Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR TIKUS

Kehidupan Vektor, Pengaruh Terhadap Kesehatan dan Pendendalian Vektor


Tikus

Kelompok 5 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dian
Lina
Mukriah
Nana
Santomo
Sarmina
Sri Ayu

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS WIRALODRA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena


berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul penyakit
yang di sebabkan oleh tikus. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah pengendalian vector tikus. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Indramayu,

Oktober 2015

Kelompok 5

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tikus biasanya lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak
benda-benda digudang dan hewan penganggu yang menjijikan diperumahan.
Pada dasarnya hewan ini membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai
penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Penyakit yang ditularkan
dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus,
bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia
secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya
(kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Definisi Pengendalian Hama Tikus (PHT)
Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara ekonomi dan
berkelanjutan yang meliputi berbagai pengendalian yang kompatibel dengan
tujuan memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak sekecil-kecilnya.
Perkembanganbiakan tikus sangat cepat, umur 1 - 5 bulan sudah dapat
berkembangbiak, setelah hamil 21 hari setiap ekor dapat melahirkan 6 - 8 ekor
anak, 21 hari kemudian pisah dari induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat
melahirkan 4 kali.

Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 150 jenis tikus, kira-kira 50 jenis
masuk dalam genus Bandicota, Rattes dan Mus. Klasifikasi tikus sawah yaitu :
Ordo : Rodentia, Famili : Myomorpha, Genus : Rattus, Spesies : Rattes
ArgentiventerWarna punggung coklat muda bercak hitam, perut dan dada putih
keabu-abuan, Tikus betina mempunyai 12 puting susu (6 pasang) yang terletak
dibagian dada (3 pasang) dan dibagian perut (3 pasang)

Fakta tentang Tikus


- Vektor penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (pes) , thypus, cacing,
dll.
- Merusak bahan makanan dan perlatan.
- Menjijikan dan membuat tidak nyaman

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leptospirosis

Sebenarnya adalah penyakit pada binatang yang bisa menjangkiti manusia


juga (zoonosis). Sering dianggap sebagai penyakit pasca banjir karena sering
muncul setelah banjir, atau di daerah-daerah sehabis kebanjiran. Meskipun
masyarakat kita belum lama mengenal leptospirosis, setelah timbul wabah di
beberapa kota yang kebanjiran beberapa waktu yang lalu, tetapi sebenarnya ini
bukan penyakit baru.

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat


ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis
dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit
Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Canecutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam
Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan tifus
anjing.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil
dengan

gejalapanas tinggi

disertai

beberapa

gejala saraf serta

pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh
Goldsmith (1887) disebut sebagai Weils Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil
membuktikan bahwa Weils Disease disebabkan oleh bakteriLeptospira
icterohemorrhagiae. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang bersifat umum
pada berbagai spesies hewan peliharaan. Leptospirosis juga ditemukan pada
berbagai hewan liar, terutama pada binatang pengerat, yang biasanya berlaku
sebagai hewan pembawa penyakit.

2.2 Plague/pes

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri
Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla
cheopis. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang
yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu
yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu
pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur
penderita yang terbawa oleh udara.

2.3 Sindrom hantavirus paru (HPS)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang


ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia
bisa terkena penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama
kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika
Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di dalam
dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi
hantavirus.

2.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh


bakteri moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau
goresan dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air yang
terkontaminasi dengan kotoran tikus. Salah satu penyakit berbahaya yang
disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam tidak
disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung
mempengaruhi manusia oleh mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan
air yang dikonsumsi oleh manusia.

2.5 Komponen-komponen yang dapat dipadukan dalam pengendalian tikus antara


lain :

(a)

Sanitasi Lingkungan,dilakukan dalam bentuk membersihkan rumah, semak-

semak dan rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan
lainnya. Dengan lingkungan yang bersih, tikus akan merasa kurang mendapat
tempat berlindung.

(b)

Fisik dan Mekanis,Usaha pengendalian secara fisik maupun mekanis

meliputi semua cara secara fisik langsung membunuh tikus seperti dengan
pukulan, diburu dengan anjing, menggunakan perangkap tikus, penggunaan pagar
plastik dan lain sebagainya. Cara pengendalian ini biasanya memberikan hasil
yang memuaskan.

BAB 3
PEMBAHASAN

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus
yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus)
yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model
yang penting dalam biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer.
Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan)
atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh
kontaminasi makanan dengan urin atau feses. Berikut macam macam
penyakityang disebabkan oleh tikus
3.1 Leptospirosis

Selama 1 Februari - 9 Maret 2004, telah dirawat 13 orang penderita


leptospirosis, tiga orang di antaranya meninggal. Gejala leptospirosis hampir
sama dengan DBD. Suhu badan panas selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala
dan otot pada betis serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.

I.

Apa Itu Lestospirosis

Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti


manusia juga, atau disebut zoonosis. Leptospirosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang
hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.
Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat
mati. Di dunia kedokteran veteriner, penyakit ini bukan asing lagi, bahkan telah
lama sekali dikenal. Vaksinasi hewan piaraan terhadap penyakit leptospirosis pun
telah rutin dilakukan.

