Anda di halaman 1dari 49

SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

Disusun untuk mememuhi tugas mata kuliah Analisa Sistem Tenaga

Oleh Kelompok 1 :
Agung Pambudhi

(02)

Alief Geigy Gumilang

(03)

Aris Firmansyah

(04)

Dea Balqis Laxmi Nursal

(07)

Desy Indri Nuswantari

(08)

Eko Rohmad

(09)

I Gede Agus Widanta

(11)

Lalu Didik Hamzani

(13)

M Faizal R Fanani

(15)

Putri Kharisma Wardani

(18)

Senja Rima W

(20)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2014

Jenis Pembangkitan Listrik


Dalam era perkembangan teknologi pada zaman ini, sumber pembangkitan telah
ditemukan ada 2 sistem yaitu :
1. Pembangkitan menggunakan Tenaga Surya (Tenaga Matahari)
2. Pembangkitan menggunakan generator

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)


PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap) / Sistem Combined Cycle
PLTPB (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi)
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)

Berikut ini penjelasannya :

1. Pembangkitan Menggunakan Tenaga Surya


Pembangkit listrik tenaga surya adalah ramah lingkungan, dan sangat
menjanjikan. Sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik
menggunakan uap (dengan minyak dan batubara).
Perkembangan teknologi dalam membuat solar panel yang lebih baik dari tingkat
efisiensi, pembuatan aki yang tahan lama, dan pembuatan alat elektronik yang dapat
menggunakan Direct Current.
Pada saat ini penggunaan tenaga matahari (solar cells panel) masih dirasakan
mahal karena tidak adanya subsidi. Listrik yang kita gunakan saat ini sebenarnya adalah
listrik bersubsidi. Bayangkan pengusahaan/ penambangan minyak tanah, batubara (yang
merusak lingkungan), pembuatan pembangkit tenaga listrik uap, distribusi tenaga listrik,
yang semuanya dibangun dengan biaya besar.
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Surya :
* Energi yang terbarukan/ tidak pernah habis
* Bersih, ramah lingkungan
* Umur panel sel surya panjang/ investasi jangka panjang
* Praktis, tidak memerlukan perawatan
* Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia

Solar Panel sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga surya,


mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik. Umumnya kita menghitung maksimun
sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga
listrik pada pagi - sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik dapat digunakan pada
malam hari, dimana tanpa sinar matahari.
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen
sebagai berikut:
1. Panel Surya (Solar Cell)

Panel surya / solar cell : panel surya / solar cell menghasilkan energi listrik tanpa biaya,
dengan mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar
cell) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik.
Sebuah solar cell menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya /
solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan
maksimun). Berikut ini merupakan jenis-jenis dari panel surya atau solar cells :
a. Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal
memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal
untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada
saat mendung.

b. Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas
yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis
ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh),
efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Apa arti Solar Cell 50 WP ?
Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat matahari
terik )
Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam)
sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day
itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1 hari.
Contoh
Total penggunaan daya per day adalah 225 watt hour
Lampu teras 5 watt x 12 jam = 60 watt hour/ day
Lampu kamar tidur 11 watt x 5 jam = 55 watt hour hour / day
Lampu ruang tamu 11 watt x 5 jam = 65 watt hour / day
Lampu kamar mandi 5 watt x 4 jam = 20 watt hour / day

total = 200 watt / day


masih ada sisa 225 200 = 25 watt / day
2. Charge Control

Cara kerja charger controller :


Pada waktu solar panel mendapatkan energy dari cahaya matahari di siang hari,
rangkaian charger controller ini otomatis bekerja dan mengisi (charge ) battery dan
menjaga tegangan battery agar tetap stabil .
Contoh.
Bila kita menggunakan battery 12V, maka rangkaian ini akan menjaga agar
tegangan charger 12 - 10% , tegangan charger yang di butuhkan antara 13,2 13,4 Volt.
dan bila sudah mencapai tegangan tersebut, rangkaian ini otomatis akan menghentikan
proses pengisian battery tersebut.
Sebaliknya apabila tegangan battery turun / drop hingga 11 Volt , maka controller
akan memutus tegangan sehingga battery tidak sampai habis.
Secara keseluruhan Fungsi dari Controller ini yaitu dapat menjaga agar battery tidak
kelebihan (over charger) dan kehabisan tegangan (under charger) dengan begitu maka
umur dari battery bertambah lama.
3. Battery

Fungsi battery adalah sebagai tempat untuk menyimpan daya (power storage).
Untuk battery yang digunakan sebaiknya menggunakan battery gel atau yang selama ini
kita kenal dengan istilah battery kering. Battery gel ini adalah yang paling

direkomendasikan untuk digunakan pada applikasi solar system. Kelemahannya adalah


harganya yang mahal.
3. Inverter / Converter (Optional)

Inverter/converter adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan


searah (DC - direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current). Alat
ini tidak diperlukan untuk beban yang hanya membutuhkan tegangan searah.

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari,
maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:

Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).

Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam
hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.

Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).

Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih
tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik
bensin ataupun solar. Misalnya daerah terpencil: pertambangan, perkebunan, perikanan,
desa terpencil, dll. Dari segi jangka panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena

dengan perencanaan yang baik, pembangkit listrik tenaga surya dengan panel surya
memiliki daya tahan 20 - 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya
tahan 3 - 5 tahun.

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa solar panel di
paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas
menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan panel surya lainnya. Kaki/ kutub
negatif panel satu dan lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki positif panel surya
dihubungkan ke kaki positif charge controller, dan kaki negatif panel surya dihubungkan

ke kaki negatif charge controller. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan
oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC
(alternating current) seperti Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh
inverter.
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan
mengenai kebutuhan daya:

Jumlah pemakaian

Jumlah solar panel

Jumlah baterai

Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Perhitungan keperluan daya (perhitungan daya listrik perangkat dapat dilihat pada label
di belakang perangkat, ataupun dibaca dari manual):

Penerangan rumah

: 10 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 600 Watt hour.

