Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN INTEGRASI SKILLAB HTS

ANESTESI DAN EKSTRAKSI


A

DIAGNOSIS
Diagnosis Pasien ada 3 :
1. Pulpitis Reversibel
2. Pulpitis Irreversibel
3. Nekrosis Pulpa (Indikasi pencabutan/PSA)

PENJELASAN TENTANG RENCANA PERAWATAN KE PASIEN


BAPAK/IBU : Baik bapak/ibu, setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan adanya gigi yang
nekrosis (sudah tidak vital) untuk perawatannya akan dilakukan pencabutan, sebelumnya akan
saya bius terlebih dahulu dengan suntik untuk mengurangi sakit saat pencabutan. Apakah
bapak/ibu bersedia? Baik kalau begitu silahkan tandatangani lembar persetujuannya (pura-pura
aja), kita mulai ya pak/bu saya izin mempersiapkan peralatan.
ANAK : Baik adek, tadi kan sudah dokter periksa ternyata ada gigi yang harus dicabut, nanti
sebelumnya dokter bius dulu pake oles yang ada rasa buahnya (jika menggunakan benzokain)
atau nanti dokter kasih dingin dingin di giginya ya biar waktu dicabut ngga sakit. Adik siap?
Mohon maaf bapak/ibu bisa ditandatangani lembar persetujuannya?
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
a. Anestesi
DEWASA : kapas, kasa, povidone iodine, spet, ampul, sonde (untuk ngecek anestesi)
ANAK : kapas, kasa, pinset, povidone iodine, chlor etyl/benzokain, sonde (untuk ngecek
anestesi)
b. Ekstraksi
DEWASA : tang cabut mahkota/akar, tampon, povidone iodine, luksator, elevator,
sonde/escavator (untuk separasi gingiva bisa juga dengan elevator), kuret
ANAK : tang cabut mahkota/akar, tampon, povidone iodine, sonde/escavator, kuret [jika
anak giginya sudah luksasi tidak perlu penambahan elevator]
PROSEDUR ANESTESI
a. Infiltrasi
1. Ambil spet, buka, kencangkan, dan buang udara yang terdapat di dalam spet
2. Ambil ampul, turunkan isinya, patahkan ujungnya, sedot dengan menggunakan spet
sampai habis, kemudian tutup.
3. Keringkan mukosa pasien dengan kasa/kapas
4. Asepsis mukosa pasien dengan povidone iodine yang sudah ditetesi ke kapas pada area
yang akan kita injeksi
5. Tegangkan mukosa pasien
6. Injeksikan spet dengan bevel mengarah tulang pada mukobukofold dengan kedalaman
jarum sepanjang apeks gigi [bagian bukal atau labial]. Injeksikan spet pada mukosa
paling tebal bagian palatal dengan bevel menghadap tulang sepanjang apeks gigi
[bagian palatal/lingual]
7. Aspirasi jika (-) maka deponirkan 0,5 cc secara perlahan
8. Keluarkan spet secara perlahan
9. Massage (pijit) daerah yang diinjeksikan agar membantu penyebaran bahan anestesi
10. Tunggu onset 4-6 menit, bila pasien sudah merasa kebas, cek anestesi dengan cara
memasukkan sonde ke sulkus gingival gigi yang akan diekstraksi. Jika pasien tidak
merasa sakit, maka bisa dilanjutkan dengan prosedur ekstraksi.

