Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................... 1


Lembar Pengesahan .................................................................................... 2
BAB I. DEFINISI............................................................................................. 3
BAB II. RUANG LINGKUP
1. Skrining Kasus .............................................................................. 5
2. Skrining Wilayah .......................................................................... 7
BAB III. TATA LAKSANA................................................................................. 8
BAB IV. DOKUMENTASI ............................................................................... 10

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. JANTUNG HASNA MEDIKA


NAMA

KETERANGAN

TANDA TANGAN

Pembuat
Dokumen
Authorized Person

Dr. Umar Basri

Direktur
Jantung
Medika

RS.
Hasna

TANGGAL

19 Desember
2015
19 Desember
2015
19 Desember
2015

BAB I
DEFINISI
Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk
menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa
dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
2

prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan


orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan.
Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage,
anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi
diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian
awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat.
Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga
meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan
terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan
untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien
awal di triage primer, antara lain :
1. Triage.
Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya
penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.

trauma/

2. Prioritas.
Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

dan

3. Survei primer.
Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
4. Survei sekunder.
Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi
yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin
parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir
dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
3

5. Pasien gawat darurat.


Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat (misalnya kanker stadium lanjut).
7. Pasien darurat tidak gawat.
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).
8. Pasien tidak gawat tidak darurat.
Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan
ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)
9. Kecelakaan (accident).
Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik,
mental, ataupun sosial.
Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
a. Mekanisme kejadian.
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena
efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).
b. Tempat kejadian.
Kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
Kecelakaan di sekolah.
Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya).
c. Waktu kejadian.
Waktu perjalanan (travelling/transport time).
Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.
10.Bencana.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

BAB II

RUANG LINGKUP

1. SKRINING KASUS.
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai
dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama
pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk
pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan
urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
a. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam
kondisi sebagai berikut:
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan bias menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan yang tepat secepatnya.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat.
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
b. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak
memerlukan pertolongan segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami
bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Susunan saraf pusat.


Pernafasan.
Kardiovaskuler.
Hati.
Ginjal.
Pankreas.

a.
b.
c.
d.

Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat


disebabkan oleh :
Trauma/cedera.
Infeksi.
Keracunan.
Degenerasi (failure).
5

e. Asfiksia.
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam
(excessive loss of water and electrolit).
g. Lain-lain.

jumlah

yang

besar

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk


didalam daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat
ditentukan oleh dokter yang menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan,
dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan
kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1) Di tempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit
Jantung Hasna Medika adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1) TBC dengan XDR / MDR.
2) Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
3) Gagal ginjal on HD.
4) CVA Hemorraghic peserta BPJS.
5) Kasus Orthopedi peserta BPJS.
6) HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
7) Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
8) Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS.
9) Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
10) Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
11) SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
12) Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.

b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau


menyetujui dirawat dokter lain atau asisten DPJP.
6

c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan


oleh pasien tidak ditunda pengadaannya.
d. Pasien BPJS dengan indikasi IRI.
2. SKRINING WILAYAH.
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat
asal rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat
pasien tiba di RS (IGD atau IRJ).

BAB III
TATA LAKSANA
Instalasi Gawat Darurat RS Jantung Hasna Medika yang
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam melaksanakan
kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan sebagai
7

penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan


prosedur sebagai berikut :
1. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :
a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
kriteria Glascow Coma Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan
kriteria sebagai berikut :
Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
Adanya suara tambahan.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan
menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi
kegawatan sistem pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun
tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi
darah (circulation) jika didapatkan :
Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan
tindakan resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur.
Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera
dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.
SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
e. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan
yang
potensial
mengancam
nyawa
(misalnya
:
kejang,
kelemahan/kelumpuhan anggota gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan
sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di
lembar catatan medis IGD.
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa
maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat
mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien

dilakukan di tempat periksa / tempat observasi sesuai dengan kondisi


klinisnya (kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).
i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
Flu burung.
Flu babi.
SARS.
Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil
Positif, maka pasien ditransfer ke RS lain.

BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat
Darurat RS. Jantung Hasna Medika didokumentasikan setiap hari di lembar
catatan medis IGD yang sudah ditentukan.
9

10

11

Anda mungkin juga menyukai