Televisi 21"

: @ 100 Watt x 5 jam sehari = 500 Watt hour

Kulkas 360 liter

: @ 135 Watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas

tidak selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering
dibuka pintu) = 1080 Watt hour

Komputer

: @ 150 Watt x 6 jam = 900 Watt hour

Perangkat lainnya

: 400 Watt hour

Total kebutuhan daya

: 3480 Watt hour

Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 Watt (perhitungan
adalah 5 jam maksimun tenaga surya):

Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 x 5) = 7 panel surya.

Jumlah kebutuhan batere 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:

Kebutuhan batere minimun (batere hanya digunakan 50% untuk pemenuhan


kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x
2 = 6960 Watt hour = 6960 / 12 Volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.

Kebutuhan batere (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa


sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 Watt hour =20880 / 12 Volt / 100 Amp =
17 batere 100 Ah.

2. Pembangkitan Menggunakan Generator


A. Karakteristik Pembangkit

Karakteristik pembangkit adalah hal yang penting untuk menentukan pengaturan


output pembangkit dan menekan pembiayaan, sehingga bisa terjadi optimasi antara daya
yang dibangkitkan dan biaya produksi
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air

Pembangkit listrik tenaga air tidak ada perubahan suhu yang sangat tinggi
sehingga kendala pembangkit listrik tenaga air tidak terlalu banyak seperti PLTU. PLTA
lebih cepat di start dan lebih mudah diatur apabila ada perubahan beban. Kendala PLTA
adalah jika musim kemarau tidak bisa optimal.
1.1.
Beban maksimum
PLTA sangat sulit untuk mencapai nilai nominal dikarenakan ada bagian
berputar yang tidak sempurna atau ada seal yang tidak baik sehingga air
langsung ke pipa pembuangan dan tidak memutar turbin.
1.2.

Beban Minimum
Beban minimum pada PLTA harus dibatasi, agar air yang dipakai tidak
terbuang percuma, karena PLTA biasanya dipakai untuk pengairan, dll.

1.3.

Kecepatan perubahan beban


Dapat berubah dengan cepat . dari 0% hingga 100% bisa diubah hanya dalam
waktu 0,5 menit.

1.4.

Perhitungan cadangan berputar


Dapat dihitung kemampuan maksimum dikurangi beban sesaat

2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Pembangkit listrik tenaga gas biaya operasinya yang paling mahal, sehingga
PLTG harus dioperasikan sependek mungkin, seperti saat beban puncak, atau pada saat
unit lain ada gangguan(daya cadangan). Namun frekuensi start stop yang terlalu sering
dapat menyebabkan keausan karena suhu yang sangat tinggi
2.1.
Beban maksimum

PLTG bekerja di suhu yang sangat tinggi jadi beban maksimum dari PLTG
dibatasi. karena daya dibangkitkan yang sama dengan pembangkit jenis lain,
PLTG akan mengalami kenaikan suhu yang sangat tinggi.
2.2.

Beban minimum
Beban minimum dari PLTG dibatasi karena masalah ekonomi, karena efisiensi
yang jelek pada beban rendah. Jadi pada beban rendah biaya PLTG akan
semakin mahal per kwhnya.

2.3.

Kecepatan perubahan beban


Perubahan beban 0% - 100% bisa dirubah hanya 15 menit. Namun perubahan
beban pada PLTG tidak dianjurkan karena perubahan beban dapat merubah
suhu, yang dapat menyebabkan keausan.

2.4.

Perhitungan cadangan berputar


Dapat dihitung kemampuan maksimum dikurangi beban sesaat. Namun
diusahakan PLTG tidak ada perubahan beban

3. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

PLTD dapat distart stop dengan cepat tanpa mengalami keausan. Bahan bakarnya
lebih murah dari PLTG namun lebih mahal dari PLTD.
3.1.
Beban maksimum
Beban maksimum dari PLTD dibatasi oleh dari suhu gas buang. Sehingga
terkadang tidak bisa dibebani yang sesuai dengan nameplate. Suhu gas buang
tinggi disebabkan oleh komponen yang sudah tidak baik lagi.
3.2.

Beban minimum
Pada beban minimum PLTD akan berbiaya mahal, karena efisiensinya turun
saat dibebani rendah.

3.3.

Kecepatan perubahan beban


PLTD dapat berubah dari 0%-100% dalam waktu kurang dari 10 menit.
Karena itu Unit PLTD baik untuk turut mengatur frekuensi. Namun daya yang
dibangkitkan unit PLTD rendah daripada unit pembangkit lain.

3.4.

Perhitungan cadangan berputar


Dapat dihitung kemampuan maksimum dikurangi beban sesaat

4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Starting time PLTU relatif lama sekitar 6-8 jam dari keadaan dingin. Perubahan
daya juga lambat 5% per menit.

4.1.

Beban maksimum
Dapat menghasilkan beban maksimum yang sesuai dengan nominal yang
ditulis. Sehingga bisa untuk beban puncak dalam waktu tertentu.

4.2.

Beban minimum
Beban minimum dari PLTU adalah 25%. Hal ini berhubungan dengan control
pengapiannya, apabila terlalu rendah akan padam.

4.3.

Kecepatan perubahan
Untuk menaikkan beban ada waktu jeda sejenak untuk menyalakan suatu
burner tertentu.

4.4.

Cadangan berputar
unit pembangkit berbeban 40% maka unit harus dianggap mempunyai
cadangan berputar sebesar 50% - 40% : 10%, kalau unit dalam keadaan 60%
maka cadangan berputarnya bisa dianggap 100% - 60% : 40%.

*catatan tambahan cadangan berputar digunakan untuk mengatur frekuensi

Dari data diatas bisa dihitung per unitnya :


PLTA = 28 MW
PLTG/D = 41.46 MW
PLTGU = 140 MW
PLTP = 66.5 MW
PLTU = 327 MW

Prakiraan Beban
Energy listrik tidak dapat disimpan. Daya yang dibangkitkan harus sama dengan daya
yang dikonsumsi oleh konsumen. Apabila terdapat perubahan beban maka frekuensi akan
berubah. Sedangkan apabila frekuensi berubah maka akan merusak alat-alat listrik.
Berikut adalah hubungan mengapa beban dan frekuensi saling berhubungan
Contoh kasus :
Apabila suatu beban berubah maka torsi beban generator berubah. Berikut adalah rumus
hubungan penggerak generator dengan putaran generator.

