Anda di halaman 1dari 15

Herpes Zooster

Oleh : Jajang Badrujaman


Pembimbing : dr. Agung Mudapati, Sp.A

Definisi
Adalah penyakit infeksi akut menular,
disebabkan oleh Varicella Zooster Virus
(VZV), yang menyerang kulit dan mukosa,
dan ditandai dengan adanya vesikel.

Varicella Zooster Virus


(VZV)
Penyebab varicella dan herpes zooster.
Termasuk kelompok herpes virus
Berkapsul : 150 200 nm
Inti disebut kapsid yang berbentuk ikosahedral
Inti : Protein dan DNA berantai ganda
Protein tegument untuk replikasi virus

Bentuk garis
Disusun 162 isomer
Sifat infeksius

VZV melekat pada heparin sulfate proteoglycan


pada permukaan sel dan berikatan dengan reseptor
sebelum memasuki sel.

Epidemiologi
Terutama menyerang anak <10 th
75% ada riwayat tertular
Cara penularan ; sekret saluran pernafasan,
percikan ludah, kontak dengan lesi cairan
vesikel, pustula, dan secara transplasental.
Masa inkubasi 14 21 hari
Pasien sangat infektif sekitar 24-48 jam
sebelum lesi kulit timbul sampai lesi
menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari.

Patogenesis
Hari 1 : VZV masuk kedalam tubuh menusia
melalui mukosa traktus respiratorius.
Hari 4-6 : Mengalami multiplikasi awal
kemudian menyebar kepembuluh darah dan
saluran limfe : Viremia Primer.
Hari 7-14 : virus dapat bertahan dari respon
imunologi non spesifik sehingga jumlah
virus makin banyak : Viremia Sekunder
Hari 14-21 : Lesi awal : Demam dan malaise

Gejala klinis
Stadium Prodromal
10-21 hari : demam 1-3 hari, menggigil, nyeri kepala,
anoreksia, dan malaise.
Stadium Erupsi
a. 1-2 hari muncul ruam kulit di daerah dada dan
punggung.
Penyebaran dari pusat ke perifer. khas -> polimorfi,
berkelompok
segmental
unilateral
b. Dalam waktu 8-12 jam didapatkan berbagai bentuk lesi
c. Penyulit : infeksi sekunder dapat terbentuk jaringan
parut.

Komplikasi Varicella
Zooster
Neurologic
Posttherapic neuralgia (PHN)
Cranial neuritis
meningioensefalitis
tranverse myelitis
Ophtalmic

Keratitis
Iritis
Renitis
Visual impairment
Visceral
Pneumonitis
Hepatitis

Laboratorium
Umumnya pemeriksaan lab tidak diperlukan
lagi, namun jika diperiksa ;
1. 3 hari pertama terjadi leukopenia diikuti
leukositosis (tanda infeksi sekunder akibat
bakteri).
2. IgA dan IgM dapat dideteksi pada hai pertama
dan kedua pasca ruam.
3. Isolasi virus (3-5)hari dan px serologi :
imunoflouresensi untuk komfirmasi diagnosis.
4. Apusan tzanck berupa gambaran
mononucleated giant cell

Diagnosa
Dapat ditegakan secara klinis dg gambaran
lesi kulit yg khas.
Muncul setelah masa prodromal singkat dan
ringan.
Lesi berkelompok dibagian sentral.
Perubahan lesi yg cepat dari makula,
vesikula, pustula hingga krusta.
Terdapatnya semua tingkatan lesi dalam
waktu dan tempat yg sama.
Terdapat lesi mukosa mulut.

Diagnosa Banding
Hand-foot-mouth desease (intradermal balloning
dan degenerasi retikular keratinosit).
Herpes zooster generalisata (lebih sering pada
dewasa, riwayat cacar air sebelumnya, ruam sejajar
dermatom, nyeri hebat).
Herpes Simplex (lesi berkelompok dan nyeri hebat
dan px serologis).
Dermatitis Kontak ( Riw. Kontak dengan bahan
irirtan.
Impetigo ( Tak ada vesikel klasik, lebih sedikit ruam,
lesi perioral/perifer, vesikel dan bula cepat pecah
dan menjadi krusta.

Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Isolasi untuk mencegah penularan
Bila demam, kompres dengan air hangat
Upayakan agar vesikel tidak pecah : gunakan
bedak salicyl.
Jangan menggaruk vesikel
Kuku dipotong

Penatalaksanaan
Farmakologi
Simptomatik :
1. Antipiretik : k/p.
2. Antihistamin
3. analgetik
4. Bedak kocok (lotio calamine) untuk mengurangi gatal.
5. Pemberian asiklovir diberikan 24 jam pertama (tidak >72
jam).
Neonatus : 500 mg/kgBB tiap 8 jam, selama 10 hari
Anak : (2-12)th 20 mg/kgBB (maks. 800 mg) 4-5 x sehari selama
5-10 hari
Dewasa 5x800 mg selama 7 hari.
6. Antibiotik topikal (mengurangi ruam infeksi) contohnya salep
kloramfenikol 2%.

Prognosis dan Pencegahan

Umumnya baik

Vaksin herpes zooster


Kontrandikasi vaksin herpes zooster : pasien
yg dapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, kemoterapi, dan terapi radiasi.

Anda mungkin juga menyukai