PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari dulu hingga sekarang ini masalah status gizi menjadi salah satu masalah yang
mendapat perhatian dalam dunia kesehatan, baik negara miskin, negara berkembang
dan negara maju.1 Selama kurang lebih 10 tahun terakhir prevalensi gizi lebih
meningkat, diperkirakan saat ini sekitar 1,6 miliar orang dewasa di dunia mengalami
berat badan berlebih (overweight). 400 juta di antaranya termasuk dalam kategori
obesitas. Di perkirakan pada tahun 2015, sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan
mengalami overweight dan 700 juta di antaranya termasuk dalam kategori obesitas. 2
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penambahan jumlah
penduduk yang mengalami obesitas tertinggi terjadi di Amerika dan Rusia yaitu
sebesar 30% per tahun. Peningkatan terjadi dari tahun 1970 sampai 2000, yaitu dari
14,5% menjadi 30,9%.3 Pada kawasan Asia-Pasifik, overweight dan obesitas juga
mengalami peningkatan yang signifikan. Di perkotaan Cina didapatkan 12% laki-laki
dan 14,4% perempuan mengalami overweight, sedangkan di daerah pedesaan
overweight terjadi pada 5,3% laki-laki dan 9,8% perempuan.2
Indonesia yang termasuk negara berkembang, mempunyai masalah gizi ganda
yaitu gabungan antara gizi kurang dan gizi lebih. 1 Di Indonesia, prevalensi obesitas
juga mengalami peningkatan yang signifikan. Data yang diperoleh dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan 9,8 juta (4,7%) dari 210
penduduk Indonesia mengalami obesitas pada tahun 2000. Penelitian yang dilakukan
Depkes RI pada tahun 2003 di beberapa kota besar di Indonesia pada kelompok umur
40 49 tahun sebesar 23% pada laki - laki dan 43% perempuan mengalami obesitas.2
Berdasarkan dataRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, Indeks Massa
Tubuh (IMT) penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun yang mengalami obesitas
sebesar 13,9% laki-laki dan 23,8% perempuan.4 Selain masalah gizi lebih, masalah
gizi kurang sampai saat ini juga masih cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang
Universitas Tarumanagara
Universitas Tarumanagara
Berapa rerata karbohidrat, protein dan lemak pada responden dengan pola
makan lacto-ovo-vegetarian dan vegan?
Berapa rerata Indeks Massa Tubuh pada responden dengan pola makan sesuai
lacto-ovo-vegetarian dan vegan?
Universitas Tarumanagara
Bagi
institusi,
diharapkan
penelitian
ini
dapat
membantu
untuk
Selain itu juga diharapkan dapat menggugah peneliti lain untuk mencari lebih
dalam mengenai nutrisi yang terkandung pada pola makan vegetarian.
Universitas Tarumanagara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Makan
Pola makan (dietary pattern) adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk
menentukan susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada waktu tertentu
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.11
Jenis makanan yang telah diolah yang direkomendasikan dari United States
Departement of Agriculture (USDA) untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dibagi
menjadi:
1. Pola makan berasal dari tumbuh-tumbuhan
Mengurangi jumlah daging dan unggas, meningkatkan konsumsi produk
kacang kedelai yang telah diolah dan kacang jenis lainnya sehingga 50%
protein berasal dari tumbuh-tumbuhan.
2. Pola makan lacto-ovo
Eliminasi semua daging, unggas, ikan dari pola makan sehari-hari dan
meningkatkan konsumsi produk kacang kedelai yang telah diolah dan sebagai
kompensasi mengonsumsi telur dan susu.
3. Pola makan vegan
Eliminasi semua daging, unggas, ikan, telur, susu, dan produk olahan susu dan
sebagai kompensasi meningkatkan konsumsi produk kacang kedelai yang
telah diolah dan kacang jenis lainnya.12
2.2.Vegetarian
2.2.1 Definisi
Vegetarian berasal dari kata vegetus yang berarti segar dan penuh semangat hidup.
Vegetarian mempunyai dua pengertian, yaitu berupa kata benda yakni orang yang
tidak mengonsumsi produk yang berasal dari daging dan kata sifat yakni kebiasaan
untuk tidak mengonsumsi daging.13 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan
tahun 2005, vegetarian dimaksudkan sebagai orang yang karena alasan agama atau
kesehatan hanya memakan sayur-sayuran dan hasil tumbuh-tumbuhan.14
Universitas Tarumanagara
2.2.2. Klasifikasi
Vegetarian menurut International Vegetarian Union (IVU) dibagi berdasarkan
bahan makanan utama antara lain:
1. Vegan adalah vegetarian yang mengonsumsi produk nabati dan sama
sekali tidak mengonsumsi produk hewani termasuk susu, telur serta
produk olahannya.
