap. Dan pada tahun 2017 melalui proyek bottom
upgrading Kilang Balikpapan dan revamping Kilang Dumai akan menambah
produksi premium sebesar 1,23 juta KL, minyak tanah 470 ribu KL, solar 2,26
juta KL, dan avtur 480 ribu KL.
36
Kondisi yang bertolak belakang antara kinerja produksi dan konsumsi minyak,
pada akhirnya membuat Indonesia mengalami defisit minyak. Hal ini mulai
terjadi pada tahun 2004 di mana Indonesia mengalami defisit minyak sekitar 5
juta ton, kemudian terus merangkak naik hingga tahun 2012 yang mengalami
defisit 27 juta ton. Konsekuensi defisit sudah dapat dipastikan bahwa Indonesia
harus impor baik dalam bentuk minyak mentah maupun hasil olahan (bensin,
diesel, dan kerosene). Ketika impor, otomatis juga dapat berdampak pada neraca
perdagangan Indonesia.
37
38
39
Kebanyakan proses produksi minyak Indonesia terkonsentrasi di cekungancekungan yang ada di wilayah barat negara ini. Namun, karena hanya sedikit
penemuan minyak baru yang signifikan di wilayah Barat ini, Pemerintah telah
mengubah fokusnya ke wilayah Timur Indonesia. Kendati begitu, cadangan
minyak yang terbukti di seluruh negara ini telah turun dengan cepat menurut
sebuah publikasi dari perusahaan minyak BP. Di 1991 Indonesia memiliki 5,9
miliar barel cadangan minyak terbukti namun jumlah ini telah menurun menjadi
3,7 miliar barel pada akhir 2014. Sekitar 60% dari potensi ladang minyak baru
Indonesia berlokasi di laut dalam yang membutuhkan teknologi maju dan
investasi modal yang besar untuk memulai produksi.
40
mengimpor 8,8 juta kiloliter. Produksi Premium dari kilang Pertamina hanya 10,9
juta kiloliter sementara kebutuhan Premium nasional sebesar 19,7 juta kiloliter.
Untuk BBM jenis solar Pertamina akan mengimpor 6,3 juta liter untuk menutupi
kekurangan produksi kilang domestik yang sebesar 16,7 juta kiloliter. Kebutuhan
Solar nasional adalah sebesar 22 juta kilo liter.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi serta populasi dengan segala aktivitasnya
akan meningkatkan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi.
Peningkatan kebutuhan energi tersebut harus didukung adanya pasokan energi
jangka panjang secara berkesinambungan, terintegrasi, dan ramah lingkungan.
Pasokan energi diusahakan berasal dari sumber energi dalam negeri dan dari
impor dari negara lain apabila pasokan energi dalam negeri tidak mencukupi.
Mengingat potensi sumberdaya minyak bumi dan kemampuan kapasitas kilang
di dalam negeri yang terbatas maka perlu dicarikan bahan bakar alternatif untuk
substitusi BBM.
Pemanfaatan sumber energi terbarukan menjadi solusi pemenuhan kebutuhan
energi yang semakin lama semakin besar di masa mendatang. Sumber daya
energi terbarukan memiliki keunggulan, yakni dapat diproduksi dalam waktu
relatif tidak lama dibandingkan dengan sumber energi tak terbarukan. Namun,
sumber daya terbarukan selama ini belum dimanfaatkan secara optimal di
Indonesia.
Terkait dengan krisis energi bahan bakar yang akan dialami Indonesia sekitar 2030 tahun mendatang, maka untuk mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian minyak bumi, pengembangan bahan bakar nabati menjadi salah satu
alternatif solusi untuk mengatasi krisis energi di masa datang. Kebutuhan akan
minyak bumi di Indonesia mencapai 1.300.000 barel/hari, sementara cadangan
yang dimiliki hanya sebesar 900.000 barel/hari. Jadi, setiap harinya perlu
tambahan sekitar 400.000 barel untuk pemenuhan kebutuhan minyak bumi.
