Ca Hipofaring
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher RSUDZA/FK
Unsyiah Banda Aceh
Oleh:
Ridha Chaharsyah Mulya 1407101030333
Setya Oktariana 1407101030292
Erisa Aulia 1407101030354
Panji Anugerah 1407101030223
Safira Najwa Elzam 1407101030227
Nelli Maulina 1407101030274
Amelia Wijaya Agustin 1407101030217
Pembimbing
BAGIAN/SMF THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Hipofaring adalah bagian faring yang paling bawah, dan meluas dari tulang
hyoid sampai kebagian atas dari esophagus yang merupakan batas bawah dari
kartilago krikoid. Hipofaring adalah suatu tempat yang sangat tidak menguntungkan
pada
bagian
benar serta mengetahui perjalanan penyakit, maka akan dapat ditentukan stadium
serta pengobatan
yang baik untuk dapat hasil terapi yang baik serta untuk
mengurangi komplikasi.2,5
Karsinoma hipofaring mempunyai prognosis yang jelek di banding bagian
lain pada kepala dan leher karena kecenderungannya menyebar ke submukosa dan
akan sangat cepat bermetastase ke kelenjar limf leher dan retrofaring.2,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Hipofaring
Hipofaring terletak dibagian posterior dari laring, terbuka lebar di sebelah
kranial dan makin menyempit ke kaudal sampai pembukaan esophagus.Pada bagian
kranial dimulai dari pinggir atas epiglotis dan berakhir pada pinggir bawah kartilago
krikoid.2,4,6
Lumen hipofaring berbentuk kerucut dimana bagian atas lebih lebar dan
akan menyempit ke daerah postkrikoid dan daerah esofagus, dimana secara klinis
hipofaring terdiri dari tiga regio yaitu: sinus piriformis, dinding posterior faring, dan
daerah postkrikoid.2,4,6,8
Sinus piriformis berada setentang laring dan meluas dari lipatan epiglotik
faring kebatas atas esofagus.Berhubungan ke lateral dengan membrane tirohioid
dan
kartilago tiroid.Sedangkan
ke arah
medial dengan
lipatan
ariepiglotik,
termasuk cabang dari arteri tirohioid superior, arteri lingual, arteri faring
asenden.2
Persarapan dari hipofaring adalah berasal dari nervus glossofaringeus serta
nervus vagus melalui bagian faring dan cabang dari saraf laring bagian atas
dimana persarafan
mempersarafi otot
konstriktor faring inferior berasal dari nervus laringeus rekuren untuk otot
krikofaringeus.2,4,5
Sistem limfatik sinus piriformis berjalan dari sinus piriformis melewati
membran tirohioid dan berjalan bersama arteri laringeal superior akan masuk
kedalam kelenjar limf yaitu: subdigasterika, jugular lateral, limf jugular bersama
pembuluh darah fasial.Postkrikoid sistem limfatik berjalan bersama persarafan dari
laringeal rekuren .Sedanguntuk dinding posterior faring sistem limfatik melalui
kelenjar limf retrofaringeal atau jugular interna. 2,10
1.2 Epidemiologi
Tumor ganas hipofaring merupakan 5 % - 10 % tumor ganas yang
menyerang
wanita. Mungkin hal ini berhubungan dengan banyaknya jumlah rokok yang
dikonsumsi. Tumor ganas ini menyerang rata-rata pada usia 50-80 tahun. Sindrom
Plummer Vinson merupakan gabungan antara anemia kekurangan besi dengan tumor
post krikoid.2,10
Insiden dalam satu tahun di eropa 1: 100.000. Sedangkan di Francis terjadi 14
per 100.000 per tahun. Tumor ganas sinus piriformis dan dinding faring lebih
sering pada pria dari pada wanita.5,.9
hipofaring
dan di servikal
pada bagian
lateral tumor sinus piriformis meliputi kartilago tiroid dan juga jaringan ikat di leher.
