PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu
faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan oleh karena itu kualitas
makanan yang baik secara bakteriologis, kimiawi, maupun fisik harus selalu
dipertahankan. Kualitas makanan harus senantiasa terjamin setiap saat agar
masyarakat sebagai pemakan produk makanan tersebut dapat terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan serta keracunan akibat makanan, terutama bagi
pasien yang sedang dirawat di rumah sakit yang tubuhnya dalam kondisi lemah
sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui makanan. Oleh karena itu higiene sanitasi pengolahan
makanan di rumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih seksama. (Depkes,
2003)
Higiene dan sanitasi makanan merupakan hal penting mengingat bahwa
makanan yang disajikan kepada konsumen (dokter, pegawai dan pasien) harus
terjaga dan terjamin kualitasnya demi keamanan pangan. Sanitasi dan hygiene
yang diamati meliputi makanan, penjamah makanan, peralatan dan ruangan
pengolahan dan pendistribusian makanan. (Aritonang, 2009)
Fasilitas penunjang dalam mencapai program sanitasi makanan dan
minuman diperlukan beberapa fasilitas diantaranya adalah penyediaan air bersih,
system pembuangan sampah yang saniter, system pembuangan limbah cair yang
saniter, serta system pengendalian insekta dan tikus. Hal yang cukup penting
untuk menunjang keberhasilan program adalah peralatan dan fasilitas yang
memadai, personalia yang terdidik, standar makanan dan peraturan mengenai
makanan, serta pemantauan dan sangsi hukum (Mukono, 2006).
Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi hygiene sanitasi juga
ditentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Dengan mengingat pentingnya makanan harus sehat maka
pemerintah perlu mengadakan pembinaan dan pengawasan terhadap makanan
yang dikonsumsi masyarakat luas.
Surabaya?
5. Bagaimana
hygiene
pengolahan
makanan
dan
sanitasi
tempat
1.3 Tujuan
1. Mempelajari sanitasi rumah makan (kantin).
2. Mempelajari sanitasi lokasi dan bangunan kantin FKM Unair Surabaya.
3.
oleh pemilik rumah makan dan tenaga kerja Rumah Makan Gudeg Bu Arif
Prasmanan Surabaya.
7. Mengetahui pembuangan air limbah di kantin FKM Unair Surabaya
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi pengelola di kantin FKM Unair Surabaya.
Hasil laporan inspeksi ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pengelola Kantin dalam upaya perbaikan dan
peningkatan kondisi pasar serta sanitasi kantin FKM Unair Surabaya , agar
kualitas Kantin dapat menjadi lebih baik dan menjadi tempat pembelian
makanan yang nyaman bagi pelanggan/ pengunjung.
2. Manfaat bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mahasiswa
mengenai penilaian sanitasi di tempat umum, khususnya Rumah Makan
(Kantin).
3. Manfaat bagi pembaca
Hasil laporan inspeksi ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam tindak lanjut dan referensi untuk penelitian di masa
yang akan datang.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sanitasi
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan atau
pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh
terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan atau berbahaya terhadap
perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
965/MENKES/SK/XI/1992 tentang Cara Produksi Kosmetika yang Baik,
pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan
cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan
dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas, ilmu sanitasi merupakan
penerapan
dari
prinsip-prinsip
yang
akan
membantu
memperbaiki,
agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak
dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO
(World Health Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh,
kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi yang dipergunakan untuk
pengobatan (Putraprabu, 2008). Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi
kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan
penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
2.3 Definisi Rumah Makan (Kantin)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran, definisi rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial
yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk
umum di tempat usahanya. Sedangkan restoran adalah salah satu jenis usaha jasa
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di
lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di
tempat usahanya.
2.4 Higiene Dan Sanitasi Rumah Makanan (Kantin)
Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada (Widyati, 2004). Pengertian hygiene menurut Depkes adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu
subyeknya.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga, higiene sanitasi
3. Media
Makanan sebagai media penyebab penyakit, misalnya kontaminasi
yang jumlahnya kecil jikadibiarkan berasa dalam maknan dengan suhu dan
waktu yang cukup lama maka dapat menyebabkan wabah yang serius.