2. Lacto vegetarian adalah vegetarian yang mengonsumsi produk nabati dan
tidak mengonsumsi produk hewani termasuk telur, tetapi diperbolehkan
mengonsumsi susu dan produk olahannya.15
3. Ovo vegetarian adalah vegetarian yang mengonsumsi produk nabati dan
tidak mengonsumsi produk hewani termasuk susu, tetapi diperbolehlan
mengonsumsi telur dan produk olahannya.13
4. Lacto ovo vegetarian adalah vegetarian yang mengonsumsi produk
nabati dan tidak mengonsumsi produk hewani, tetapi diperbolehkan
mengonsumsi telur dan susu serta produk olahannya.15
5. Pollo vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi daging
unggas tapi tidak mengonsumsi daging hewan lainnya.
6. Pesco vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi daging
ikan tapi tidak mengonsumsi daging hewan lainnya.
7. Semi vegetarian atau flexitarian adalah vegetarian yang masih
mengonsumsi daging beberapa kali dalam satu minggu atau pada saat
tertentu saja.13
Pola makan vegetarian mempunyai tujuan agar tercapainya kesehatan yang
optimal. Menurut Physicians Committee for Responsible Medicine, pola makan
vegetarian terdiri dari sayur sayuran, padi padian, buah buahan dan buah
buahan yang memenuhi karbohidrat kompleks dan serat, serta protein, asam lemak
essensial, vitamin dan mineral. 13
Universitas Tarumanagara
Universitas Tarumanagara
b. Pada tingkat II terdapat kelompok sayur-mayur dan berbagai jenis buah yang
kaya akan serat dan vitamin, serta mineral. Sayur-mayur sebanyak 3-5 bagian
dan berbagai jenis buah sebanyak 2-4 bagian.
c. Pada tingkat III terdapat kacang jenis lainnya dan makanan pengganti daging,
serta susu dan produk olahannya. Biasanya dikonsumsi dengan jumlah yang
lebih sedikit dari jumlah tingkat sebelumnya yaitu 2-3 bagian.
d. Pada tingkat paling atas (tingkat IV) terdapat makanan yang kaya lemak, gula
dan garam. Pada bagian ini merupakan bagian yang dikonsumsi paling sedikit.16
Makronutrien
a. Energi
Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup dan bertumbuh.Energi diperoleh dari
lemak, karbohidrat dan protein. Kebutuhan energi setiap orang berbeda,
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu usia, jenis kelamin,
komposisi tubuh, dan tingkat aktivitas fisik seseorang. Pengeluaran energi adalah
total dari Basal Metabolic Rate (jumlah energi yang dikeluarkan waktu saat
beristirahat), thermic effect of food (TEF adalah jumlah energi yang dibutuhkan
untuk mencerna dan mengabsorbsi makanan) dan energi yang dikeluarkan untuk
melakukan aktivitas fisik. Untuk menjaga berat badan agar stabil, perlu
memperhatikan asupan energi yang diperoleh dari makanan dan total energi yang
dikeluarkan dari aktivitas fisik. Total energi diperoleh dari jumlah nutrien makro
yang dikonsumsi, yaitu:
Lemak adalah sumber energi utama untuk tubuh, menyediakan total 9 kkal
(37 kilo Joule) /gram.
Universitas Tarumanagara
Karbohidrat (pati dan gula) adalah sumber energi yang paling sedikit
dibutuhkan oleh tubuh, yaitu hanya menyediakan 4 kkal (16 kilo Joule) /gram.
Kebutuhan energi setiap orang berbeda yaitu tergantung dari total BMR dan aktivitas
fisik yang dapat dihitung dengan rumus:17
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung elemen hidrogen,
oksigen dan karbon.Karbohidrat berperan sebagai sumber utama energi yang
dibutuhkan tubuh, memastikan agar suplai glikogen mencukupi, memproduksi
asam amino tidak esensial dari protein, membantu metabolisme lemak, dan
mempermudah pencernaan makanan. Jumlah asupan yang direkomendasi untuk
orang dewasa adalah 130 gr per hari.7 Umumnya penganut vegetarian tidak akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat karena karbohidrat
merupakan salah satu dari komponen penyusun utama pangan nabati. Sumber
karbodirat dapat diperoleh dari umbi umbian, padi padian, gandum, jagung,
serta bahan olahannya seperti nasi, bubur, roti, nasi jagung dan sereal lainnya
seperti oat dan barley.13
b. Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen dan
oksigen.Lemak terbagi kepada 3 tipe yaitu, trigleserida, fosfolipid dan sterol.Nilai
asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 20-35%.7 Lemak
merupakan sumber energi dan juga pengangkut berbagai vitamin yang larut dalam
lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Lemak nabati terdiri atas:
Universitas Tarumanagara
rami.