Pengembangan energi alternatif, bisa meminimalisir kemungkinan terjadinya
krisis energi di masa datang. Sejalan dengan permasalahan tersebut,
pemerintah melalui Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 telah mengeluarkan
kebijakan energi nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan
terjaminnya pasokan energi dalam negeri. Kebijakan utama meliputi penyediaan
energi yang optimal, pemanfaatan energi yang efisien, penetapan harga energi
ke arah harga keekonomian dan pelestarian lingkungan. Kebijakan utama
tersebut didukung dengan pengembangan infrastruktur, kemitraan dunia usaha,
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan penelitian. Kebijakan energi
nasional ini juga memuat upaya untuk melakukan diversifikasi dalam
pemanfaatan
energi.
Usaha
diversifikasi
ini
ditindaklanjuti
dengan
dikeluarkannya Instruksi Presiden No.1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain (Sugiono,
2005). Pengembangan dalam pemanfaatan biofuel menjadi lebih menarik
dengan semakin meningkatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai
41
US$70 per barel pada akhir tahun 2005. Berdasarkan road map biofuel pada
Blueprint Pengelolaan Energi Nasional, Indonesia ditargetkan mampu
mensubstitusi minyak solar dengan biodiesel sebanyak 2% pada tahun 2010, 3%
tahun 2015 dan 5% tahun 2025 serta mensubstitusi bensin dengan bioethanol
(gasohol) sebanyak 2% pada tahun 2010, 3% tahun 2015 dan 5% tahun 2025
(DESDM (2005) Blueprint Pengelolan Energi Nasional 2005-2025, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral). Penggunaan energi final dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini.
42
43
44
Pada saat ini usaha pertanian yang semakin intensif memerlukan masukan baik
berasal dari energy fossil (minyak bumi) yang tidak dapat diperbarui maupun
energi yang dapat diperbarui. Produk-produk seperti pupuk, obat, alat mesin
pertanian hampir semuanya diproduksi dengan input energi minyak bumi.
Prosesing hasil pertanian dalam pengeringan, pengolahan, pendinginan/
pembekuan, semuanya bergerak dengan sumber energi fossil atau minyak bumi.
Isu penting tentang energi yang perlu dihadapi terbagi dalam tiga hal : yaitu (a)
bagaimana mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak sebagai
sumber utama energi pertanian (b) bagaimana mengembangkan sistem usaha
tani yang semakin berorientasi pada organic Farming dan (c) bagaimana
mendorong penelitian teknologi yang mengarah pada pengembangan
seluasluasnya bio-energi atau energi yang dapat diperbaharui. Kendala dalam
menghadapi dan menjawab isu-isu tersebut antara lain adalah :
a) Sebagian bahan pertanian diproses untuk pangan dan hasil-hasil utama yang
lain, karena itu ada kompetisi antara memproduksi pangan dan
memproduksi bio-energi. Pada saat ini konsentrasi pengolahan bahan
pertanian masih pada produk utama, sedangkan hasil samping (by product),
belum banyak tersentuh untuk proses yang dapat menghasilkan bio-energi.
Salah satu penyebabnya adalah karena tuntutan pengadaan pangan lebih
utama dan lebih strategis.
b) Sumber Daya Manusia, terutama di tingkat pedesaan masih berkonsentrasi
pada kepentingan produksi dan belum banyak yang menyentuh pada proses
pasca produksi atau industrialisasi hasil pertanian.
Alasan yang perlu dikemukakan mengapa energi terbarukan menjadi sangat
penting adalah karena :
a) Aspek Eksternal; adanya tekanan-tekanan global yang berkaitan dengan
lingkungan.
45
b) Aspek Internal: kenyataan bahwa bahan bakar fossil yang semakin sedikit,
sementara sumber enegri terbarukan yang melimpah, dan perlunya
pembangunan berkelanjutan (Panggabean, 2001)
Aspek Eksternal
Lebih jauh Panggabean ( 2001) menyebutkan diantara lima gas yang diproduksi
dari proses polusi efek rumah kaca, CO2 dan CH4 adalah yang paling dominan.
Gas CO2 dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak
bumi, gas alam dan batubara, sedangkan CH4 dihasilkan oleh kegiatan
pertanian. Polusi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil itu
sebagian besar (50% - 60%) dihasilkan oleh pembangkit listrik. Seluruh dunia
sedang berusaha untuk mencegah pemanasan global ini dengan cara yang
sesuai bagi negaranya, antara lain dengan mengganti proses produksi listrik
dengan menggunakan pembangkit-pembangkit yang tidak mengeluarkan CO2
atau yang mengeluarkan gas CO2 lebih kecil dibandingkan dengan yang ada
sekarang. Indonesia mempunyai peluang untuk berpartisipasi melalui
penggantian cara produksi listrik dengan memanfaatkan sumber Energi
Terbarukan skala kecil (mini-hydro dan micro-hydro), energi surya, energi
biomasa (limbah pertanian/perkebunan) dan energi angin untuk skala kecil (< 10
MW), dan juga energi panas bumi untuk skala yang lebih besar.