Sedang pada bagian medialnya akan meliputi laring dan juga paraglotik. 2,4,8Tumor
ini terbatas pada suatu daerah yang dibatasi pada daerah superior oleh plika
glossoepiglotik, di
kartilago tiroid dan bagian medial oleh plika ariepiglotika. 2Karena ukuran dari
sinus piriformis yang besar, biasanya sering
asimtomatik dalam
waktu yang
lama. Tumor dapat tumbuh ke arah atas yaitu daerah valekula dan pada daerah
dasar lidah. Kebawah ke regio post krikoid dan kelipatan ariepiglotik dan ventrikel
dan dapat berinfiltrasi ke kartilago tiroid. 2,9
1.5.2 Karsinoma Dinding Posterior Faring
Penyebaran dari karsinoma dinding belakang hipofaring sering eksophitik dan tidak
menyerang fasia prevertebra sampai menjadi lanjut. Tumor juga akan menyebar
kearah lateral,sedang ke arah superior akan ke dasar tonsil dan orofaring, sedangkan
ke arah bawah akan menyebar ke arah postkrikoid.2,4
Tumor ini biasanya menginvasi kartilago krikoid dan juga otot
krikoaritenoid posterior,dimana penyebaran sering ke kelenjar limf paratrakea
maupun ke kelenjar limf profunda.2,5
Tumor ganas ini dapat mengenai permukaan valekula epiglotis, valekula
pangkal lidah dan juga tumor ini sering mengenai plika glosoepiglotik.2
1.5.3 Karsinoma Regio Postkrikoid
Tumor ganas postkrikoid sering tidak menunjukan gejala sampai pada
stadium lanjut.Tumor ini sering menyerang membran kartilago krikoid dan muskulus
bawah
dapat
masuk
ke
esofagus
kelenjar
karsinoma sel
skuamosa yang biasanya bersifat agresif, walaupun sangat jarang dapat juga di
jumpai tumor jinak paraganglioma dengan karakteristik nyeri yang dapat meluas ke
telinga 2,7
1.8Staging
Sistem
penentuan
stadium
secara
: karsinoma insitu.
T1
: tumor terbatas pada 1 sisi dari hipofaring dan ukuran lebih kecil
dari 2 cm.
T2
: tumor telah menyerang lebih dari satu bagian dari hipofaring dan
besar lebih dari 2 cm dan kurang dari 4 cm.
T3
: ukuran
tumor
lebih dari
4 cm atau
telah terfiksasi ke
hemilaring.
T4
Klasifikasi untuk kelenjar limf pada hipofaring adalah sama seperti tempat lain
pada kepala dan leher.2
Nx
No
N1
: Pembesaran
dari3 cm .
N2a
N2b
N2c
N3
Metastase ( M ):
Mx
Mo
M1
: Metastase jauh.16
1.9Diagnosis
Diperlukanya
pemeriksaan
pada
kepala dan
menyeluruh pada pasien yang datang dengan massa di leher. Faring biasanya harus
dapat tampak jelas dengan cermin laringoskopi indirek, rigid endoskopi , atau
endoskopi fleksibel melalui hidung.2,7
Pemeriksaan
diagnostik
terdiri dari
tumor ganas
massa
radiologi,
endoskopi dan
hipofaring datang
pada
dengan
biopsi
keluhan
datang dalam
tumor 1,6,7,8
Pemeriksaan endoskopi
untuk mendapatkan
suatu
merupakan
tumor
dan
pasien
membutuhkan perhatian
dengan
tumor
hipofaring
sangat
rumit
dan
tumor pada
setelah
operasi
radioterapi
c. Postkrikoid
Tumor ganas post krikoid sering tidak menunjukan gejala sampai pada
stadium lanjut dan lesinya sering menyerang membran kartilago krikoid, aritenoid
dan dapat juga menyebar ke esofagus. Pada keadaan ini dapat dilakukan total
laringektomi atau
operasi.2,11,15
1.10.3 Kombinasi Terapi Radiasi Dan Pembedahan
Umumnya pasien yang telah dioperasi dengan tumor ganas hipofaring
hampir seluruhnya diberikan terapi dengan radiasi. Terapi
mempunyai hasil kira-kira
saja.2,7Pemberian
kombinasi
20% - 40 % dibandingkan
radiasi dan
pembedahan
angka
Obtruksi jalan nafas biasanya menjadi perhatian di awal periode pada pasien
pasca operasi trakeostomi. Perawatan yang baik dan suction yang rutin dapat menjadi
pencegahan masalah ini. Komplikasi berikutnya yang dapat terjadi setelah operasi
kanker hipofaring adaah aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia. Rehabilitasi
menelan di bawah pengawasan fisioterapi adalah wajib bagi pasien. Kesulitan
menelan juga dapat disebabkan dari stenosis setelah rekonstruksi circumferential dan
mungkin memerlukan pelebaran ulang pada saat rawat jalan.
1.12. Prognosis
Tumor
agresif denganprognosis
yang jelek
dengan
dinding belakang hipofaring angka bertahan hidup 5 tahun sebesar 35% - 44%
dengan
bertahan hidup 5 tahun rata - rata 40% - 60% dengan pembedahan dan radiasi.
