Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI JALALUDDIN AS-SUYUTI

Penulis : Dina Aribah


Kelas : XII E IPA

Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdurrahman bin


Kamaluddin Abi Bakr bin Muhammad As-Suyuti.
Lahir tahun 849 H atau tahun 1445 M di Asyuth Mesir dari
keturunan orang-orang terkemuka di negeri itu dan wafat tahun
911 H atau tahun 1505 M
Ayah beliau wafat pada waktu beliau berumur lima tahun,
jadi beliau tumbuh sebagai anak yatim
Untuk memuaskan dahaganya akan ilmu, maka selain
dinegerinya sendiri beliaupun mencari ilmu dan merantau ke
negeri-negeri Syam, Hijaz, Yaman, India, Maghribi dan negerinegeri lain, serta berguru pada ulama terkenal berbagai disiplin
ilmu saat itu yang jumlahnya kurang lebih 150 orang. Diantara
para ulama itu ialah Syaikh Syihabuddin As Syarmasih, Syaikhul
Islam Alamuddin Al Buqini, putera Al Buqini,

Syaikhul Islam

Syarafuddin Al Manawi, Taqiyuddin As Syibli, Muhyidin Al Kafiji,


Syaikh Syaifuddin Al Hanafi dan lain-lain.
Bidang keilmuan yang beliau kuasai adalah sangat luas.
Untuk memperoleh sedikit gambaran, baiklah dikutip disini apa
yang beliau tulis dalam buku beliau yang bernama Khusnul
Mukhadarrah: pada waktu aku menunaikan haji aku minum air
zam-zam seraya berdoa memohon beberapa ha, antara lain
dalam ilmu fiqih dapatlah kiranya aku sampai ke martabat
guruku Syaikh Sirajuddin Al Buqini, dalam ilmu hadits kemartabat
Al Hafidz Ibnu Hajar dan aku memohon dapat menguasai tujuh
ilmu, yaitu: Tafsir, Hadits, Fiqih, Nahwu, Maani, Bayan, dan Badi
menurut cara orang yang baligh, bukan menurut cara orang-

orang ajam atau ahli filsafat. Dan yang aku yakini ialah bahwa
apa yang telah aku capai sekarang dalam ilmu-ilmu itu selain
fiqih dan naqal yang tela aku pelajari, tidak seorangpun dari
guru-guruku --- apalagi orang yang kurang dari mereka --- yang
telah mencapainya. Adapun dala ilmu fiqih aku tidak mengatakan
demikian, bahkan guruku Syaikhul Islam Alamuddin Al Buqini dan
Syaikhul Islam Syarafuddin Al Manawi lebi luas pandangannya
dan lebih kaya pembendaharaannya dalam ilmu fiqih itu. Dan
kurang dari ketujuh ilmu itu aku mengetahui ilmu ushul fiqih dan
ilmu Jadal, kurang dari itu aku mengerti Insyaa, Trassul, dan
Faraidl, kurang dari itu ilmu Qiraa-at dan kurang dari itu ilmu
pengobatan. Adapun ilmu hitung adalah ilmu yang paling sulit
bagiku. Kalau aku mengerjakan satu soal dari ilmu hitung itu
maka rasanya aku memikul sebuah gunung.... pada permulaan
menuntut ilmu pernah aku mempelajari logika, lalu Allah
menumbuhkan rasa tidak senang pada hatiku kepadanya, dan
setelah aku dengar Ibnus Shalah mengharamkannya maka
akupun

meninggalkannya,

kemudian

Allah

memberikan

kepadaku ganti ilmu hadits yang merupakan semulia-mulia ilmu


Beluai pernah bekerja sebagai Maha Guru pada sekolah
Ibnu Thulun, As Syaikuniyyah dan Al Babrisyiyah. Oleh gurunya
beliau telah diberi wewenang mengajarkan ilmu sastra Arab pada
usia tujuh belas tahun dan pada usia dua puluh tujuh tahun telah
diberi wewenang mengajarkan hukum agama dan memberikan
fatwa.
Pada usia empat puluh tahun beliau mengundurkan diri
dari masyarakat ramai untuk memanfaatkan seluruh waktu dan
mencurahkanseluruh perhatiannya untuk studi dan menulis. Hasil
keja keras beliau adalah berupa buku-buku tebal yang terdiri dari

beberapa

jilid

sampai

buku-buku

yang

lebih

kecil

yang

seluruhnya kurang lebih berjumlah enam ratus judul.


Hampir untuk setiap ilmu yang beliau pelajari beliau
menulis buku. Untuk sekedar gambaran betapa produktif beliau
dalam menulis, dapatlah dilihat dari daftar sebagian buku-buku
yang beliau tulis dalam berbagai ilmu seperti tercantum dibawah
ini:
1.
2.
3.

Al Itqan fi Ulumil Quran


Addurul Mantsur Fit Tafsiril Matsur
Tarjumaanul Quran fit Tafsiril Musnad

Buku-buku tersebut adalah tiga buku dari buku-buku yang


beliau telah tulis, sebab seperti dikatakan diatas buku-buku yang
telah ditulis beliau berjumlah kurang lebih 600 judul.

Anda mungkin juga menyukai