Lemak tak jenuh jamak (Polyunsaturated Fatty Acid / PUFA) seperti asam
lemak Omega 6 yang diperoleh dari bunga matahari, kenari dan wijen;
Pada kaum vegan kecukupan kebutuhan akan lemak mengalami sedikit kesulitan,
oleh karena itu dibutuhkan suplemen Omega 3 yang diperoleh dari biji rami,
sedangkan pada kaum lacto ovo masih dapat disempurnakan karena masih dapat
memperoleh asupan lemak dari susu dan telur. 13
c. Protein
Protein merupakan senyawa organik yang dibentuk dari asam amino.Protein
mengandung senyawa karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.Protein penting
dalam pertumbuhan sel baru, memperbaiki sel, memproduksi senyawa esensial,
meregulasi keseimbangan cairan, resistensi terhadap penyakit, bertindak sebagai
transpor dalam suatu mekanisme, dan sebagai sumber tenaga.Jumlah asupan protein
yang direkomendasi bagi laki-laki dewasa adalah 56gr/hari dan wanita dewasa
adalah 46gr/ hari.7 Pada vegetarian sumber protein dapat diperoleh dari kedelai yang
biasa diolah menjadi tahu, tempe, dan TVP (Textured Vegetable Protein ), serta
kacang kacangan seperti kacang tanah, kacang merah.13
Mikronutrien
a. Vitamin
Vitamin dibutuhkan oleh tubuh hanya dalam jumlah yang kecil untuk perkembangan
dan membantu berjalannya metabolisme dalam tubuh.Vitamin bagi tubuh dapat
diperoleh dari sayur sayuran dan buah buahan.13 Vitamin terbagi atas:
Universitas Tarumanagara
Vitamin A
Vitamin A merupakan nutrisi organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
kecil. Vitamin tidak berperan sebagai suplai energi tapi berperan membantu dalam
proses metabolisme dalam tubuh.Vitamin A (retinoids) membantu menjaga kesehatan
mata, kulit, menghindari kanker, dan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Jumlah asupan yang dianjurkan untuk lelaki adalah 900 g dan wanita adalah
700 g. Vitamin A dapat diperoleh dari hati sapi, hati ayam, kentang, wortel, bayam,
dan telur.7
Vitamin E
Vitamin C
Vitamin B1
Universitas Tarumanagara
Vitamin B2
Vitamin B6
Vitamin B12
Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam sintesis asam nukleat, metabolisme
asam amino, asam lemak, karbohidrat, dan folat. Diperlukan juga dalam
pembentukan dan regenerasi sel darah merah, sintesis mielin, dan membantu sistem
saraf berfungsi dengan baik.Nilai asupan yang direkomendasi bagi orang dewasa
adalah 2,4 g per hari. Vitamin B12 terdapat dalam hati sapi, ikan salmon, susu, dan
telur.7 Selain itu Vitamin B12 dapat pula diperoleh dari tempe.
Asam Folat
Asam folat penting dalam sintesis RNA dan DNA, dan bersama dengan vitamin B12
dan vitamin C dalam meningkatkan level kematangan sel darah merah yang normal.
Jumlah asupan yang direkomendasi adalah 400 g untuk orang dewasa. Makanan
seperti gandum utuh, hati sapi, brokoli, dan jeruk mengandung asam folat.7
Universitas Tarumanagara
b. Mineral
Kalsium
c.
d.
Fosfor
e.
f.
Magnesium
g.
h.
Natrium
Universitas Tarumanagara
Kalium
k.
l.
Besi
m.
n.
Zink
o.
Zink penting untuk pertumbuhan dan replikasi sel, pertahanan sistem imun,
sintesis RNA, DNA, protein, pertumbuhan tulang dan metabolisme
mineral.Jumlah asupan zink yang direkomendasikan adalah 8-11mg/hari.
Makanan seperti hati sapi, kacang-kacangan, susu, dan telur mengandung
seng.7
p.
Serat
q.
Serat adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan
tubuh tetapi sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya berbagai jenis
penyakit. Serat dapat diperoleh dari buah buahan, sayur sayuran, kacang
kacangan dan padi padian.13 Pola makan vegetarian mengonsumsi jumlah
makanan berserat dan makanan kaya karbohidrat dengan proporsi yang lebih
besar daripada non-vegetarian. Penelitian Brodribb, dkk melaporkan bahwa
rata-rata asupan serat pada vegetarian berkisar 40 gram/hari, lebih tinggi
daripada asupan serat non vegetarian yang hanya berkisar 20 gram/hari.10
r.
s.
Universitas Tarumanagara
t.
u. 2.3 Status Gizi
v. 2.3.1 Definisi
w. Status gizi merupakan tanda tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan
karena adanya keseimbangan konsumsi makanan dan penggunaan zat zat
gizi. Status gizi menjadi pentingdan perlu diperhatikan karena merupakan
faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik
dalam tubuh seseorang akan berperan penting baik pada kesehatan, maupun
juga terhadap kemampuan tubuh dalam proses pemulihan. Status gizi
masyarakat dapat diketahui dari pola konsumsi baik itu secara kuantitatif
maupun kualitatif.
x.
y.
Universitas Tarumanagara
z. 2.3.2 Klasifikasi
aa. Untuk menetukan klasifikasi status gizi dapat digunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) / Body Mass Index (BMI). Menurut WHO, status gizi terbagi menjadi:
ab. Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
ac. IMT (kg/m2)
ad. Klasifikasi
ae. <16
as. Normal
au. Kelebihan Berat Badan (Overweight)
aw. Obesitas I
ay. Obesitas II
ba. Obesitas III
al. >40,0
bb.
bf. IMT
bh. <18,5
bl. >23,0
bm.
bs.
Beresiko
bo. Obese I
bq. Obese II
br. >30,0
Sumber: WHO,200023
bt.
