OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER
(PENYAKIT OBSESIF KOMPULSIF) PADA ANAK
DAN REMAJA
Georgina Krebs, Isobel Heyman
ABSTRAK
Obsessive-compulsive disorder (OCD) di masa kecil dan masa remaja adalah kondisi
mengganggu yang terkait dengan serangkaian gejala-gejala menyedihkan yang terjadi
berulang-ulang, gagasan pikiran yang mengganggu dan menyedihkan (obsesi), dan
kebiasaan yang menyita waktu (kompulsi). Ulasan ini meninjau pengetahuan saat ini
mengenai penyebab dan mekanisme yang mendasari terjadinya OCD, serta cara
menilai dan pengobatannya. Hal-hal yang berhubungan dengan diagnosis banding
juga dibahas, termasuk bagaimana cara membedakan OCD dari gangguan spektrum
autisme dan gangguan tic pada orang muda. Pengobatan yang direkomendasikan,
yaitu terapi kognitif perilaku dan obat selective serotonin reuptake inhibitor, diulas
berdasarkan dengan bukti yang ada dan faktor-faktor yang terkait dengan resistensi
pengobatan. Akhirnya, perkembangan klinis yang baru muncul di lapangan dan
perkembangan masa depan untuk penelitian dibahas dalam ulasan ini.
EPIDEMIOLOGI
Obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah kondisi kejiwaan yang ditandai dengan
gagasan pikiran mengganggu yang menetap dan tidak diinginkan, berupa gambarangambaran yang mendesak (obsesi) dan perilaku repetitif berupa tindakan mental untuk
melakukannya (kompulsi) (lihat tabel 1). Hal ini jarang terjadi di masa muda, studi
epidemiologi telah menemukan prevalensi di kalangan anak dan remaja diperkirakan
0,25% - 4%. Gejala yang tidak diobati mungkin dapat bertambah dan berkurang tetapi
biasanya diikuti perjalanan yang kronis dan menyebabkan gangguan fungsional di
beberapa aspek, termasuk di rumah, sekolah maupun sosial. Selanjutnya, OCD anak
dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan lainnya di masa dewasa.
ETIOLOGI
Etiologi OCD pada anak masih kurang dipahami, meskipun sudah banyak penelitian
untuk saat ini. Data dari anak kembar, keluarga dan studi terpisah sangat mendukung
adanya keterkaitan komponen genetik. Studi pada anak kembar telah menunjukkan
bahwa faktor genetik berkaitan sebanyak 45% - 65% dengan varians dari OCD pada
anak-anak, yang memperlihatkan bahwa terdapat faktor heritabilitas yang tinggi pada
OCD dibanding depresi dan gangguan kecemasan lainnya di masa muda. Menariknya,
heritabilitas OCD tampaknya lebih besar pada anak dibandingkan dengan kohort pada
orang dewasa, sehingga mendukung dugaan onset cepat OCD sebagai subtipe
perkembangan diduga dari gangguan tersebut. Hasil studi asosiasi genom dan metaanalisis studi gen kandidat menunjukkan bahwa pengaruh genetik pada OCD adalah
poligenik, dengan banyak gen yang terlibat yang masing menyebabkan efek yang
relatif kecil pada fenotip. Secara khusus, gen dalam serotonergik, dopaminergik dan
sistem glutamatergic yang muncul dan mempengaruhi OCD.
Studi neuropsikologi dari OCD mengatakan bahwa OCD timbul dari
perubahan dari sirkuit frontostriatal. Hiperaktivasi dari korteks orbitofrontal telah
diduga memediasi terjadinya pikiran terus-menerus mengenai ancaman dan bahaya
(yaitu, obsesi), yang pada waktunya akan menyebabkan upaya untuk menetralisir
ancaman (yaitu, kompulsi). Ada bukti kuat dari studi neuroimaging fungsional dimana
terjadi peningkatan aktivasi di bagian lateral dan medial korteks orbitofrontal pada
anak-anak dan orang dewasa dengan OCD. Menariknya, disfungsi otak orbitofrontal
juga telah ditemukan pada pasien yang relatif tidak OCD tetapi memiliki risiko
genetik OCD. Yang terpenting adalah, penelitian mengenai pengobatan telah
menunjukkan bahwa aktivasi pada korteks orbitofrontal berkurang dengan cognitive
behaviour therapy (CBT)/ terapi perilaku kognitif.
