Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA


LAPORAN HOME VISIT
KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

OLEH :
I Nyoman Ardi Widiatmika
H1A 010 042

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB
2016
LAPORAN HOME VISIT
A. LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Umur

: Tn. J
: 30 Tahun
0

Jenis Kelamin
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status
Alamat

: Laki-Laki
: Islam
: Sasak
: Tidak Sekolah
: Kuli bangunan
: Menikah
: Dusun Lokok Ara RT/RW: 002/001, Desa Sesait, Kecamatan

Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat


Tgl Home Visit : 27 Maret 2016
Contact Person : Tetangga terdekat ()
II. RIWAYAT PSIKIATRI
(Heteroanamnesis dengan ibu tiri pasien, pada 27 Maret 2016)
1. Keluhan Utama :
Mengamuk
2. Riwayat Gangguan Sekarang :
Menurut keterangan keluarga pasien, pasien ingin bunuh diri dengan
menggunakan tali untuk gantung diri sebelum di pasung.
Keluhan ini merupakan yang kedua kalinya pasien mencoba untuk
bunuh diri. Sebelumnya pasien juga pernah mencoba untuk bunuh diri
dengan cara yang sama, gantung diri, di rumahnya. Namun, keluarga juga
berhasil menghentikannya. Keluhan ini pertama kali dikeluhkan oleh
keluarga mulai terjadi sejak 6 bulan yang lalu. Hal ini menurut keluarga
karena pasien sering mendengar bisikan-bisikan yang membuat pasien
menjadi ketakutan sehingga mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang
membuat keluarga memasung pasien dengan menggunakan sebatang kayu di
dalam kamar. Pasien di pasung di rumah kakak pasien karena menurut
keluarga agar ada yang mengawasi pasien.
Selain mencoba untuk bunuh diri, pasien juga dikeluhkan sering teriak
dan ngamuk sendiri tanpa sebab yang jelas. Pasien juga sering memukuli
1

istrinya, tapi tidak pernah memukuli anggota keluarga atau orang lain di
dekatnya. Hal ini memberat sejak 2 bulan terakhir.
Menurut

keluarga,

ketika

tenang,

pasien

dapat

menjalankan

aktifitasnya seperti biasa. Tidak ada hambatan pasien dalam melakukan


aktifitas fisik sehari-hari. Pasien dapat melaksanakan pekerjaannya sebagai
seorang petani di ladang. Selama di pasung, pasien BAB dan BAK di tempat
dengan menggunakan ember.

(Autoanamnesis )
Saat bertemu dengan pasien, pasien terlihat sedang mencuci piring
seorang diri dalam ruangan berukuran sekitar 4x3 meter. Pada saat
diwawancarai, pasien tampak tenang dan bersedia untuk di ajak
berkomunikasi dengan pemeriksa. Pasien tampak kooperatif dan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan pemeriksa. Pasien mengatakan bahwa
dirinya tidak sakit.
Menurut pasien, hal yang menyebabkannya ingin gantung diri adalah
karena ia merasa ketakutan karena sering mendengar bisikan-bisikan di
telinganya, tapi tidak tampak wujud orang yang berbisik tersebut. Bisikan
tersebut menurutnya, berasal dari 3 suara orang yang secara bergantian
membisiki pasien di telinga kanan dan kirinya. Pasien mengaku tidak
mampu mendengar dengan jelas suara bisikan-bisikan yang terdengar di
telinganya tersebut
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Saat pasien berusia 13 tahun, ia suka telanjang di depan umum dan
mencabut-cabut

tanaman

tetangga.

