Manusia
Produk Chitosan dari Limbah
Perikanan yang Kaya Akan Manfaat
Bagi Kesehatan Manusia
Muhammad Nafis Rahman (F14090119)
Tingkat Persiapan Bersama
Bogor Agricultural University http://www.ipb.ac.id
Indonesia adalah negara yang memiliki luas laut berkisar 70% dari luas wilayah
Indonesia. Hal ini tentu menjadi potensi perikanan yang besar untuk kemudian
dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Oleh karena itu tentu hasil
dari perikanan Indonesia sangat besar, sebagai contoh adalah potensi sumber daya
udang sebesar 94,8 ribu ton dari 6,4 juta ton per tahun potensi sumber daya ikan
laut Indonesia atau 7,5 % total stok ikan laut di dunia.
Sumber daya perikanan Indonesia yang sedemikian besar tersebut perlu
adanya penanganan yang lebih maksimal agar hasil yang didapat juga lebih
maksimal, saat ini produk perikanan lebih dikonsumsi dalam bentuk makanan
karena memang memiliki protein yang tinggi tetapi sebenarnya produk olahanolahan dari hasil perikanan tersebut dapat dikembangkan menjadi produk yang
memiliki manfaat lebih, seperti dikembangkan untuk obat-obatan, kosmetik, sumber
energi, maupun sebagai pengganti bahan baku dari pembuatan plastik. Hal tersebut
telah menjadi pemikiran bersama akan pentingnya pengembangan produk olahan
perikanan, sebagai contoh adalah pengembangan produk yang berasal dari limbah
pengolahan udang untuk kemudian diolah menjadi produk kesehatan yakni
chitosan.
Karena chitosan terbuat dari ekstrak kulit udang atau sejenisnya dan
memiliki kemampuan sebagai suplemen pembakar lemak (fat burner).Sehngga
sangat baik untuk dikonsumsi setelah makan agar pengkonsumsi chitosan ini
terhindar dari obesitas disebabkan banyaknya tumpukan lemak. Selain itu, bubuk
chitosan juga mempunyai kemmapuan koagulasi, misalnya apabila apabila bubuk
tersebut dimasukan kedalam gelas berisi air dan minyak sawit, maka minyak
tersebut akan terkoagulasi menjadi gumpalan-gumpalan. Disamping kemampuan
tersebut, chitosan berfungsi sebagai antimikroba.
Dari keunggulan-keunggulan chitosan tersebut maka perkembangan dari produk
olahan chitosan perlu untuk terus dilakukann, sehingga menjadi produk yang lebih
mudah digunakan dan memiliki manfaat yang lebih bagi manusia, khususnya dalam
bidang kesehatan, misalnya sebagai bahan suplemen bagi manusia, karena bahan
suplemen makanan saat ini banyak yang membahayakan bagi tubuh manusia
karena zat kimia yang terkandung dalam obat-obatan suplemen tersebut terus akan
terendap dalam tubuh manusia sehingga akan berdampak pada kestabilan fungsi
organ tubuh yang terganggu dan berimplikasi pada lemahnya daya tahan tubuh
karena kondisi ketidakseimbangan tersebut.
Sebagai negara yang memiliki kemampuan untuk memenuhi bahan baku chitosan.
sudah saatnya Indonesia terus mengembangkan produk olahan chitosan sehingga
akan bermanfaat bagi kesehatan khususnya kesehatan masyarakat Indonesia dan
akan menghindari penggunaan suplemen yang memiliki kandungan zat kimia yang
tinggi.
Hal ini yang mendorong Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan C.V. Dinar untuk terus
meneliti kandungan chitosan dan memproduksi dalam skala yang besar untuk
berbagai keperluan seperti penganti bahan baku plastik, maupun menjadi bahan
pengawet seperti halnya formalin yang penggunaannya sangat berbahaya bagi
kesehatan, untuk itu digunakanlah chitosan.
Berbagai bahan obat dan suplemen (nutraceutical) yang sedang dikembangkan
adalah antimikroba (pengawet), antipenuaan, antitumor/antikanker, antikolesterol,
bahan kosmetik (tabir surya, pewarna alami). Untuk pengembangan produk
tersebut IPB menjalin kerjasama dengan Virnginia Polytechnic Institute & State
University, USA khususnya untuk penentuan struktur kimia bahan obat/suplemen.
Kerjasama ini berlangsung dari 2003 hingga 2008,
Hasil olahan chitosan juga dapat menekan penyerapan kolesterol oleh usus kecil
sehingga menurunkan tingkat kekentalan kolesterol dalam darah, pada gilirannya
mencegah penumpukan kolesterol jahat pada hati. Biasanya kalau sudah terasa
tidak enak pada bagian hati, saat itu hati sudah mengalami kerusakan parah.
Chitosan dapat berperan dalam menekan meningkatnya kandungan kolesterol
dalam darah, mencegah penumpukan lemak hati.dalam pembuluh darah, berarti
mencegah perembesan jaringan kanker ke daerah sekitar.