Sementara faktor genetik jelas mempengaruhi terjadinya OCD, faktor
lingkungan juga memainkan peran penting, tapi sangat sedikit hal yang diketahui
tentang efek ini. Beberapa studi prospektif telah dilakukan, dan hasilnya tidak
konsisten. Sebagai contoh, satu studi longitudinal menemukan bahwa isolasi sosial,
kekerasan fisik dan emosi negatif adalah prediktor spesifik diagnosis OCD pada
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dapat menantang, terutama pada populasi pediatrik; tiga dari
diagnosis banding yang paling kompleks adalah sebagai berikut.
Penarikan minat dan perilaku stereotipik adalah gambaran inti dari autism
spectrum disorders (ASDs) dan mungkin dapat terlihat baik preokupasi kognitif
maupun perilaku repetitif. Perilaku stereotipik dapat bermanifestasi sebagai fenokopi
dari kompulsi (misalnya, menyusun dan mengatur mainan) dan ini sangat penting
untuk menggambarkan perilaku terkait ASD dari kompulsi yang benar untuk
PENGOBATAN
Ada dua pengobatan yang didasari bukti yang ditemukan yang telah ditetapkan
sebagai pengobatan OCD anak, yaitu CBT yang terdiri dari exposure with response
prevention (E/RP) dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). CBT untuk OCD
anak adalah pengobatan relatif jangka pendek, biasanya terdiri dari 12-20 sesi per
minggu. Strategi terapi utama adalah E/RP yang melibatkan orang muda secara
bertahap menghadapi situasi yang mereka takuti (misalnya, menyentuh pintu kotor)
dan menahan diri dari melakukan kompulsi (misalnya, mencuci tangan) dalam upaya
untuk menetralisir kecemasan mereka. Sebaliknya, orang muda didorong untuk
menunggu sampai kecemasan mereka turun secara alami, dan kemudian berulang kali
berlatih E/RP sampai kecemasan mereka hilang sama sekali (yaitu, pembiasaan).
Kegiatan E/RP diatur dengan cara bertingkat, sebagaimana dipandu oleh
kepemimpinan, dan dilakukan dalam beberapa sesi dengan terapis dan di antara sesi
sebagai pekerjaan rumah.
Randomised controlled trials (RCT) telah menunjukkan bahwa CBT adalah
terapi yang berkhasiat untuk OCD anak. Terapi ini dikaitkan dengan 40% - 65%
pengurangan gejala dan efektif untuk anak-anak berumur 3 tahun ketika disampaikan
dalam format yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Keuntungan yang
didapatkan bertahan lama dan telah terbukti dapat dipertahankan hingga 18 bulan
follow-up. Kabar baiknya, hasil serupa telah diamati di klinik komunitas (contoh
perkumpulan non-penelitian), menunjukkan bahwa protokol CBT efektif dalam
praktek klinis rutin.
Sejalan dengan dasar bukti yang kuat, menurut konsensus internasional, CBT
harus ditawarkan kepada semua orang muda dengan OCD dan harus menjadi
pengobatan lini pertama pada kasus OCD ringan sampai sedang. Dalam kasus yang
lebih parah atau di mana orang-orang muda gagal untuk menanggapi CBT, obat harus
dipertimbangkan selain CBT. RCT telah menunjukkan berbagai SSRI (fluoxetine,
sertraline, paroxetine, fluvoxamine, citalopram) efektif dalam pengobatan OCD
pediatrik; terjadi sekitar 29%-44% penurunan pada gejala dan tampak ditoleransi
dengan baik dan aman. Beberapa uji coba pengobatan komparatif SSRI yang berbeda
telah dilakukan, sehingga aterdapat sedikit atau tdak ada bukti yang menunjukkan
bahwa salah satu jenis SSRI lebih efektif daripada yang lain. Namun, di Inggris, saat
ini hanya sertraline dan fluvoxamine yang dilisensikan untuk digunakan pada anakanak, dengan sertraline dianjurkan karena profil efek samping yang paling minimal.