Aspek Internal
Penggunaan energi listrik di Indonesia pada saat ini didasarkan pada minyak
bumi, gas alam, batubara, energi hidro dan panas bumi, masing-masing 9
dengan kapasitas (dalam MW): 6389, 8170, 4790, 3024 dan 770. Namun
demikian dengan keterbatasan kemampuan pelayanan dan jangkauan distribusi,
hampir kurang lebih 26 juta rumah tangga (43.2%) di Indonesia belum
menikmati listrik, yang sebagian besar berada di pedesaan (PRESSEA, 2002,
Panggabean 2001). Krisis ekonomi telah membawa dampak mahalnya energi
listrik bagi sebagaian besar masyarakat karena subsidi mulai dikurangi bahkan
dihapus. Oleh karena itu, pemikiran kearah penggalian sumber sumber energi
baru dan energi terbarukan (renewable energy), menjadi agenda riset yang
semakin penting, baik karena masalah eksternal maupun internal. Manfaat dan
dampak pengembangannya akan menjadi sangat nyata bagi pemulihan ekonomi
jangka panjang yang memerlukan investasi kebijakan dan infrastruktur
memadai.
46
ke tempat lain. Rata rata tingkat insolasi adalah 4.5 kw/m2/hari di bagian
Timur Indonesia. Namun sayangnya, sampai saat ini belum terdapat peta
radiasi sinar matahari yang akan menjadi dasar bagi pengembangan
teknologi energi.
Berbeda dengan Thailand dengan situasi yang hampir mirip dengan
Indonesia, negara ini telah memiliki peta radiasi sinar matahari dengan
menggunakan citra satelit yang dikumpulkan selama 6 tahun (19931998), dan data dikumpulkan melalui satelit bumi ( Pressea, 2003). Data
tersebut digunakan untuk mengembangkan model fisik guna
memperkirakan rata-rata radiasi sinar matahari pada setiap inteval
waktu dan lokasi di seluruh wilayah Thailand.. Informasi seperti ini
seharusnya dimiliki oleh Indonesia untuk mengembangkan hal yang
sama sesuai dengan kondisi wilayah yang diinginkan.
b) Bio Energi
Istilah Bio-energi sangat erat dengan Bio-masa, yang intinya adalah
merupakan konversi bio-masa kepada panas, cair, atau bahan bakar gas.
Bioenergi
dipertimbangkan
sebagai
alternatif
tersedia
untuk
mengantisipasi kekurangan pasokan bahan bakar minyak. Bio-masa
tersebut dapat berbentuk sebagai bahan tanaman dan pepohonan,
bahan pangan dan pakan, sisa atau limbah tanaman dan hewan, kayu
dan limbahnya, tanaman aquatic, limbah kota dan bahan limbah lainnya.
(EREN, 2001). Semua aspek yang berkaitan dengan teknologi
penanganan, pengumpulan, penyimpanan dan prasarana adalah aspek
penting dari rantai sumber bio-masa. Beberapa bentuk pengembangan
atau penggunaan energi bio-masa adalah sebagai berikut :
BioGas
Biogas diproduksi dari limbah, manusia, hewan atau bahan pertanian
lain (sekam) yang dapat berupa bahan bakar yang bersih. Jika
dikembangkan secara terencana dan terpadu (contoh Crop Livestock
System) dapat memberikan kontribusi yang baik.
Briket Arang
Pengembangan Briket Arang dari kayu, tempurung kelapa, sisa
bahan kelapa sawit, sekam dan limbah dan hasil pertanian lainnya,
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui, termasuk dalam
hal ini adalah pengembangan pengering berbahan bakar sekam (rice
husk stove), dan charcoal yang memiliki potensi komersial yang
tinggi.