II.

Sumber Penularan

Penyebabnya bakteri Leptospira. Kuman ini hidup dan berbiak di tubuh hewan.
Semua binatang dapat terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat
lainnya, selain binatang ternak. Binatang piaraan, dan hewan liar pun adakalanya
dapat terjangkiti pula. Leptospira yang telah diketahui dari aspek imunologiknya
banyak mempunyai serovars, sekitar 175 serovars. Di antara serovars sedikit saja
yang memiliki kekebalan silang. Infeksi oleh leptospira dapat oleh satu atau lebih
serovars. Pada binatang, serovars yang sering ditemukan adalah L. hardjo, L.
Pamona, L. grippotyphosa, L. Canicola, dan L. Ichterohaemorrhagiae. Masa tunas
leptospirosis sekitar 10 hari. Dua pekan sehabis banjir reda di Jakarta, saat korban
banjir membersihkan bekas endapan banjir, kasus leptospirosis muncul. Boleh
jadi kuman ada dalam air kotor yang disisakan banjir.

Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing,
domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak.
Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.

III.

Cara Penularan

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang
telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke
dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang
lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi
leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

IV. Gejala Klinis

1. Stadium Pertama

Demam menggigil

Sakit kepala

Malaise

Muntah

Konjungtivitis

Rasa nyeri otot betis dan punggung

Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

Gejala yang Kharakteristik

Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada


mata)

Rasa nyeri pada otot-otot

2. Stadium Kedua

Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita

Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama

Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan


terjadi

meningitis.

Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

V. Komplikasi Leptospirosis

Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6

Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal


jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.

Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.

Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran


pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata
(konjungtiva).

Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

VI. Pencegahan

Kuman leptospira mampu bertahan hidup beberapa bulan di air dan tanah,
tetapi mati oleh desinfektan, seperti lisol. Oleh karena itu, upaya lisolisasi
seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar
air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah
dan murah mencegah munculnya leptospirosis. Selain sanitasi sekitar rumah dan
lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu
bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang
9

piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari kontak
dengan kencing binatang piaraan.

Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu
berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai
sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Selalulah membasuh
tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang, dapur,
dan tempat-tempat kotor. Binatang piaraan yang terserang leptospirosis langsung
diobati, dan yang masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis berlaku
bagi binatang.

Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus


menerus. Jangan memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah.
Bahkan tikus rumah perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya. Demikian pula
jika terdapat binatang pengerat lain.

Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di peternakan, atau yang bergiat di
ranch. Kuda, babi, sapi, bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan binatang
liar lainnya yang mungkin singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika
kita sedang berburu, berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai.
Leptospirosis tidak menular langsung dari penderita ke penderita. Namun,
kencing binatang berpenyakit leptospirosis di air, makanan, dan tanah, yang
menjadi ajang penularan penyakit binatang ini terhadap tubuh manusia.
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Menyimpan
makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus. Mencucui tangan
dengan sabun sebelum makan. Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya
dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempattempat yang tercemar lainnya. Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap
leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain)
dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. Membersihkan tempattempat air dan kolam renang. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus. Melakukan desinfeksi terhadap tempattempat tertentu yang tercemar oleh tikus Meningkatkan penangkapan tikus.
10

VII Pengobatan

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati


dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan
turunannya (Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine. Bila
terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%, segera berobat ke dokter
terdekat.

VIII. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.

Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke


Puskesmas / UPK terdekat untuk mendapat pengobatan

IX. Sistem Kewaspadaan Dini

Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit


(SARS) ke Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta

X. Penanggulangan KLB

Penanggulangan
Leptospirosis

cenderung

KLB

dilakukan

meningkat

(per

pada

daerah

yang

jam/hari/minggu/bulan)

penderita
dengan

pengambulan darah bagi penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari
kasus indeks.

Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5


sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di
atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada
penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata
berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.

11

Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan


menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa
dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat
sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan.
(berbagai sumber/Idh)

3.2 PLAGUE/PENYAKIT PES

Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui
Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas,
Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui
pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat
245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk


dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan
tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease
( ICD ). Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui
beberapa kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans
human, pengamnilan dan pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan
Disponsible syringe, dan pengadaan metal life trap.

Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah


infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh
kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Pes Bubo

12

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh
dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan
pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo).
Pada pemeriksaan cairan bubo di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis
pestis).

2. Pes Pneumonik

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba
dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah. Pada
pemeriksaan sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis),
dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan darah untuk menemukan zat
antinya.

Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah


Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran
binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang
terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2
lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari
percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jenis- jenis plague dan
gejalanya pada manusia

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:

1. Bubonic plague

Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan
tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi.
Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi
13

cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang


menular pada orang lain.

2. Septicemic plague

Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan
di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah,
tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak
terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang
lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic
plague yang tidak diobati dengan benar.

3. Pneumonic plague

Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek,
sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling
berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara,
bisa juga merupakaninfeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic
plague yang tidak diobati dengan benar. Binatang yang dapat menjadi pembawa
plague. Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing,
anjing, kelinci, rusa, kambing dll.