Dimana
TG = torsi penggerak generator
TB = torsi beban generator
M = momen inersia
= kecepatan sudut
t = waktu

Lalu berikut adalah rumus frekuensi

Jadi apabila beban naik maka TB naik sehingga TG-TB <0 maka

<0 sehingga

frekuensi turun, dan sebaliknya.

Jadi daya yang dibangkitkan berubah-ubah agar frekuensinya tetap. Pengaturan daya
memerlukan perencanaan pembangkitan. Hal ini juga memerlukan perkiraan beban.
Tidak ada rumus khusus untuk menghitung perkiraan beban. Yang digunakan adalah
statistic masa lalu. Yang melakukan perkiraan beban di Indonesia adalah P3B.

Gambar grafik beban harian


Kita dapat mengakses informasi kurva beban harian pada http://hdks.pln-jawabali.co.id/app4/system.php
Prediksi beban diperlukan agar PLN dan masyarakat tidak rugi. Apabila daya yang
diproduksi terlalu banyak daripada yang digunakan maka PLN rugi karena mengeluarkan
biaya produksi yang terlalu banyak, sedangkan kalau daya di produksi kurang dari daya
yang tersedia maka akan ada pemadaman.
Jenis jenis beban :

Base load : yaitu beban yang sering muncul


Peak load : yaitu beban puncak.
Penggolongan beban ini berfungsi untuk pengelolaan penggunaan pembangkit
dan kharakteristik pembangkit.

B. Umum
Salah satu bagian besar dari sistem tenaga listrik adalah stasiun pembangkit
tenaga listrik. Stasiun pembangkit tenaga listrik tersebut dapat berupa generator yang
digerakkan dengan tenaga gas, tenaga air, tenaga diesel dan lain sebagainya. Pokok utama
dalam pengadaan sistem tenaga listrik adalah bagian dari pembangkitnya atau dalam hal
ini generatornya. Apabila suatu sistem pembangkit terganggu, maka seluruh sistem
tenaga listrik akan terhenti pengoperasiannya.
Penyebab gangguan pada sistem pembangkit terdiri atas dua bagian yaitu:
1. Gangguan dari luar generator, yaitu gangguan dalam sistem yang dihubungkan
generator.

2. Gangguan di dalam generator.


3. Gangguan pada mesin penggerak generator.
Dari ketiga jenis gangguan di atas, bila salah satu generator yang bekerja secara
paralel mengalami gangguan, kemungkinan besar generator yang sedang beroperasi tidak
sanggup lagi untuk memikul beban keseluruhannya. Oleh sebab itu diperlukan
perhitungan besarnya beban yang harus diputuskan secara tiba-tiba agar dapat diperoleh
kestabilan sistem. Dalam hal ini, pemutusan beban diusahakan berlangsung secara
otomatis dan dengan waktu yang relatif singkat.

II.2.

Prinsip Kerja Generator


Generator serempak (sinkron) adalah suatu penghasil tenaga listrik dengan

landasan hukum Faraday. Jika pada sekeliling penghantar terjadi perubahan medan
magnet, maka pada penghantar tersebut akan dibangkitkan suatu gaya gerak listrik (GGL)
yang sifatnya menentang perubahan medan tersebut. Untuk dapat terjadinya gaya gerak
listrik (GGL) tersebut diperlukan dua kategori masukan, yaitu:
1. Masukan tenaga mekanis yang akan dihasilkan oleh penggerak mula (prime
mover).
2. Arus masukan (If) yang berupa arus searah yang akan menghasilkan medan
magnet yang dapat diatur dengan mudah.
Di bawah ini akan dijelaskan secara sederhana cara pembangkitan listrik dari
sebuah generator.
If

Sumbu Putar

Gambar 2.1. Sistem Pembangkitan Generator Sinkron


dimana:
If

: Arus medan

US

: Kutub generator

Sumbu Putar : Poros Generator

: Fluks medan

If

Apabila rotor generator diputar pada kecepatan nominalnya, dimana putaran


tersebut diperoleh dari putaran penggerak mulanya (prime mover), kemudian pada
kumparan medan rotor diberikan arus medan sebesar I f, maka garis-garis fluksi yang
dihasilkan melalui kutub-kutub inti akan menghasilkan tegangan induksi pada kumparan
jangkar stator sebesar:
Ea = C. n.
dimana:
Ea

: Tegangan induksi yang dibangkitkan pada jangkar generator

: Konstanta

: Kecepatan putar

: Fluksi yang dihasilkan oleh arus penguat (arus medan)

Apabila generator digunakan untuk melayani beban, pada kumparan jangkar


generator akan mengalir arus. Untuk generator 3 fasa, setiap belitan jangkar akan
memilki beda fasa sebesar 120.

FASA 3

FASA 1

120

120

120

FASA 2

Gambar 2.2. Kumparan 3 Fasa

II.3.

Konstruksi Generator
Generator terdiri dari dua bagian yang paling utama, yaitu:

1. Bagian yang diam (stator).


2. Bagian yang bergerak (rotor).

Gambar 2.3. Konstruksi Generator Sinkron

II.3.1. Bagian yang diam (Stator)


Bagian yang diam (stator) terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Inti stator.
Bentuk dari inti stator ini berupa cincin laminasi-laminasi yang diikat serapat
mungkin untuk menghindari rugi-rugi arus eddy (eddy current losses). Pada inti
ini terdapat slot-slot untuk menempatkan konduktor dan untuk mengatur arah
medan magnetnya.
2. Belitan stator.
Bagian stator yang terdiri dari beberapa batang konduktor yang terdapat di dalam
slot-slot dan ujung-ujung kumparan. Masing-masing slot dihubungkan untuk
mendapatkan tegangan induksi.
3. Alur stator.
Merupakan bagian stator yang berperan sebagai tempat belitan stator ditempatkan.