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

b. Blok mandibula
1. Ambil spet, buka, kencangkan, dan buang udara yang terdapat di dalam spet
2. Ambil ampul, turunkan isinya, patahkan ujungnya, sedot dengan menggunakan spet
sampai habis, kemudian tutup.
3. Keringkan mukosa pasien dengan kasa/kapas
4. Asepsis mukosa pasien dengan povidone iodine yang sudah ditetesi ke kapas pada area
yang akan kita injeksi
5. Tegangkan mukosa pasien
6. palpasi dengan jari dan temukan trigenum retromolar, kemudian cari linea oblique
eksterna dan linea oblique interna, injeksikan ujung jarum dari arah kontralateral sisi
yang akan dilakukan pencabutan tepatnya diantara p1 dan p2 setinggi oklusal pada
mukosa diantara linea oblique interna dan eksterna (tandai dengan kuku satu jari).
Jarum diinjeksikan sampai dengan menatap tulang.
7. Selanjutnya gerakan ke ipsilateral hingga hilang ujung jarum kontak dan telusuri
sampai dengan sisa jarum diluar adalah sekitar 5 mm.
8. Gerakan ke arah kontralateral masuk (jika terasa menatap tulang berarti sudah benar),
kemudian aspirasi jika (-) lanjut deponir 1-1,5 cc untuk n. alveolaris inferior.
9. Selanjutnya tarik jarum sekitar 1 cm kemudian lakukan aspirasi jika (-) deponir 0,5 cc
untuk nervus lingualis
11. Keluarkan spet secara perlahan
12. Massage (pijit) daerah yang diinjeksikan agar membantu penyebaran bahan anestesi
13. Tunggu onset 4-6 menit, bila pasien sudah merasa kebas, cek anestesi dengan cara
memasukkan sonde ke sulkus gingival gigi yang akan diekstraksi. Jika pasien tidak
merasa sakit, maka bisa dilanjutkan dengan prosedur ekstraksi.
c. Anestesi topikal
1. Keringkan mukosa yang akan dianestesi
2. Anestesi
a. menggunakan benzokain
ambil kapas jepit dengan pinset, oleskan gel benzokain pada kapas -> oleskan pada
bagian mukosa bukal/labial dan palatal/lingual yang akan diekstraksi
b. menggunakan chlor etyl
ambil kapasjepit dengan pinset, semprotkan chlor etyl tunggu sampai terbentuk
bunga es -> tempelkan pada mukosa bukal/labial dan palatal/lingual yang akan
diekstraksi dan tahan sampai dengan ekstraksi selesai dilakukan
3. untuk benzokain tunggu waktu onset 2-3 menit lalu cek anestesi dengan cara
memasukkan sonde ke sulkus gingival gigi yang akan diekstraksi. Jika pasien tidak
merasa sakit, maka bisa dilanjutkan dengan prosedur ekstraksi.
NB : SEMUA PROSEDUR ANESTESI OPERATOR BERADA PADA JAM 7-9 DENGAN
POSISI PASIEN SEMISUPINE

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

NERVUS YANG TERANESTESI


MAKSILA

MANDIBULA

PROSEDUR EKSTRAKSI
POSISI OPERATOR :
jam 7-9 : maksila dan mandibula sisi kiri
jam 9-11 : mandibula kanan
POSISI PASIEN :
Maksila : tinggi mulut sejajar bahu operator
Mandibula : tinggi mulut diatas siku 5 cm
Posisi rahang : mandibula sejajar lantai dan maksila membentuk sudut 45o
FIKSASI GIGI :
a. Maksila
1. Gigi 17-23 : telunjuk di palatal, ibu jari di bukal/labial
2. Gigi 24-27 : telunjuk di bukal/labial, ibu jari di palatal
b. Mandibula
1. Gigi 47-33 : telunjuk di bukal/labial, jari tengah di lingual, lainnya menopang mandibula
2. Gigi 34-37 : telunjuk di bukal/labial, ibu jari di lingual, lainnya menopang mandibula.
Gunakan ELEVATOR
1. Tujuan : untuk membuka gingiva attachment dan melebarkan soket periodontal.
2. Teknik penggunaan
Paralel : letakkan elevator di mesio gingiva interproksimal arah apikal seajajar sumbu
gigi kemudian gerakan ke bukal searah jarum jam dengan tektik memutar
(mengungkit).
Vertikal : letakkan elevator tegak lurus sumbu gigi diantara interproksimal dengan
tumpuan gigi sebelahnya

