Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ALERGI MAKANAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA

: SRI MEITA HERLINA

NIM

: PO.71.20.2.09.033

TINGKAT

: II.A

DOSEN PEMBIMBING

: NI KETUT SUJATI, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2011

ALERGI MAKANAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian/Definisi

Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula

Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.

Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu


reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan
hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas
tipe III dan IV

2.Anatomi

3. Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi makanan kami bagi menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Internal

Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung,


enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA
sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.

Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai
masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan
setempat.

.Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan


alergen bertambah.

b. Fakor Eksternal

Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).

Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya


Ikan

15,4%

Apel

4,7%

Kentang

2,6%

Telur

12,7%

Susu

12,2%

Coklat

2,1%

Kacang

5,3%

Babi

1,5%

Gandum

4,7 %

Sapi

3,1 %

Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan
reaksi alergi.

4.Klasifikasi

Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )

Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai
dalam tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.

Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )

Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konsituen


tubuh yang normal sebagai benda asing.

Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )

kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam
sirkulasi darah lewat kerja fagositik.

Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4 )

Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam
sesudah kontak dengan allergen

5.Patofisiologi
Alergen

Timbul gejala alergi pada kulit

Antigen mengenali allergen

Aktifnya sel-T

Merangsang sel-B mengaktifkan


antibody (IgE)

Menarik sel-sel radang misalnya:


Netrofil dan Eosinofil

Melekatnya antibody pada sel mast


Yang dikeluarkan oleh basofil

menyebabkan inflamasi

Sel mast mengeluarkan histamine


Dalam jumlah banyak

hipertermi

Histamine beredar dalam tubuh melalui pembuluh darah

Kulit

paru-paru

oropharyn dan

vaskuler

gastrointestinal
gatal,prutitus,

asma

edema dan gatal, di bibir

angioderma,urtikaria,

mukosa mulut, mual, muntah,

pada kulit dan dermatitis

kejang perut dan diare.

migren,pusing

Nyeri

Kerusakan integritas kulit

kekurangan vol.cairan

6..Manifestasi Klinis
a. Oropharynx dan gastrointestinal yaitu : edema dan gatal, di bibir dan mukosa
mulut, mual, muntah, kejang perut dan diare.
b. Kulit : urtikaria akut, angioedema, pruritus, eritema, karena peningkatan histamin
plasma.
c.

Saluran napas : asma bronkial, rinitis biasanya menunjukkan alergi terhadap


aeroalergen/inhalan tetapi hasil penelitian terbaru menunjukkan adanya
hubungan alegi makanan dengan asma bronkial, rinitis dan lain-lain, terutama
pada anak. Seperti : susu, telor, coklat, kacang, ikan, udang.

d. Manifestasi vaskuler : pusing, migren dapat disebabkan oleh : keju, anggur,


kerang, tomat, kopi kacang, susu, coklat, kenari, natrium sitrat atau makanan
yang mengandung pressoramin yang lain.
e. Manifestasi muskuloskeletal : adanya hubungan erat antara alergi makanan dan
penyakit rematik yaitu : kenari, tembakau, kacang, ekstrak makanan, natrium
sitrat, bahan petrokimia, susu, tartrazine, debu rumah, dan lain-lain.
f.

Manifestasi psikologik : reaksi ansietas dan skizofrenia ada hubungannya


dengan susu cereal, kacang-kacangan, penyebabnya belum jelas.

7. Prosedur diagnostic

Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti
tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan
seperti susu, telur, kacang, ikan).

Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.

IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita
adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.

Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.

Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.

Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge
didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan
IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).

Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan pertumbuhan : malnutrisi,
berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan lama. Kadangkala juga bias terjadi
sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan.
Sedangkan

komplikasi yang

cukup mengganggu

adalah

adanya

gangguan

perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan emosi,


agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara, bahkan dapat memicu atau
memperberat gejala autisme.
9.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien alergi dilakukan dengan cara menghindari makanan
penyebab alergi,penyebab ini harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi
gangguan gizi. Sehingga penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak
kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi.
Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid,
serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara, tetapi
umumnya mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium
kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.

Alergi

Berikan obat anti histamine,


ketotifen, ketotofen, kortikosteroid,

menghindari allergen
- factor fisik: dingin, panas, hujan
- factor psikis:sedih, stress
- beban latihan (lari, olah raga).
- makanan yang menyebabkan
alergi

B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I.PENGKAJIAN
Data subjektif dan Data Objektif
A. Data dasar, meliputi :

Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi)

Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)

B. Riwayat Keperawatan, meliputi :

Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a. Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan
pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
b. Keluhan utama
1. Pasien mengeluh sesak nafas
2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak
3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
5. Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.
6. Pasien mengeluh diare
7. Pasien mengeluh demam
c.

Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan
pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa
ke rumah sakit.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul
kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS
atau pengobatan tertentu.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

Riwayat Psikososial dan Spiritual

Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien
terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres,
persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan
sistem nilai kepercayaan.
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur
respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien
mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan
(lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
4. Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

5. Gerak dan aktifitas


Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat
menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau
saat menjalani perawatan di RS.
6. Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien
merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
7. Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
8. Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di
RS.
9. Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar
(termasuk terhadap pasien lainnya).
10. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang
akan diberikan untuk kesembuhannya.
11. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

12. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Tingkat kesadaran CCS

Tanda-tanda vital

Keadaan fisik
o

Kepala dan leher

Dada

Payudara dan ketiak

Abdomen

Genitalia

Integument

Ekstremitas

Pemeriksaan neurologist

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)

III.NCP(Nursing Care Plan)

No.

1.

2.

Diagnosa
Keperawatan

Hipertermi
berhubungan
dengan proses
inflamasi

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan infalamasi
dermal,intrademal
sekunder

Perencanaan
Tujuan
setelah diberikan
askep selama 1x.24
jam diharapkan suhu
tubuh pasien menurun

Kriteria hasil
Suhu tubuh pasien
kembali normal
( 36,5 oC -37,5 oC)
Bibir pasien tidak
bengkak lagi

setelah diberikan
askep selama 3x24
jam diharapkan pasien
tidak akan mengalami
kerusakan integritas
kulit lebih parah

- Tidak terdapat
kemerahan,bentolbentol dan odema
-Tidak terdapat
tanda-tanda
urtikaria,pruritus
dan angioderma
- Kerusakan
integritas kulit
berkurang

Intervensi

Rasional

- Pantau suhu pasien


( derajat dan pola )

- Suhu 38,9-41,1C menunjukkan


proses penyakit infeksius akut.

- Pantau suhu lingkungan,


batasi atau tambahkan linen
tempat tidur sesuai indikasi

Suhu ruangan/jumlah selimut harus


diubah untuk mempertahankan
mendekati normal

- Berikan kompres mandi


hangat; hindari penggunaan
alcohol

Dapat membantu mengurangi


demam

- Lihat kulit, adanya edema,


area sirkulasinya terganggu
atau pigmentasi
- Hindari obat intramaskular

- Kulit berisiko karena gangguan


sirkulasi perifer
- Edema interstisial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorpsi
obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit

3.

Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan kehilangan
cairan berlebih

setelah diberikan
askep selama 2x24
jam diharapkan
kekurangan volume
cairan pada pasien
dapat teratasi.

- Pasien tidak
mengalami diare
lagi
- Pasien tidak
mengalami mual
dan muntah
- Tidak terdapat
tanda-tanda
dehidrasi
- Turgor kulit
kembali normal

- Ukur dan pantau TTV,


contoh peningakatan suhu/
demam memanjang,
takikardia, hipotensi
ortostatik.

- Kaji turgor kulit,


kelembaban membrane
mukosa (bibir, lidah).

- Monitor intake dan output


cairan
- Beri obat sesuai indikasi
misalnya antipiretik,
antiemetic

4.

Nyeri akut
berhubungan
dengan agen

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam

-Pasien
menyatakan dan
menunjukkan

- peningkatan suhu atau


memanjangnya demam
meningkatkan laju metabolic dan
kehilangan cairan melalui
evaporasi. TD ortostatik berubah
dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan
sistemik.
- indicator langsung keadekuatan
volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin
kering karena napas mulut dan
oksigen.

- mengetahui keseimbangan cairan


- berguna menurunkan kehilangan
cairan

- Berikan cairan tambahan


IV sesuai keperluan

- pada adanya penurunan masukan/


banyak kehilangan, penggunaan
parenteral dapat memperbaiki atau
mencegah kekurangan

- Ukur TTV

- untuk mengetahui kondisi umum


pasien

cedera biologi
(alergen ,ex:
makanan)

diharapkan nyeri
pasien teratasi

nyerinya hilang
- Wajah tidak
meringis
- Skala nyeri 0
- Hasil pengukuran
TTV dalam batas
normal, TTV normal
yaitu :
Tekanan darah :
140-90/90-60
mmHg

- Kaji tingkat nyeri (PQRST)


- Berikan posisi yang
nyaman sesuai dengan
kebutuhan

- memberikan rasa nyaman kepada


pasien

- Ciptakan suasana yang


tenang

- membantu pasien lebih relaks

- Bantu pasien melakukan


teknik relaksasi

Nadi : 60-100
kali/menit
Pernapasan : 1620 kali/menit
Suhu

- Observasi gejala-gejala
yang berhubungan, seperti
dyspnea, mual muntah,
palpitasi, keinginan
berkemih.

Oral (36,1-37,50C)
Rektal (36,738,10C)
Axilla (35,5-36,40C)

- Untuk mengetahui faktor pencetus


nyeri

- Kolaborasi dengan dokter


dalam pemberian analgesik

- membantu dalam penurunan


persepsi/respon nyeri. Memberikan
kontrol situasi meningkatkan
perilaku positif.
- tanda-tanda tersebut menunjukkan
gejala nyeri yang dialami pasien.

- Analgesik dapat meredakan nyeri


yang dirasakan oleh pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, Jakarta:EGC..
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta: EGC.
Price & Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Vol 2.Edisi
6.Jakarta:EGC
http://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-denganalergi-makanan

Anda mungkin juga menyukai