4. Rumah stator.
Bagian dari stator yang umumnya terbuat dari besi tuang yang berbentuk silinder.
Bagian belakang dari rumah stator ini biasanya memiliki sirip-sirip sebagai alat
bantu dalam proses pendinginan.
II.3.2. Bagian yang bergerak (Rotor)
Rotor adalah bagian generator yang bergerak atau berputar. Antara rotor dan
stator dipisahkan oleh celah udara (air gap). Rotor terdiri dari dua bagian umum, yaitu:
1. Inti kutub
2. Kumparan medan
Pada bagian inti kutub terdapat poros dan inti rotor yang memiliki fungsi sebagai
jalan atau jalur fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan medan. Pada kumparan
medan ini juga terdapat dua bagian, yaitu bagian penghantar sebagai jalur untuk arus
pemacuan dan bagian yang diisolasi. Isolasi pada bagian ini harus benar-benar baik dalam
hal kekuatan mekanisnya, ketahanannya akan suhu yang tinggi dan ketahanannya
terhadap gaya sentrifugal yang besar.
Konstruksi rotor untuk generator yang memiliki nilai putaran relatif tinggi
biasanya menggunakan konstruksi rotor dengan kutub silindris atau cylinderica poles
dan jumlah kutubnya relatif sedikit (2, 4, 6). Konstruksi ini dirancang tahan terhadap
gaya-gaya yang lebih besar akibat putaran yang tinggi.

Gambar 2.4. Konstruksi Rotor Kutub Silindris


Untuk putaran generator yang relatif rendah atau sedang (kurang dari 1000 rpm),
dipakai konstruksi rotor dengan kutub menonjol atau salient pole dengan jumlah kutubkutub yang relatif banyak.

Gambar 2.5. Konstruksi Generator Kutub Menonjol


Pada prinsipnya, salah satu dari penghantar atau kutub-kutub ini dibuat sebagai
bagian yang tetap sedangkan bagian-bagian yang lainnya dibuat sebagai bagian yang
berputar.
II.4.

Pengaturan Putaran

Putaran adalah salah satu faktor yang penting yang memberi pengaruh besar terhadap
tegangan yang timbul oleh arus bolak-balik (alternating current). Frekuensi listrik yang

dihasilkan oleh generator sinkron harus sebanding dengan kecepatan putar generator tersebut.
Dalam hal ini, rotor sebagai bagian yang bergerak terdiri atas rangkaian-rangkaian elektromagnet
dengan arus searah (DC) sebagai sumber arusnya. Medan magnet rotor akan bergerak sesuai
dengan arah putaran rotor. Untuk menjaga putaran tetap konstan, maka pada penggerak mula
(prime mover) dilengkapi governor. Governor itu sendiri adalah suatu alat yang berfungsi
mengatur putaran tetap konstan pada keadaan yang bervariasi.
Besar kecepatan putaran generator dapat dihitung melalui persamaan berikut:
n=

120 . f
p

dimana:
n = kecepatan putaran (rpm)
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub
Tegangan dan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan oleh generator umumnya
mempunyai frekuensi diantara 50 Hz 60 Hz. Untuk menentukan jumlah pasang kutub
(p) atau kecepatan putar rpm (n), besarnya frekuensi harus sebanding dengan jumlah kutub dan
kecepatan putarannya.

C. Jenis Jenis Generator


1. Generator Sinkron ( Serempak )
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yang digunakan untuk
mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa generator sinkron
tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari kebutuhan.
1.1 Konstruksi Generator Sinkron

Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk mengahasilkan mdan
magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar
pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator
generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar.
Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor
silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.

Gambar 1.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron


Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub
non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor.
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan
rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi
rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar
10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan
rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

(a)

(b)

Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang rotor pada
generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan
sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor
generator sinkron.
1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron
Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnethomogen,
maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa
dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini
medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole
generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan
pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator
dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh
kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan
sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada
kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada

tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut
120. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang
dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan
. Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain
bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk
mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal
(internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan
sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor
menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.
1.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron
Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan
putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus
DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar
medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:

fe

n r .p
120

(1.1)

yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan
diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang
dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator
harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai
contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan
3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada
1500 rpm.

2. Generator Asinkron
Generator asinkron atau generator

induksi adalah mesin induksi yang bekerja sebagai

generator,oleh karena itu mesin induksi mempunyai persamaan dan konstruksi yang sama untuk generator
maupun untuk motor. Generator ini mendapat eksitasi dari luar,syarat utama tegangan dapat timbul untuk
generator induksi adalah jika Nr>Ns dengan Nr = kecepatan rotor dan Ns = kecepatan sinkron. Misal
radiator diputus oleh penggerak luar,diatas Ns maka slip akan bernilai negative lalu mesin akan
mensuplay daya dan menghasilkan tegangan, Selain itu membangkitkan tenaga juga memerluka daya
remanasi magnet pada rotor .
Generator induksi merupakan salah satujenis generator AC yang menerapkan prinsip motor
induksi untuk menghasilkan daya. Generator induksi dioperasikan dengan menggerakkan rotornya secara
mekanis lebih cepat daripada kecepatan sinkron sehingga menghasilkan slip negatif. Motor induksi biasa
umumnya dapat digunakan sebagai sebuah generator tanpa ada modifikasi internal. Generator induksi
sangat berguna pada aplikasi-aplikasi seperti pembangkit listrik mikrohidro, turbin angin, atau untuk
menurunkan aliran gas bertekanan tinggi ke tekanan rendah, karena dapat memanfaatkan energi
denganpengontrolan yang relatif sederhana.

Generator induksi adalah generator yang menggunakan prinsip induksi elektromagnetik dalam
pengoperasiannya. Generator ini dapat bekerja pada putaran rendah serta tidak tetap kecepatannya,
sehingga generator induksi banyak digunakan pada pembangkit listrik dengan daya yang rendah seperti
pada pembangkit listrik tenaga mikrohidro atau pembangkit listrik tenaga baru.
Generator induksi merupakan jenis pembangkit listrik alternatif yang cocok untuk skala kecil atau
beban rumah tangga (450 Va). Hal ini disebabkan karena harga generator induksi relatif lebih murah
dibanding dengan generator sinkron. Kelemahan generator induksi adalah kinerjanya sangat dipengaruhi
oleh beban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan storage terhadap kinerja
generator induksi. Parameter motor induksi yang digunakan sebagai generator induksi adalah jenis rotor
sangkar, 3 fase, dan 2 HP.