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

Gunakan TANG CABUT


1. Tujuan : mencabut gigi
2. Pegang dengan pinch grasp (maksila) dan sling grasp (mandibula).

3. Teknik penggunaan
Luksasi : gerakan lateral gigi ke bukal/labial dan ke palatal/ lingual.
Untuk gigi akar >1 ex : semua molar
Tekanan terbesar semua gigi ke bukal keculi molar mandibula ke lingual. Karena
tulang alveolar di palatal dan lingual lbh tipis dari bukal.
Rotasi : gerakan memutar gigi ke arah mesial.
Untuk gigi akar tunggal ex I, C, P2 atas, P12 bawah
Arah ekstraksi gigi semua ke bukal oklusal.
Membersihkan soket, hingga muncul darah segar menggunakan KURET PERIAPIKAL -> Kuret
dilakukan terutama pada jaringan abses dan granuloma
Kalo kista dilakukan enukleasi atau marsupialisasi.
KOMPRESI jaringan atau massage : untuk mengembalikan gingiva yg kemungkinan terbuka dan
mengecek apakah ada tulang yg tajam. Kalo ada dihalusin pake BONE FILE.

Pasien diberikan tampon di area cabut dan diminta menggigitnya


INSTRUKSI DAN MEDIKASI PASCA PENCABUTAN
MEDIKASI
analgesik, ex : paracetamol, NSAID [pasien hipertensi kontraindikasi NSAID berikan
paracetamol]
antibiotik, ex amoxcicilin, eritromicin, clindamycin
UNTUK ANAK cukup berikan ibu profen tanpa antibiotic s.p.r.n
INSTRUKSI
gigit tampon 30-60 menit (untuk dewasa) 5-10 menit (untuk anak) guna menekan perdarahan
jangan memainkan lidah di area cabut
diet lunak
jangan merokok (dewasa laki2)
jangan menghisap2 area cabut
jangan makan panas
jangan kumur terlebih dahulu
Sikat gigi secara perlahan sisi yang terdapat luka pasca pencabutan
pada anak : karena zat anestetikum membuat baal, maka diminta untuk tidak menggigit bibir
dan mukosa karena menyebabkan ulser
jika perdarahan tidak berhenti selama 2 jam ganti kasa dengan yang baru gigit, dan lakukan
kompres dengan es batu
jika dalam 6 jam darah masih banyak keluar silahkan datang ke dokter terdekat

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

SUTURING
A

INDIKASI
1.
2.
3.
4.
5.

Mengikat pembuluh darah


Luka laserasi
Stabilisasi drain
Menempatkan material hemostatik
Imobilisasi flap pedikel
KLASIFIKASI BENANG SUTURE
1. Absorbable
Sintetik : polydioxanone (PDS)(monofilament), vicryl (braided)
Alami : catgut
2. Non absorbable
Sintetik : prolene (monofilament), nylon (monofilament)
Alami : silk (braided)
BENTUK MATA JARUM

UKURAN JARUM : , 3/8,


D
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

SYARAT SYARAT PENJAHITAN


Pegang jarum pada 2/3 dari ujung
Jarum tegak lurus menembus jaringan
Melewati jaringan sesuai lengkung jarum
Jarak dari tepi luka 2-3 mm dan teratur
Jarak antar jahitan 3-5 mm dan teratur
Arah jahitan dari sisi bebas ke sisi yang tetap
Arah jahitan dari sisi yang tipis ke sisi yang tebal
Ikatan tidak boleh terlalu erat
Simpul tidak di atas garis insisi