Universitas Tarumanagara
Seiring bertambahnya usia, dapat terjadi penurunan masa otot baik otot
rangka, otot halus maupun otot yang berfungsi pada organ vital seperti pada
jantung. Penurunan fungsi jantung dapat disebabkan karena penyakit kronis
seperti arterosklerosis, hipertensi dan diabetes. Penurunan fungsi juga dapat
terjadi pada organ lain seperti paru, ginjal dan hati, serta turut menurunnya
fungsi jaringan tubuh untuk memproduksi protein baru. Dengan berkurangnya
protein dalam tubuh, dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.Terganggunya
metabolisme di dalam tubuh, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
lemak dalam tubuh. Selain itu, dapat juga terjadi peningkatan lemak total
dalam tubuh yang dikarenakan kalori yang berlebih.24
2. Frekuensi makan
bw.
makan tidak memiliki efek langsung terhadap status gizi. Hal ini dikarenakan
frekuensi makan lebih berpengaruh terhadap perubahan nafsu makan atau
yang dikenal dengan asupan makanan.25 Hal yang sama dikemukakan oleh La
Bounty et al yang mengemukakan bahwa peningkatan frekuensi makan secara
statistik tidak berhubungan dengan peningkatan laju metabolik.26
3. Asupan energi
bx. Energi adalah sumber utama yang sangat penting bagi tubuh. Kebutuhan
energi yang tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan pada penggunaan
protein dan lemak di dalam tubuh. Energi tersebut diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi.Energi diukur dalam satuan kalori. Energi yang dibutuhkan
sehari hari dapat dihitung dengan rumus Harris Benedict, yaitu:
Universitas Tarumanagara
Laki laki
by.BMR = 66,4730 + (13,7516 x Berat badan dalam satuan kg) +
(5,0033 x tinggi badan dalam satuan cm) - (6,7550 x umur dalam
satuan tahun)
Perempuan
bz.
merusak
organ-organ
tubuh,
terutama
pada
sistem
penyerapan
zat-zat
gizi
oleh
tubuh
sehingga
dapat
alkohol. Etanol memiliki kandungan energi yang tinggi, yaitu kira-kira 7,1
kkal/gr. Hal inilah yang dapat menyebabkan terganggunya pola makan dan
kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi yang tidak terpenuhi, sehingga dapat
mengakibatkan kurang gizi.28
cc.
6. Aktivitas Fisik
cd.
Universitas Tarumanagara
ck.
cl.
semua
jenis
makanan
yang
berasal
dari
produk
Universitas Tarumanagara
bebas
yang
dapat
meningkatkan
sensitivitas
dan
sekresi
Universitas Tarumanagara
metabolisme oksigen dalam tubuh, kekurangan satu atau lebih asam amino
essensial (produk nabati) dapat mengganggu metabolisme dan proses
perbaikan terhadap sel yang rusak jadi terhambat. Kekurangan tersebut
disebabkan karena mengonsumsi sayur dalam jumlah yang banyak.Sayursayuran banyak mengadung fitat dan asam oksalat.Kedua zat tersebut
bersifat mengikat zat besi.Kekurangan juga disebabkan karena tidak
adanya konsumsi daging. Seperti diketahui bahwa daging merupakan
sumber zat gizi yang baik.16
b. Kekurangan vitamin B12
cr.
makanan sebagai sumber vitamin B12 seperti hati, ikan, kepiting, unggas
dan susu. Kekurangan vitamin B12 juga bisa disebabkan karena konsumsi
vitamin
lain
yang
berlebih. Asupan
vitamin
berlebih
akan
Universitas Tarumanagara
cu.
d. Kekurangan lemak
cv.
tuna, salmon, kuning telur, susu, serta produk dari hewan. Vitamin D
berguna untuk penyerapan kalsium dan fosfat dari usus, mineralisasi,
pertumbuhan dan perbaikan tulang. Kekurangan vitamin D ini akan
mengakibatkan kekurangan kalsium.16
g. Kekurangan kalsium
cy.
dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk tulang dan gigi,
kontraksi otot, detak jantung, penyerapan vitamin B12, serta mempengaruhi
tekanan darah arterial. Kadar kalsium yang dapat diserap bergantung pada
ketersediaan kalsium dalam makanan, kemampuan serap dinding usus dan
ketersediaan vitamin D. Kaum vegan dapat mencegah kekurangan kalsium
dengan menghindari sayur dan buah yang mengandung asam oksalat
tinggi, seperti kol dan belimbing.16
Universitas Tarumanagara
cz.
Kaum vegetarian harus dapat mengatur pola makan dengan baik yaitu
dengan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam agar kebutuhan zat gizi
dapat terpenuhi dengan baik.16
Universitas Tarumanagara
Aktifitas
fisik
menurun
dc.
Aktifitas
fisik
dd.
de.
IMT Meningkat
df.
Usia
Frekuensi
makan
dg.
dh.
di.
Sosial
dj.
IMT Normal
dk.
Penghasilan
Pendidikan
dl.
dm.
Lactoovo
dn.
Pola makan
Vegan
do.
IMT Menurun
Rokok
dp.