Hal

tersebut

menurut

keluarga

disebabkan karena keinginan membeli sepeda motor tidak diberikan oleh


oarang tuanya. Paasien saat itu pernah dibawa ke dukun maupun ke dokter di
2

Puskesmas. Keluhan tersebut baru pertama kali muncul sejak 6 bulan yang
lalu. Riwayat trauma kepala (-), riwayat kejang (-), asma (-), penyakit
jantung (-), diabetes melitus (-), TB (-), riwayat kebiasaan mengkonsumsi
alkohol (-), riwayat penggunaan NAPZA (-).
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara. Pasien lahir
spontan dengan dibantu oleh dukun. Tidak di ketahui bagaimana riwayat
selama kehamilan, karena ibu dan ayah pasien telah meninggal,
sehingga tidak ada anggota keluarga yang mengetahui dan mengerti
akan hal tersebut. Pasien lahir tanpa adanya kelainan fisik dan langsung
menangis.
b. Masa Kanak-kanak Awal (1-3 tahun)
Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Riwayat sakit yang berat disangkal.
c. Masa Kanak-kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tidak sekolah. Tetapi, pasien mudah bergaul dengan teman-teman
seusianya.
d. Masa Kanak-kanak Akhir (11-19 tahun)
Hubungan sosial pasien dengan teman sekitarnya masih dalam batas
normal. Meskipun tidak pernah bersekolah, pasien rajin membantu
orang tuanya bekerja di sawah.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa serupa atau
gangguan jiwa yang lainnya.
6. Situasi Sosial Sekarang

Pasien di pasung di sebuah kamar berukuran sekitar 3 x 3 m. Dinding


rumah tersebut terbuat dari batako yang tidak diplester, beratapkan seng,
tanpa plavon, dan lantai dari tanah. Pasien tidur di atas sebuah kasur tipis
dengan kaki kiri di pasung menggunakan sebatang kayu. Rumah pasien
berada di lingkungan padat huni dengan jarak antar rumah sekitar 2 meter.
Dapur dan kamar mandi terletak di samping bangunan rumah pasien. Di
samping kamar pasien, terdapat kandang sapi. Selama di pasung pasien
menjalankan aktifitas sehari-hari seperti makan, minum hingga BAB dan
BAK di kamar tersebut. Selama di pasung di dalam kamar, pasien ditemani
oleh istrinya.
Genogram Keluarga Pasien

III. STATUS MENTAL (Tanggal 28 Februari 2016)


1. Penampilan
Pasien seorang

laki-laki,

tampak

sesuai

usia,

penampilan

rapi

menggunakan baju dan sarung, perawatan diri baik, perawakan sedang


2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Saat wawancara, pasien tampak normoaktif
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
4. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, respon baik, produktivitas cukup, volume sedang,
jawaban sesuai pertanyaan
5. Mood dan Afek

Mood
Afek
Keserasian

: Eutimik
: Luas
: Serasi

6. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (-)
7. Pikiran

Arus pikir
Isi pikir

: Koheren
: Waham kejar

8. Kesadaran dan Kognisi

Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan: Apatis


Orientasi
:
- Orang
: Baik
- Tempat
: Baik
- Situasional : Baik
Daya Ingat
: Baik
Konsentrasi dan Perhatian: Baik
Kemampuan Membaca dan Menulis: Baik
Kemampuan Visuospasial: Kurang
Pikiran Abstrak: Pasien berpikir konkrit, dapat menyebutkan
persamaan antara apel dan jeruk

9. Intelegensi dan Kemampuan Informasi


Kesan baik, pasien dapat menjawab nama presiden saat ini
10. Pengendalian Impuls
5

Pengendalian impuls buruk. Pasien tidak mampu menahan emosinya. Hal


tersebut dibuktikan dengan sikap pasien yang sering teriak dan ngamuk.
11. Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai
Tilikan

: Baik
: Derajat 1

IV. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 28 Februari 2016)


1. Tanda vital

TD
HR
RR
T axilla

: 120/70 mmHg
: 84 kali/menit
: 18 kali/menit
: 36,6o C

2. Status Generalis :

Mata
THT
Thoraks
- Cor
- Pulmo
Abdomen

: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)


: rhinorea -/-, otorea -/-, deviasi trakea (-)
:
: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
: suara vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: distensi (-), bising usus (+) normal, perkusi timpani di

seluruh lapang abdomen, tidak teraba massa, hepar, ren dan lien.
Ekstremitas : hangat pada kedua ekstremitas superior dan inferior

V. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

: Skizofrenia paranoid
: Tidak ada diagnosis
: Tidak ada diagnosis
: Tidak ada diagnosis
: GAF 20-11

B. ASPEK KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


I.

IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN


6

Pasien merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara. Pasien tinggal


serumah bersama istrinya. Keluarga pasien merupakan keluarga sederhana yang
hidup sesuai masyarakat Sasak pada umumnya.

II. KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI


Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.
Ayah dan ibu kandung pasien telah meninggal dunia. Pasien bekerja sebagai
seorang petani dengan penghasilan tidak menentu.