Untuk membuat mesin induksi berfungsi sebagai generator maka rotor harus dialiri arus.
Untuk menghasilkan arus mula pada rotor maka mesin induksi harus sesaat harus difungsikan
sebagai motor.
Pada awalnya stator diberi tegangan atau dieksitasi sehingga menghasilkan arus pada
kumparan stator. Arus ini akan menginduksi kumparan rotor sehingga muncul tegangan induksi
pada kumparan rotor. Apabila rangkaian pada rotor merupakan rangkaian tertutup, tegangan
induksi yang muncul pada kumparan rotor akan menghasilkan arus pada rangkaian rotor.
Jika putaran rotor telah menghasilkan tegangan induksi pada kumparannya (saat nilai slip
telah menjadi negatif) dengan besar tegangan lebih besar daripada tegangan induksi awal (dari
stator) maka arus akan berbalik menginduksi kumparan stator dan menghasilkan arus stator. Pada
kondisi ini mesin induksi berfungsi sebagai generator.

Sebuah mesin induksi terdiri dari dua buah bagian utama yaitu rotor, merupakan bagian
mesin yang berputar, dan stator, merupakan bagian mesin yang diam.I
Mesin induksi akan beroperasi sebagai generator apabila kecepatan medan putar stator
lebih kecil daripada kecepatan putar rotor. Pada kondisi seperti ini nilai slip generator menjadi
negatif. Slip adalah persentase perbedaan kecepatan medan putar stator dan rotor terhadap medan
putar stator yang dinyatakan dengan :

Dengan,
ns = kecepatan medan putar stator
nr = kecepatan putar rotor
S = Slip mesin induksi

Nilai nr diperoleh dari putaran rotor yang dihasilkan oleh prime mover sedangkan nilai ns
dihasilkan oleh kumpaaran yang dialiri oleh arus dengan frekuensi tertentu. Besarnya ns adalah :

Dengan :
ns = kecepatan medan putar stator
f = frekuensi pada stator
P = Jumlah pole pada stator
Berubah-ubahnya kecepatan rotor mengakibatkan berubahnya harga slip dari 100% pada
saat start mesin induksi (nr = 0) menjadi 0% saat nilai n r = ns atau saat kecepatan putar medan
stator sama dengan kecepatan putar rotor. Harga slip juga dapat bernilai negatif (S < 0). Hal ini
terjadi jika nilai putaran rotor lebih besar daripada nilai medan putar stator.
1.4 Alternator tanpa beban
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (IF),
maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya
diperlihatkan pada persamaan berikut.

Ea = c.n.
yang mana:
c = konstanta mesin

(1.2)

n = putaran sinkron
= fluks yang dihasilkan oleh IF
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, karenanya tidak
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (IF). Apabila arus
medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea seperti yang terlihat pada kurva
sebagai berikut.

gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban generator sinkron


1.5 Alternator Berbeban
Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya
reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut
reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi
fluks bocor (Xa ) dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada generator
adalah:
Ea = V + I.Ra + j I.Xs

(1.3)

Xs = Xm + Xa

(1.4)

yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar

V = tegangan terminal output


Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron
Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor
kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif


1.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron
Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini biasanya
tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama
dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin.
Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan
terminal adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator, disebut reaksi
jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.6 Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa


1.7 Menentukan Parameter Generator Sinkron
Harga s X diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa beban dan
percobaan hubungan singkat. Pada pengujian tanpa beban, generator diputar pada kecepatan
ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke beban. Arus eksitasi medan mula adalah
nol. Kemudian arus eksitasi medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur
pada tiap tahapan. Dari percobaan tanpa beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0) sehingga V sama
dengan Ea. Sehingga dari pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan (If). Dari
kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya (unsaturated). Pemakaian harga linier
yang merupakan garis lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada keadaan
jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar.

Gambar 1.7 Karakteristik tanpa beban

Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini mula-mula
arus eksitasi medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter.
Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari
pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi
arus medan (IF), dan ini merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat
alternator diberikan di bawah ini.

Gambar 1.8 Karakteristik hubung singkat alternator


Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan terminal adalah nol.
Impedansi internal mesin adalah:
Zs Ra 2 Xs 2

Ea
Ia

(1.5)

Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
Xs

Ea VOC

Ia Iahs

(1.6)

Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron dapat
diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan
jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian arus yang mengalir
diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
Ra

VDC
2.I DC

(1.7)

Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol pada saat
pengukuran.

1.8 Diagram Fasor

Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor daya
mendahului
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan teminal V
dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea ) atau tegangan pada saat tidak berbeban.
Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya arus jangkar (Ia ) yang
mengalir. Dengan memperhatikan perubahan tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda,
karakteristik tegangan teminal V terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.
1.9 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)
Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara keadaan
beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop
tegangan yang terjadi pada generator, yang dinyatakan sebagai berikut.
VR

V NL VFL
x100%
V FL

1.10 Kerja Paralel Alternator

(1.8)

Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan tambahan sumber daya listrik.
Agar sumber daya listrik yang yang baru (alternator baru) bisa digunakan bersama, maka
dilakukan penggabungan alternator dengan cara mempararelkan dua atau lebih alternator pada
sistem tenaga dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem.
Selain untuk tujuan di atas, kerja pararel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas
pelayanan apabila ada mesin (alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau
reparasi, maka alternator lain masih bisa bekerja untuk mensuplai beban yang lain. Untuk
maksud mempararelkan ini, ada beberapa pesyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan bertentangan dalam
arah, atau harga sesaat ggl alternator harus sama dalam kebesarannya dan bertentangan dalam
arah dengan harga efektif tegangan jalajala.
2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala harus sama
3. Fasa kedua alternator harus sama
4. Urutan fasa kedua alternator harus sama
Bila sebuah generator G akan diparaelkan dengan jala-jala, maka mula-mula G diputar
oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan IF diatur hingga tegangan
terminal generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa
kedua tegangan (generator dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu
sinkronoskop hubungan terang. Benar tidaknya hubungan pararel tadi, dapat dilihat dari lampu
tersebut. Bentuk hubungan operasi paralel generator sinkron dengan lampu sinkronoskop
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.10 Operasi paralel generator sinkron


Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama) maka lampu L1, L2 dan L3
akan hidup-mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ke tiga lampu sedang tidak
bekedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala sudah sama. Untuk
mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama dapat dilihat dari lampu
L1, L2, dan L3. Frekuensi tegangan generator diatur oleh penggerak mula, sedang besar
tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika rangkaian untuk mempararelkan itu salah (urutan
fasa tidak sama) maka lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (fL +
fG ) cycle. Dalam hal ini dua buah fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita
pertukarkan.
Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L1, L2, dan L3 akan hidupmati bergantian dengan frekuensi fL - fG cycle. Saat mempararelkan adalah pada keadaan L1
mati sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan keadaan ini berlangsung agak lama (yang
berarti fL dan fG sudah sangat dekat atau benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua
fasa sistem tegangan jala-jala berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator.

Contoh Name Plate Generator :

GENERATOR PLTA UNIT TULUNGAGUNG

Merk
Tahun pembuatan
Dibuat di
Daya output
S1
Tegangan output

: ELIN
: 1992
: Austria
: 20 MVA
: Continous duty
: 11kV
5% (rating tegangan minimal 10450 V dan rating

tegangan maksimal
11550 V)
Arus Output
: 1050 A
Arah putaran rotor dilihat dari atas searah jarum jam (Mounting vertical)
Putaran rotor
: 375 rpm
735 rpm dalam kondisi tidak berbeban
Frekuensi
: 50 Hz
Faktor daya
: 0,9 (faktor daya yang didapat saat beban resistiif murni)
Tegangan eksitasi : 85 V (tegangan eksitasi berasal dari luar generator)
Arus eksitasi
: 832 A
Massa
: 110 ton

NAMEPLATE GENERATOR PLTG UNIT GRATI

Merk
: Siemens
Nomor Seri Manufaktur: M 127694
Tahun Pembuatan: 1995
TLRI
: Three Phase L Tipe konstruksi Pendinginan rotor
dengan cara radial tipe konstruksi pendinginan stator dengan cara

indirect cooling
108/36

108 cm dan panjang inti rotor 36 cm


50 s-1
: berarti frekuensi generator sebesar 50

putaran/sekon atau 3000 rpm


Left
: arah putaran rotor ke kiri
Generator 3 Fasa dengan hubungan lilitan stator double Y dan terminal

keluaran generator ada 3 yaitu W V U


Tegangan output : 10,5 kV 525 V
Arus Outpu
: 8303 A
Rating Kerja Motor
: S1
Daya Output
: 151 MVA
Faktor Daya
: 0,8 (faktor daya yang didapat pada saat beban

resistif murni)
Tegangan Eksitasi: 375 V
Arus Eksitasi
: 866 A
Class of Insulation
:F
International Mounting tipe IM 7215

: ukuran rongga stator berdiameter sebesar

International Protection : 54
Pendinginan menggunakan udara dengan suhu 34o C
Berat Stator
: 168 Mg
Berat Rotor
: 87 Mg

Eksitasi Pada Generator


Sistem eksitasi adalah menggunakan pasokan listrik DC sebagai penguatan pada
generator listrik atau sebagai pembangkit medan magnet, sehingga suatu generator dapat
menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan keluaran generator bergantung pada besarnya
arus eksitasinya.
Prinsip kerja sistem eksitasi :
Saat generator diputar, Pilot Exciter yang memiliki permanent magnet pada rotor (field)
coilnya akan membangkitkan tegangan AC. Power ini kemudian akan menjadi sumber power
untuk AVR (Automatic Voltage Regulator). Oleh AVR tegangan AC tersebut disearahkan
menjadi tegangan DC dan diatur besar arusnya untuk kemudian disalurkan ke AC Exciter field
(stator) coil. Arus yang mengalir di field coil membangkitkan AC 3-phase di armature coil AC
Exciter. Tegangan AC itu kemudian disearahkan oleh dioda silikon yang terdapat di rangkaian
rotating rectifier menjadi tegangan DC. Arus yang dihasilkan oleh rotating rectifier kemudian
akan disalurkan ke field coil dari generator.

Gb 1. Exciter

Gb 2. Diagram sistem eksitasi

Output AC Exciter yang berupa tegangan AC kemudian disearahkan oleh Rotating


Rectifier yang kemudian diumpankan ke field coil dari generator. Konstruksi ini tidak
membutuhkan injeksi arus melalui komponen sliding yang menggunakan komutator, carbonbrush dan slip ring.

Sistem Eksitasi pada generator listrik ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Sistem Eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation)
Pada Sistem Eksitasi menggunakan sikat, sumber tenaga listriknya berasal dari generator
arus searah (DC) atau generator arus bolak balik (AC) yang disearahkan terlebih dahulu dengan
menggunakan rectifier.
Jika menggunakan sumber listrik listrik yang berasal dari generator AC atau
menggunakan Permanent Magnet Generator (PMG) medan magnetnya adalah magnet
permanent. Dalam lemari penyearah, tegangan listrik arus bolak balik diubah atau disearahkan
menjadi tegangan arus searah untuk mengontrol kumparan medan eksiter utama (main exciter).
Untuk mengalirkan arus Eksitasi dari main exciter ke rotor generator menggunakan slip
ring dan sikat arang, demikian juga penyaluran arus yang berasal dari pilot exciter ke main
exciter.

