Anestesilokal 121227012731 Phpapp02
Anestesilokal 121227012731 Phpapp02
3)
Deposisi cepat pada obat anastesi local yang menyebabkan kerusakan jaringan4)
Jarum dengan mata kail (biasanya akibat tertusuk tulang)Nyeri yang terjadi dapat menyebabkan
peningkatan kecemasan pasien danmenciptakan gerakan tiba-tiba dan menyebabkan jarum patah.
8)
Rasa terbakar
pH dari obat anastesi lokal yang dideposit ke dalam jaringan lunak dipersiapkanberkisar 5,
namun menjadi lebih asam (sekitar 3) sehingga menyebabkan rasa terbakar.Selain itu, penyebab
rasa terbakar disebabkan karena injeksi yang terlalu cepat, biasanyapada palatal. Selain itu,
kontaminasi dengan alkohol dan larutan sterilisasi jugamenyebabkan rasa terbakar.Jika disebabkan
karena pH, maka akan menghilang sejalan dengan reaksi anastesi.Namun jika disebabkan karena
injeksi terlalu cepat, kontaminasi dan obat anastesi yangterlalu hangat dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang dapat berkembang menjaditrismus, edema, bahkan parastesi.
9)
Infeksi
Penyebab utamanya adalah kontaminasi jarum sebelum administrasi anastesi.Kontaminasi terjadi
saat jarum bersentuhan dengan membran mukosa. Selain itu,ketidakahlian operator untuk teknik
anastesi lokal dan persiapan yang tidak tepatmenyebabkan infeksi.
Iritasi yang berkepanjangan atau iskemia pada gusi akan menyebabkan beberapakomplikasi
seperti deskuamasi epitel dan abses steril. Penyebab deskuamasi epitel antaralain:1)
Aplikasi topical anastesi pada gusi yang terlalu lama2)
Sensitivitas yang sangat tinggi pada jaringan3)
Adanya reaksi pada area topical anastesiPenyebab abses steril antara lain:1)
Iskemi sekunder akibat penggunaan lokal anastesi dengan vasokonstriktor(norepineprin)2)
Biasanya berkembang pada palatum kerasNyeri dapat terjadi pada deskuamasi epitel atau abses
steril sehingga adakemungkinan infeksi pada daerah yang terkena.
12)
Lesi intraoral post anastesi
Pasien sering melaporkan setelah 2 hari dilakukan anastesi lokal timbul ulserasipada mulut
mereka, terutama di sekitar tempat injeksi. Gejala awalnya adalah nyeri. RASatau herpes
simplex dapat terjadi setelah anastesi lokal. Recurrent aphthous stomatitismerupakan penyakit
yang paling sering daripada herpes simplex, terutama berkembangpada gusi yang tidak cekat
dengan tulang. Biasanya pasien mengeluh adanya sensitivitasakut pada area ulser.
Tabel 1. Teknik Blok Anestesi untuk Pencabutan Gigi Rahang Bawah
Teknik Saraf yang dituju Daerah yang teranestesi
Gow-Gates N. Mandibularis Gigi mandibula setengah quadran,mukoperiosteum bukal
danmembran mukosa pada daerahpenyuntikan, dua pertiga anteriorlidah dan dasar mulut,
jaringanlunak lingual dan periosteum,korpus mandibula dan bagian bawahramus serta kulit
diatas zigoma,bagian posterior pipi dan regiontemporalAkinosi dan Fisher N. Alveolarisinferior
dan N.LingualisGigi-gigi mandibula setengahquadran, badan mandibula danramus bagian
bawah,mukoperiosteum bukal danmembrane mukosa didepan foramenmentalis, dasar mulut dan
duapertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingualmandibula
berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula daritelingan ke
sisi wajah.11)
Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus,sampai
kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang,maka jarum ditarik
kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak
boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengantulang.12)
Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8
2 ml perlahan-lahan.13)
Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1
2 menit .14)
Setelah 3
5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.Gambar 4. Lokasi anestesi untuk
rahang bawah
5.2
Anestesi blok teknik Akinosi
Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan padapasien yang
sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.Prosedur:1)
Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang2)
Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapandengan pasien.
3)
Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringanpada bagian
medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksidan mengurangi trauma
selama injeksi jarum.4)
Gambaran anatomi:(1)
Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila(2)
Tuberositas maksila5)
Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.6)
Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.7)
Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikanposterior dan
sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketigamaksila.8)
Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekatiramus dan
jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.9)
Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.10)
Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5
1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali. Kelumpuhan saraf motoris
akan terjadilebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai
meningkatkemampuannya untuk membuka mulut.
5.3
Teknik Fisher
Prosedur:1)
Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.2)
Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.3)
Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser ke arah lateraluntuk meraba
linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser ke median untuk