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

A.
B.
C.
D.

E
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Interrupted
Horisontal interrupted mattres
Continuous simple
Subcutaneous continuous
INSTRUKSI DAN MEDIKASI PASCA PENJAHITAN
Jangan memainkan lidah di area cabut
Diet lunak
Jangan merokok (dewasa laki2)
Jangan menghisap2 area cabut
Jangan makan panas
Jangan kumur terlebih dahulu
Sikat gigi secara perlahan sisi yang terdapat jahitan
KONTROL -> 5-7 hari setelahnya datang kembali untuk dilakukan pelepasan benang jahit, jika
sebelum 5-7 hari terdapat keluhan serius silahkan datang kembali secepatnya

MEDIKASI : pemberian analgetik s.p.r.n dan antibiotic


FASE PENYEMBUHAN LUKA
Fase inflamasi
terdiri dari fase hemostasis, fase vaskuler, dan fase seluler.
Fase proliferasi
hari ke 2-3 sampai minggu ke-3. terjadi sintesis kolagen oleh fibroblas.
Fase remodeling
Mulai minggu ke-3 sampai 6 bulan atau 2 tahun. Terjadi sintesis kolagen dan lisis oleh enzim
kolagenase. Kekuatan tarik luka 70%-80% dibanding kulit normal.

KOMPLIKASI PASCA EKSTRAKSI


A

PROSEDUR PENATALAKSANAAN PERDARAHAN


1. Anamnesa
2. Pemeriksaan intraoral -> cari sumber perdarahan dengan bantuan suction
3. Jika sudah ditemukan sumber perdarahannya jelaskan pada pasien perawatannya:
Baik bapak/ibu/adik, jadi ini darahnya tidak berhenti disebabkan oleh adanya tulang yang
tajam (misalkan), jadi nanti sebelumnya saya akan bius dulu dengan suntik guna
meminimalisir rasa sakit, kemudian akan saya haluskan tulang yang tajam dan saya berikan
bahan untuk membantu mempercepat pembekuan darah kemudian akan saya jahit. Apakah
bapak/ibu/adik bersedia?
Atau
Baik bapak/ibu/adik, jadi ini darahnya tidak berhenti disebabkan oleh adanya pembuluh
darah yang robek (misalkan), jadi nanti sebelumnya saya akan bius dulu dengan suntik guna
meminimalisir rasa sakit, kemudian akan saya jahit pembuluh yang robek saya berikan bahan
untuk membantu mempercepat pembekuan darah kemudian akan saya jahit. Apakah
bapak/ibu/adik bersedia?
4. Anestesi (asumsikan)
5. Suction cari sumber perdarahan, lakukan penanganan terhadap faktor penyebab
6. Lakukan irigasi pada soket pasien
7. Berikan material hemostatik berupa spongostan kemudian jahit dengan figure-eight