Hanya satu studi sampai saat ini yang secara langsung membandingkan
efektivitas CBT terhadap obat SSRI di OCD anak. Studi ini menemukan bahwa CBT
dan sertraline dikaitkan dengan tingkat yang sebanding dalam pengurangan gejala
OCD, tetapi jika CBT digabungkan dengan pengobatan SSRI dikaitkan dengan hasil
yang unggul. Baru-baru ini, kelompok yang sama telah menyelidiki sejauh mana CBT
meningkatkan hasil antara orang-orang muda yang menerima SSRI untuk OCD.
Mereka menemukan bahwa orang yang menerima CBT dibandingkan dengan
manajemen obat saja memiliki hasil yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kombinasi CBT dan obat-obatan lebih unggul obat sebagai monoterapi pada anak
OCD.
Anak-anak dengan OCD yang gagal untuk menanggapi suatu program CBT
dan terapi awal SSRI yang diberikan selama minimal 12 minggu pada dosis
maksimum toleransi biasanya harus memiliki uji tambahan setidaknya satu SSRI
lainnya. Obat golongan trisiklik Clomipramine (non-SSRI) dapat menjadi obat yang
berguna untuk kasus resisten di mana dua atau lebih SSRI telah gagal. Ada juga
beberapa bukti RCT pada orang dewasa, dan bukti yang muncul pada anak-anak
mengenai augmentasi obat SSRI dengan dosis rendah dari antagonis dopamin dapat
meningkatkan tingkat respon, sampai dengan 50% dari sebelumnya yang tidak
berespon hingga menunjukkan perbaikan. Namun, studi memiliki hasil variabel, dan
RCT yang baru-baru ini pada orang dewasa yang telah non-responsif terhadap SSRI
menunjukkan bahwa CBT yang berbasis paparan memberikan kualitas yang lebih
mujarab ketimbang augmentasi risperidone. Pesan utama lagi untuk pengobatan pada
anak dengan OCD adalah bahwa mereka harus memiliki akses ke eksposur berbasis
CBT dan augmentasi risperidone adalah pilihan yang kurang menguntungkan.
cycloserine (DCS) sebagai strategi augmentasi potensial untuk CBT pada OCD. DCS
adalah agonis parsial reseptor N-methyl-D-aspartate dan pada studi hewan
ditunjukkan bahwa DCS meningkatkan kepunahan pembelajaran, yang telah
mengangkat pertanyaan apakah DCS bisa menambah keuntungan terapi berbasis
paparan untuk gangguan kecemasan. Namun, temuan-temuan tetap dikombinasikan
dengan beberapa studi yang menunjukkan efek augmentasi dari DCS pada CBT untuk
OCD, tetapi tidak pada yang lain. Perbedaan ini mungkin mencerminkan perbedaan
metodologi antara studi, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan nilai
kemungkinan DCS dalam mengobati OCD pada orang muda.
KESIMPULAN
OCD biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan selain menyebabkan distress
yang signifikan dan gangguan pada anak-anak, OCD dapat bertahan dalam kehidupan
dewasa dimana menurut WHO, OCD masuk ke dalam peringkat sebagai salah satu
penyakit yang paling merusak. Terdapat pedoman nasional untuk penilaian dan
pengobatan OCD. Sebagian besar anak-anak dan remaja akan merespon dengan
remisi penuh atau parsial untuk CBT, yang dapat dikombinasikan dengan SSRI.
Sayangnya, penyediaan memadai CBT terhalang keterbatasan dalam akses ke
perawatan, dan tujuan penelitian saat ini adalah untuk memudahkan akses dan format
ekonomi untuk CBT. Penelitian yang sedang berlangsung ke dalam dasar genetik dan
biologis OCD dan hubungannya dengan infeksi/ autoimunitas juga mungkin saat ini
dapat meningkatkan pemahaman mekanisme dan menawarkan kemungkinan
pengobatan yang baru.
Keterangan:
Kepustakaan diambil dari 57 kepustakaan.