Sedang untuk tumor postkrikoid angka bertahan hidup 5 tahun rata-rata 2 % dengan
pengobatan radioterapi dan pembedahan.2,3
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Zamzami
Umur
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
No MR
: 0875692
Alamat
Pekerjaan
: Supir
Suku Bangsa
: Aceh
Tanggal Masuk
: 13-03-2016
sebelumnya pasien merasa ada yang mengganjal di tenggorokan, lalu timbul rasa
susah menelan yang makin lama makin bertambah, sekarang pasien hanya bisa
makan makanan cair. Pasien sering mengeluarkan air ludah, dan pasien memliki
riwayat keluar air ludah bercampur darah .Suara berubah menjadi serak sejak 2 bulan
yang lalu, makin lama makin serak hingga sekarang.Penurunan berat badan dalam 3
bulan terkhir 6 Kg.Lidah sukar digerakkan tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor leher atau tumor pada
anggota tubuh yang lain
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :
Pasien merupakan seorang supir yang sering terpajan asap aspal dan memiliki
riwayat merokok sejak usia muda.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Frekuensi nadi
: 86 x/menit
Frekuensi nafas
: 34 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
: normochepal
Mata
Thorax
Abdomen
Extremitas
Kelainan
Kel kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri tarik
Nyeri tekan tragus
Cukup lapang (N)
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Kecoklatan
Sedikit
Kering
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Kecoklatan
Sedikit
Kering
Warna
Reflek cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Jumlah perforasi
Jenis
Kwadran
Pinggir
Putih
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
Putih
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dinding
liang Sempit
Hiperemi
telinga
Edema
Massa
Ada / Tidak
Bau
Sekret/serumen
Warna
Jumlah
Jenis
Membran timpani
Utuh
Perforasi
Mastoid
Rinne
Schwabach
Positif
Sama dg
Weber
Kesimpulan
pemeriksa
pemeriksa
Tidak ada lateralisasi
Normal
Tidak dilakukan
Audiometri
Positif
Sama dg
Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar
Kelainan
Deformitas
Kelainan kongenital
Trauma
Radang
Massa
Dektra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaan
Dekstra
Nyeri tekan
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan
Vestibulum
Cavum nasi
Sekret
Konka inferior
Konka media
Kelainan
Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup lurus/deviasi
Permukaan
Warna
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Dekstra
Ada
Tidak ada
Cukup lapang
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Cukup lurus
Licin
Merah muda
Sinistra
Ada
Tidak ada
Cukup lapang
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Septum
Massa
Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan
Orofaring dan mulut
Pemeriksaan
Kelainan
Simetris/tidak
Warna
Palatum mole +
Edem
Arkus Faring
Bercak/eksudat
Dinding faring
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Muara kripti
Detritus
Eksudat
Tonsil
Perlengketan
Peritonsil
Tumor
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Dekstra
Sinistra
Simetris
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Sukar dinilai secara keseluruhan
T1
T1
Merah muda
Merah muda
Licin
Licin
Tidak Melebar
Tidak Melebar
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hipofaring
Berbenjol benjol,
jaringan
nekrotik
Konsistensi
Gigi
Lidah
Karies/Radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa
(+).
Tidak
bergerak
ketika
lidah
digerakkan
Tidak Ada
Merah muda
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Foto Klinis
Kesimpulan : pneumonia
DIAGNOSIS BANDING
- Ca Hipofaring
- Ca Nasofaring
- Ca Parotis
DIAGNOSIS KERJA
Ca Nasofaring on kemotherapi siklus ke 3
PENATALAKSANAAN
Tanggal 01 April 2016
1. IFVD Ringer laktat 500 cc / 8 jam
2. Ivelip + Clinimix / 24 jam
3. Inj. Fosmycin 1 gr/12 jam
4. Nebule NaCl 0,9 % 1cc/8 jam
5. Ranitidine/ 12 jam
6. Diet sonde TKTP
7. Lansoprazol 1 amp/12jam
8. Alprazolam 1 x 0,5 mg (malam)
PROGNOSIS
Quo Ad vitam
: Dubia ad malam
Quo Ad functionam
: Dubia ad malam
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 63 tahun datang ke IGD RSUDZA dengan
keluhan sesak napas disertai batuk dan banyaknya dahak pada tenggorokan sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas ada pasien ini diduga disebabkan
akibat adnya massa pada daerah hipofaring ang meghambat jalan nafas. Sesuai
dengan gejala yang dikelukan saat ini oleh pasien merupakan gejala lanjutan dari
carcinoma hipofaring yang merupakan komplikasinya.