Gambar 1. Sistem Eksitasi dengan sikat (Brush Excitation)


Prinsip kerja pada sistem Eksitasi dengan sikat (Brush Excitation)
Generator penguat yang pertama, adalah generator arus searah hubungan shunt yang
menghasilkan arus penguat bagi generator penguat kedua. Generator penguat (exciter) untuk
generator sinkron merupakan generator utama yang diambil dayanya.
Pengaturan tegangan pada generator utama dilakukan dengan mengatur besarnya arus
Eksitasi (arus penguatan) dengan cara mengatur potensiometer atau tahanan asut. Potensiometer

atau tahanan asut mengatur arus penguat generator pertama dan generator penguat kedua
menghasilkan arus penguat generator utama. Dengan cara ini arus penguat yang diatur tidak
terlalu besar nilainya (dibandingkan dengan arus generator penguat kedua) sehingga kerugian
daya pada potensiometer tidak terlalu besar. PMT arus penguat generator utama dilengkapi
tahanan yang menampung energi medan magnet generator utama karena jika dilakukan
pemutusan arus penguat generator utama harus dibuang ke dalam tahanan.
Sekarang banyak generator arus bolak-balik yang dilengkapi penyearah untuk menghasilkan
arus searah yang dapat digunakan bagi penguatan generator utama sehingga penyaluran arus
searah bagi penguatan generator utama, oleh generator penguat kedua tidak memerlukan cincin
geser karena. penyearah ikut berputar bersama poros generator. Cincin geser digunakan untuk
menyalurkan arus dari generator penguat pertama ke medan penguat generator penguat kedua.
Nilai arus penguatan kecil sehingga penggunaan cincin geser tidak menimbulkan masalah.
Pengaturan besarnya arus penguatan generator utama dilakukan dengan pengatur tegangan
otomatis supaya nilai tegangan klem generator konstan. Pengaturan tegangan otomatis pada
awalnya berdasarkan prinsip mekanis, tetapi sekarang sudah menjadi elektronik.
Perkembangan sistem eksitasi pada generator sinkron dengan sistem eksitasi tanpa sikat,
karena sikat dapat menimbulkan loncatan api pada putaran tinggi. Untuk menghilangkan sikat
digunakan dioda berputar yang dipasang pada jangkar. Gambar 2 menunjukkan sistem excitacy
tanpa sikat.

3. Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)


Penggunaan sikat atau slip ring untuk menyalurkan arus excitasi ke rotor generator
mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu dialirkan pada sikat arang relatif
kecil. Untuk mengatasi keterbatasan sikat arang, digunakan sistem eksitasi tanpa menggunakan
sikat (brushless excitation.
Keuntungan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation), antara lain adalah:
1) Energi yang diperlukan untuk Eksitasi diperoleh dari poros utama (main shaft), sehingga
keandalannya tinggi

2) Biaya perawatan berkurang karena pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation) tidak
terdapat sikat, komutator dan slip ring.
3) Pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi kerusakan isolasi karena
melekatnya debu karbon pada farnish akibat sikat arang.
4) Mengurangi kerusakan ( trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere) sebab semua peralatan
ditempatkan pada ruang tertutup
5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga meningkatkan keandalan operasi
dapat berlangsung terus pada waktu yang lama.
6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator dan bus exciter atau kabel
tidak diperlukan lagi
7) Biaya pondasi berkurang, sebab aluran udara dan bus exciter atau kabel tidak memerlukan
pondasi

Gambar 2. Sistem Excitacy tanpa sikat (Brushless Escitacy)


Keterangan gambar :
ME : Main Exciter
MG : Main Generator

PE : Pilot Exciter
AVR : Automatic Voltage Regulator
V : Tegangan Generator
AC : Alternating Current (arus bolak balik)
DC : Direct Current (arus searah)

Gambar 3. Sistem Eksitasi tanpa sikat (Brushless Excitation)


Prinsip kerja sistem Eksitasi tanpa sikat (Brushless Excitation)
Generator penguat pertama disebut pilot exciter dan generator penguat kedua disebut
main exciter (penguat utama). Main exciter adalah generator arus bolak-balik dengan kutub pada
statornya. Rotor menghasilkan arus bolak-balik disearahkan dengan dioda yang berputar pada
poros main exciter (satu poros dengan generator utama). Arus searah yang dihasilkan oleh dioda
berputar menjadi arus penguat generator utama. Pilot exciter pada generator arus bolak-balik
dengan rotor berupa kutub magnet permanen yang berputar menginduksi pada lilitan stator.
Tegangan bolak-balik disearahkan oleh penyearah dioda danmenghasilkan arus searah yang
dialirkan ke kutub-kutub magnet y ang ada pada stator main exciter. Besar arus searah yang
mengalir ke kutub main exciter diatur oleh pengatur tegangan otomatis (automatic voltage
regulator/AVR).

Besarnya arus berpengaruh pada besarnya arus yang dihasilkan main exciter, maka
besarnya arus main exciter juga mempengaruhi besarnya tegangan yang dihasilkan oleh
generator utama.
Pada sistem Eksitasi tanpa sikat, permasalahan timbul jika terjadi hubung singkat atau
gangguan hubung tanah di rotor dan jika ada sekering lebur dari dioda berputar yang putus, hal
ini harus dapat dideteksi. Gangguan pada rotor yang berputar dapat menimbulkan distorsi medan
magnet pada generator utama dan dapat menimbulkan vibrasi (getaran) berlebihan pada unit
pembangkit

PEMBEBANAN PADA GENERATOR


Pengaturan Tegangan
Pada umumnya beban generator tidak konstan. Hal ini menyebabkan tegangan
pembangkit juga berubah besarnya. Agar tegangan pada pembangkit mengikuti perubahan beban
luar maka tegangan generator harus diatur. Pengaturan tersebut pada prinsipnya dengan mengatur
besar kecilnya arus penguat generator. Untuk mengatur tegangan generator (dengan arus
penguat) secara otomatis dapat dilakukan dengan pengatur tegangan otomatis
Pengaturan Frekuensi
Tujuan pengaturan frekuensi adalah untuk mempertahankan agar pembangkitan daya
aktif selalu sama dengan beban. Untuk mempertahankan frekuensi dalam batas toleransi yang
diperbolehkan, penyediaan/pembangkitan daya aktif dalam sistem harus sesuai dengan
kebutuhan pelanggan atas daya aktif, harus selalu sesuai dengan beban daya aktif.
Pengaturan Daya Reaktif (VAR)
Tujuan dari pengaturan daya reaktif adalah untuk memenuhi kebutuhan akan daya reaktif
dari sistem. Daya reaktif diperlukan guna memperbaiki cos dari sistem serta mengurangi loses
dari sistem. Pengaturan daya reaktif diatur melalui arus eksitasi dengan menaikkan tegangan
sumber eksitasi
Paralel Generator

Tujuan paralel generator adalah untuk melayani beban yang berkembang (memperbesar
kapasitas daya yang dibangkitkan) dan menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin
(generator) yang harus dihentikan (misal untuk reparasi).