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

INSTRUKSI DAN MEDIKASI PASCA PROSEDUR PENGHENTIAN PERDARAHAN


INSTRUKSI
1. Jangan memainkan lidah di area yang dijahit
2. Diet lunak
3. Jangan merokok (dewasa laki2)
4. Jangan menghisap2 area yang dijahit
5. Jangan makan panas
6. Jangan kumur terlebih dahulu
7. Sikat gigi secara perlahan sisi yang terdapat jahitan
8. KONTROL -> 5-7 hari setelahnya datang kembali untuk dilakukan pelepasan benang jahit, jika
sebelum 5-7 hari terdapat keluhan serius silahkan datang kembali secepatnya
MEDIKASI : pemberian analgetik s.p.r.n, asam traneksamat [sebagai koagulan] dan antibiotik
PROSEDUR PENATALAKSANAAN DRY SOCKET
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan intraoral -> temukan ciri khas dry socket :
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat alveolus yang terbuka, kadang terselimuti
kotoran,biasanya berwarna kuning keabuan dan dikelilingi berbagai tingkatan inflamasi
gingiva.
3. Jika sudah ditemukan jelaskan pada pasien perawatannya:
Baik bapak/ibu/adik, jadi ini diagnosisnya dry socket. Jadi luka pasca pencabutannya itu
tidak mau menutup karena adanya tumpukan sisa makanan didalamnya [misalkan], atau bisa
juga karena terlalu banyak berkumur sehingga jendalan darahnya hilang. Perwatannya nanti
akan saya bersihkan dulu, kemudian saya aplikasikan obat (dressing)lalu akan saya buat
perdarahan baru agar luka ini dapat menutup. Apakah bapak/ibu/adik bersedia?
4. Irigasi pada bagian yang mengalami dry socket dengan larutan saline yang hangat dengan
tujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik pada soket bekas pencabutan gigi,
kemudian diperiksa. Soket yang diirigasi dengan larutan saline sebaiknya disedot dengan hatihati agar bagian yang utuh dapat dipertahankan.
5. Palpasi dengan hati-hati menggunakan aplikator kapas untuk membantu menentukan
sensitivitas.
6. Buatlah pendarahan pada soket untuk merangsang terjadinya bekuan darah dngan
menggunakan kuret.
7. Penutupan dengan pembalut (dressing) obat-obatan yang dimasukkan ke dalam alveolus.
Pembalut Dry Socket: kasa radiopak dijenuhkan dengan zink fosfat eugenol atau bisa juga
dengan agen alvogyl

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

8. Setelahnya berikan material hemostatic [spongostan] dan jahit dengan figure-eight

INSTRUKSI DAN MEDIKASI PASCA PERAWATAN DRY SOCKET


INSTRUKSI
1. Jangan memainkan lidah di area yang dijahit
2. Diet lunak
3. Jangan merokok (dewasa laki2)
4. Jangan menghisap2 area cabut
5. Jangan makan panas
6. Jangan kumur terlebih dahulu
7. Sikat gigi secara perlahan sisi yang terdapat jahitan
8. KONTROL -> 5-7 hari setelahnya datang kembali untuk dilakukan pelepasan benang jahit, jika
sebelum 5-7 hari terdapat keluhan serius [masih sakit] silahkan datang kembali secepatnya
MEDIKASI : pemberian analgetik s.p.r.n dan antibiotic
FIKSASI & FRAKTUR DENTOALVEOLAR

KLASIFIKASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR


FRAKTUR DENTAL
KLASIFIKASI ELLIS DAN DAVEY:
1. Fraktur pada enamel
2. Fraktur pada enamel yang melibatkan dentin
3. Fraktur pada enamel, dentin dan melibatkan pulpa
4. Fraktur mahkota disertai dengan adanya fraktur
akar

KLASIFIKASI ANDREASEN:
1. Infraksi pada mahkota [retak mahkota]
2. Fraktur mehkota melibatkan enamel dan dentin
3. Fraktur mahkota melibatkan enamel, dentin dan
pulpa [komplikasi]
4. Fraktur akar tidak komplikasi
5. Fraktur akar komplikasi
6. Fraktur horizontal akar
F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

TRAUMA JARINGAN PENDUKUNG GIGI


A.
B.
C.
D.

Concusi periodontal
Subluksasi
Luksasi, dislokasi, atau avulse parsial
Avulsi

FRAKTUR TULANG ALVEOLAR

a. Fraktur pada salah satu dinding


tulang alveolar
b. Fraktur pada processus alveolar

BEDA INFRAKSI DAN FRAKTUR -> INFRAKSI [Retak] ; FRAKTUR [Patah]