Penyerapan
gizi menurun
dq.
dr.
ds.
Alkohol
dt.
du.
2.6 Kerangka Konsep
dv.
Universitas Tarumanagara
Sosial
Penghasilan
Pendidikan
Menurun
dw.
Frekuensi
makan
dx.
Aktifitas
fisik
dy.
dz.
ea.
Pola makan
IMT Normal
Usia
eb.
ec.
ed.
ee.
Alkohol
Rokok
ef.
eg.
eh.
ei.
ej.
Diteliti
Tidak Diteliti
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.BAB 3
eq.METODOLOGI PENELITIAN
er.
Universitas Tarumanagara
( Z+ Z ) s
( x 1x 2 )
] [
( Z+ Z ) s
( x 1x 2 )
(Z +z ) s
( x 1 x 2 )
Z = 0,842
Universitas Tarumanagara
fi.
fj. Bila tingkat kemaknaan = 5% maka Z = 1,96 dan bila tingkat kemaknaan
= 20%maka Z = 0,842, maka besar sampel yang dibutuhkan :
fk. n1= n2 = 2 (31.36) = 62,7263
fl. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian adalah 63 orang.
fm.3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
fn. 3.5.1 Kriteria Inklusi:
Subjek tidak hadir atau sakit pada saat pengukuran tinggi dan berat badan
Kehilangan kontak dengan subjek
persetujuan.
Peneliti menanyakan identitas pasien.
Peneliti menanyakan makanan yang dikonsumsi subjek dengan
menggunakanmicrotoise dengan
fx.
Definisi
gd.
ge. 3.9.2. Status Gizi
gf.
Definisi
Cara ukur
SECA dan
gh.
IMT = BB / (TB)2
gl.
gm. Tabel 3.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada
Kawasan Asia Pasifik
gn. Status Gizi
go. IMT
gq. <18,5
gu. >23,0
gv. Beresiko
gw.23,0 24,9
gx. Obese I
gz. Obese II
ha. >30,0
hb.
hc. Tabel 3.2 Kecukupan asupan nutrisi
hd. Asupan
he. Batasan
hf. Lebih
hg. 80 - 90 %
hh. Cukup
hi. 70 - <80%
hj. Kurang
hm.
Skala ukur
35
: numerik
hn.
ho.
hp.
hq.
hr. 3.10. Pengumpulan Data
hs. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. Masing-masing relawan di vihara
akan ditanyakan tentang kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini dan
mengisi informed consent yang telah disediakan. Jika responden bersedia dan
Universitas Tarumanagara
hv.
Universitas Tarumanagara
hw.
hx.
hy.
hz.
Tidak memenuhi
kriteria inklusi
Tidak diikutsertakan
dalam penelitian
ia.
ib.
Ditanyakan kesediaan pasien
untuk mengikuti penelitian
if.
ig.
Dilakukan wawancara dengan kuisoner, pengukuran tinggi dan berat badan
ih.
ii.
Analisis Pola Makan
ij.
ik.
Vegetarian
murni
Lacto-ovo
vegetarian
il.
im.
in. Data
Analisa
io.
ip.
Pelaporan Hasil
iq.
ir.
is.
it.
Universitas Tarumanagara
IMT
iu. BAB 4
iv. HASIL PENELITIAN
iw.
ix. 4.1 Karakteristik Responden
iy. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Vihara NM dan Pusdiklat BM pada bulan
Juni Desember 2013 sebanyak 120 responden yang memenuhi kriteria inklusi yang
diikutsertakan dalam penelitian yang terdiri dari 54 berasal dari Vihara NM, dan 66
berasal dari Pusdiklat BM sebagai sampel. Sebanyak 56 responden dari 120
responden yang diikutsertakan dalam penelitian, mempunyai pola makan vegan dan
64 responden mempunyai pola makan lacto-ovo. Data demografik responden dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
iz. Tabel 4.1 Karakteristik Demografik Responden
ja.
jb.
Variabel
jg.
jh. Jenis Kelamin
ji. Laki-laki n(%)
jj. Perempuan n (%)
jk.
jl. Usia
jm. BB (xSD)
jn. TB (xSD)
jo. IMT (xSD)
jp.
jq. Status gizi
jr. Kurus n(%)
js. Normal n(%)
jt. Gemuk n(%)
jc.
jd.
ju.
jv.
jw.
jx.
jy.
jz.
ka.
kb.
kc.
kd.
ke.
kf.
kg.
kh.