Gejala plague pada kucing

Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada
mulut (sariawan), terdapat kotoran pada mata. Diagnosa plague Diagnosa
dilakukan dengan mengambil cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague)
dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14 hari.

a. Pengobatan plague

14

Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin,
Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif
mengobati plague. Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague. Diazepam
diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin biasanya diberikan apabila
terdapat gejala pembekuan darah.

b. Pencegahan plague

1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic


selambat2nya 7 hari setelah kontak dg penderita.

2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd


waktu kontak dg penderita plague

3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah
panas lainnya.

4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg


banyak terdapat sarang tikus.

5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.

6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman


utama terhadap kesehatan manusia beradab. Penyakit pes lebih daripada pespes di kemudian hari seperti misalnya kolera, cacar, demam kuning dan
influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai suatu penyakit infeksi yang
15

datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui pelabuhan laut
mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad
ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

3.3 Sindrom hantavirus paru (PS)

hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh
tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena
penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui
pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat.
Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di dalam dan
sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus.
maka gejala yang dapat diamati : diare, muntah, mual, dan kram perut.

3.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan
dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi
dengan kotoran tikus. Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh tikus
adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam tidak disebabkan oleh gigitan tikus
binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung mempengaruhi manusia oleh
mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang dikonsumsi oleh
manusia. Jika barang-barang makanan yang terkontaminasi yang digunakan oleh
manusia sengaja maka berbagai penyakit yang dialami manusia.

Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini :

16

1. Demam

2. Mual

3. Muntah

4. Sakit kepala

5. Nyeri di punggung dan sendi.


Mengurangi populasi tikus

untuk mengusir tikus dan tikus dari rumah dan sekitarnya. Untuk
menyingkirkan tikus dari rumah dan sekitarnya ada tikus repellents tersedia di
pasar. Itu selalu untuk lebih baik untuk lebih memilih ramah lingkungan
repellents tikus. Salah satu ramah lingkungan repellents tikus adalah semprotan
pembasmi alami yang tidak mengandung apapun unsur-unsur beracun dan dibuat
dari versi yang dipilih dari herbal organik alami.

Jenis tikus pengusir menghasilkan bau tubuh kucing dan menyebabkan


untuk menyingkirkan tikus sederhana. Ada juga pengusir tikus elektronik ramah
lingkungan yang memancarkan suara frekuensi tinggi dan kesusahan produk di
telinga tikus untuk menyingkirkan tikus dan tikus dari rumah-rumah. Semua
repellents tikus efektif untuk menyingkirkan tikus dan tersedia dengan harga
terjangkau di pasar.

17

PENGENDALIAN TIKUS (Rodentstop Service)


a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang
memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan
air, atau dari bawah saluran air. Kami akan merekomendasikan kepada
klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus untuk di-proofing/ditutup;
biasanya dengan jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi
factor penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi
tempat sarang tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan
oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk
jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap
trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus
dengan populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan
menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak
sensitive, seperti area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk
tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying
(mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan
konfigurasi penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi
dengan penempatan umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai
sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga
serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan
Rumah (housing), Mall, industri (pergudangan), RS, Hotel / Apartemen.

Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui


gigitan) atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus
atau oleh kontaminasi makanan

18

dengan urin atau feses. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh
tikus, Leptospirosis, plague/penyakit pes, Sindrom hantavirus paru (HPS), Ratgigitan demam (RBF).

19

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan

Tikus merupakan hama pengganggu dan perusak diberbagai aspek

seperti pertanian, kesehatan, dan keindahan.


penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (Pes), thypus,

cacing,dll.
Cara pengendalian tikus ada 3, yaitu : Profing infestation, Sanitation,

Treatment Tikus
Leptospirosis adalah penyakit pada binatang yang bisa juga

menjangkiti manusia (zoonosis).


Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan
bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea),

Xenopsylla cheopis
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan
oleh bakteri moniliformis Streptobacillus

4.2 Saran
Untuk menghindari sepsis akibat bakteri gram negatif, hendaknya kita
dapat menghindari trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
gram negatif.

20

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalahpengendalian-vektor-penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011

Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia.


http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor
%20Penyakit.pdf . diakses tanggal 4 maret 2011.

Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta


pengendalian anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solexun.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.

Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor


374/Mekes/PER/III/2010.tentang Pengendalian Vektor.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses
tanggal 4 maret 2011.

Arantina. 2008. Pes yang Mematikan Black Death.


http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/15/pes-yang-mematikan-blackdeath/. Diakses pada tanggal 18 November 2011.

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit


Kedokteran EGC.

Hamsafir, Evan.2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes.


http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaanpada-penyakit-pes.html. Diakses pada tanggal 19 November 2011.
21

Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Natadisastra, Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Soedarto. 2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Uniersity Press.

Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes.


http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakit-pes.html. Diakses pada
tanggal 17 November 2011.

Tamboyong, Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

WHO. 2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/. Diakses pada


tanggal 17 November 2011.

WHO. 2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/.


Diakses pada tanggal 17 November 2011.

22

23

Anda mungkin juga menyukai