TEKNIK SPLINTING
SYARAT SPLINTING YANG BAIK:
1. Harus bisa diaplikasikan langsung ke gigi tanpa harus prosedur laboratorium
2. Dapat menstabilkan posisi gigi yang mengalami injury ke keadaan normal
3. Kuat dalam menahan terjadinya kegoyahan gigi
4. Harus mudah dibersihkan, tidak menyebabkan kerusakan gingiva ataupun karies
5. Tidak mengganggu oklusi atau pun artikulasi
6. Tidak mengganggu perawatan edodontik
7. Mudah dilepaskan tanpa menimbulkan injury baru
TEKNIK EYELET IVY
a. interrupted eyelet ivy
Splint menggunakan teknik ini mengikat 2 gigi
menggunakan kawat 0,4 yang dipotong sepanjang 15
cm, kemudian dibagian tengahnya dibuat loop dengan
beberapa pelintir didekat loop dan ujungnya berupa 2
kawat bebas (Malik, 2012). Kemudian, kedua ujung
kawat dimasukkan ke ruang interproksimal gigi yang
akan diikat, dan dibalikkan kearah bukal melewati sisi
lain dari gigi. Ujung distal ditelusupkan kedalam loop, lalu ujung kawat tersebut ditarik,
supaya ikatannya kuat pilin loop dan sisa kawat bebas satu sama lain pada daerah mesial

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

(Pedersen, 2013). Kencangkan pilinan, potong sisa kelebihan pilin dan masukkan sisi
tajam wire ke dekat interdental menggunakan bantuan lidah ular.
b. Eyelet continuous

Potong wire 0,4 mm sepanjang 20-25 cm.


masukkan wire di distal gigi penjangkaran terdistal
sisakan wire sepanjang gigi yang akan difiksasi di
bukal.

Dari

arah palatal, wire

dimasukkan ke

interdental menuju bukal melalui bagian bawah wire


horizontal di bukal, kemudian masukkan kembali ke
palatal dari bagian atas wire yang berada dibukal, maka
akan terbentuk loop dengan sendirinya. Masukkan wire
ke interdental gigi berikutnya dari arah bawah kemudian kencangkan loop yang sudah dibuat
sebelumnya dengan cara memilin sampai dengan loop yang tersisa kecil. Ulangi hal ini sampai
dengan batas gigi yang akan difiksasi kemudian sisa wire yang ada lalu dipilin bersamaan
dibagian paling mesial gigi-gigi yang difiksasi. Kencangkan pilinan, potong sisa kelebihan
pilin dan masukkan sisi tajam wire ke dekat interdental menggunakan bantuan lidah ular.
c. Essig

Potong kawat diameter 0,4 sepanjang 20 cm sebagai main wire dan lainnya dengan
wire diameter 0,3 sebanyak 3 dengan panjang 6 cm untuk dijadikan secondary wire.
Kemudian, masukkan satu ujung pada daerah yang mau difiksasi dan satu lagi ke gigi yang
berjarak 3 gigi dari gigi yang akan difiksasi. Masukkan wire dari arah bukal ke lingual dan
masukkan lagi dari lingual ke bukal, lalu pilin sedikit diujung gigi jangkarnya. Lalu,
secondary wire dipasangkan di interdental masing masing gigi yang akan menjadi jangkar,
dan dibawa kembali ke bukal untuk kemudian dilakukan pilin dimasing masing interdental.
Kencangkan pilinan, potong sisa kelebihan pilin dan masukkan sisi tajam wire ke dekat
interdental menggunakan bantuan lidah ular (Malik, 2012).

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

d. Ernst ligature
Prinsip penggunaan teknik ini adalah menjadikan
satu gigi disebelah gigi yang akan difiksasi sebagai
jangkar. Digunakan kawat berdiameter 0.4 mm dengan
panjang 15 cm. masukkan sisi salah satu wire dari arah
distal gigi bukal menuju lingual, dan sisi satu lagi dari
mesial gigi bukal menuju lingual. Kemudian keluarkan
kawat menuju bukal dengan sama sama dimasukkan ke
bagian interdental dan diposisikan satu diatas wire horizontal dan satu di bawah, kemudian
dilakukan pilin sampai dirasa kencang, buang sisa wire yang tidak digunakan dan
masukkan ujung tajam wire menggunakan lidah ular agar tidak melukai mukosa
didepannya. Kencangkan pilinan, potong sisa kelebihan pilin dan masukkan sisi tajam wire
ke dekat interdental menggunakan bantuan lidah ular (Spiessl, 1976).
C