Lacto-Ovo (n = 64)
30(46,9%)
34 (53,1%)
39,45 2,95
59,76 13,3
1,64 0,08
22,36 3,74
6 (9,4%)
49 (76,6%)
9 (14,1%)
je.
jf. Vegan (n = 56)
ki.
kj.
kk. 18(32,1%)
kl. 38 (67,9%)
km.
kn. 41,67 4,88
ko. 53,89 10,46
kp. 1,6 0,11
kq. 21,11 4,1
kr.
ks.
kt. 7 (12,5%)
ku. 47 (83,9%)
kv. 2(3,6%)
kw.
kx.
dengan pola makan lacto-ovo vegetarian lebih tinggi daripada rerata indeks massa tubuh
pada responden dengan pola makan vegan. Berdasarkan status gizi, diperoleh responden
dengan status gizi kurus, normal dan gemuk terbanyak pada pola makan lacto-ovo
Universitas Tarumanagara
vegetarian. Berdasarkan faktor risiko yang dapat mempengaruhi status gizi, hampir
seluruh responden dengan pola makan lacto-ovo vegetarian dan vegan tidak memiliki
kebiasaan merokok dan minum alkohol. Hampir seluruh responden dengan pola makan
lacto-ovo vegetarian tidak berolahraga dibandingkan dengan responden dengan pola
makan vegan.
ky. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko
kz.
la. Variabel
lf.
lg. Merokok
lh. Ya
li. Tidak
lj.
lk. Alkohol
ll. Ya
lm. Tidak
ln.
lo. Olahraga
lp. Ya
lq. Tidak
lb.
lc. Lacto-Ovo
lr.
ls.
lt. 0 (0%)
lu. 100 (100%)
lv.
lw.
lx. 2 (3,1%)
ly. 62 (96,9%)
lz.
ma.
mb. 11 (17,2%)
mc.53 (82,8%)
md.
ld.
le. Vegan
me.
mf.
mg. 1 (1,8%)
mh. 55 (98,2 %)
mi.
mj.
mk. 0 (0 %)
ml. 56 (100%)
mm.
mn.
mo. 16 (28,6%)
mp. 40 (71,4J%)
mq.
mr.
ms.
mt. Hasil wawancara terhadap 120 responden melalui foodrecall, didapatkan asupan
nutrisi responden terdiri atas energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, PUFA,
kolestrol, Vit.A, Vit.E, Vit.C, Vit.B1, Vit. B2, Vit.B6, asam folat, sodium, kalium,
kalsium, magnesium, fosfor, besi, zink. Data asupan energi, makronutrien dan
mikronutrien dapat dilihat pada table 4.3.
mu.
mv.
mw.
mx.
my.
mz.
Universitas Tarumanagara
na.
nb. Tabel 4.3 Rerata Asupan Harian Responden Berdasarkan Kelompok Makan dan
Anjuran
nc. Makronutrien
dan
Mikronutrien
nd. Lacto-ovo
vegetarian
ng. Energi
nh.
ni. Protein
nj.
nk. Lemak
nl. Karbohidrat
nm. Serat
nn. PUFA
no. Kolestrol
np. Vit.A
nq. Vit.E
nr. Vit.C
ns. Vit.B1
nt. Vit.B2
nu. Vit.B6
nv. As. Folat
nw.Sodium
nx. Kalium
ny. Kalsium
nz. Magnesium
oa.
ob. Fosfor
oc. Besi
od.
oe. Zink
ne. Vegan
nf. Anjuran
pe. L: 1.769,39
kcal
pf. P: 1.171,07
kcal
pg. L: 54,08 g
ph. P: 37,18 g
pi. 47,38 g
pj. 169,58 g
pk. 10,05 g
pl. 9,17 mg
pm. 47,96
mg/dL
pn. 422,48 g
po. 2,27 mg
pp. 23,51 mg
pq. ,47 mg
pr. ,51 mg
ps. ,83 mg
pt. 181,78 mg
pu. 347,8 mg
pv. 1.022,57 mg
pw.317,93 mg
px. 256,62 mg
py.
pz. 634,03 mg
qa. 9,83 mg
qb.
qc. 5,08 mg
qd. L:1.800
kcal
qe. P:1.200 kcal
qf. L: 56 g
qg. P: 46 g
qh. 60 g
qi. 130 g
qj. 15 g
qk. 15 mg
ql. 160-200
mg/dL
qm. 700900g
qn. 15 mg
qo. 75-90 mg
qp. 1,1-1,2 mg
qq. 1,1-1,3 mg
qr. 1,3-1,7 mg
qs. 400 mg
qt. 2.300 mg*
qu. 4.700 mg
qv. 1.0001.200mg
qw.L:400-420
mg
qx. P:310-320
mg
qy. 700 mg
qz. L/ P<50th:8
mg
ra. P(<50 th:18
rb. 8-11 mg
rc.
36
rd. Tabel 4.4 Perbedaan rerata Indeks Massa Tubuh pada lacto-ovo dan vegan
Universitas Tarumanagara
rg. P
valu
e
rh. Lacto-ovo vegetarian
ri. Vegan
rj.
rn. Perbedaan
22,36
rk. 21,11
rl.
rm. 0,08
6
ro. 1,25
rp.
rq.
rr.