2.7 Penyakit Yang Dapat Terjadi Akibat Makanan
1. Diare
Menurut WHO, diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya dan disertai dengan perubahan
konsisten tinja yang menjadi cair dengan atau tanpa darah. Penyebab diare
adalah menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah buang air besar, tidak membuang tinja dengan benar,
tidak memasak air dengan benar, dan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
makanan atau minuman yang dimakan, menutup makanan rapat-rapat agar
terhindar dari lalat, merebus air minum hingga mendidih, menjaga
kebersihan perorangan,
alat makan yang terjamin kebersihannya. Selain itu, hendaknya kita harus
mendidihkan air selama 10-20 menit terlebih dahulu sebelum di minum,
hal ini bertujuan agar bisa membunuh kuman tifus ini. Cara lain adalah
dengan imunisasi dalam bentuk suntikan (CHOTYPA) yaitu suntikan yang
diawali dengan dua suntikan vaksin dan berselang waktu 4 pekan
kemudian diulang setiap 3 tahun.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan inspeksi sanitasi makanan dilakukan pada hari Selasa tanggal 05
April 2016 pukul 09.0009.30 di kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga selama 30 menit. Letak koordinat kantin ini adalah
S0716.020E11246.981. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengamati
kondisi sanitasi dan hygiene kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat serta perilaku
penjamah makanannya.
3.2 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data
Metode pengamatan yang digunakan dalam inspeksi sanitasi kantin
Fakultas Kesehatan Masyarakat ini adalah pengamatan observasional dan
wawancara dengan salah satu pemilik warung makan di kantin Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Observasi deskriptif bertujuan untuk pengamatan pada
tempat masak, perilaku penjamah makanan, peyajian, dan tempat penyimpanan.
Pengumpulan data dalam inspeksi sanitasi makanan ini menggunakan data primer
yang diambil di kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Selain itu, observasi ini dilakukan melalui penilaian secara kualitatif terhadap
komponen- komponen pada instrumen yang menentukan status sanitasi dan
hygiene kantin dan diberikan nilai perhitungan secara kuantitatif dengan
menggunakan instrumen sebagai acuan penilaian kondisi sanitasi dan hygienen
kantin tersebut.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada inspeksi sanitasi Kantin Fakultas Kesehatan
Masyarakat adalah Lux Meter untuk mengukur pencahayaan di kantin dan kamera
untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang dianggap penting seperti kondisi
bangunan, saluran limbah, dan lain sebagainya.
Bahan yang digunakan adalah instrumen penilaian sanitasi kantin Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
BAB IV
HASIL INSPEKSI
4.1 Lokasi dan Bangunan
Komponen
Kriteria
yang dinilai
A. LOKASI DAN BANGUNAN
1
Lokasi
a. tidak berada pada arah mata angin
dari sumber pencemaran debu, asap,
abu dan cemaran lainnya
b. Tidak berada pada jarak < 100
meter dari sumber pencemaran debu,
asap, bau dan cemaran lainnya.
2
Bangunan
a. Kokoh/ kuat/ permanen, rapat
serangga, rapat tikus
b. Lantai kedap air, tidak licin, rata,
kering.
c. Dinding kedap air, rata, bersih.
d. Pencahayaan merata, intensitas
cahaya
>100lux,
dan
tidak
menyilaukan.
e. Atap tidak menjadi sarang tikus
dan serangga, tidak bocor, cukup
landai.
No
Nilai
Bobot
Sko
re
Keterangan
Berada dekat
jalan raya
pencahayaan
201,3 lux
1. Lokasi
Menurut inspeksi, lokasi kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat
tidak berada pada arah mata angin dari sumber pencemaran debu, asap,
abu dan cemaran lainnya karena tidak berhadapan dengan jalan raya,
tetapi lokasi kantin ini berada pada jarak <100 m dan kurang lebih 50
meter dari jalan raya.
2. Bangunan
Bangunan kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat kokoh dilihat
dari tiang penyangga yang kuat, dan dinding permanen. Meskipun lantai
kedap air dan rata, namun bila telah terjadi hujan maka akan ada
genangan air pada salah satu sisi lantai kantin ini sehingga ada bagian
yang mana lantainya menjadi licin. Dinding kantin Fakultas Kesehatan
Masyarakat kedap air, rata dan bersih. Sedangkan pencahayaan di kantin
10
ini merata dan tidak menyilaukan, intensitas cahayanya >100 lux diukur
dengan lux meter yaitu 201,3 lux. Atap kantin ini tidak menjadi sarang
tikus dibuktikan tidak adanya warna hitam di plafon yang biasanya adalah
bekas urine tikus, tetapi ada bagian plafon yang bolong sedikit dan
memungkinkan bisa menjadi tempat masuknya tikus ke plafon.