RENCANA PERAWATAN
1. Debridement [berikan pertolongan pertama terlebih dahulu jika pasien datang dengan keadaan
darurat]
2. Lakukan anamnesa setelah pasien bisa diajak komunikasi [jika tidak bisa dilakukan wawancara
dengan wali pasien], perdalam etiologi dan golden period pasien
3. Lakukan foto rontgen periapikal pre perawatan untuk mengetahui prognosis pasien
4. Lakukan pemeriksaan ekstra oral [lihat apakah terdapat keasimetrisan atau pembengkakan atau
hematoma] dan lanjutkan ke pemeriksaan intraoral
5. Lakukan tes vitalitas gigi [tes termal, tes elektrik, open bur, tes jarum]
6. Posisikan pasien, siapkan alat, bahan yang dibutuhkan, persiapkan APD dan operator berdiri
pada posisi yang benar.
7. Lakukan anestesi lokal pada gigi.
8. Lakukan irigasi dan pembersihan kotoran disekitar gigi.
9. Fiksasi gigi dengan menggunakan jari tangan bebas [jangan gunakan tang dsb, sebab akan
menimbulkan tekanan yang tidak terkontrol]
10. Dengan menggunakan kawat diameter 0.4 mm, lakukan teknik splinting pada pasien dengan
menggunakan armamentarium yang benar.
INSTRUKSI DAN MEDIKASI
INSTRUKSI
1. Diet lunak
2. Jangan digunakan untuk makan daerah yang difiksasi [menghindari tekanan berlebihan]
3. Jangan makan yang panas
4. Jangan merokok dulu 1/2x24 jam [dewasa]
5. Sikat gigi secara perlahan sisi yang terdapat fiksasi
6. 2 minggu setelah di replantasi instruksikan pasien untuk melakukan foto rongent periapikal
guna memeriksa apakah posisi sudah benar dan dapat digunakan sebagai pedoman radiografis
jangka panjang.
7. Lakukan kontrol 3/4 minggu sekali dan setiap kali kontrol, lakukan kembali pemeriksaan klinis
untuk mengamati perlekatan ulang ligament periodontium dan kondisi pulpa.
8. Setelah 3-5 minggu bisa dilakukan pelepasan splint, namun hal ini bergantung pada individu
dan derajat kegoyahan giginya.
9. Jika setelah reposisi diketahui gigi sudah tidak vital maka harus dilakukan perawatan edodontik

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

MEDIKASI : pemberian analgetik s.p.r.n, antibiotic dan antiinflamasi bila dibutuhkan


TAMBAHAN ILMU PENGETAHUAN
Untuk gigi avulsi bisa divitalisasi kembali dengan cara merendam gigi avulsi pada susu atau
pun saliva dengan golden periodenya adalah 2 jam pasca tanggal [ada yang bilang 8 jam juga]
Kontrol untuk gigi subluksasi dilakukan seminggu sekali
Kontrol untuk gigi ekstrusi dilakukan 3-4 minggu sekali [cek mana tau salah, lupa soalnya]
Kontrol untuk fraktur rahang dilakukan 2-3 bulan sekali [cek mana tau salah, lupa soalnya]

NB : SEMUA YANG DISINI BERDASARKAN MATERI CS DAN PEMAHAMAN SKILLAB, JIKA


ADA YANG SALAH MOHON MAAF SILAHKAN DIBENARKAN SENDIRI

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

NB : SEMUA YANG DISINI BERDASARKAN MATERI CS DAN PEMAHAMAN SKILLAB, JIKA


ADA YANG SALAH MOHON MAAF SILAHKAN DIBENARKAN SENDIRI

F.A.TIARA & HIKMAHFAZ [angk.2013]

Anda mungkin juga menyukai