3. Mencegah Penyakit Kencing Manis
Faktor utama yang memicu terjadinya penyakit kencing manis adalah kurangnya
jumlah sekresi absolut maupun sekresi relatif insulin dari pankreas sehingga
menimbulkan kekacauan. Ketika tubuh dalam kondisi Basa, maka meningkat pula
laju pemanfaatan insulin. Keadaan ini sekaligus akan mengatur kondisi keasaman
cairan tubuh yang ditimbulkan oleh produksi asam organik berlebih karena
terurainya lemak di dalam tubuh.
Chitosan berdaya rekat tinggi, sehingga jumlahnya akan memadai di dalam saluran
usus. Keadaan ini dapat mengurangi penyerapan usus terhadap glukosa yang ada di
dalam makanan, jadi mengurangi atau menunda terjadinya nilai puncak glukosa
darah, sehingga tercapai efek pencegahan penyakit kencing manis.
4. Menurunkan Tekanan Darah
Chitosan dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion khlor, di bawah
pengaruh asam lambung akan terjadi muatan positif dari gen-gen ion positif yang
bergabung dengan ion-ion khlor, mengurangi kekentalan ion khlor di dalam gula
darah, meningkatkan fungsi pembesaran pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan tekanan darah.
1. Zat kerak (Crust) mengaktifkan sel-sel tubuh agar berfungsi menambah daya
kekebalan,
2. Memperlambat penuaan,
3. Mengharmoniskan organ tubuh,
4. Memelihara hati dan mengurai racun.
Terhadap Darah
Terhaadap Hati
2. Mencegah penumpukan.
Terhadap Diabetes
Memiliki daya rekat tinggi yang dapat mengurangi penyerapan usus terhadap
glukosa dalam makanan dan mengurangi terjadinya nilai puncak darah, yang
akhirnya dapat mencegah terjadinya kencing manis (Susilo.2008).
Manfaat Chitosan dalam bahan pengawet makanan
Manfaat dari olahan chitosan banyak sekali misal hasil olahan chitosan untuk
membuat bahan pengganti minyak bumi untuk membuat plastik, hal ini lebih ramah
lingkungan karena plastik yang terbuat dari chitosan dapat terurai kembali dalam
waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan plastik dari minyak bumi
sehingga tidak akan membuat pencemaran terhadap lingkungan.Manfaat Yang lain
dari olahan chitosan untuk bahan pangan yang sehat adalah sebagai pengganti
formalin yang sangat berbahaya jika digunakan sebagai pengawet makanan, dari
sebuah penelitian yang dilakukan oleh IPB dengan menggunakan ikan asin sebagai
objek pengawetan didapat bahwa Pada penelitian tahun 1 (pertama) diperoleh hasil
sebagai berikut : hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi limbah kulit udang
dihasilkan chitosan dengan rendemen sebesar 15% bahan edible coating.
Karkateristik chitosan sesuai dengan standar Protan Laboratories. Formulasi terbaik
untuk pembuatan edible coating dengan chitosan 1,5%. Dari hasil organoleptik
mutu hedomik, perlakuan chitosan nilai 6,6 perlakuan formalin 5,8 dan kontrol 4,9.
Analisis uji organoleptik dilakukan dengan uji statistik Kruskal-Wallis dan uji lanjut
multiple comparison diperoleh hasil perlakuan chitosan lebih baik dibanding dengan
kontrol dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan formalin, tetapi dari
penampakan perlakuan chitosan lebih baik dibanding perlakuan formalin. Pada uji
mutu hedonik penampakan diperoleh bahwa perlakuan dengan pelapisan chitosan
sampai minggu ke-8 memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan
formalin dan kontrol. Standar nilai organoleptik SNI-Ikan asin 6,5. Nilai 6,8 pada
perlakuan kontrol pada minggu ke-2. Nilai 6,7 pada perlakuan formalin pada minggu
ke-4 dan nilai 6,8 pada perlakuan chitosan pada minggu ke-4. Pada uji mutu hedonik
rasa perlakuan pelapisan chitosan tidak berbeda nyata dengan perlakuan formalin
dan kontrol sampai pada penyimpanan minggu ke-8. Pada minggu ke-4 semua
perlakuan nilai 6,4. Pada uji mutu hedonik bau perlakuan pelapisan chitosan
memberikan hasil yang terbaik pada minggu ke-8 dibanding dengan perlakuan
formalin dan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata pada minggu ke 2, 4 dan 6. Nilai
6,4 dan 6,1 perlakuan chitosan dan formalin pada minggu ke-4. Sedangkan 6,7 pada
minggu ke-2 pada perlakuan kontrol. Pada uji mutu hedonik konsistensi perlakuan
pelapisan chitosan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan kontrol
tetapi tidak berbeda nyata dengan formalin pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.