Indeks Massa Tubuh = 0,086. Karena nilai p lebih dari 0,05, maka tidak ditemukan
adanya perbedaan bermakna rerata Indeks Massa Tubuh pada responden dengan pola
makan vegan dan lacto-ovo vegetarian. Hasil menunjukkan rerata Indeks Massa Tubuh
yang lebih tinggi pada pola makan lacto-ovo dengan selisih sebesar 1,25 Kg/m2.
rs.
rt. BAB 5
ru. PEMBAHASAN
rv. 5.1 Karakteristik Responden
rw. Gizi ganda merupakan keadaan dimana masalah gizi kurang yang dialami
suatu negara masih banyak, sementara masalah gizi lebih meningkat.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui nilai rerata Indeks Massa Tubuh
pada masyarakat dengan pola makan lacto-ovo vegetarian dan vegan di Vihara
NM dan Pusdiklat BM.
rx.
perempuan yang menganut pola makan vegetarian, baik vegan maupun lacto-ovo.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Peter Pribis dkk dengan hasil 65% perempuan
dan 35% laki-laki yang menganut pola makan vegetarian.48 Pada penelitian ini
didapatkan rata rata usia responden, antara lain 41,67 pada vegan dan 39,45
pada lacto-ovo. Berdasarkan penelitian American Dietetic Association (ADA),
pola makan vegetarian mulai diminati pada kalangan yang lebih muda. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kesehatan dan agama. 49 Penelitian ini
menunjukkan baik pada vegan maupun lacto-ovo tidak mempunyai kebiasaan
merokok dan mengonsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Krithiga Shridhar yang mengemukakan bahwa sebesar 90,6%
Universitas Tarumanagara
sampel tidak merokok dan 91,9% sampel tidak mengonsumsi alkohol.50 Pada
penelitian ini didapatkan hasil pada kedua kelompok pola makan tidak rutin
melakukan aktifitas fisik. Hal ini menjadi salah satu faktor didapatkannya status
gizi yang normal yaitu dikarenakan kurangnya aktifitas fisik walaupun asupan
energi dari para responden masih selisih lebih rendah dibandingkan anjuran.30
ry. Pada penelitian ini didapatkan hasil terbanyak pada subjek dengan IMT
normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syamsul Bahri pada
tahun 2003 tentang Pola Makan Dan Status Gizi pada Kelompok Vegetarian
Maitreya Indonesia (KVMI) di Kota Medan dengan sampel sebanyak 49
subjek dan didapatkan hasil IMT normal sebanyak 42 subjek. 36 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Evawany, et al. tentang indeks massa tubuh
dan status anemia pada remaja vegetarian di Medan pada tahun 2008 dengan
sampel sebanyak 40 subjek didapatkan 34 orang (85%) dengan IMT normal.37
rz. Dalam penelitian oleh Levin dkk di Israel menemukan hubungan antara indeks
massa tubuh dengan konsumsi makanan dengan mengikutsertakan 92
responden dengan pola makan vegetarian dan 113 responden dengan pola
makan non-vegetarian. Rerata indeks massa tubuh vegetarian lebih rendah
daripada non-vegetarian (60,8 kg dan 69,1 kg), walaupun kaum vegetarian
mengonsumsi energi yang lebih tinggi daripada kaum non vegetarian
(3030,5 kal/hari dan 2626,8 kal/hari). Konsumsi protein lebih rendah pada
kaum vegetarian dan prevelensi obesitas lebih rendah pada kaum vegetarian
(5,4%) daripada kaum non-vegetarian (19,5%). Berat badan yang lebih ringan
walaupun konsumsi energi yang tinggi pada kaum vegetarian masih dalam
penelitian lebih lanjut.38 Energi diperoleh dari karbohidrat, protein dan
lemak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan pada kaum vegetarian
memiliki kandungan energi lebih tinggi yang berasal dari karbohidrat dan
lebih rendah dari protein dan lemak, serta didapatkan serat yang tinggi.
Keadaan ini dapat meningkatkan rasa kenyang
sa.
sb. 5.2. Asupan Makronutrien dan Mikronutrien
sc.
Pada penelitian ini didapatkan asupan karbohidrat dan serat yang tinggi. Hal
ini sesuai dengan penelitian oleh Newby dkk tentang risiko terjadinya
Universitas Tarumanagara
protein dan lemak yang lebih rendah. Total protein yang dianjurkan untuk kaum
vegetarian setiap harinya adalah 0,8 gram/kgBB. Beberapa penelitian di Amerika,
Canada, Australia, dan Eropa menemukan bahwa asupan protein pada kaum
vegetarian dan vegan hanya sedikit lebih rendah daripada kaum non-vegetarian.41
Menurut penelitian yang dilakukan Chin En-Yen, et al tentang pemasukan
makanan dan status gizi pada kaum vegetarian dan non-vegetarian di Taiwan
menemukan rerata asupan protein (53,5 g) dan lemak (66,5 g) pada kaum
vegetarian. Pada kaum non-vegetarian didapatkan rerata asupan protein (61,6 g)
dan lemak (78,8 g).41 Kaum vegetarian dapat mengonsumsi protein lebih tinggi
daripada yang seharusnya apabila sumber sayur-sayuran yang dikonsumsi lebih
banyak divariasikan.42 McDougall et al menemukan bahwa diet vegetarian yang
rendah akan lemak, tinggi karbohidrat dan serat dapat menurunkan berat badan.
Meskipun telah mengonsumsi makanan yang cukup untuk menimbulkan rasa
kenyang.43
Universitas Tarumanagara
se.