Biofuels
Bahan bakar dengan basis sumber biomasa sangat dimungkinkan
seperti contoh adalah : ethanol, methanol, bio-diesel, bahan gas
seperti hydrogen dan methane. Sebagai negara penghasil produk
pertanian dan sumber daya lahan yang masih cukup potensial,
peluang tersebut dapat diusahakan.
c) Energi Air dan Angin
47
Angin dan air juga dapat dipakai sebagai energi alternatif dengan
mengkonversikannya menjadi energi listrik atau energi mekanik. Kincir
air dapat ditemui di beberapa tempat di Sumatera Barat sebagai sumber
penggerak penggilingan padi, atau untuk keperluan irigasi. Namun
manajemen lingkungan dan perubahan teknologi telah menggeser
kedudukan teknologi indigenous ini dengan teknologi ber bahan bakar
minyak. Suatu tekanan lingkungan menyebabkan berubahnya
kemampuan untuk menyediakan energi secara alami yang bebas polusi
dan investasi pemeliharaan sehingga memutus rantai keberlanjutan di
tingkat pedesaaan.
48
Berbalik dengan ketersediaan minyak bumi yang mulai menipis di muka bumi
karena explorasi yang dilakukan secara tak terkendali. Namun tidak dapat
dipungkiri juga bahwasanya minyak bumi merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia bahkan sector industry, dan sangat penting
juga untuk menjaga peradaban manusia di jaman industrialisasi ini, sehingga
minyak bumi ini menjadi perhatian serius bagi banyak pemerintah di berbagai
Negara. Saat ini minyak bumi masih menjadi sumber energy terbesar di banyak
kawasan di dunia, dengan persentase bervariasi mulai dari yang terendah.
Minyak Bumi sebagian besar digunakan untuk memproduksi bensin dan minyak
bakar, keduanya merupakan sumber "energi primer" utama. 84% dari volume
hidrokarbon yang terkandung dalam minyak Bumi diubah menjadi bahan bakar,
yang di dalamnya termasuk dengan bensin, diesel, bahan bakar jet, dan elpiji.
Minyak Bumi yang tingkatannya lebih ringan akan menghasilkan minyak dengan
kualitas terbaik, tapi karena cadangan minyak ringan dan menengah semakin
hari semakin sedikit, maka tempat-tempat pengolahan minyak sekarang ini
semakin meningkatkan pemrosesan minyak berat dan bitumen, diikuti dengan
metode yang makin kompleks dan mahal untuk memproduksi minyak. Karena
minyak Bumi tyang tingkatannya berat mengandung karbon terlalu banyak dan
hidrogen terlalu sedikit, maka proses yang biasanya dipakai adalah mengurangi
karbon atau menambahkan hidrogen ke dalam molekulnya. Untuk mengubah
molekul yang panjang dan kompleks menjadi molekul yang lebih kecil dan
sederhana, digunakan proses fluid catalytic cracking. Karena mempunyai
kepadatan energi yang tinggi, pengangkutan yang mudah, dan cadangan yang
banyak, minyak Bumi telah menjadi sumber energi paling utama di dunia sejak
pertengahan tahun 1950-an. Minyak Bumi juga digunakan sebagai bahan
mentah dari banyak produk-produk kimia, farmasi, pelarut, pupuk, pestisida, dan
plastik; dan sisa 16% lainnya yang tidak digunakan untuk produksi energi diubah
menjadi material lainnya.
Cadangan minyak yang diketahui saat ini berkisar 190 km3 (1,2 triliun barrel)
tanpa pasir minyak, atau 595 km3 (3,74 triliun barrel) jika pasir minyak ikut
dihitung. Konsumsi minyak Bumi saat ini berkisar 84 juta barrel (13,4106 m3)
per harinya, atau 4.9 km3 per tahunnya. Dengan cadangan minyak yang ada
sekarang, minyak Bumi masih bisa dipakai sampai 120 tahun lagi, jika konsumsi
dunia diasumsikan tidak bertambah.
Kebutuhan global akan minyak pada tahun 2008 yang lalu telah mencapai
sekitar 87,1 juta barel per hari. Angka ini meningkat cukup drastis dan
merupakan rekor tertinggi dalam kurun waktu hampirsatu dekade ini. Padahal,
pada tahun 2000, kebutuhan minyak dunia hanya sebesar 75,4 juta per barel per
hari. Artinya, hanya kurun waktu delapan tahun terjadi peningkatan sebesar 11,7
juta barel atau tumbuh rata-rata 1,93%.