III. DESKRIPSI MASYARAKAT YANG BERADA DALAM RADIUS 1 KM


DARI DAERAH PASIEN TENTANG PASIEN GANGGUAN JIWA
Di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien terdapat 5 warga yang
memiliki gangguan jiwa. Menurut anggota keluarga dan tetangga pasien,
orang-orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa, yaitu:
a.
b.
c.

Sering bicara dan tertawa sendiri


Berpakaian tidak seperti orang yang normal
Sering melamun atau marah-marah serta mengamuk tanpa sebab yang

d.
e.
f.

jelas
Bertingkah laku aneh tidak seperti orang normal
Sering keluyuran sendirian tanpa tujuan
Suka mengganggu dan menyebabkan keresahan orang lain dan

g.

lingkungan
Pendiam, suka menyendiri, dan berkhayal yang tidak sesuai dengan

h.

kenyataan
Tidak mampu mengurus dirinya sendiri, seperti jarang mandi dan makan
Dengan adanya gejala tersebut, masyarakat menganggap bahwa pasien

dengan gangguan jiwa umumnya memiliki gangguan dalam berinteraksi


dengan masyarakat. Sebagian dari mereka bahkan sangat meresahkan warga
oleh karena sering berperilaku menyimpang dan sama sekali tidak dapat

diarahkan. Sehingga beberapa pasien dengan gangguan jiwa terpaksa harus


diasingkan atau dibatasi aktivitasnya dengan mengikat atau mengurung agar
tidak merugikan warga sekitar dan tidak menjadi bahan tontonan maupun
bahan ejekan anak-anak.

IV. SIKAP KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG


DISANGKA MENDERITA GANGGUAN JIWA
Keluarga pasien mengakui bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Awalnya mereka berpikir bahwa pasien dirasuki oleh maluk halus. Oleh
karena itu, pihak keluarga memanggil dukun untuk mengobati pasien.
Namun, keluarga juga sangat terbuka dengan pengobatan yang diberikan dari
segi medis. Pasien juga sudah mendapatkan obat dari petugas jiwa
Puskesmas Senaru. Namun, karena belum memiliki BPJS atau bantuan sosial
apapun, pasien belum di bawa ke rumah sakit jiwa.
V. TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP PASIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA DAN USAHA PENGOBATAN
Menurut keluarga, penderita yang mengalami gangguan jiwa perlu
mendapatkan pengobatan. Pengobatan dapat diberikan secara nonmedis,
misalnya berupa pengobatan alternatif oleh ustadz atau dukun, dan juga
secara medis dengan pergi ke dokter dan minum obat.
Keluarga mengetahui bahwa tindakan memasung pasien tersebut
merupakan tindakan yang tidak benar. Tetapi, hal itu terpaksa dilakukan
karena keluarga khawatir pasien akan mencoba untuk bunuh diri lagi. Selain
itu, keluarga sendiri juga takut akan di bunuh oleh pasien dan meresahkan
warga.
8

VI. KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT


PENANGANAN

ANGGOTA

KELUARGA

YANG

DISANGKA

MENDERITA GANGGUAN JIWA


Kendala yang dihadapi keluarga, antara lain :
a.

Keluarga pasien tidak mengerti bahwa sebenarnya pasien dapat diobati

b.

namun membutuhkan waktu yang lama


Pasien hanya tinggal berdua dengan istrinya yang letak rumahnya jauh
dari rumah keluarganya yang lain. Pasien dan istrinya belum pernah
sekolah sehingga pengetahuan tentang kesehatan khususnya kesehatan

c.

jiwa belum dimengerti


Keluarga pasien belum mampu membawa ke rumah sakit terkait biaya
karea pasien dan keluarga tidak memiliki BPJS

VII.EDUKASI KEPADA KELUARGA


a. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai gangguan yang dialami
oleh pasien
b. Menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien dengan gangguan jiwa
sebenarnya dapat diobati. Tetapi, pengobatan harus dilakukan secara
rutin dan teratur serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga
diperlukan dukungan dari semua anggota keluarga.
c. Menjelaskan kepada keluarga mengenai manfaat memiliki kartu BPJS
dan bagaimana cara menggunakannya.
d. Keluarga diharapkan bersedia menjadi pengawas pasien dalam minum
obat

dan mengantarkan pasien rutin kontrol ke Rumah Sakit atau

Puskesmas
e. Menjelaskan mengenai pentingnya peran anggota keluarga lain yang
dapat membantu

VIII. LAMPIRAN DOKUMENTASI PASIEN

10

Anda mungkin juga menyukai