Variabel
B. PENYEHATAN KANTIN
1 Hygiene a. Pernah menjalani kursus
Penjama b. Tidak sedang sakit/ Menderita penyakit
menular
h
Makanan c. Menjaga kebersihan rambut, tangan, dan
kuku
d. Mencuci tangan setiap akan melakukan
pekerjaan
e. Memakai seragam/ pakaian yang bersih
dan rapi
f. Menggunakan celemek saat memasak dan
meracik makanan
g. Menutup mulut bila batuk atau bersin
h. Tidak sedang merokok ketika bekerja
i. Menggunakan alat yang sesuai dan bersih
saat mengambil makanan
JUMLAH
Nila
i
Bobo
t
Sko
r
1
3
3
3
3
9
2
3
3
2
2
2
4
6
6
24
20
52
11
12
No
Variabel
Bahan
Makanan
Nila
i
3
3
3
Bobo
t
3
2
2
Sko
r
9
6
6
JUMLAH
16
13
2. Bahan Makanan
Terdapat 6 komponen yang dinilai dalam variabel bahan makanan,
yakni Kondisi fisik makanan dalam keadaan baik, Bahan makanan
berasal dari sumber resmi, Bahan makanan masih segar dan tidak busuk,
Mencuci terlebih dahulu bahan makanan sebelum memasaknya, Bahan
yang cepat busuk disimpan ditempat terpisah, dan bahan disimpan
ditempat yang tidak mudah terkena kotoran dan bebas serangga. Pada
komponen pertama, kami memberi nilai 3 karena kami melihat kondisi
fisik makanan memang dalam keadaan baik. Pada komponen 3, kami
memberi nilai 3 yang berarti baik karena bahan makanan kemasan
berasal dari sumber yang jelas dan bersertifikasi halal. Pada komponen 3,
kami memberi nilai 3 karena semua bahan makanan yang kami lihat
masih segar dan tidak ada yang busuk. Komponen penilaian keempat
13
35
Variabel
Nila
i
2
Bobo
t
2
Skore
4
14
15
makanan
membedakan
dan
minuman
yang
kami
nilai
adalah
16
4. Makanan Jadi
No
4
Komponen
Kriteria
yang dinilai
Makanan
a. Kondisi fisik makanan jadi
jadi
dalam keadaan baik
b. Makanan jadi kemasan tidak ada
tanda-tanda kerusakan dan
terdaftar pada Depkes. RI .
c. Masakan jadi ditempatkan pada
piring dari bahan beling /
keramik / porselin.
Nila
i
Komponen
yang dinilai
Tempat
Penyimpanan
Kriteria
Nilai
Bobot
Skore
18
Keterangan
tidak semua
stand punya
lemari
pendingin
Komponen
yang dinilai
Meja dan
kursi kantin
Kriteria
a. Jumlah meja dan kursi makan
sesuai dengan besar kantin.
b. Meja dan kursi dalam keadaan
baik dan tidak rusak.
c. Meja dan kursi bebas dari
lalat.
Nila
i
Bobot
Skore Keterangan
banyak lalat
yang scorenya menjadi 6. Sementara untuk meja dan kursi bebas dari lalat
hanya mendapat nilai 1 (kurang) dengan bobot 2, score yang didapat hanya
sebesar 2. Hal ini dikarenakan hampir disemua meja selalu ditemukan lalat
yang hinggap, bahkan tak jarang di meja tersebut terdapat lalat yang
banyak sehingga nampak menggerombol.
Gambar 4.11 Jumlah meja dan kursi makan sesuai dengan besar kantin
20
No
2
Kompone
n yang
dinilai
Tempat
cuci tangan
Nila
i
Kriteria
Bobo
t
Skore Keterangan
bak
penampungan
yang
permukaannya
halus,
mudah
ada 3,
namun yang
1 rusak
3. Air
No
3
Komponen
Kriteria
yang dinilai
Air
a. Air yang digunakan untuk proses
sanitasi berasal dari sumber yang baik
dan tersedia dalam jumlah yang
cukup
b. Air yang digunakan untuk
membuat makanan/ minuman adalah
air minum isi ulang atau air yang
sudah dimasak hingga mendidih.