49
Bahkan ketika harga minyak dunia melesat ke rekor tertinggi pada tahun 2008
yang lalu, 147 dolar/barel, konsumsi minyak dunia menunjukkan peningkatan
sebesar 1,6 juta barel dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa minyak dunia masih kokoh menempati urutan teratas dalam daftar
penyedia (supplier) kebutuhan energi di dunia. Minyak bumi masih tak
tergantikan oleh sumber energi lainnya kendati pun saat ini telah muncul
beberapa energi terbarukan (renewable energy) seperti biofuel, nuklir, panas
bumi (geothermal), biomass, dan sebagainya.
Menurut data terbaru dari IFR Report, Economist 2008, dalam rentang tahun
2005 2030 diperkirakan kebutuhan minyak akan tumbuh sebesar 1,4% per
tahun. Sebenarnya, prediksi angka pertumbuhan ini jika dibandingkan dengan
angka pertumbuhan sumber energi lainnya seperti gas, masih lebih rendah.
Akan tetapi, dalam proporsi penggunaan minyak sebagai energi di dunia, masih
jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber energi lainnya.
Pada tahun 2005, minyak memegang kendali sebesar 39,2% dari total
kebutuhan energi di dunia. Proporsi ini jauh di atas gas (23,0%), bahan padat
(27,6%), bahkan energi terbarukan (10,2%) sekalipun. Dua dekade mendatang,
lebih tepatnya pada tahun 2030, diperkirakan proporsi minyak sebagai sumber
energi akan mengalami penurunan menjadi sekitar 36,5% dari total kebutuhan
energi di dunia. Sedangkan proporsi gas naik menjadi 27,4%, bahan padat turun
menjadi 26,8%, dan energi terbarukan justru diperkirakan turun ke angka 9,2%.
Hal ini menggambarkan situasi bahwa sampai dengan tahun 2030, minyak
masih menjadi primadona sumber energi.
World Economic Review 2007, Prior Statistics 2008 melaporkan bahwa sektor
transportasi dan industri menjadi penyumbang terbesar untuk kebutuhan
minyak dunia dengan pertumbuhan rata-rata 1,2% per tahunnya sampai dengan
tahun 2030. Dan yang perlu dijadikan catatan adalah negara-negara di kawasan
Asia-Pasifik dan Asia Selatan memberikan porsi terbesar yaitu 58% dari total
peningkatan kebutuhan minyak dunia. Hal ini mengingat di kawasan tersebut
terdapat negara-negara berkembang dengan populasi penduduk yang sangat
besar seperti Indonesia, India, Vietnam, serta negara maju seperti China yang
konsumsi minyaknya menempati urutan ketiga di dunia.
Populasi penduduk yang besar dan masalah transportasi massal yang belum
memadai di beberapa negara berkembang tersebut menyebabkan jumlah
kendaraan pribadi berbahan bakar minyak terus meningkat setiap tahunnya.
Pada akhirnya menyebabkan konsumsi minyak dunia juga mengalami
peningkatan.
Lalu, bagaimana dengan jumlah cadangan minyak dunia saat ini? Berdasarkan
World Energy Report, OPEC Report 2008, cadangan minyak mentah terbukti di
dunia (world proven crude oil) berada pada posisi 1.195.318 juta barel, dimana
sebagian besar berada di negara-negara yang tergabung dalam OPEC. Cadangan
50
negara-negara tersebut mencapai 927.146 juta barel atau sekitar 77,6% dari
total cadangan minyak mentah terbukti di dunia. Arab Saudi merupakan negara
yang mempunyai cadangan minyak bumi (oil reservoir) terbesar yaitu 264,3
miliar barel. Berbeda jauh dengan Indonesia (ketika laporan tersebut dibuat,
Indonesia masih merupakan anggota OPEC) yang berada di posisi kedua
terbawah dari 25 negara yang tercatat memiliki cadangan minyak bumi, dengan
kandungan minyak bumi sebesar 4,4 miliar barel. Berikut adalah grafik yang
menunjukkan besarnya konsumsi minyak dunia
51
52
53
Pada langkah ini bahan bakar yang telah bercampur dengan udara
dihisap oleh mesin. Pada langkah ini katup hisap (intake valve) membuka
sedang katup buang (exhaust valve) tertutup, sedangkan piston
bergerak menuju TMB sehingga tekanan dalam silinder lebih rendah dari
tekanan atmosfir. Dengan demikian maka campuran udara dan bahan
bakar akan terhisap ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi (compression stroke)
Pada langkah ini kedua katup baik intake maupun exhaust tertutup dan
piston bergerak dari TMB ke TMA. Karena itulah maka campuran udara
dan bahan bakar akan terkompresi, sehingga tekanan dan suhunya akan
meningkat. Beberapa saat sebelum piston mencapai TMA terjadi proses
penyalaan campuran udara dan bahan bakar yang telah terkompresi
oleh busi (spark plug). Pada proses pembakaran ini terjadi perubahan
energi dari energi kimia menjadi energi panas dan gerak.