Pasien juga memiliki riwayat susah menelan sejak 3 bulan yang lalu. Satu
bulan sebelumnya pasien merasa ada yang mengganjal di kerongkongan, lalu timbul
rasa susah menelan yang makin lama makin bertambah, sekarang pasien hanya bisa
makan makanan cair.Keluhan susah menelah yang dirasakan oleh pasien ini sesuai
dengan teori yang menjelaskan bahwa pada orang dengan carcinoma hipofaring akan
mengalami keluhan susah menelan. Akibat dari susah menelah tersebut, membuat
pasien tidak bisa mengkonsumsi makan seperti biasa dan di tambah dengan selera
makan pasien menurun menyebabkan penurunan berat badan pada pasien. Dimana
pasien ini juga mengalamipenurunan berat badan dalam 3 bulan terkhir 6 Kg.
Ada beberapa faktor resiko yang dimiliki oleh pasien ini sesuai dengan teori
yang ada, yaitu pasien merupakan perokok aktif sejak usia muda. Dimana seperti kita
ketahui, salah satu faktor resiko untuk Ca hipofaring adalah riwayat merokok yang
lama. Namun untuk fakor resiko konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama pada
pasien ini tidak ada.
Pasien telah didiagnosis Ca hipofaring sebelumnya dan sudah menjalani 3 kali
siklus kemoterapi. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang
larinngoskopi direk dengan kesan tumor hipofaring, biopsi PA dengan kesannya yaitu,
Squamous Cell Carcinoma Well differentiated keratinized, serta hasil CT scan leher
dengan kesan sugestif tumor hipofaring dengan peruasan ke esofagus.
Pada pasien telah dilakukan tindakan kemoterapi. Sekarang pasien sudah
menjalani kemoterapi sampai siklus ketiga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bayran dkk, bahwa Ca hipofaring ini merupakan penyakit yang jarang
terjadi dan belum memiliki terapi yang adekuat. Namun pengobatan kemoterapi dan
radioterapi harus dilakukan agar tidak terjadi metastasis.14
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan di Taiwan bahwa,
pasien yang menerima CCRT (concurrent Chemtherapy and Radioherapy) dapat
meningkatkan angka kesembuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pasien
yang haya mendapatkan kemoterapi saja.15,18
Dari
penelitian
Organisasi
Eropa
dalam
Riset
dan
peningkatan 89% yang signifikan dari kelangsungan hidup pada pasien carcinoma
hipofaring.17
Namun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jepang dinyatakan
bahwa pengobatan dengan kemoterapi pada pasien Ca hipofaring tidak memberikan
pengaruh terhadap angka kelangsungan hidup yang tinggi, dibandingkan dengan
pengobatan secara operatif dan radioterapi.19
Untuk prognosis pada pasien ini dapat menjadi lebih buruk jika terjadi
metatase di kulit, dimana dari penelitian yang dijelaskan pada jurnal unusual
metastatic presentation of carcinoma hypopharixn menyatakan bahwa pasien dengan
Ca hipofaring yang sudah terjadi metastase ke kulit akan mengalami perburukan
setelah 3 bulan metastase terjadi. 16
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Colman BH. Non inflammatory Disease of the Pharynx, in: Disease of the
Nose,Throat and Head and Neck ,14 th ed, Chuchill livingstone, London 1992, p.
112-120.
2. Bailey BJ. Hipopharingeal
13.
14.
15. Agarwal SK, Singh S, Sharma S. carcinoma of The Hypopharynx- A Rare Entity
with Unique Surgical Procedure. International Journal of Otolaryngology and
Neck Surgery, 2013. India. Volume 2, 259-262.
16. Sundersham, et all. Unusual Metastatic Presentation of Carcinoma hypopharynx.
2016. India. Department of Radiation Oncology and Medical Oncology, Vydehi
Institute of Medical Science. IP : 180.251.78.162.
17. Sagili et all. Effect of soybean trypsin inhibitor on hypopharyngeal gland protein
content, total midgut protease activity and survival of the honey bee. Department
of Entomology, Texas University, Collage Station, TX 77843-2475, USA.
18. Chang MF et all. Treatment Result For Hypopharyngeal Cancer by Different
Treatment Strategies and its Secondary Primary an Experience in Taiwan.2010.
Taiwan. Biomed Medical; Bio-Journal.
19. Tateda er all. Management of the Patients with Hyphopharyngeal Cancer : eightYear Experience of Miyagi Cancer center in Japan.2005.Japan. Journal Tohoku.