Nila
i
air PDAM
22
Komponen
Kriteria
yang dinilai
Tempat
a. Keberadaan jumlah tempat
sampah
sampah >2.
b. Kedap air, tertutup dan mudah
dibersihkan.
d. Sampah diangkut tiap 24 jam.
Nilai Bobot
Ketera
ngan
Skore
Komponen
yang dinilai
Pembuangan
air limbah
Kriteria
a. Air limbah mengalir dengan
lancar.
c. Saluran kedap air.
d. Saluran tertutup.
e. Tidak menimbulkan bau
yang tidak sebab.
Nilai
Bobot
Skore
2
1
2
3
4
3
23
Ketera
ngan
24
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi
Berdasarkan acuan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, lokasi kantin Fakultas
Kesehatan Masyarakat belum sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
karena lokasi kantin Fakultas Kesehatan Masyarakat berjarak <100 meter
dari sumber pencemaran. Menurut inspeksi, lokasi kantin sesuai dengan
komponen pertama yaitu tidak berada pada arah mata angin dari sumber
pencemaran debu, asap, abu dan cemaran lainnya karena tidak berhadapa
dengan jalan raya. Komponen yang kedua tidak sesuai dengan persyaratan
yaitu lokasi kantin ini berada pada jarak <100 m dan sekitar kurang lebih
50 meter dari jalan raya.
2. Bangunan
Berdasarkan acuan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, bangunan kantin Fakultas
Kesehatan Masyarakat belum sesuai dengan persyaratan yaitu lantai, atap
dan bangunan. Bangunan kokoh dilihat dari tiang penyangga yang kuat,
dinding permanen, tetapi tidak rapat serangga karena banyak lalat yang
hinggap di meja makan kantin ini padahal seharusnya rapat tikus maupun
serangga. Lantai kedap air tetapi ada genangan air pada lantai kantin ini,
tidak licin dan rata sedangkan pada persyaratan lantai harus kering, kedap
air, tidak licin, rata, dan konus. Dinding kantin Fakultas Kesehatan
Masyarakat kedap air, rata dan bersih. Sedangkan pencahayaan di kantin
ini merata dan tidak menyilaukan, intensitas cahayanya >100 lux diukur
dengan lux meter yaitu 201,3 lux. Atap kantin ini tidak menjadi sarang
tikus dibuktikan tidak adanya warna hitam di plafon yang biasanya adalah
bekas urine tikus, tetapi ada bagian plafon yang bolong sedikit dan
memungkinkan bisa menjadi tempat masuknya tikus ke plafon.
25
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
26
yang menempel dibaju. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
telah
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
makanan jadi dan basah seperti gorengan dan sayur dengan capit dan
sendok. Namun dalam pengabilan makanan langsung makan seperti
lalapan dan kerupuk, para pekerja langsung menggunakan tangan
27
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
28
Makanan
Tidak
29
dengan digosok secara kuat sampai noda hilang tanpa harus merusak
peralatan tersebut.
e. Membedakan Peralatan Sesuai dengan Jenis Bahan Makanan Agar
Tidak Terjadi Kontaminasi Silang
Berdasarkan peraturan didalam SNI ISO 22000:2009 tentang
Sistem
Manajemen
Keamanan
Pangan
pada
topik
program
31
32
33
Menteri
Kesehatan
1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang
Republik
Persyaratan
Indonesia
Nomor
Hygiene
Sanitasi
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
34
1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang
Persyaratan
Hygiene
Sanitasi
Indonesia
Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang
35
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kondisi Higiene dan sanitasi kantin FKM Unair Surabaya. Berdasarkan
hasil inspeksi, total skor untuk penilaian higiene dan sanitasi kantin FKM
Unair Surabaya didapatkan adalah 73% dalam kategori baik. Meskipun
sudah masuk dalam kategori baik ada beberapa hal yang harus tetap
diperbaiki dari komponen sanitasi kantin agar sanitasi di kantin FKM
Unair mempunyai sanitasi yang lebih baik lagi menjadi kategori yang
sangat baik.