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Schpbach tentang asupan dan
status mikronutrien pada kaum omnivora, vegetarian dan vegan yang menemukan
bahwa kaum vegan umumnya mengonsumsi kalsium yang rendah karena mereka
jarang mengonsumi produk olahan susu. Kaum vegetarian lain yang mengonsumsi
produk olahan susu cenderung mempunyai asupan kalsium yang hampir sama
dengan kaum non-vegetarian tetapi kaum vegan mengonsumi kalsium yang lebih
sedikit daripada kaum non-vegetarian maupun kaum vegetarian lainnya. 44
Didapatkan juga konsumsi zink yang rendah pada penelitian ini karena zink
jarang terdapat pada pola makan vegetarian. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Foster, Meika tentang efek pola makan vegetarian dengan status zink dalam
tubuh didapatkan bahwa kaum vegetarian umumnya mengonsumsi zink lebih
rendah daripada yang dianjurkan karena zink banyak terdapat pada produk
hewani, terutama daging sedangkan kaum vegetarian mengeliminasi semua
produk daging dari asupan sehari-harinya.45 Penelitian ini menunjukkan hasil
komponen mikronutrien yang lebih rendah.
sf.
sg. 5.3. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Pola Makan Vegan dan
Lacto-Ovo
sh.
Penelitian ini menunjukkan rerata IMT antara lacto-ovo dan vegan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Serena Tonstad yang menunjukkan
rerata IMT vegan sebesar 23,6 kg/m2 dan lacto-ovo sebesar 25,7 kg/m2.32
Menurut Tova Navarra, kaum vegan umumnya memiliki nilai IMT yang
sedikit lebih rendah daripada kaum lacto-ovo. Hal ini dikarenakan kaum vegan
mengonsumsi serat dalam jumlah yg lebih tinggi daripada kaum lacto-ovo.
Kaum lacto-ovo masih mendapatkan asupan protein dan lemak yang berasal
dari telur dan produk olahan susu sedangkan kaum vegan sama sekali tidak
mengonsumsi makanan tersebut. Terdapat perbedaan rerata IMT antara kedua
kelompok tersebut, tetapi IMT keduanya masih dalam batas normal. 46
Penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan IMT antara kaum
vegetarian dengan pola makan lacto-ovo dan vegan
(p =0,086) dengan
selisih rerata IMT antara kedua kelompok sebesar 1,25 kg/m2. Penelitian ini
Universitas Tarumanagara
ditujukan untuk melihat apakah ada perbedaan IMT antara kaum vegetarian
dengan pola makan lacto-ovo dan vegan. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian Newby, et al. yang menemukan perbedaan rerata IMT antara kedua
kelompok lacto-ovo dan vegan (p < 0,005) dengan rerata IMT vegan sebesar
23,3 kg/m2dan lacto-ovo sebesar 23,4 kg/m2.47
si.
s p=
( n11 ) s12 + ( n 21 ) s 22
n1 +n 22
3,75
4,1
sp.
sq.
( 2)
64+562
( 641 )
s 2 p=
( 2)+ (561 )
s p=
885,94+924,55
118
sr.
s 2 p=15,34
ss.
s p= 15,34=3,92
st.
su.
( Z +Z ) s
n1=n2=2
( x 1x 2 )
Universitas Tarumanagara
sv.
( 1,96+ Z ) 3,92
120=2
( 22,3621,11 )
sw. 60=
sx.
sy.
( 7,58+3,92 Z )
1,25
60=
( 7,58+1,253,92 Z )
7,75=
( 7,58+1,253,92 Z )
=0,7054 0,70
= 0,3 100% = 30 %
tf.
2
tg.
( Z +Z ) s
n1=n2=2
( x 1x 2 )
th.
( Z +0,84 ) 3,92
120=2
( 22,3621,11 )
ti.
( 3,92 Z + 3,29 )
120=2
1,25
tj.
60=
( 3,92 Z +3,29 )
1,25
Universitas Tarumanagara
tk.
7,75=
( 3,92 Z +3,29 )
1,25
= (1 0,95) 100 2
tp.
=0,9484 0,95
tq. Dari hasil penelitian ditemukan hubungan yang tidak bermakna secara statistik
dengan nilai p > 0,05 sehingga H 0 gagal ditolak. Hasil perhitungan chance
didapatkan nilainya 30% yang berarti probabilitas terjadinya kesalahan tipe II
gagal ditolak.Dapat disimpulkan kemungkinan untuk diperolehnya hasil
karena faktor kebetulan tidak dapat disingkirkan dalam penelitian ini.
tr.
ts.
tt.
tu.
tv.
Universitas Tarumanagara
tw. BAB
Rerata energi, protein dan lemak pada pola makan lacto-ovo dan vegan
pada umumnya lebih rendah dibandingkan non-vegetarian, sedangkan
rerata karbohidrat yang lebih tinggi didapatkan pada pola makan lacto-ovo
baik.
Diharapkan masyarakat dengan pola makan vegetarian mengonsumsi
makanan, seperti kacang-kacangan dan sayur- sayuran yang lebih
bervariasi.
Diharapkan dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan metode
penelitian lain, seperti kohort.
Universitas Tarumanagara