3. Langkah Ekspansi (expansion stroke)
Karena terjadi perubahan energi dari energi kimia menjadi energi gerak
dan panas menimbulkan langkah ekspansi yang menyebabkan piston
bergerak dari TMA ke TMB. Gerakan piston ini akan mengakibatkan
berputarnya poros engkol sehingga menghasilkan tenaga. Pada saat
langkah ini kedua katup dalam kondisi tertutup.
4. Langkah Buang (exhaust stroke)
Pada langkah ini piston bergerak dari TMB ke TMA, sedangkan katup
buang terbuka dan katup isap tertutup, sehingga gas sisa pembakaran
akan terdorong keluar melalui saluran buang (exhaust manifold) menuju
udara luar.
54
Siklus udara volume konstan atau siklus otto adalah proses yang ideal. Dalam
kenyataannya baik siklus volume konstan, siklus tekanan konstan dan 11 siklus
gabungan tidak mungkin dilaksanakan, karena adanya beberapa hal sebagai
berikut:
1. Fluida kerja bukanlah udara yang bisa dianggap sebagai gas ideal, karena
fluida kerja di sini adalah campuran bahan bakar (premium) dan udara,
sehingga tentu saja sifatnya pun berbeda dengan sifat gas ideal.
2. Kebocoran fluida kerja pada katup (valve), baik katup masuk maupun katup
buang, juga kebocoran pada piston dan dinding silinder, yang menyebabkan
tidak optimalnya proses.
3. Baik katup masuk maupun katup buang tidak dibuka dan ditutup tepat pada
saat piston berada pada posisi TMA dan atau TMB, karena pertimbangan
dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian ini dapat
diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan
besarnya beban dan kecepatan torak.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, saat torak berada di TMA tidak
terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan
tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran
campuran udara dan bahan bakar dalam silinder.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu untuk perambatan nyala apinya,
akibatnya proses pembakaran berlangsung pada kondisi volume ruang yang
berubah-ubah sesuai gerakan piston. Dengan demikian proses pembakaran
harus dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA
dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah TMA menuju TMB. Jadi
proses pembakaran tidak dapat berlangsung pada volume atau tekanan
yang konstan.
6. Terdapat kerugian akibat perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida
pendingin, misalnya oli, terutama saat proses kompresi, ekspansi dan waktu
gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin.
7. Adanya kerugian energi akibat adanya gesekan antara fluida kerja dengan
dinding silinder dan mesin
8. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam
silinder ke atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tidak dapat dimanfaatkan
untuk kerja mekanik.
15. Kesimpulan
55
56
Sejak awal pemerintahan Orde Baru hingga di era Reformasi sekarang ini,
perkembangan ekonomi Indonesia tampaknya selalu dipengaruhi oleh
gejolak harga bahan bakar minyak (BBM) dunia. Selama periode pertama,
fluktuasi harga minyak dunia berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, pada periode kedua ini, gejolah kenaikan harga minyak tersebut
cenderung berpengaruh pada tingkat inflasi.
57
Motor atau mesin bensin atau sering disebut mesin otto adalah salah satu
jenis mesin pembakaran dalam yang menggunakan percikan bunga api
listrik dari busi untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar di
dalam ruang bakar. sehingga mesin bensin juga dikenal dengan istilah mesin
penyalaan cetus api (spark ignition engine). Mesin ini dirancang dengan
bahakan bakar bensin (gasoline) atau yang sejenisnya.
58