2. Sanitasi lokasi dari kantin FKM Uniar Surabaya sudah baik sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan karena lokasi kantin FKM Unair Surabaya
berjarak <100 meter dari sumber pencemaran. Dan lokasi kantin sesuai
dengan tidak berada pada arah mata angin dari sumber pencemaran debu,
asap, abu dan cemaran lainnya karena tidak berhadapa dengan jalan raya
serta, tidak sesuai dengan persyaratan yaitu lokasi kantin ini berada pada
jarak <100 m dan sekitar kurang lebih 50 meter dari jalan raya.
3. Penyehatan kantin FKM Unair terdiri dari beberapa komponen penjamah
makanan hingga makanan jadi siap untuk dikonsumsi dari hasil
wawancara yang dilakukan pada penjamah makanan di kantin FKM Unair
sebagian besar sudah sesuai dengan aturan yaitu, menggunakan pakaian
bersih, tidak merokok, menggunakan celemek dll. Sedangkan bahan
makanan yang digunakan di kantin FKM Unair sudah sesuai aturan dalam
keadaan, bahan berasal dari sumber resmi dan terdaftar di Depkes RI.
4. Komponen peralatan makanan dan minuman dalam bagian topik
penyehatan makanan memiliki penilaian yang bervariasi pada variabel
yang tertera dalam instrumen, sehingga diperlukan penangan yang spesifik
pada setiap variabelnya. Seperti melakukan pembedaan peralatan sesuai
dengan jenis makanan agar tidak terjadi kontaminasi silang yang perlu
diberikan perhatian lebih karena memperoleh penilaian inspeksi terkecil.
Sedangkan pada variabel seperti kondisi peralatan yang baik. dan utuh.
Serta dilakukan pencucian, pengeringan, penyimpanan masih perlu
36
peningkatan tindakan agar lebih higienis dan saniter dari produk dan
lingkungannya. Kemudian untuk variabel peralatan bersih sebelum
digunakan dan peralatan yang melakukan kontak langsung dengan
makanan tidak mengandung zat beracun hanya diperlukan pengawasan
agar selalu konsisten dan dapat berlangsung seterusnya.
5. Komponen makanan dan minuman jadi dalam bagian topik penyehatan
makanan memiliki penilaian yang minim variasi pada variabel yang tertera
dalam instrumen karena 3 dari 4 variabel adalah memperoleh angka
penilaian maksimal. Variabel yang tidak memperoleh penilaian dengan
angka maksimal adalah disimpan pada tempat tertutup, bisa pada etalase
atau pada panci/piring yang diberi penutup. Sehingga perhatian utama
diberikan kepada variabel tersebut dan pada ketiga variabel yang lain perlu
dilakukan pengawasan agar dapat berlangsung secara terus-menerus.
6. Fasilitas kantin FKM Unair sudah belum memenuhi kriteria yang baik
karena pada kantin FKM Unair Surabaya ada beberapa komponen yang
belum terpenuhi contohnya pada komponen tempat sampah yang tidak
tersedia di area pengunjung, tempat sampah hanya berada di stand-stand
kantin saja sehingga pengunjung kesulitan mencari tempat sampah. Serta
pada komponen pembuangan air limbah di kantin FKM Unair sudah cukup
baik namun saluran pembuangannya belum tertutup.
6.2 Saran
1. Pengetahuan tenaga kerja perlu ditingkatkan, terutama dalam hal
pengetahuan tentang hygiene sanitasi makanan maka dari itu diperlukan
adanya pelatihan khusus.
2. Sebaiknya disediakan tempat sampah di area pengunjung kantin FKM
Unair Surabaya.
3. Tempat cuci tangan sebaiknya ditambahkan dan perlu ada sabun pencuci
tangan atau tissue.
4. Perlu saluran pembuangan air limbah di kantin FKM Unair Surabaya
sebaiknya tertutup rapat.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Persyaratan HygieneSanitasi
Makanan
Jajanan,
Jakarta.
37
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.
%201098%20ttg%20Persyaratan%20Hygiene%20Sanitasi%20Rumah
%20Makan%20Dan%20Restoran.pdf <online> diakses pada tanggal 1
April 2016
Kondisi Bakteriologik Peralatan Makan Di Rumah Makan Jombang Tikala
Manado
Henny
J.
Tumelap
http://esa.un.org/iys/review09/countries/nigeria/pdfs/NigeriaIYSFAQsSanitation.pdf. <online> diakses pada tanggal 3 April 2016.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
38