Faktor-faktor untuk Pembangkitan


1.

Load factor
: yaitu perbandingan antara beban rata-rata
dalam suatu jangka waktu tertentu dengan beban maksimum dalam jangka waktu tersebut, yaitu:
bebanratarata ( Pav)
Load factor(f l ) :
beban max( P max)

2) Diversity Factor (F D )

Faktor keragaman (fdiv) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah beban maksimum
dari masing masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap beban maksimum sistem
secara keseluruhan. Jadi faktor keragaman :

dimana :
Dmax I = beban maksimum beban unit ke i
Dmax s = beban maksimum sistem
Bila Dmax i untuk seluruh unit bersamaan waktunya maka fdiv akan

berharga 1, tetapi bila tidak fdiv akan lebih besar dari i.

3) Coincidence Factor :
Faktor keserempakan (fcf) adalah keba1ikan dari factor keragaman, yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara beban maksimum dari suatu kumpulan beban dari sistem terhadap jumlah
beban maksimum dari masing-masing unit beban.

4)

Faktor kebutuhan didefinisikan sebagal perbandingan


antara beban puncak suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem.

dimana

fD

= Demand Factor (factor kebutuhan).

Pmax
Pinst

= Daya terpakai maksimum.


= daya tersambung.

Pendinginan Pada Generator


Terjadinya panas pada generator / alternator disebabkan karena adanya Rugi Tembaga
dan Rugi Besi. Yang dimaksud dengan rugi tembaga adalah panas yang disebabkan karena
adanya arus pembebanan yang mengalir melalui penghantar tembaga stator dan rotor yang
besaran dayanya dapat dihitung I2R.
Sedangkan rugi besi adalah kerugian yang diakibatkan dari panas yang ditimbulkan
dengan adanya arus pusar (eddy current) yang terjadi pada inti stator maupun rotor. Selain panas
yang diakibatkan seperti tersebut diatas, juga terjadi panas yang diakibatkan dari gesekan dan
angin (windange).

Panas yang berlebihan diakibatkan dari seperti yang diuraikan diatas pada generator perlu
dicegah, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan isolasi penghantar atau terbakar, oleh sebab itu
perlu adanya pendinginan. Kerugian-kerugian yang menyebabkan panas tersebut harus
diusahakan kecil sehingga tidak lebih dari 2% dari output alternator.
Untuk menyerap dan membuang panas (disipasi) yang timbul didalam alternator yang
sedang beroperasi dapat menggunakan beberapa media pendingin. Adapun jenis media pendingin
yang biasa digunakan meliputi :
1. Air Cooled generator
Air cooled generator beroperasi dengan dua system yaitu system Loop terbuka
dan Loop tertutup. Sistem Loop terbuka yaitu udara di peroleh dari atmosfer untuk
mendinginkan komponen aktif dan di sirkulasikan kembali ke atmosfer. pada system
loop tertutup udara di sirkulasikan secara terus menerus untuk mengubah dari udara
air untuk menghilangkan panas dari udara . Pendingin udara (cooled forced air cooling )
digunakan generator kecil sampai 50 Mw

2.

Hydrogen Cooled Generator


Hidrogen beredar dalam generator pada loop tertutup dalam generator untuk
menghilangkan panas dari bagian yang aktif dan didinginkan oleh Heat exchangers
dari gas ke air yang merupakan kerangka dari stator . Tidak adanya oksigen pada
pendinginan ini tidak merusak isolasi pada generator yang mempengaruhi kehandalan
generator. Hydrogen cooling digunakan untuk generator besar (50-300 Mw).
Hydrogen digunakan untuk pendinginan generator karna :
Kerapatannya cukup besar
Daya hantaran panas rendah
Koefisien perpindahan panas rendah

3. Water cooled Generator


Pendinginan , air deionisasi di suplay dari Loop tertutup Axuallary Sistem mengalir
melalui konduktor yang berongga yang terletak pada stator dan berkelok kelok maka
air sisa pendinginan (air hangat ) di buang pada akhir turbin generator . water cooled
generator 1000 Mw . Namun sistem ini memiliki banyak kendala dan instalasinya
mahal dan biaya perawatan nya mahal .

SISTEM STARTING DI PEMBANGKIT


Starting pada unit PLTG, Pada proses start awal untuk memutar turbin menggunakan mesin
diesel sampai putaran poros turbine/compressor mencapai putaran 3.400 rpm maka secara otomatis
diesel dilepas dan akan berhenti.

Pada unit yang lain, proses start awal juga menggunakan motor start untuk digunakan
sebagai prime over. Motor diputar sampai turbin/generator mencapai kecepatan tertentu
kemudian di lepas
Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa start-nya pendek, yaitu antara 1530 menit, dan kebanyakan dapat di-start tanpa pasokan daya dari luar (black start), yaitu
menggunakan mesin diesel sebagai motor start.
Bila pada unit PLTU, Untuk men-startnya dari keadaan dingin sampai operasi dengan
beban penuh, dibutuhkan waktu antara 6-8 jam. Jika PLTU yang telah beroperasi dihentikan,
tetapi uapnya dijaga agar tetap panas dalam drum ketel dengan cara tetap menyalakan api
secukupnya untuk menjaga suhu dan tekanan uap ada di sekitar nilai operasi (yaitu sekitar 5000
C dan sekitar 100 kg/cm 2) maka untuk mengoperasikannya kembali sampai beban penuh
diperlukan waktu kira-kira 1 jam.
Untuk starting pada PLTA langsung digerakkan menggunakan mekanik berupa air dan
tanpa prime over bantuan lainnya.

Konstruksi Generator
Dimensi dan Massa Generator ( MEIDEN )

Anda mungkin juga menyukai