Pada minggu ke-8 perlakuan chitosan dan formalin nilai 6,4 dan 6,7. Sedangkan
kontrol pada minggu ke-2 nilai 6,9. Pada uji Total Plat Count (TPC) bakteri, perlakuan
pelapisan chitosan memberikan hasil yang lebih baik dalam menekan pertumbuhan
bakteri selama penyimpanan (sampai minggu ke-8) dibanding formalin dan kontrol.
Nilai masih sesuai standar SNI 1 x 105. Pada uji E.coli semua perlakuan memberikan
hasil yang negatif. Pada uji kapang, perlakuan dengan pelapisan chitosan dan
formalin mulai tampak ada jamur pada minggu ke-9, sedangkan pada kontrol pada
minggu ke-4. Pada uji TVB, perlakuan pelapisan chitosan nilainya lebih rendah
dibanding kontrol selama penyimpanan, tetapi lebih tinggi dibanding dengan
perlakuan formalin. Sedangkan pada uji TBA, perlakuan chitosan mampu menekan
oksidasi lemak dibanding kontrol tetapi nilai TBAnya masih diatas perlakuan
formalin. Secara umum nilai TBA masih baik kurang dari 3 mg, malonaldehid/kg
sample. Pada uji nilai aktvitias ari (aw), perlakuan chitosan mampu menurunkan
nilai aw dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan formalin dan kontrol.
Pada uji lanjut BNJ proksimat. Kadar air perlakuan formalin lebih tinggi dibanding
dengan perlakuan pelapisanchitosan dan kontrol, tetapi pelapisan chitosan kadar
airnya lebih tinggi dibanding dengan kontrol, tetapi 3 perlakuan nilainya masih
diatas standar (kadar air 40%). Pada uji protein, perlakuan chitosan berbeda nyata
dibanding dengan kontrol. Kandungan protein lebih tinggi dibanding dengan kontrol.
Kandungan protein berkisar 34,61-37,64%. Pada uji kadar lemak, perlakuan formalin
Kesimpulan
Manfaat hasil olahan chitosan sebenarnya masih banyak sekali dalam bidang yang
lain. sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut terhadap produk ini,
sehingga akan tercipta produk bermanfaat untuk kesehatan dan dalam hal lainnya.
Sebagai negara yang memiliki sumber bahan baku yang besar dalam memproduksi
chitosan maka Indonesia harus terus mengembangkan produk ini, agar apa yang
menjadi tujuan bersama yakni terwujudnya kemandirian pangan dan menjadi negeri
yang sehat aakan tewujud tanpa mengandalkan produk-produk luar negeri.
Daftar Pustaka
(Anonim).2009. Chitosan new biotechnology sanitizer. Food Review, Edisi
Agustus NO 4.PT.Media Pangan Indonesia; Bogor.
(Anonim).2010. Chitosan limbah kaya manfaat. Emulsi. Edisi JanuariFebruari.Emulsimagzine; Bogor
(Anonim).2006. [Terhubung Berkala]. Chitosan Tingkatkan Mutu Agar-Agar Kertas
Asal Garut. http://www.ipb.ac.id/id/?b=27. (13 Mei 2010).
(Anonim).2006.[Terhubunng Berkala].IPB Kerjasama CV. Dinar, Produksi
Chitosan Pengganti Formalin.2006.http://www.ipb.ac.id/id/?b=12
(Anonim).2006.[Terhubung Berkala]. Disinyalir Penggunaan Formalin pada Makanan
Kembali Marak.2006.http://www.ipb.ac.id/?b=48bstrak
Rismayadi, Y.2003.[TerhubungBerkal]. Teknologi Stabilisasi Dimensi Kayu Dengan
Senyawa Khitosan Dari Limbah Cangkang Udang.
http://lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/caripenelitian.php?status=cari.(13 Mei
2010).
Suseno Heri,S.2006. [Terhubung Berkala]. Pembuatan Edible Coating dari Limbah
Invertebrata Laut dan Pemanfaatannya sebagai bahan Pengawet Alami dalam
Pengolahan Ikan Asin di Eretan, Indramayu.
http://lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/hasilcari.php?
status=buka&id_haslit=HB/011.06/SUS/p . (13 Mei 2010)
Susilo, B.2008.[Terhubung Berkala].Suplemen Makanan Berkualitas Tinggi Mengatasi
Penyakit Kencing Manis. http://jakartacity.olx.co.id/chitosan-capsules-chitincapsules-tianshi-iid-17975022 (13 Mei 2010).
Ferdiansyah, Venol.2005. [Terubung Berkala]. Pemanfaatan kitosan cangkang udang
sebagai matriks penyangga pada imobilisasi enzim protease.http://ematerial.perpustakaan.ipb.ac.id/skripsi/2005/C/C05vfe.pdf . ( 13 Mei 2010).
Hardjito, L.209. [Terhubung Berkala]. Apakah Chitosan Itu ?.
http://chitosancarragenan.com/in/produk/bahandasar. (13 Mei 2010).